EFEKTIVITAS PROBLEM SOLVING TRAINING UNTUK MEREDUKSI KECENDERUNGAN ADIKSI SITUS JEJARING SOSIAL PADA PESERTA DIDIK :Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

(1)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFEKTIVITAS PROBLEM SOLVING TRAINING

UNTUK MEREDUKSI KECENDERUNGAN

ADIKSI SITUS JEJARING SOSIAL

PADA PESERTA DIDIK

(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

Arihdya Caesar Pratikta 0901744

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk Mereduksi Kecenderungan

Adiksi Situs Jejaring Sosial

pada Peserta Didik

(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Tiga Peserta Didik

Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh

Arihdya Caesar Pratikta

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Arihdya Caesar Pratikta 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ARIHDYA CAESAR PRATIKTA

EFEKTIVITAS PROBLEM SOLVING TRAINING UNTUK MEREDUKSI KECENDERUNGAN

ADIKSI SITUS JEJARING SOSIAL PADA PESERTA DIDIK

(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Ilfiandra, M.Pd. NIP. 19721124 199903 1 003

Pembimbing II

Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. NIP. 19661115 199102 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 19600501 198603 1 004


(4)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Arihdya Caesar Pratikta. (2013). Efektivitas Problem Solving Training untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Penelitian bertujuan menguji efektivitas problem solving training untuk mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial yang dilakukan kepada tiga peserta didik kelas XI SMA Negeri 4 Bandung (1 laki-laki & 2 perempuan). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain single subject model A/B. Instrumen yang digunakan disusun berdasarkan pengembangan dan perumusan teori adiksi situs jejaring sosial. Analisis perhitungan data menggunakan statistika deskriptif untuk melihat penurunan rata-rata skor kecenderungan adiksi serta analisis baseline A dan B. Hasil penelitian menunjukkan problem solving training efektif mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial. Konselor diharapkan mampu menerapkan problem solving

training untuk mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial.


(5)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Arihdya Caesar Pratikta. (2013). The Effectiveness of Problem Solving Training To Reduce The Tendency of Social Networking Sites Addiction Towards Students (A Quasi Experimental Research on Three Students at class XI of SMA Negeri 4 Bandung in Academic Year 2013/2014)

The aimed of the research was to test the effectiveness of problem solving training to reduce the tendency of social networking sites addiction done towards three XI students of SMA Negeri 4 Bandung (1 male & 2 female). The approach used in this research was quantitative approach with a single subject design model A/B. The instrument used was arranged based on the development and formulation of the theories of social networking sites addiction. The data was analyzed by using descriptive statistical calculation to know the decrease of the average score of addiction tendency and the analysis of baseline A and B. The results showed that problem solving training was effective to reduce the tendency of social networking sites addiction. The counselor was expected be able to apply problem solving training to reduce the tendency of social networking sites addiction.


(6)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 11

D. Manfaat Penelitian... 11

E. Struktur Organisasi Skripsi... 11

BAB II PROBLEM SOLVING TRAINING DAN ADIKSI SITUS JEJARING SOSIAL... 12

A. Pengantar... 12

B. Konsep Adiksi Situs Jejaring Sosial dan Problem Solving Training... 15

1. Definisi dan Sejarah Situs Jejaring Sosial... 15

2. Definisi dan Aspek Adiksi Situs Jejaring Sosial... 16

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adiksi Situs Jejaring Sosial... 20

4. Dampak Adiksi Situs Jejaring Sosial... 27

5. Problem Solving Training... 33

C. Simpulan... 56

BAB III METODE PENELITIAN... 58

A. Pendekatan Penelitian... 58

B. Metode Penelitian... 58

C. Desain Penelitian... 58

D. Populasi dan Sampel Penelitian... 59

E. Definisi Operasional... 59

F. Instrumen Penelitian... 60

G. Langkah-Langkah Penelitian... 65

H. Analisis Data... 77


(7)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Hasil Penelitian... 80

B. Pembahasan... 103

C. Keterbatasan Penelitian... 112

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 113

A. Simpulan... 113

B. Rekomendasi... 113

DAFTAR PUSTAKA... 115


(8)

1

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat internet terus berkembang dan tersebar ke segenap elemen lapisan masyarakat (Winarto, 2012:

Online). Berdasarkan data theultralinx.com, pengguna internet di seluruh dunia

meningkat hingga tujuh persen atau 2,1 miliar dalam satu dasawarsa terakhir (Setiawan, 2012: Online).

Situs jejaring sosial merupakan situs yang paling diminati pengguna internet di seluruh dunia (Cam & Isbulan, 2012: 14). Berdasarkan data

comstore.com, pengguna situs jejaring sosial mencapai 1,2 miliar atau 85% dari

seluruh pengguna internet pada tahun 2011. Selain itu, situs jejaring sosial juga mengalahkan penggunaan email yang hanya memiliki 916 juta pengguna atau 65% dari seluruh pengguna internet (Aquino, 2011: Online). Situs jejaring sosial adalah salah satu jenis komunikasi virtual yang membantu individu terhubung dengan orang lain. Situs jejaring sosial yang paling populer dan memiliki pengguna paling banyak di seluruh dunia adalah Facebook dan Twitter (Das & Sahoo, 2011: 222).

Menurut data Socialbakers (2013: Online), pengguna Facebook di seluruh dunia sebanyak 981.101.800 pengguna. Indonesia merupakan negara pengguna

Facebook terbesar keempat di dunia dengan 50.583.320 pengguna dan sebagian

besar penggunanya adalah usia remaja. Rentang usia 18-24 tahun merupakan rentang usia yang paling banyak menggunakan Facebook yaitu 43% (21.830.300) dari pengguna Facebook di Indonesia. Disusul rentang usia 25-34 dengan 22% pengguna lalu rentang usia 16-17 tahun sebesar 14% pengguna dan rentang usia 13-15 tahun sebanyak 10% pengguna. Usia di atas 35 tahun memiliki pengguna sebanyak 10% dari total pengguna Facebook di Indonesia.


(9)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya menurut data Semiocast (2012: Online), pengguna Twitter di seluruh dunia sebanyak 517 juta pengguna. Indonesia merupakan negara pengguna Twitter terbesar kelima di dunia dengan 29,4 juta pengguna. Sebagian besar pengguna Twitter di seluruh dunia adalah usia remaja. Berdasarkan data

Beevolve (2012: Online), rentang usia 15-25 tahun merupakan rentang usia yang

paling banyak menggunakan Twitter yaitu 73,7% dari pengguna Twitter di seluruh dunia. Disusul rentang usia 26-35 dengan 14,9% pengguna lalu rentang usia 36-45 tahun sebesar 5,5% pengguna dan sisanya adalah pengguna Twitter dengan usia di atas 46 tahun.

Berdasarkan data yang telah dipaparkan, sebagian besar pengguna situs jejaring sosial (Facebook dan Twitter) berusia remaja. Menurut data Comscore (Aquino, 2011: Online), penggunaan situs jejaring sosial di kalangan remaja mengalami peningkatan terbesar dibandingkan rentang usia lainnya yaitu sebesar 84,4%.

Menurut penelitian Kuss & Griffiths (2011a: 3531), aktivitas yang sering dilakukan oleh remaja (peserta didik) dalam situs jejaring sosial antara lain: membaca atau merespon komentar yang terdapat pada akun peserta didik atau menulis sesuatu pada akun orang lain, mengirim atau merespons pesan atau undangan dari orang lain, membuka profil orang lain, dan chatting dengan orang lain (Young, 2007: 672).

Menurut Kuss & Griffiths (2011b: 68), penggunaan situs jejaring sosial secara berlebihan dapat menyebabkan adiksi bagi penggunanya. Berbagai macam fitur yang terdapat pada situs jejaring sosial dapat menjadi salah satu penyebab adiksi situs jejaring sosial, terutama meningkatnya waktu penggunaan situs jejaring sosial pada remaja, sebagaimana dikemukakan oleh Kuss & Griffiths:

Recent press reports have claimed that the excessive use of online social networking sites (SNSs) may be potentially addictive. The mass appeal of social networks on the Internet could potentially be a cause for concern, especially considering the increasing amounts of time young people spend online.


(10)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

The Center for Internet Addiction melaporkan lebih dari 50% individu

yang mengalami adiksi internet juga mengalami adiksi pada hal-hal lain yang ilegal seperti obat-obatan terlarang, alkohol, rokok, dan seks (Caldwell & Cunningham, 2010: 4). Penelitian Gadgetology menyebutkan orang-orang di bawah usia 25 tahun lebih banyak kehilangan waktu tidurnya karena digunakan untuk melihat timeline pada situs jejaring sosial (PTI, 2010: Online). Pada tahun 2012, penelitian tentang adiksi situs jejaring sosial menjadi topik yang penting layaknya adiksi merokok, alkohol dan narkoba (Cam & Isbulan, 2012: 15). Berdasarkan penelitian Chicago Booth School of Business University, adiksi situs jejaring sosial lebih bersifat adiktif daripada adiksi merokok dan narkoba. Selain itu, keinginan untuk selalu online pada situs jejaring sosial mengalahkan keinginan untuk tidur dan istirahat (The Telegraph, 2012: Online).

Beberapa kasus remaja yang diakibatkan oleh penggunaan situs jejaring sosial yang tidak wajar sebagai berikut: seorang peserta didik SMA di Indiana Amerika Serikat dikeluarkan dari sekolahnya karena memaki orang lain di Twitter (Wong, 2012: Online). Menurut Ketua Komnas Perlindungan Anak (Priliawito & Rimadi, 2012: Online) sebanyak 21 remaja putri di Indonesia menjadi korban eksploitasi (satu korban meninggal dunia) akibat berinteraksi melalui jejaring sosial seperti Facebook. Selain itu, seorang remaja putri di Semarang hilang dari rumahnya setelah mengenal pria melalui Facebook (Parwito, 2013).

Penelitian Nurhusni (2012: 90) kepada 321 peserta didik SMP Negeri 15 Bandung menunjukkan 66% atau 212 peserta didik masuk ke dalam kategori adiksi Facebook sedang, 53 orang lainnya atau 16,5% tergolong pada kategori adiksi rendah. Adapun sisanya sebanyak 56 orang atau 17,4% tergolong pada kategori adiksi tinggi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 38 peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Bandung menunjukkan 65,8% atau 25 peserta didik masuk ke dalam kategori kecenderungan adiksi situs jejaring sosial sedang. 18,4% atau tujuh peserta didik masuk ke dalam kategori kecenderungan adiksi rendah sedangkan 15,8% atau enam peserta didik masuk ke


(11)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam kategori kecenderungan adiksi tinggi. Penelitian Nurhusni dan hasil studi pendahuluan menunjukkan adanya kasus kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada usia remaja di kota Bandung.

Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan kepada 255 peserta didik (98 laki-laki dan 157 perempuan) kelas XI SMA Negeri 4 Bandung dengan rata-rata usia 16 tahun menunjukkan 87,84% atau 224 peserta didik masuk ke dalam kategori kecenderungan adiksi situs jejaring sosial sedang. 5,88% atau 15 peserta didik masuk ke dalam kategori kecenderungan adiksi rendah sedangkan 2,35% atau enam peserta didik masuk ke dalam kategori kecenderungan adiksi tinggi.

Berdasarkan situs jejaring sosial yang digunakan, terdapat 17 atau 6,67% peserta didik (7 laki-laki dan 10 perempuan) pengguna Facebook dan 14 atau 5,49% peserta didik (5 laki-laki dan 9 perempuan) pengguna Twitter. Selanjutnya terdapat 175 atau 68,63% peserta didik (79 laki-laki dan 96 perempuan) pengguna

Facebook dan Twitter, 27 atau 10,59% peserta didik (2 laki-laki dan 25

perempuan) pengguna Facebook, Twitter, dan Instagram, 9 atau 3,53% peserta didik (2 laki-laki dan 7 perempuan) pengguna Facebook, Twitter, Instagram, dan

Path, 7 atau 2,74% peserta didik (2 laki-laki dan 5 perempuan) pengguna Facebook, Twitter, dan Tumblr, serta 6 atau 2,35% peserta didik (1 laki-laki dan 5

perempuan) pengguna Facebook, Twitter, Instagram, dan Tumblr.

Berdasarkan perangkat yang digunakan, 12 atau 4,7% peserta didik (7 laki-laki dan 5 perempuan) hanya menggunakan Smartphone, 9 atau 3,53% peserta didik (4 laki-laki dan 5 perempuan) hanya menggunakan Laptop/Netbook, 7 atau 2,74% peserta didik (3 laki-laki dan 4 perempuan) hanya menggunakan

Handphone, dan 5 atau 1,96% peserta didik (4 laki-laki dan 1 perempuan) hanya

menggunakan PC untuk online situs jejaring sosial. Selanjutnya terdapat 40 atau 15,68% peserta didik (8 laki-laki dan 32 perempuan) menggunakan kombinasi Laptop/Netbook dan Smartphone, 24 atau 9,41% peserta didik (12 laki-laki dan 12 perempuan) menggunakan kombinasi PC, Laptop/Netbook, dan Smartphone, 21 atau 8,23% peserta didik (9 laki-laki dan 12 perempuan) menggunakan kombinasi


(12)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PC, Laptop/Netbook, Handphone, Smartphone, dan Tablet, serta 20 atau 7,84% peserta didik (12 laki-laki dan 8 perempuan) menggunakan kombinasi PC, Laptop/Netbook, Handphone, dan Smartphone untuk online situs jejaring sosial. Sementara itu 117 atau 45,88% peserta didik (39 laki-laki dan 78 perempuan) menggunakan 19 jenis kombinasi perangkat untuk online situs jejaring sosial lainnya dengan jumlah dan persentase yang lebih kecil.

Young (1996: 10) membagi adiksi internet menjadi tiga tingkatan, yaitu:

mild (rendah)—individu yang menggunakan internet dalam waktu yang lama, tetapi memiliki kontrol dalam penggunaannya, moderate (sedang)—individu yang menganggap internet merupakan hal yang penting tetapi tidak selalu menjadi yang utama dalam kehidupannya, severe (tinggi)—individu yang menganggap internet merupakan hal yang paling utama sehingga mengabaikan kepentingan-kepentingan lainnya.

Individu dapat dikatakan mengalami adiksi situs jejaring sosial apabila memenuhi tiga atau setengah dari enam aspek yang dinyatakan oleh Griffiths (Grusser et al., 2007: 291; Cabral, 2011: 11). Griffiths (2000: 211) menyatakan aspek adiksi situs jejaring sosial, yaitu: salience (dominasi situs jejaring sosial dalam pikiran dan tingkah laku peserta didik), mood modification (peserta didik mendapatkan kesenangan dari aktivitas mengakses situs jejaring sosial), tolerance (aktivitas mengakses situs jejaring sosial mengalami peningkatan secara progresif selama rentang periode untuk mendapatkan efek kepuasan), withdrawal (perasaan tidak menyenangkan pada saat peserta didik tidak melakukan aktivitas mengakses situs jejaring sosial), conflict (pertentangan yang muncul dari dirinya sendiri tentang tingkat kegemarannya mengakses situs jejaring sosial yang berlebihan maupun konflik yang terjadi antara remaja dengan orang lain sebagai akibat perilakunya mengakses situs jejaring sosial), dan relapse (kecenderungan perilaku peserta didik untuk mengulangi pola yang sempat dilakukan pada awal mengenal situs jejaring sosial meskipun telah mencoba melakukan kontrol atas dirinya).


(13)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gejala individu yang mengalami adiksi situs jejaring sosial dapat dilihat dari aspek perilaku, emosi, fisik, dan kognisinya. Gejala yang berkaitan dengan perilaku diantaranya: menarik diri dari aktivitas sosial, mengabaikan hubungan sosial dengan teman, susah mengatur kehidupannya, penurunan kebiasaan belajar, tidak masuk sekolah, dan penurunan prestasi sekolah (Young, 2006: 3). Gejala yang berkaitan dengan emosi diantaranya: ketika online merasa puas dan senang, menghalangi perasaan sakit hati, merasa tidak pasti atau tidak nyaman (Caldwell & Cunningham, 2010: Online), dan kesepian (Caplan, 2005: 722). Gejala yang berkaitan dengan fisik diantaranya: terlihat lelah dan tertidur di dalam kelas, sakit punggung, dan mata tegang (Young, 1999: 4). Gejala yang berkaitan dengan kognisi diantaranya: keyakinan akan lebih aman, lebih bermanfaat, lebih percaya diri, dan lebih nyaman ketika berinteraksi sosial secara online daripada kegiatan sosial di dunia nyata (Caplan, 2003: 629), merenung, meragukan diri sendiri,

efficacy rendah, penilaian diri yang negatif (Kwon, 2011: 230), rendahnya self-esteem, dan well being yang rendah (Valkenburg et al., 2006: 584).

Menurut Young et al. (Nurhusni, 2012: 26), laki-laki lebih sering mengalami adiksi terhadap game online, situs porno, dan perjudian online, sedangkan perempuan lebih sering mengalami adiksi terhadap chatting dan berbelanja secara online. Adiksi internet juga dapat ditimbulkan akibat masalah-masalah emosional seperti depresi dan gangguan kecemasan dan sering menggunakan dunia fantasi di internet sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan stres.

Penelitian Kuss & Griffiths (2011b: 69) telah menyoroti dampak negatif dari adiksi situs jejaring sosial, antara lain: menjadi seorang prokrastinator,

distraction, dan memiliki manajemen waktu yang buruk. Young (1999: 5)

mengemukakan individu yang mengalami adiksi internet akan mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara mengakses internet, menyelesaikan tugas rumahnya, belajar untuk ujian, dan waktu untuk tidur sehingga mengganggu


(14)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aktivitas sekolah. Selain itu, individu yang mengalami adiksi internet akan lebih banyak berkomunikasi melalui dunia maya sehingga kurang perhatian terhadap keluarga dan teman-teman di sekitarnya.

Beberapa peneliti meneliti berbagai pendekatan atau teknik dalam konseling yang efektif digunakan untuk mereduksi adiksi internet. Motivational

Enchancement Therapy terbukti sukses untuk mereduksi adiksi internet. Motivational Enchancement Therapy menekankan pada upaya kolaboratif dan

non-konfrontasi terhadap konseli dalam memandang adiksi internet dan konselor membuat rencana treatment individual serta tujuan yang akan diraih (Chou et al., 2005: 383).

Hur (2006: 514) merekomendasikan pendekatan multimodal sebagai upaya untuk mereduksi adiksi internet. Menurut Palmer (2011: 247), pendekatan multimodal adalah pendekatan yang sistematik secara teknis bersifat eklektik karena menggunakan teknik yang diambil dari berbagai sistem dan teori psikologi, tanpa perlu terpaku pada validitas prinsip-prinsip teoretis yang menekankan pada pendekatan-pendekatan berbeda yang menjadi sumber teknik dan metodenya.

Terapi realitas juga digunakan sebagai sebuah strategi dalam menangani berbagai macam adiksi seperti adiksi obat-obatan, seks, makanan dan juga adiksi internet. Terapi realitas membantu konseli membuat pilihan yang memungkinkan untuk mengontrol perilaku konseli ketika adiksinya kambuh. Terapi realitas menekankan faktor universalitas, dukungan, konfrontasi, dan wawasan dalam konseling kelompok (Kim, 2007: 3).

Young (2007: 677) menganjurkan konselor menggunakan Cognitive

Behavior Therapy (CBT) untuk mereduksi adiksi internet. Penelitian yang

dilakukan terhadap 114 konseli menunjukkan CBT terbukti efektif memperbaiki gejala umum adiksi internet, seperti: motivasi untuk berhenti, online time

management, social isolation, disfungsi seksual, dan menjauhi aplikasi-aplikasi


(15)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mampu memperbaiki gejala-gejala yang muncul dan secara terus-menerus menunjukkan pemulihan pada dirinya.

CBT memiliki tiga asumsi dasar yaitu: (1) aktivitas kognitif akan berakibat terhadap perilaku, (2) aktivitas kognitif dapat diidentifikasi dan diubah, dan (3) perubahan perilaku yang diinginkan disebabkan oleh perubahan kognitif (Dobson & Dozois, 2010: 3). Berdasarkan hasil studi pendahuluan menunjukkan para peserta didik yang masuk ke dalam kategori adiksi tinggi memiliki pemikiran yang salah suai terhadap situs jejaring sosial. Para peserta didik berpikir dengan situs jejaring sosial akan merasa nyaman dan membuat dirinya senang, maka adiksi situs jejaring sosial yang para peserta didik alami merupakan salah satu bentuk distorsi kognitif yang diakibatkan oleh pikiran negatif peserta didik terhadap peran situs jejaring sosial dalam kehidupannya.

Keunggulan CBT dibandingkan dengan pendekatan lainnya menurut Kim (Caldwell & Cunningham, 2010: 5) adalah CBT secara empiris terbukti efektif dan fleksibel diterapkan di berbagai budaya dan populasi. Menurut Caldwell & Cunningham (2010: 5) CBT merupakan salah satu pendekatan yang layak digunakan oleh konselor untuk membantu peserta didik yang mengalami adiksi internet. Selain itu, beberapa ahli (Davis, 2001: 187; Wieland, 2005: 158; Young

et al., 2011: 3; Abreu & Goes, 2011: 168; Beard, 2011: 183; Kwon, 2011: 229)

menganjurkan pendekatan CBT untuk mereduksi adiksi internet karena efektif mereduksi adiksi internet. Oleh karena itu, pendekatan yang dirasa tepat dan efektif untuk mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial adalah

Cognitive Behavior Therapy.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Salah satu akibat dari adiksi internet adalah sering kali terjadi distorsi waktu. Menurut penelitian Greenfield (Young, 2007: 672), individu yang mengalami adiksi online merasakan perpindahan (a sense of displacement) ketika


(16)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

online dan tidak dapat mengatur kehidupannya karena keasikan online. Individu

yang mengalami adiksi situs jejaring sosial mulai meninggalkan tugas-tugasnya, mengurangi waktunya untuk berkumpul bersama keluarga, dan secara perlahan menarik diri dari rutinitas kehidupan normalnya. Individu yang mengalami adiksi situs jejaring sosial mengabaikan hubungan sosial dengan teman-teman dan komunitasnya, serta pada akhirnya kehidupan individu tidak dapat diatur dengan baik karena internet. Pada perkembanganya, individu yang mengalami adiksi internet mulai menghabiskan waktunya dengan aktivitas internet, menyukai game

online, chatting dengan temannya, atau berjudi di dalam internet, dan secara

berangsur-angsur mengabaikan keluarga dan teman-temannya demi menyendiri di depan komputer.

Timbulnya adiksi situs jejaring sosial dapat disebabkan oleh adanya berkembangnya teknologi yang begitu pesat sehingga menghasilkan alat komunikasi berukuran kecil tetapi dapat mengakses situs jejaring sosial kapanpun dan dimanapun. Contoh alat komunikasi berukuran kecil yang dimaksud antara lain: komputer saku, laptop, iPads, dan bahkan telepon genggam (yang mendukung layanan internet) (Tariq, 2012: 409; Ishak, 2010: 50). Kemudahan mengakses situs jejaring sosial dapat menjadi kebiasaan di dalam kehidupan sehari-hari (Cabral, 2011: 5). Kebiasaan mengakses situs jejaring sosial karena kemudahannya inilah yang dapat menyebabkan individu atau peserta didik mengalami adiksi situs jejaring sosial (Tariq, 2012: 409; Young et al., 2011: 4).

Adiksi internet menjadi salah satu penghambat perkembangan peserta didik dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karier (Caldwell & Cunningham, 2010: 1). Upaya pengentasan masalah-masalah konseli (peserta didik) menjadi salah satu tugas konselor sekolah. Menurut DEPDIKNAS (2008: 219), orientasi layanan bimbingan dan konseling tidak hanya pada perangkat tugas perkembangan (kompetensi/kecakapan hidup, nilai dan moral peserta didik) dan tataran tujuan bimbingan dan konseling (penyadaran, akomodasi, tindakan), tetapi juga berorientasi pada permasalahan yang perlu dientaskan/diselesaikan. Oleh


(17)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena itu, permasalahan kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta didik merupakan tugas konselor untuk membantu mengentaskan peserta didik dari adiksi situs jejaring sosial.

Upaya bantuan yang dilakukan konselor untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi konseli (peserta didik) yang muncul segera dan dirasakan saat itu berkaitan dengan masalah pribadi, sosial, belajar, dan karier adalah layanan responsif. Layanan responsif merupakan layanan bantuan kepada peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. Layanan responsif bertujuan membantu peserta didik agar dapat memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah yang dialami peserta didik atau membantu konseli yang mengalami hambatan dan kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Strategi yang digunakan dalam layanan responsif yaitu: konseling individual, konseling krisis, konsultasi dengan orang tua, guru, dan alih tangan kepada ahli lain (DEPDIKNAS, 2008: 209).

Salah satu pendekatan konseling yang terbukti efektif untuk mereduksi adiksi internet adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT) (Young, 2007: 677). Pada CBT, konseli dilatih untuk memantau pikirannya dan mengidentifikasi afeksi dan keadaan yang dapat memicu munculnya perilaku adiksi situs jejaring sosial (Young, 2007: 673). Fokus utama dari intervensi adiksi internet adalah menyeimbangkan kehidupan nyata agar sama baiknya dengan kehidupan di dunia maya, kognisi, serta perilakunya (Khazaal et al., 2012: 32).

Mahoney dan Arnkoff (Dobson & Dozois, 2010: 11) menyatakan CBT dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu: (1) Restrukturisasi Kognitif, (2) Coping

Skills, (3) Problem Solving. Restrukturisasi kognitif berasumsi adanya tekanan

emosional merupakan hasil dari pikiran yang maladaptif sehingga tujuan dari restrukturisasi kognitif adalah untuk menguji dan menantang pola pikir yang maladaptif, dan membuat pola pikir yang lebih maladaptif. Berbeda dengan

coping skills yang berfokus pada pengembangan daftar kemampuan yang didesain


(18)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Problem solving sendiri merupakan suatu metode yang mengombinasikan antara

restrukturisasi kognitif dan coping skills. Problem solving menekankan pada pengembangan strategi untuk menghadapi berbagai macam masalah pribadi dan stres serta menekankan pada kolaborasi aktif antara konseli dan konselor dalam merencakanan program intervensi.

Menurut D’Zurilla & Goldfried (D’Zurilla et al., 2004: 12), problem solving didefinisikan sebagai proses kognitif perilaku yang bersifat langsung

kepada individu, pasangan suami istri, atau kelompok agar berusaha mengidentifikasi atau menemukan solusi efektif untuk menghadapi masalah yang spesifik dalam kehidupan sehari-harinya. Proses kognitif perilaku yang dimaksud yaitu (1) membuat beberapa solusi efektif untuk masalah tertentu dan (2) meningkatkan kemungkinan dalam memilih solusi yang paling efektif diantara beberapa alternatif.

D’Zurilla & Goldfried (Hecker & Thorpe, 2005: 397) mengatakan,

problem solving efektif untuk diaplikasikan dalam berbagai permasalahan konseli

karena problem solving mendorong konseli untuk bersikap aktif di dalam permasalahan kehidupannya sehingga konseli dapat memikirkan permasalahannya, mendefinisikan, memunculkan solusi alternatif, membuat keputusan, dan mempraktikkan solusi yang telah dibuatnya.

2. Rumusan Masalah

Secara operasional permasalahan dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah problem solving training efektif untuk mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta didik?


(19)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan dari penelitian memperoleh gambaran empirik mengenai efektivitas problem solving training dalam mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta didik.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan menjadi pedoman bagi praktisi yang berkecimpung dalam perkembangan remaja untuk menggunakan problem solving

training dalam mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta

didik.

Secara spesifik, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan bagi konselor/guru BK untuk membantu mereduksi kecenderungan adiksi peserta didik melalui implementasi problem solving training dan bekerjasama dengan orang tua serta konselor teman sebaya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Pada bab 1 dibahas mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi skripsi. Pada bab 2 dibahas mengenai kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Pada bab 3 dibahas mengenai metode penelitian. Pada bab 4 dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab 5 dibahas mengenai kesimpulan dan saran.


(20)

58

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data numerikal berupa persentase kecenderungan adiksi situs jejaring sosial yang dialami oleh peserta didik kelas XI SMA Negeri 4 Bandung tahun ajaran 2013/2014 dan keefektifan problem solving training untuk mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta didik.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen kuasi yang memungkinkan peneliti menentukan sampel penelitian sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang akan diteliti.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah single subject design yang melibatkan satu peserta saja, tetapi biasanya juga dapat mencakup beberapa peserta atau subjek penelitian yakni 3 sampai 8 subjek. Setiap subjek berfungsi sebagai kontrol bagi dirinya sendiri yang dapat dilihat dari kinerja subjek sebelum, selama, dan setelah diberi perlakuan (Horner et al., 2005: 168).

Desain yang digunakan adalah sebagai berikut:

A-B

(Sunanto et al., 2006: 42) Keterangan :

A : Baseline B : Intervensi


(21)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 4 Bandung yang beralamat di jalan Gardujati No. 20 Kota Bandung. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Bandung menunjukkan adanya peserta didik yang menunjukkan kecenderungan adiksi situs jejaring sosial.

Populasi penelitian adalah peserta didik yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam pembelajaran di kelas XI SMA Negeri 4 Bandung. Sampel penelitian adalah tiga peserta didik yang memiliki skor tinggi pada tiga atau lebih aspek adiksi situs jejaring sosial, yaitu: salience, mood modification, conflict,

tolerance, withdrawal, dan relapse.

Teknik pengambilan sampel menggunakan maximal variation sampling yaitu strategi pemilihan sampel yang memiliki kesamaan dalam aspek tertentu tetapi memiliki perbedaan pada aspek lainnya (Creswell, 2012: 208). Dalam konteks penelitian, sampel memiliki persamaan dan perbedaan dalam aspek adiksi situs jejaring sosial yang dominan.

E. Definisi Operasional

1. Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial

Kecenderungan adiksi situs jejaring sosial merupakan suatu kecenderungan peserta didik kelas XI SMA Negeri 4 Bandung laki-laki dan perempuan dengan rata-rata usia 16 tahun yang menghabiskan waktu secara berlebihan dalam mengakses situs jejaring sosial. Secara berlebihan dalam konteks penelitian ditandai dengan (a) salience (dominasi situs jejaring sosial pada pikiran dan tingkah laku peserta didik); (b) mood modification (peserta didik mendapatkan kesenangan dari aktivitas online situs jejaring sosial); (c) tolerance (aktivitas online situs jejaring sosial mengalami peningkatan secara progresif selama rentang periode untuk mendapatkan efek kepuasan); (d) withdrawal


(22)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(perasaan tidak menyenangkan pada saat peserta didik tidak melakukan aktivitas

online situs jejaring sosial); (e) conflict (pertentangan yang muncul dari diri

peserta didik sendiri tentang tingkat kegemarannya online situs jejaring sosial yang berlebihan maupun konflik yang terjadi antara peserta didik dengan orang lain sebagai akibat perilakunya online situs jejaring sosial); dan (f) relapse (kecenderungan perilaku peserta didik untuk mengulangi pola yang sempat dilakukan pada awal mengenal situs jejaring sosial meskipun telah mencoba melakukan kontrol atas dirinya).

2. Problem Solving Training

Problem solving training merupakan suatu bantuan dalam bentuk

konseling yang diberikan konselor kepada konseli dengan cara mengembangkan strategi untuk menemukan dan mengimplementasikan solusi efektif dalam mengurangi tingkat adiksi situs jejaring sosial melalui kolaborasi aktif antara konselor dan konseli. Proses menemukan dan mengimplementasikan solusi efektif dalam konteks penelitian meliputi (a) pengenalan konsep problem solving training oleh konselor kepada konseli; (b) pengenalan adiksi situs jejaring sosial dan membuat tujuan yang mungkin dicapai sebagai upaya untuk mengurangi tingkat adiksi situs jejaring sosial; (c) merumuskan beberapa alternatif solusi yang dapat digunakan untuk mengurangi tingkat adiksi situs jejaring sosial; (d) membuat analisis dari setiap alternatif solusi dan menimbang konsekuensi positif dan negatif yang akan dihadapi serta memilih solusi yang paling efektif untuk mengurangi tingkat adiksi situs jejaring sosial; (e) melaksanakan solusi yang telah direncanakan, memonitor, mengevaluasi keefektifan solusinya, dan segera memperbaikinya jika solusi yang dilaksanakan tidak efektif; (f) memaksimalkan kecakapan aplikasi sikap dan keterampilan problem solving terhadap beberapa permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.


(23)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen yang disusun berdasarkan pengembangan dan perumusan teori mengenai adiksi situs jejaring sosial. Butir-butir pernyataan dalam instrumen merupakan gambaran tentang kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta didik. Angket menggunakan skala Likert yang terdiri atas: selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.

2. Pengembangan Kisi-Kisi

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap kecenderungan adiksi situs jejaring sosial dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi dari instrumen disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial

No. Aspek Indikator No. Item

(+) (-)

1. Salience Mengakses situs jejaring sosial

menjadi keharusan bagi peserta didik 1, 2 2 Situs jejaring sosial mendominasi

pikiran peserta didik 3, 4 2

Situs jejaring sosial mendominasi

perasaan peserta didik 5, 6 2

Situs jejaring sosial mendominasi

perilaku peserta didik 7, 8 2

Peserta didik terus-menerus memikirkan cara untuk mengakses situs jejaring sosial

9, 10 2

Peserta didik memiliki kebutuhan untuk selalu berkomunikasi dengan orang lain melalui situs jejaring sosial

11, 12 2

2. Mood Modification

Peserta didik merasa senang ketika

mengakses situs jejaring sosial 13, 14 2 Peserta didik memanfaatkan situs

jejaring sosial sebagai strategi coping atas masalah yang dihadapinya

15, 16 2

Perasaan senang yang dirasakan peserta didik ketika mengakses situs jejaring sosial menguatkan untuk terus mengakses situs jejaring sosial


(24)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Aspek Indikator No. Item

(+) (-)

3. Tolerance Terjadi peningkatan intensitas mengakses situs jejaring sosial secara progresif

19, 20 2

Peserta didik merasakan kepuasaan ketika menambah intensitas mengakses situs jejaring sosial

21, 22 2

Peserta didik tidak mampu mengatur

waktunya sendiri 23, 24 2

4. Withdrawal Peserta didik menjadi cemas ketika tidak dapat mengakses situs jejaring sosial

25, 26 2

Peserta didik menjadi mudah marah ketika tidak dapat mengakses situs jejaring sosial

27, 28 2

Peserta didik mengisolasi diri ketika tidak dapat mengakses situs jejaring sosial

29, 30 2

5. Conflict Adanya konflik dengan teman karena peserta didik terus-menerus

mengakses situs jejaring sosial

31, 32 2

Adanya konflik dengan keluarga karena peserta didik terus-menerus mengakses situs jejaring sosial

33, 34 2

Adanya konflik dalam bidang pendidikan karena peserta didik terus-menerus mengakses situs jejaring sosial

35, 36 2

Adanya konflik di dalam diri peserta didik karena terus-menerus

mengakses situs jejaring sosial

37, 38 2

Aktivitas mengakses situs jejaring sosial mengganggu kegiatan sosial lainnya

39, 40 2

Peserta didik tidak mampu menghentikan perilakunya dalam mengakses situs jejaring sosial walaupun sudah mencoba

41, 42 2

6. Relapse Peserta didik terus-menerus mengulangi pola perilakunya mengakses situs jejaring sosial

43, 44 2

Peserta didik memiliki rasionalisasi di dalam pikirannya untuk

mengulangi perilaku mengakses situs jejaring sosial

45, 46 2

Peserta didik merasa menyesal karena telah mengulangi perilaku mengakses situs jejaring sosial tetapi tidak berlangsung lama karena setelah itu peserta didik mengulangi kembali perilaku mengakses situs jejaring


(25)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Aspek Indikator No. Item

(+) (-)

sosialnya

JUMLAH 48

3. Pedoman Skoring

Butir pernyataan pada alternatif jawaban peserta didik diberi skor 4, 3, 2, 1. Jika peserta didik menjawab pada kolom “Selalu” diberi skor 4, kolom “Sering” diberi skor 3, kolom “Kadang-Kadang” diberi skor 2, kolom “Tidak Pernah” diberi skor 1. Semakin tinggi alternatif jawaban peserta didik maka semakin tinggi tingkat kecenderungan adiksi situs jejaring sosial peserta didik dan semakin rendah alternatif jawaban peserta didik maka semakin rendah pula tingkat kecenderungan adiksi situs jejaring sosial peserta didik. Ketentuan pemberian skor kecenderungan adiksi situs jejaring sosial peserta didik dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Positif

Selalu 4

Sering 3

Kadang-Kadang 2

Tidak Pernah 1

4. Uji Validitas Rasional

Uji validitas rasional bertujuan mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk dan isi. Uji validitas rasional dilakukan oleh dosen ahli, yaitu Nandang Budiman, S.Pd. M.Si. Uji validitas rasional dilakukan dengan meminta pendapat dosen ahli untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M berarti item tersebut bisa digunakan dan item yang diberi nilai TM bisa memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau masih bisa digunakan dengan revisi.


(26)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penilaian menunjukkan secara konstruk hampir seluruh item pada angket intensitas kejenuhan belajar termasuk memadai. Terdapat item-item yang perlu diperbaiki dari segi bahasa dan isi. Hasil penimbangan dosen ahli dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya item-item pernyataan layak digunakan dengan beberapa perbaikan redaksi agar mudah dipahami peserta didik.

Langkah berikutnya dilakukan uji keterbacaan terhadap lima orang peserta didik kelas XI SMA Negeri 4 Bandung yang tidak diikutsertakan dalam sampel penelitian akan tetapi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian. Uji keterbacaan dimaksudkan untuk melihat sejauhmana keterbacaan instrumen oleh responden sebelum digunakan untuk kebutuhan penelitian. Hasil uji keterbacaan item pernyataan pada angket dapat dipahami oleh tiga orang peserta didik yang melakukan uji keterbacaan kecuali kata ”cemas” dan “menghalangi” pada nomor item 5 serta kata “uring-uringan” pada nomor item 28 angket kecenderungan adiksi situs jejaring sosial. Kata ”cemas” diganti menjadi kata ”kesal”, kata “menghalangi” diganti menjadi kata “dilarang”, dan kata “uring-uringan” diganti menjadi kata “menggerutu” dengan alternatif

jawaban yang tetap.

5. Uji Validitas Butir Item

Validitas merupakan tingkat penafsiran kesesuaian hasil yang dimaksudkan instrumen dengan tujuan yang diinginkan oleh suatu instrumen (Creswell, 2012:159). Pengujian validitas butir item dilakukan terhadap seluruh item yang terdapat dalam angket pengungkap kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta didik. Pengujian validitas butir item bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mampu mengukur apa yang diinginkan. Pengujian validitas butir item menggunakan rumus korelasi

Spearman-Brown karena hasil pengukuran instrumen dengan jawaban selalu,


(27)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penggunaan rumus korelasi Spearman-Brown tidak memerlukan asumsi normalitas dan linieritas regresi.

Hasil pengujian validitas instrumen kecenderungan adiksi situs jejaring sosial dengan menggunakan korelasi Spearman-Brown, dari 48 item pernyataan yang disusun didapatkan 42 item dinyatakan valid pada tingkat kepercayaan 95%.

6. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas bertujuan untuk melihat kemantapan sebuah instrumen atau mengukur sejauh mana suatu instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara konsisten. Uji reliabilitas instrumen kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta didik menggunakan metode Cronbach’s Alpha.

Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,948. Harga reliabilitas instrumen penelitian berada pada derajat keterandalan sangat tinggi artinya instrumen tersebut mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan konsisten serta layak untuk digunakan dalam penelitian.

G. Langkah-Langkah Penelitian

1. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data

Penyusunan alat pengumpul data dimulai dengan menyusun instrumen kecenderungan adiksi situs jejaring sosial berdasarkan teori dan indikator yang telah dikembangkan.

Butir-butir pernyataan dibuat berdasarkan teori yang mendasari dan indikator yang telah dikembangkan. Kisi-kisi instrumen disempurnakan berdasarkan hasil judgement dari dosen penimbang dan disusun menjadi instrumen yang siap digunakan sebagai alat pengumpul data.


(28)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyebaran angket situs jejaring sosial dilakukan di kelas XI SMA Negeri 4 Bandung. Kegiatan dilakukan sebagai tes awal (pre test) dan untuk mendapatkan data mengenai gambaran umum kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta didik dan sampel penelitian dipilih dari peserta didik yang memiliki skor tinggi pada tiga atau lebih aspek adiksi situs jejaring sosial.

3. Perancangan Intervensi

Rancangan intervensi problem solving training untuk mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial disusun berdasarkan hasil pre-test kecenderungan adiksi situs jejaring sosial dan karakteristik sampel penelitian. Uji validitas rasional dilakukan oleh dosen ahli, yaitu Dr. Mubiar Agustin, M.Pd. Berikut ini merupakan rancangan intervensi yang dilakukan hasil dari validasi dengan komponen yang mencakup:

PROGRAM PROBLEM SOLVING TRAINING UNTUK MEREDUKSI KECENDERUNGAN

ADIKSI SITUS JEJARING SOSIAL

a. Rasional

Perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat internet terus berkembang dan tersebar ke segenap elemen lapisan masyarakat (Winarto, 2012:

Online). Situs jejaring sosial merupakan situs yang paling diminati pengguna

internet di seluruh dunia (Cam & Isbulan, 2012: 14).

Sebagian besar pengguna situs jejaring sosial (Facebook dan Twitter) adalah usia remaja. Menurut data Comscore (Aquino, 2011: Online), penggunaan


(29)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

situs jejaring sosial di kalangan remaja mengalami peningkatan terbesar dibandingkan rentang usia lainnya yaitu sebesar 84,4%.

Menurut Kuss & Griffiths (2011b: 68), penggunaan situs jejaring sosial secara berlebihan dapat menyebabkan adiksi bagi penggunanya. Berdasarkan hasil

pretest yang dilakukan kepada 255 peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Bandung

menunjukkan 87,84% atau 224 peserta didik masuk ke dalam kategori adiksi situs jejaring sosial sedang. 5,88% atau 15 peserta didik masuk ke dalam kategori adiksi rendah sedangkan 2,35% atau enam peserta didik masuk ke dalam kategori adiksi tinggi. Diantara enam peserta didik yang masuk ke dalam kategori adiksi tinggi, terdapat lima peserta didik yang memiliki skor tinggi pada tiga atau lebih aspek adiksi situs jejaring sosial.

Individu dapat dikatakan mengalami adiksi situs jejaring sosial apabila memenuhi tiga atau setengah dari enam indikator yang dinyatakan oleh Griffiths (Grusser et al., 2007: 291; Cabral, 2011: 11). Griffiths (2000: 211) menyatakan indikator adiksi situs jejaring sosial, yaitu: salience (dominasi situs jejaring sosial dalam pikiran dan tingkah laku peserta didik), mood modification (peserta didik mendapatkan kesenangan dari aktivitas online situs jejaring sosial), tolerance (aktivitas online situs jejaring sosial mengalami peningkatan secara progresif selama rentang periode untuk mendapatkan efek kepuasan), withdrawal (perasaan tidak menyenangkan pada saat peserta didik tidak melakukan aktivitas online situs jejaring sosial), conflict (pertentangan yang muncul dari dirinya sendiri tentang tingkat kegemarannya online situs jejaring sosial yang berlebihan maupun konflik yang terjadi antara remaja dengan orang lain sebagai akibat perilakunya online situs jejaring sosial), dan relapse (kecenderungan perilaku peserta didik untuk mengulangi pola yang sempat dilakukan pada awal mengenal situs jejaring sosial meskipun telah mencoba melakukan kontrol atas dirinya).

Young (2007: 677) menganjurkan konselor menggunakan Cognitive

Behavior Therapy (CBT) untuk mereduksi adiksi internet. Penelitian yang


(30)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gejala umum adiksi internet, seperti: motivasi untuk berhenti, online time

management, social isolation, disfungsi seksual, dan menjauhi aplikasi-aplikasi

yang bermasalah ketika online. Setelah dilakukan treatment, konseli terbukti mampu memperbaiki gejala-gejala yang muncul dan secara terus-menerus menunjukkan pemulihan pada dirinya. Konselor perlu mengidentifikasi bahkan menyerang asumsi dan distorsi kognitif yang berkembang pada diri konseli dan memiliki pengaruh pada perilakunya. Pendekatan kognitif yang terkait antara lain

problem solving, restrukturisasi kognitif, keeping thought journals (Young, 2011:

29), latihan strategi coping, pemodelan, dan dukungan kelompok (Young, 2007: 673).

Abreu & Goes (2011: 169) menyertakan problem solving ke dalam rancangan pendekatan CBT yang digunakannya untuk mereduksi adiksi internet. Selain itu, Beard (2011: 184) juga menggunakan problem solving sebagai upaya untuk mereduksi adiksi internet pada remaja.

Mahoney dan Arnkoff (Dobson & Dozois, 2010: 11) menyatakan CBT dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu: (1) Restrukturisasi Kognitif, (2) Coping

Skills, (3) Problem Solving. D’Zurilla & Goldfried (Hecker & Thorpe, 2005: 397)

mengatakan, problem solving efektif untuk diaplikasikan dalam berbagai permasalahan konseli karena problem solving mendorong konseli untuk bersikap aktif di dalam permasalahan kehidupannya sehingga konseli dapat memikirkan permasalahannya, mendefinisikan, memunculkan solusi alternatif, membuat keputusan, dan mempraktikkan solusi yang telah dibuatnya.

b. Tujuan Intervensi

Secara umum tujuan dari problem solving training adalah mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta didik. Secara khusus tujuan intervensi adalah mengurangi aspek adiksi situs jejaring sosial yang tinggi pada subjek penelitian (dijelaskan lebih lanjut pada bagian sasaran intervensi).


(31)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Adiksi situs jejaring sosial merupakan sebuah perilaku individu yang menghabiskan banyak waktunya untuk mengakses situs jejaring sosial secara berlebihan atau tidak wajar sehingga mengganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Willard, 2006: 3; Walker, 2012: Online).

2) Pendekatan yang terbukti paling efektif dan paling banyak diteliti oleh para ahli untuk mereduksi adiksi internet adalah pendekatan cognitive behavioral karena adanya ketepatan penjelasan dinamika psikologis individu yang mengalami adiksi internet berdasarkan model cognitive behavioral yang menyatakan peranan kognisi dalam adiksi internet sangat mempengaruhi perilaku dan emosi individu (Lan & Lee, 2012: 92).

3) Salah satu teknik dalam pendekatan cognitive behavioral yang digunakan untuk mereduksi adiksi internet adalah problem solving karena mendorong konseli untuk bersikap aktif di dalam permasalahan kehidupannya sehingga konseli dapat memikirkan permasalahannya, mendefinisikannya, memunculkan solusi alternatif, membuat keputusan, dan mempraktikkan solusi yang telah dibuatnya (Hecker & Thorpe, 2005: 397).

d. Sasaran Intervensi

Sasaran intervensi adalah tiga peserta didik yang memiliki skor tinggi pada tiga atau lebih aspek adiksi situs jejaring sosial. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan jumlah aspek yang memiliki skor tinggi paling banyak diantara lima peserta didik yang memenuhi kriteria subjek penelitian. Daftar peserta didik yang menjadi sasaran intervensi tersaji pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Sasaran Intervensi

Nama Jenis

Kelamin Usia

Aspek yang Tinggi

Situs Jejaring

Sosial Piranti Online

RSP Perempuan 16 Tahun

Salience, Mood Modification,

Tolerance,

Facebook, Twitter, Instagram,

Smartphone dan Tablet


(32)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Conflict, Relapse dan Path

RAE Laki-laki 16 Tahun Salience, Mood Modification, Relapse Facebook, Twitter, dan YouTube PC, Laptop/Netbook, Smartphone GND Perempuan 16

Tahun Salience, Mood Modification, Relapse Facebook, Twitter, Instagram, dan Path. PC, Laptop/Netbook, Smartphone

e. Langkah-langkah Intervensi

Pelaksanaan intervensi konseling dilakukan selama delapan sesi (tiga sesi setiap minggu). Penentuan jadwal intervensi berdasarkan kesepakatan antara konselor dan konseli. Pelaksanaan intervensi direncanakan bertempat di ruang BK SMA Negeri 4 Bandung. Gambaran setiap sesi intervensi sebagai berikut.

Sesi 1

Sesi 1 bertujuan untuk membangun hubungan positif konselor dengan konseli. Kegiatan pada sesi 1 terdiri atas:

1) Konselor bersama konseli mendiskusikan agenda konseling (kontrak) 2) Konselor bersama konseli mendiskusikan kebiasaan konseli online situs

jejaring sosial, terutama pada aspek adiksi situs jejaring sosial yang memiliki skor tinggi

3) Konselor menggali pengalaman konseli yang positif sehingga konseli merasa optimis untuk mengikuti tahapan konseling hingga selesai

4) Konselor bersama konseli mendiskusikan pentingnya homework

assignment dilanjutkan dengan menjelaskan homework assignment yang

akan dikerjakan konseli

5) Konseli mengisi inventori penilaian kepuasaan proses konseling

Indikator keberhasilan dari sesi 1 adalah adanya komitmen konseli untuk mengikuti setiap tahapan konseling yang akan dilakukan dalam bentuk kontrak konseling (kontrak terlampir) dan konseli dapat menceritakan permasalahannya dengan baik kepada konselor.


(33)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sesi 2

Sesi 2 bertujuan untuk mengembangkan kemampuan konseli mengidentifikasi permasalahan ketika mengalaminya. Kegiatan pada sesi 3 terdiri atas:

1) Konselor bersama konseli me-review sesi sebelumnya

2) Konselor bersama konseli mendiskusikan kegiatan konseli online situs jejaring sosial setelah sesi 1 berakhir

3) Konselor bersama konseli me-review pekerjaan rumah (homework

assignment) yang dikerjakan konseli

4) Konselor bersama konseli menyepakati agenda pada sesi 2

5) Konseli menghubungkan kebiasaan online situs jejaring sosial konseli dengan kecenderungan adiksi situs jejaring sosial (konselor menyiapkan

handout tentang adiksi situs jejaring sosial sebagai media pendukung)

6) Konselor bersama konseli mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konseli mengalami kecenderungan adiksi situs jejaring sosial.

7) Konselor meminta konseli menceritakan perasaan, perilaku yang tidak efektif, dan pikiran tertentu ketika online situs jejaring sosial sebagai cara untuk mengenali kecenderungan adiksi situs jejaring sosial ketika sedang dialaminya

8) Konselor menjelaskan homework assignment yang akan dikerjakan konseli 9) Konseli mengisi inventori penilaian kepuasaan proses konseling

Indikator keberhasilan dari sesi 2 adalah konseli menyadari dirinya mengalami kecenderungan adiksi situs jejaring sosial, mampu mengenali kecenderungan adiksi situs jejaring sosial yang dialami, dan mampu mengidentifikasi faktor-faktor dalam diri yang membuatnya mengalami kecenderungan adiksi situs jejaring sosial.


(34)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sesi 3

Sesi 3 bertujuan untuk mengubah pikiran negatif konseli terhadap permasalahannya. Kegiatan pada sesi 3 terdiri atas:

1) Konselor bersama konseli me-review sesi sebelumnya

2) Konselor bersama konseli mendiskusikan kegiatan konseli online situs jejaring sosial setelah sesi 2 berakhir

3) Konselor bersama konseli me-review pekerjaan rumah (homework

assignment) yang dikerjakan konseli

4) Konselor bersama konseli menyepakati agenda pada sesi 3

5) Konseli menceritakan pandangannya tentang hubungan dirinya dengan kecenderungan adiksi situs jejaring sosial, dan pemecahan masalahnya 6) Konselor bersama konseli mendiskusikan peranan pikiran dalam

memandang setiap permasalahan, terutama kecenderungan adiksi situs jejaring sosial

7) Konselor mengajak konseli untuk memandang kecenderungan adiksi situs jejaring sosial yang dialaminya sebagai tantangan permasalahan agar dapat direduksi

8) Konselor menjelaskan homework assignment yang akan dikerjakan konseli 9) Konseli mengisi inventori penilaian kepuasaan proses konseling

Indikator keberhasilan dari sesi 3 adalah konseli mampu mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif tentang dirinya, kecenderungan adiksi situs jejaring sosial, dan pemecahan masalahnya, serta konseli memiliki keinginan untuk terlepas dari masalah dan berkomitmen menyelesaikan masalah.

Sesi 4

Sesi 4 bertujuan untuk memahami sifat dari kecenderungan adiksi situs jejaring sosial dan membuat tujuan yang realistis dan objektif untuk mengarahkan usaha pemecahan masalah selanjutnya. Kegiatan pada sesi 4 terdiri atas:


(35)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Konselor bersama konseli mendiskusikan kegiatan konseli online situs jejaring sosial setelah sesi 3 berakhir

3) Konselor bersama konseli me-review pekerjaan rumah (homework

assignment) yang dikerjakan konseli

4) Konselor bersama konseli menyepakati agenda pada sesi 4

5) Konselor mendorong konseli untuk mendefinisikan adiksi situs jejaring sosial berdasarkan apa yang dialaminya secara singkat dan objektif. 6) Konselor bersama konseli merumuskan tujuan yang realistis dari

keseluruhan tahapan konseling yang dijalani.

7) Konselor bersama konseli mengidentifikasi potensi, hambatan, tantangan, dan ancaman yang mungkin dialami konseli dalam usahanya mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial

8) Konselor menjelaskan homework assignment yang akan dikerjakan konseli 9) Konseli mengisi inventori penilaian kepuasaan proses konseling

Indikator keberhasilan dari sesi 4 adalah konseli memahami kecenderungan adiksi situs jejaring sosial yang dialaminya dan memiliki tujuan yang dapat diraih setelah keseluruhan tahap konseling dilalui.

Sesi 5

Sesi 5 bertujuan untuk membuat dan menggunakan beberapa prinsip pengungkapan pendapat (brainstorming) serta merumuskan solusi yang memungkinkan agar ide solusi yang paling efektif segera dapat diidentifikasi. Kegiatan pada sesi 5 terdiri atas:

1) Konselor bersama konseli me-review sesi sebelumnya

2) Konselor bersama konseli mendiskusikan kegiatan konseli online situs jejaring sosial setelah sesi 4 berakhir

3) Konselor bersama konseli me-review pekerjaan rumah (homework

assignment) yang dikerjakan konseli


(36)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5) Konseli mengidentifikasi beberapa alternatif solusi yang mungkin dapat digunakan untuk mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial.

Konselor memfasilitasi konseli mengidentifikasi alternatif solusi sebanyak-banyaknya karena semakin banyak alternatif solusi yang dapat diidentifikasi, maka semakin efektif solusi yang dapat dikembangkan. Konselor berusaha untuk tidak menilai atau men-judge setiap alternatif solusi yang berhasil diidentifikasi hingga daftar alternatif solusi telah berhasil diidentifikasi secara komprehensif. Apabila konseli memiliki kesulitan untuk mengembangkan beberapa alternatif solusi, konselor akan mendorong konseli untuk (a) mengombinasikan beberapa pemikiran, (b) memodifikasi pemikiran yang sedang digunakan, (c) mengidentifikasi bagaimana orang lain yang disegani berusaha menghadapi masalah yang mungkin sama dengan permasalahan konseli, dan (d) memvisualisasikan permasalahannya.

6) Konseli melengkapi setiap alternatif solusinya dengan strategi dan beberapa langkah yang diperlukan untuk menjalankan alternatif solusi tersebut.

7) Konselor menjelaskan homework assignment yang akan dikerjakan konseli 8) Konseli mengisi inventori penilaian kepuasaan proses konseling

Indikator keberhasilan dari sesi 5 adalah konseli memiliki beberapa alternatif solusi lengkap dengan strategi dan beberapa langkah impelementasinya.

Sesi 6

Sesi 6 bertujuan untuk membuat analisis dari setiap alternatif solusi, mengidentifikasi, lalu menimbang konsekuensi positif dan negatif yang akan dihadapi agar selanjutnya dapat mengembangkan rencana solusi secara keseluruhan. Kegiatan pada sesi 6 terdiri atas:


(1)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://psycnet.apa.org/index.cfm?fa=buy.optionToBuy&id=1986-20326-001 [5 Februari 2013].

Nezu, A.M. (2004). ―Problem Solving and Behavior Therapy Revisited‖.

Behavior Therapy. 35, 1-33.

Nezu, A.M., et al. (2004). ―Problem Solving Therapy for Adults‖, dalam Social Problem Solving: Theory, Research, and Training. Washington: American

Psychological Association.

Nezu, C.M., D‘Zurrilla, T.J., & Nezu, A.M. (2005). ―Problem-Solving Therapy:

Theory, Practice, and Application to Sex Offenders‖, dalam Social Problem Solving and Offending: Evidence, Evaluation, and Evolution.

West Sussex: John Wily & Sons, Ltd.

Ngantung, D. (2013). Keseringan Main Facebook Bikin Hati Resah, Ini Buktinya

[Online]. Tersedia:

http://www.tribunnews.com/lifestyle/2013/08/16/keseringan-main-facebook-bikin-hati-resah-ini-buktinya [20 Agustus 2013].

Niemz, K., Griffiths, M. & Banyard, P. (2005). ―Prevalence of Pathological

Internet Use among University Students and Correlations with Self-Esteem,

the General Health Questionnaire (GHQ), and Disinhibition‖. CyberPsychology & Behavior. 8, (6), 562-572.

Nurhusni, P.A. (2012). Profil Penyesuaian Sosial Siswa yang Mengalami

Kecanduan Mengakses Facebook. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Palmer, S. (2011). ―Terapi dan Konseling Multimoda‖, dalam Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Park, S.K., Kim, J.Y., & Cho, C.B. (2008). ―Prevalence of Internet Addiction and

Correlations with Family Factors among South Korean Adolescents‖. Adolescence. 43, 172, 895-909.

Parwito. (2013). ABG di Semarang hilang setelah kenal pria lewat Facebook [Online]. Tersedia: http://www.merdeka.com/peristiwa/abg-di-semarang-hilang-setelah-kenal-pria-lewat-facebook.html [21Januari 2013].

Priliawito, E. & Rimadi, L. (2012). Sudah 21 Remaja Putri Jadi Korban

Kekerasan Akibat Internet [Online]. Tersedia:

http://metro.news.viva.co.id/news/read/357847-sudah-21-remaja-putri-jadi-korban-kekerasan-akibat-internet [21 Januari 2013].


(2)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Provencher, M.D., Dugas, M.J., Ladouceur, R. (2004). ―Efficacy of Problem -Solving Training and Cognitive Exposure in the Treatment of Generalized Anxiety Disorder: A Case Replication Series‖. Cognitive and Behavioral Practice. 11, 404-414.

PTI. (2010). People’s addiction to networking sites on rise: Study [Online]. Tersedia: http://articles.economictimes.indiatimes.com/2010-03- 25/news/27615482_1_social-media-social-networking-facebook-and-twitter [18 September 2012].

Rachlin, H. (1990). ―Why Do People Gamble and Keep Gambling Despite Heavy Losses?‖. American Psychological Society. 1, (5), 294-297.

Rohall, D.E., & Cotten, S.R. (2002). ―Internet Use and The Self Concept: Linking Specific Uses to Global Self-Esteem‖. Current Research in Social Psychology. 8, 1-19.

Satriani, A. (2012). Facebook Bikin Doyan Ngemil? [Online]. Tersedia: http://www.tempo.co/read/news/2012/12/21/072449562/Facebook-Bikin-Doyan-Ngemil [26 Januari 2013].

Semiocast. (2012). Twitter reaches half a billion accounts more than 140 millions

in the U.S [Online]. Tersedia:

http://semiocast.com/publications/2012_07_30_Twitter_reaches_half_a_bi llion_accounts_140m_in_the_US [19 Januari 2013].

Senormanci, O., Konkan, R., Sungur, M.Z. (2012). ―Internet Addiction and Its

Cognitive Behavioral Therapy‖, dalam Standard and Innovative Strategies in Cognitive Behavior Therapy. Intech: Rijeka.

Setiawan, T.A. (2012). Jumlah Pengguna Internet Dunia Meningkat [Online]. Tersedia: http://ureport.news.viva.co.id/news/read/331845-jumlah-pengguna-internet-dunia-meningkat [16 September 2012].

Shaw, M. & Black, D.W. (2008). ―Internet Addiction: Definition, Assessment, Epidemiology and Clinical Management‖. CNS Drugs. 22, (5), 353-345. Shek, D.T.L., Tang, V.M.Y., Lo, C.Y. (2009). ―Evaluation of an Internet

Addiction Treatment Program for Chinese Adolescents in Hong Kong‖. Adolescence. 44, (174), 359-373.


(3)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Smarteenblog. (2013). Sejarah Situs Jejaring Sosial [Online]. Tersedia: http://smarteenblog.wordpress.com/2013/05/11/sejarah-situs-jejaring-sosial/ [28 Agustus 2013].

Socialbakers. (2013). Indonesia Facebook Statistics [Online]. Tersedia: http://www.socialbakers.com/facebook-statistics/indonesia [19 Januari 2013].

Steinfield, C., Ellison, N.B., & Lampe, C. (2008). ―Social capital, self-esteem, and

use of online social network sites: A longitudinal analysis‖. Journal of Applied Developmental Psychology. 29, 434-445.

Subrahmanyam, K. et al. (2008).―Online and offline social networks: Use of social networking sites by emerging adults‖. Journal of Applied Developmental Psychology. 29, 420-433.

Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani. Sunanto, J., Takeuchi, K., & Nakata, H. (2006). Penelitian dengan Subyek

Tunggal. Bandung: UPI Press.

Surya, M. (2003). Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Sussman, S. et al. (2011). ―A Framework for the Specificity of Addictions‖.

International Journal of Environmental Research and Public Health. 8,

3399-3415.

Suyadi. (2010). Buku Pegangan Bimbingan Konseling untuk PAUD (Pendidikan

Anak Usia Dini). Yogyakarta: Diva Press.

Szymanska, K. & Palmer, S. (2011). ―Psikoterapi dan Konseling Kognitif‖, dalam Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tariq, W. et al. (2012). ―The Impact of Social Media and Social Networks on

Education and Students of Pakistan‖. IJCSI International Journal of Computer Science Issues. 9, (3), 407-441.

Teri, L. et al. (1997). Behavioral treatment of depression in dementia patients: a controlled clinical trial. Dalam Journals of Gerontoly Series

B-Pychological Sciences and Social Sciences [Online], 52, (4), 159-166.

Tersedia: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9224439 [5 Februari 2013].


(4)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tezel, A. & Gozum, S. (2006). ―Comparison of effects of nursing care to problem

solving training on levels of depressive symptoms in post partum women‖. Patient Education and Counseling, 63, 64–73.

The Telegraph. (2012). Facebook an Twitter ‘more addictive than tobacco and

alcohol’ [Online]. Tersedia:

http://www.telegraph.co.uk/technology/news/9054243/Facebook-and-Twitter-more-addictive-than-tobacco-and-alcohol.html [18 September 2012].

Thurlow, C. (2001). ―The Internet and Language‖, dalam Concise Encyclopedia of Sociolinguistics. London: Pergamon.

Valkenburg, P.M., Peter, J., & Schouten, A.P. (2006). ―Friend networking sites

and their relationship to adolescents‘ well-being and social self-esteem‖.

CyberPsychology & Behavior, 9, (5), 584-590.

Walker, L. (2012). What Is Social Networking Addiction? [Online]. Tersedia:

http://personalweb.about.com/od/socialmediaaddiction/a/Social-Networking-Addiction.htm [3 Oktober 2012].

Walker, M.B. (1989). Some problems with the concept of ―gambling addiction‖: Should theories of addiction be generalized to include excessive gambling?. Dalam Journal of gambling behavior [Online], 5, (3), 179-200. Tersedia:

http://link.springer.com/article/10.1007%2FBF01024386?LI=true [8 Februari 2013].

Wallis, L.M.M. et al. (1995). ―Randomised controlled trial comparing problem solving treatment with amitriptyline and placebo for major depression in

primary care‖. British Medical Journal. 310, 441-445.

Wan, C. (2009). Gratifications & Loneliness as Predictors of Campus-SNS

Websites Addiction & Usage Pattern among Chinese College Students.

Tesis Magister pada School of Journalism and Communication The Chinese University of Hong Kong: tidak diterbitkan.

Wieland, D.M. (2005). ―Computer addiction: Implications for nursing

psychotherapy practice‖. Perspectives in Psychiatric Care. 41, (4),

153-161.

Willard, N.E. (2006). A Briefing for Educators: Online Social Networking

Communities and Youth Risk. Center for Safe and Responsible Internet


(5)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Williams, A.L. & Merten, M.J. (2008). ―A Review of Online Social Networking

Profiles By Adolescents: Impucations for Future Research and

Intervention‖. Adolescence. 43, (170), 253-274.

Williams, J.W. et al. (2000). Treatment of dysthymia and minor depression in primary care: A randomized controlled trial in older adults. Dalam Journal

of the American Medical Association [Online], 284, (12), 1519-1526.

Tersedia: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11000645 [5 Februari 2013].

Willis, S.S. (2010). Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. Winarto. (2012). Meneropong Media Sosial di Indonesia [Online]. Tersedia:

http://winarto.in/2012/04/meneropong-media-sosial-di-indonesia/ [16 September 2012].

Wong, G. (2012). High school kid expelled over Tweet [Online]. Tersedia: http://www.ubergizmo.com/2012/03/high-school-kid-expelled-tweet/ [21 Januari 2013].

Yang, S.C. & Tung, C.J. (2007). ―Comparison of Internet addicts and non-addicts

in Taiwanese high school‖. Computers in Human Behavior, 23, 79–96. Yen, J.Y. et al. (2008). ―Psychiatric symptoms in adolescents with Internet

addiction: Comparison with substance use‖. Psychiatry and Clinical Neurosciences. 62, 9-16.

Young, K.S. (1996). ―Internet Addiction: The Emergence of a New Clinical Disorder‖. Makalah pada the 104th annual meeting of the American Psychological Association, Canada.

Young, K.S. (1999). ―Internet Addiction: Symptoms, Evaluation, and Treatment‖. Innovations in Clinical Practice, 17, 1-17.

Young, K.S. (2000). ―Cyber-Disorders: The Mental Health Concern for the New

Millennium‖. CyberPsychology & Behavior, 3, (5), 475-479.

Young, K.S. (2005). A Therapist’s Guide to Assess and Treat Internet Addiction

[Online]. Tersedia: www.netaddiction.com/articles/practitioners.pdf [3 Februari 2013].

Young, K.S. (2006). Surfing Not Studying: Dealing with Student Internet


(6)

Arihdya Caesar Pratikta,2013

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://www.netaddiction.com/articles/surfing_not_studying.pdf [13 Oktober 2012].

Young, K.S. (2007). ―Cognitive Behavior Therapy with Internet Addicts: Treatment Outcomes and Implications‖. Cyber Psychology & Behavior, 10,

(5), 671-679.

Young, K.S. (2009). Understanding Gaming Addiction. Amerika Serikat: Center for Internet Addiction Recovery.

Young, K.S., Yue, X.D. & Ying, L. (2011). ―Prevalence Estimates and Etilogic Models of Internet Addiction‖, dalam Internet Addiction: A Handbook and Guide to Evaluation and Treatment. Canada: Wiley.

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan & Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Zhou, S.X. (2010). Gratifications, Loneliness, Leisure Boredom and Self-esteem

as Predictors of SNS-Game Addiction and Usage Pattern among Chinese College Students. Tesis Magister pada School of Journalism and


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS IKLAN ZALORA INDONESIA PADA JEJARING SOSIAL FACEBOOK

6 34 25

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATIONS (TAI) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Kuasi Eksperimen Kelas XI IPA SMA Negeri 07 Bandar Lampung Tahun Pela

1 12 64

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN OBSERVASI DAN PENGUASAAN KONSEP KOLOID SISWA XI IPA SMA PERSADA BANDAR LAMPUNG (Kuasi Eksperimen pada kelas XI IPA SMA Persada Bandar Lampung TP 2011-2012)

0 5 49

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIS SISWA (Kasus: Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 5 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 9 58

SISTEM INFORMASI SITUS JEJARING SOSIAL MUSIC EVENT ORGANIZER

0 0 6

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sikap Profesional Guru terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Peserta Didik Kelas X IPS di SMA Negeri 1 Ceper Tahun Ajaran 2017/2018

0 0 14

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas V SDN Paturaman Desa Sukaratu Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 0 13

PENGARUH MEDIA PREZI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen di Kelas VIII SMP Negeri 20 Kota Tasikmalaya, Tahun Ajaran 20182019)

0 0 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA SUB KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN Mufti Ali

0 0 6

Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Bulu Tahun Ajaran 2017/2018

0 1 19