Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kejadian Hipertensi di Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat T1 462012041 BAB IV

(1)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Setting Penelitian

Gambar 4.1 peta lokasi penelitian

Peta di atas menunjukan Provinsi Kalimantan Barat tepatnya di kabupaten Landak. Lokasi Penelitian yang dilaksanakan di Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak yang ditunjukan dengan anak panah


(2)

pada gambar tersebut di atas. Desa Karangan berjarak ± 170 km dari ibukota provinsi yakni Kota Pontianak. Kecamatan ini mayoritas dihuni oleh suku Dayak Kanayatn, Dayak Bekati, Dayak Benyadu, sebagian kecil Melayu, serta Tionghoa. Di Kecamatan Mempawah Hulu pada tahun 2015, tercatat memiliki prevalensi hipertensi tertinggi diantara 12 Kecamatan lainnya di Kabuaten Landak yaitu sebesar 12,45% (Dinkes Kab. Landak). Menurut keterangan petugas Penyakit Tidak Menular (PTM) Puskesmas Karangan prevalensi penderita hipertensi banyak di temukan di Desa Karangan.

Dalam proses pelaksanaan penelitian peneliti tidak mendapatkan hambatan terkait birokrasi administratif karena dari Desa Karangan yang diwakili oleh staff di kantor kepala Desa Karangan menerima peneliti untuk melakukan penelitian. Peneliti juga didampingi pihak Kepala Desa Karangan saat melakukan observasi dan pengukuran tekanan darah pada calon partisipan. Namun, saat wawancara dihari kedua sampai terakhir peneliti melakukan observasi dan wawancara sendiri. Peneliti dimudahkan dengan diberikan informasi oleh petugas (PTM) Puskesmas Karangan tentang masyarakat yang memiliki penyakit hipertensi sehingga peneliti saat observasi


(3)

dihari pertama hanya melakukan verifikasi data dengan cara pengukuran tekanan darah kepada calon partisipan.

Pelaksanaan diawali kegiatan penelitian dihari pertama pada tanggal 25 April 2016 di Puskesmas Karangan dilakukan pengambilan informasi mengenai calon partisipan yang akan di ambil sebagai partisipan mengenai riwayat hipertensi dan alamat calon partisipan kepada petugas PTM (Penyakit Tidak Menular) pukul 08.00-09.00 WIB, kemudian dilanjutkan pada pukul 10.00-13.00 WIB dan pukul 17.00-19.00 WIB untuk melakukan observasi calon partisipan, serta melakukan pengukuran tekanan darah pada calon partisipan di masing-masing rumah partisipan. Pada hari kedua (26 April 2016) dilakukan wawancara dan observasi pada pukul 10.00-12.00 WIB dengan 3 partisipan.

Pada hari ketiga (27 April 2016) dilakukan wawancara dan observasi lanjutan pukul 08.00-12.00 dengan 2 partisipan. Hari keempat tanggal 28 April 2016 pukul 10.00-14.00 WIB dilakukan wawancara dan observasi ketiga dengan 3 partisipan. Hari kelima tanggal 29 April 2016 pukul 10.00-14.00 WIB dilakukan wawancara dan observasi dengan 3 partisipan. Hari keenam tanggal 30 April 2016 pukul 09.00 WIB peneliti melakukan pengumpulan laporan hasil


(4)

wawancara di Puskesmas Karangan sebagai permintaan Kepala Puskesmas Karangan dan wawancara sebagai data penunjang mengenai penyakit hipertensi di Desa Karangan. Pada akhir kegiatan wawancara, peneliti juga melakukan pengukuran kadar kolesterol dan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT) partisipan sebagai informasi tambahan peneliti.

Tabel 4.1. Karakterisitik Partisipan

Insial Jenis Kelamin Umur Pekerjaan Riwayat Penyakit

Tn. A Laki-laki 54 PNS Tidak ada

Ny. B Perempuan 48 PNS Tidak ada

Ny. C Perempuan 50 IRT Tidak ada

Ny. D Perempuan 73 IRT Tidak ada

Ny. E Perempuan 73 IRT Tidak ada

Ny. F Perempuan 57 IRT Tidak ada

Ny. G Perempuan 48 IRT Tidak ada

Ny. H Perempuan 48 Pedagang Tidak ada

Ny. I Perempuan 77 IRT Tidak ada

Ny. J Perempuan 60 IRT Tidak ada


(5)

Berdasarkan Tabel diatas 4.1, peneliti mendapatkan 11 partisipan sebagai informan penelitian dan dari 11 partisipan, 2 partisipan laki-laki dan 9 partisipan perempuan yang memiliki pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Ibu Rumah Tangga (IRT), pedagang, dan petani, dengan umur berkisar antara 48 sampai 77 tahun. Partisipan yang memiliki riwayat penyakit hanya 1 partisipan yaitu riwayat penyakit stroke. Partisipan berdomisili asli di Desa Karangan dan dari Dusun yang berbeda-beda yang diambil secara acak. Berikut adalah karakteristik dari partisipan peneliti.

4.2. Analisis Data

4.2.1. Faktor Penggunaan Garam a. Penggunaan Garam

Berikut dibawah kutipan pernyataan dari 10 partisipan yang menyatakan menggunakan garam dan 1 partisipan menggunakan penyedap rasa:

“Wah tidak tentu juga, tergantung banyak masakannya, tapi kalau masakannya sedikit khusus untuk sehari-hari garamnya lebih dari setengah sendok teh satu kali masak (P1.19)”


(6)

“Kalau untuk masak sayur sehari-hari biasa setengah sendok teh (P2.19)”

“Secukupnya rasa sayur, biasa setengah sendok teh (P3.19)”

“Tidak nentu juga ya liat sayuran yang dimasak kalau banyak ya banyak juga garamnya kalaus sedikit ya sedikit juga garamnya tapi biasa ada satu sendok teh sekali kasi garam saat masak (P4.19)”

“Seberapa saya mau biasa satu sendok teh sekali kasi garam (P5.21)”

“Satu sendok teh sekali kasi garam waktu masak (P6.19)” “Biasa ya cuma setengah sendok teh sekali kasi garam di masakan (P7.19)”

“Sering tapi dibantu pembantu di rumah juga masaknya. Satu sendok teh sekali kasi garamnya (P8.15.20)”

“Biasa satu sendok teh (P10.19)”

“Satu sendok teh kadang satu setengah sendok teh sekali kasi garam di masakan (P11.19)”


(7)

“Tidak pakai garam kami hanya pakai penyedap rasa seperti masako. Biasa sekali kasi satu bungkus abis (P9.15.21)”

Berikut adalah intensitas partisipan memasak dalam satu hari:

“Tidak nentu kadang 2 dan kadang 3 kali dalam satu hari tergantung kesibukan juga dan lihat sayuran masih ada atau sudah habis (P1.27)”

“Biasa 2 kali pagi jam 10 dan malam (P2.24)”

“2 kali saja (P3.23)”

“Cukup 2 kali aja (P4.28)”

“2 kali (P5.25)”

“Terkadang 3 kali kadang juga 2 kali dalam sehari (P6.23)”

“2 kali aja (P7.24)”

“Sehari biasa 2 kali (P8.24)”

“2 kali aja (P9.25)”

“3 kali sehari karena sekali makan langsung abis (P10.22)”


(8)

Intensitas partisipan makan dalam satu hari berapa kali dinyatakan oleh 11 partisipan:

“Biasa 3 kali (P1.34)” “3 sampai 4 kali (P2.28)” “3 kali (P3.26)”

“2 sampai 3 kali sehari (P4.31)” “3 kali (P5.28)”

“Minimal 3 kali dalam sehari kami makan (P6.27)”

“3 kali (P7.27)”

“Kadang 2 kadang juga 3 kali sehari tergantung perut ingin makan berapa kali (P8.27)”

“Makan sehari 3 kali, tapi kalau udah sering lapar 4 kali dalam sehari (P9.28)”

“3 kali (P10.26)”

“3 kali (P11.27)”

Partisipan kerap menggunakan garam saat mencampur makanan, tapi hanya 1 partisipan yang menggunakan penyedap masakan setiap kali memasak.


(9)

Banyaknya garam yang digunakan saat memasak berkisar antara ½ sendok teh – 1 sendok teh. Peneliti mencoba menimbang garam untuk memperkirakan jumlah penggunaan garam dalam ukuran gram (gr). Peneliti menemukan bahwa ½ sendok teh garam = 2,5 gr, sedangkan 1 sendok teh = 5 gr. Intensitas partisipan memasak dalam satu hari berkisar antara 2- 3 kali/hari dan intensitas partisipan makan dalam satu hari berkisar antara 2-4 kali/hari. Intensitas makan dan memasak partisipan akan dihubungkan dengan kadar garam yang diperoleh dalam satu hari.

b. Gemar Rasa Asin

Berikut dibawah kutipan pernyataan 6 partisipan yang gemar dengan rasa asin

“Iya suka, seperti ikan asin. Ya karna enak. Ya biasa seminggu sekali (P1.38.41.44)”

“Iya suka. Soalnya kalau makanan tidak terasa asin rasa tidak enak. Ya setiap makanan pasti ada sayuran yang berasa asin (P3.30.33.38)”

“Dulu sih suka kurang asin saja langsung di tambah garam tidak rasanya kalau kurang asin, sekarang udah tahu terkena tekanan darah tinggi udah di kurangi lah.


(10)

Satu minggu 3-4 kali saja lagi, tidak setiap hari (P5.32.41)”

“Suka. Kurang asin itu tidak enak di lidah. Satu hari sekali udah pasti ada (P6.32.35.40)”

“Kurang lah sekarang tapi ada seperti ikan asin itu.Ya nikmat aja waktu di santap. Kadang-kadang aja (P7.31.35.39)”

“Kurang asin kurang enak. Kadang suka kadang juga tidak suka. Setiap hari udah pasti (P11.31.35.39)”

Partisipan yang menyukai rasa asin gemar mengkonsumsi ikan asin. Partisipan yang gemar mengkonsumsi makanan asin karena terasa enak dan menganggap jika makanan kurang asin, maka rasanya tidak enak dilidah. Makanan yang berasa asin sering di konsumsi ikan asin. Dalam satu hari partisipan dapat mengkonsumsi 1-4 kali/minggu dan ada juga yang mengkonsumsi setiap hari. 3 partisipan mengkonsumsi ikan asin setiap hari, 2 partisipan mengkonsumsi ikan asin 1-4 kali/minggu dan 1 partisipan jarang mengkonsumsi ikan asin.


(11)

4.2.2. Faktor Lemak Jenuh

a. Konsumsi daging

Berikut dibawah kutipan pernyataan 11 partisipan yang sering konsumsi daging:

“Sering sih, biasa seminggu bisa dua kali, makanan babi, ayam aja sih kalau sapi jarang saat ada masanya saja, kalau kambing tidak pernah (P1.49)”

“Jarang, lebih sering ikan, kalau ayam kadang-kadang juga, kambing sapi tidak pernah makannya. Biasa ikan hampir setiap hari kalau yang lainnya seperti ikan kadang-kadang (P2.37.44)”

“Kalau daging kambing sapi itu jarang biasa hanya saat ada pesta saja, selain itu tidak ada, yang paling sering ikan. Setiap hari selalu ada ikan saat makan (P3.47.54)”

“Jarang lah seperti daging sapi kambing tapi kalau ayam satu minggu sekali (P4.41)”

“Suka daging sapi dulu sampai lemaknya di cari, kalau sekarang udah di kurangi, daging ayam satu minggu sekali saja (P5.47)”


(12)

“Jarang hanya seperti ikan aja hampir setiap minggu, kalau seperti sapi kambing satu tahun sekali aja waktu hari-hari tertentu (P6.45)”

“Daging ayam aja yang sering makannya dengan ikan, kalau daging kambing sapi itu jarang hanya saat ada pesta aja. Satu minggu sekali ada bang tapi kadang juga tidak ada tergantung duit di dompet aja (P7.44.51)”

“Ayam sering, ikan apa lagi sama seringnya tapi kambing dengan sapi waktu ada acara nikahan aja. Satu minggu sekali aja seringnya (P8.39.46)”

“Kambing sapi jarang, tapi ayam setiap hari kami makannya (P9.40)”

“Sering hampir semua daging di makan kami di rumah. Tidak nentu juga tapi hampir setiap hari makan daging, yang paling sering itu daging babi dengan ayam (P10.36.41)”

“Daging babi yang sering daging yang lain kadang-kadang. Satu minggu biasa tiga kali (P11.43.49)”

Terkait dengan pemenuhan kebutuhan karbohidrat dan protein dari sumber daging, sebanyak 8 partisipan gemar mengkonsumsi daging ayam. Sekitar 3 partisipan


(13)

mengkonsumsi daging babi, khususnya bagi partisipan non muslim. Sebanyak 11 partisipan gemar mengkonsumsi daging kambing dan atau sapi tapi dengan intensitas satu bulan hingga satu tahun sekali, sedangkan konsumsi ikan semua partisipan mengkonsumsinya dengan intensitas sering hampir setiap hari.

b. Penggunaan minyak goreng

Berikut pernyataan partisipan yang menggunakan minyak goreng lebih dari satu kali gunakan:

“Satu kali pakai, tapi terkadang dilihat minyaknya masih bagus ya di pakai ulang lagi untuk menggoreng ikan atau yang lainnya bisa 2 atau 3 kali dipakai kalau sudah kelihatan tidak bagus baru di buang (P3.82)”

“Biasa tiga kali pakai baru diganti. Biasa dipakai lagi kalau udah di pakai, karena kan masih bagus (P5.87.81)”

“Sering berulang kali biasa minyak bekas dari teman dipakai lagi untuk hemat.Tidak nentu biasa 3 atau 5 kali baru di ganti (P6.69.75)”

“Berulang kali dipakai kalau saya seperti ikan itu minyaknya bisa dua kali pakai. Dua kali pakai baru ganti (P7.78.84)”


(14)

“Kadang sekali pakai kadang juga berulang kali pakainya dilihat minyaknya masih bagus dipakai lagi atau tidak. Tiga kali pakai baru di buang (P8.67.74)”

“Iya berulang kali pakai kami. Dua kali (P9.68.72)”

“Ya kalau masih bagus pakai ulang tapi kalau udah tidak bagus dilihat tidak dipakai lagi. Dua kali baru diganti lagi minyaknya (P10.64.70)”

“Pakai sekali saja tapi kadang di pakai ulang lagi bisa hemat juga. Tiga kali baru diganti dengan yang baru (P11.75.82)”

Sebanyak 3 partisipan menggunakan minyak goreng hanya 1 kali saja, sisanya 8 partisipan menggunakan minyak goreng berulang kali, (2-4 kali dalam 1 kali pembelian) karena dianggap masih baik untuk digunakan dan lebih hemat.

c. Konsumsi makanan berminyak

Berikut dibawah kutipan Partisipan yang sering mengkonsumsi yang berminyak seperti gorengan menyatakan:

“Suka. Biasa seminggu sekali sih, jarang tapi mau (P1.67.70)”


(15)

“Suka sih tapi kalau hanya ya di makan kalau tidak ada ya tidak di cari. Kadang-kadang saat ada aja (P2.60.65)”

“Suka. Setiap hari ya karna saya jualan gorengan setidaknya saya mencobanya saat menggoreng (P3.71.74)”

“Suka dan sering. Dua hari sekali itu pasti makan gorengan (P4.61.64)”

“Suka kami tempe tahu itu. Tidak juga sering ada biasa satu minggu tiga kali lah (P5.72.75)”

“Tidak suka saya (P6.64)”

“Sering itu karna enak juga bang. Satu minggu dua kali udh pasti ada lah itu makan gorengan (P7.68.72)”

“Nah itu paling sering hampir setiap hari (P8.61)”

“Suka. Satu minggu sekali ada (P9.60.63)”

“Suka tapi jarang. Ya kalau ada satu minggu dua kali tapi juga tidak ada karna tidak nentu (P10.54.57)”

“Kadang tidak teralu suka tapi karena udah di kasi sama keluarga ya di makan.Tidak nentu kadang ada kadang juga tidak (P11.64.69)”


(16)

Dari 11 partisipan, 10 partisipan gemar mengkonsumsi gorengan secara berkala (2-3 kali perminggu bahkan setiap hari) dan 1 partisipan mengaku tidak menyukai gorengan.

d. Pengolahan Makanan

Berikut pernyataan partisipan yang mengolah makan dengan di goreng maupun digoreng dan direbus:

“Digoreng. Kalau yang digoreng kayak sayuran hijau (P1.58.62)”

“Digoreng. Yang digoreng biasa ikan, kadang juga ikan di rebus terus kalau sayur direbus begitu saja (P2.50.54)”

“Kadang direbus kadang di goreng. Yang biasa digoreng seperti ikan, tahu, tempe terus yang biasa direbus sayuran seperti dimasak bening (P3.59.64)”

“Digoreng dan direbus. Kalau ikan atau daging yang lainnya digoreng terus sayuran direbus (P4.51.55)”

“Sukanya digoreng. Yang digoreng itu ya ikan terus yang di rebus sayuran tapi yang di rebus rasa tidak enak jadi biasa digoreng maklum lah kita kan udah tua (P5.60.64)” “Digoreng. Hampir semua makanan digoreng punya saya, kalau direbus jarang hampir tidak pernah (P6.53.57)”


(17)

“Kadang direbus kadang juga digoreng. Paling sayur kangkung direbus terus yang digoreng ikan gitu (P7.57.62)”

“Digoreng semua orang dirumah tidak suka direbus (P8.51)”

“Digoreng.Yang direbus sayur gitu sisanya seperti daging digoreng semua (P9.50.54)”

“Digoreng kadang direbus juga biar ada variasi masakan setiap hari (P10.48)”

“Kadang direbus kadang juga digoreng. Daging kadang digoreng kadang juga direbus, gitu juga sebaliknya dengan sayur (P11.53.58)”

Olahan makanan lebih banyak digoreng dibandingkan direbus. 6 partisipan mengolah makanan mereka dengan digoreng dan 5 partisipan melakukan variasi mengolah makanan, kadang digoreng, kadang pula direbus.

4.2.2.1. Hasil Pengukuran Tekanan Darah, Indeks Massa Tubuh (IMT), Kadar Kolesterol Partisipan

Berdasarkan tabel 4.3.2.1, pengukuran tekanan darah menunjukan hasil pengukuran darah tinggi secara


(18)

keseluruhan dengan diklasifikasikan menurut WHO (2008) tekanan sistol 140-159 (hipertensi ringan) sebanyak 6 partisipan, 160-179 (hipertensi sedang) sebanyak 4 partisipan, dan ≥180 (hipertensi berat) sebanyak 1 partisipan. Tekanan diastol 90-99 (hipertensi ringan) sebanyak 8 partisipan, 100-109 (hipertensi sedang) sebanyak 3 partisipan dan tidak ada partisipan dengan tekanan diastol ≥110 (hipertensi berat). Tekanan sistole paling tinggi 180 mmHg dan paling rendah 140 mmHg serta tekanan diastole paling tinggi 100 mmHg dan paling rendah 90 mmHg. Berdasarkan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) 1 partisipan dinyatakan obesitas, 4 partisipan dinyatakan overweight dan 6 partisipan dinyatakan normal. Hasil pengukuran kolesterol pada partisipan, sebanyak 3 partisipan dikategorikan normal (<200 mg/dl), 5 partisipan dikategorikan waspada (200-240 mg/dl) dan 3 partisipan dikategorikan kolesterol (>240 mg/dl) (WHO, 2014). Dibawah ini adalah hasil pengukuran tekanan darah, IMT dan kadar kolesterol partisipan.


(19)

Tabel 4.2.2.1 Hasil Pengukuran Tekanan Darah, Indeks Massa Tubuh (IMT), Kadar Kolesterol Partisipan

Inisial Tekanan Darah (mmHg)

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kadar Kolersterol (mg/dl)

Tn. A 150/90 Overweight 210

Ny. B 150/100 Overweight 230

Ny. C 150/90 Normal 159

Ny. D 160/100 Overweight 213

Ny. E 160/90 Normal 290

Ny. F 140/90 Normal 140

Ny. G 140/95 Obesitas 228

Ny. H 160/90 Overweight 252

Ny. I 160/90 Normal 205

Ny. J 140/90 Normal 257


(20)

4.2.3 Faktor Merokok dan Konsumsi Alkohol

Berikut kutipan pernyataan 1 partisipan yang mengkonsumsi alkohol:

“Kadang-kadang, tapi tidak sering (anaknya menyeloteh, “bohong sering itu” dijawab P1 “jarang lah”) minumannya ya tuak(P1.84)”

Berdasarkan kebiasaan merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol, dari kedua partisipan laki-laki hanya satu partisipan yang gemar minuman beralkohol berupa tuak dan satu partisipan lainnya tidak merokok maupun mengkonsumsi minuman beralkohol.

4.2.4 Faktor Kafein

Berikut pernyataan partisipan dengan kebiasaan meminum kopi:

“Kalau kopi sering minumnya. Sehari tiga kali, kadang empat kali sehari di tempat kerja ngopi juga (P1.96.99)”

“Kopi suka saya.Sehari sekali saat pagi jak saya minum pagi (P4.75.78)”

“Suka paling suka saya biasa sampai tiga empat kali (P5.91)”


(21)

“Suka sekali saya. Satu hari tiga kali, pagi siang malam pasti kopi ada (P6.79.82)”

“Suka sekali saya bang. Tiga kali dalam sehari (P7.87.90)”

“Suka. Paling sedikit dua kali dalam sehari pagi dengan sore (P8.77.80)”

“Satu hari satu kali. Suka, akhir-akhir ini saya suka minum kopi tidak tau kenapa heran saya (P10.74.79)” “Kopi saya minum. Satu hari dua kali minum saya (P11.91.94)”

Partisipan yang gemar minum kopi berjumlah 8 orang partisipan konsumsi kopi perhari dapat mencapai 2-4 gelas kopi. Sebanyak 3 orang partisipan jarang meminum kopi dengan alasan tidak terlalu menyukai kopi.

4.2.5 Faktor Kurang Aktivitas Fisik

Berikut pernyataan 6 partisipan yang tidak pernah melakukan aktivitas fisik:

“Udah tidak sekarang dulu iya, ya sekarang udah tua jadi mudah capek saya. Tidak ada, cuma di rumah saja paling masak saja (P4.81.87)”


(22)

“Tidak, berjalan aja udah capek apa lagi olahraga. Di rumah aja sekarang tidak kemana-mana (P5.98.103)” “Tidak pernah. Ya di rumah aja (P6.85.89)”

“Tidak pernah (P9.80)”

“Tidak pernah lakukan olahraga saya. Ya ada di rumah tidak kemana-mana (P10.81.86)”

“Tidak suka lagi sekarang (P11.97)”

5 partisipan menyenangi olahraga tapi hanya aktivitas jalan kaki di pagi hari maupun olahraga yang diadakan tahunan:

“Biasa sering juga, di tempat kerja biasa ada olahraga saya ikut. Kadang-kadang dua kali dalam seminggu (P1.104.109)”

“Suka tapi jarang saya olahraga biasa saat jalan kaki subuh saja. Ya tidak nentu hanya saat pergi ke pasar saja atau kerja (P2.79.83)”

“Biasa seminggu dua kali ada lah. Suka sih, tapi jarang dilakukan saja (P3.93.97)”

“Sering seperti jalan pagi aja sih. Setiap hari jalan pagi saya (P7.92.96)”


(23)

“Suka seperti voli, tenis meja. Kalau mau ada pertandingan aja, kalau untuk sehari-hari tidak pernah (P8.83.86)”

Dari data aktivitas fisik, hanya 1 partisipan yang kerap melakukan olahraga di tempat kerja sedangkan 1 partisipan melakukan olahraga hanya saat akan diadakan pertandingan saja namun tidak setiap hari, dan 9 partisipan lainnya tidak melakukan olahraga dengan alasan usia yang sudah tua, sehingga tidak kuat untuk melakukan olahraga.

4.2.6 Faktor Psikis (Stres)

Berikut 8 partisipan yang menyatakan sering banyak pikiran (stres) saat alaminya:

“Ada sih, kadang-kadang. Karena biasa mikirkan hidup (P1.118.120)”

“Pernah juga kadang-kadang. Ya mikirkan kehidupan saja (P2.93.95)”

“Ada sih udah pasti ada. Kadang-kadang mikirkan anak, suami ya mikirkan kehidupan tidak ada duit , yang nyari uang udh tidak ada sudah almarhum (P3.107.109)”


(24)

“Wah sering itu. Ya biasa karna uang lah, duit udah tidak ada pusing mau nyarinya (P6.93.95)

“Pernah. Karena biasa mikir kehidupan sekarang suami udah tidak ada jadi cari uang sendiri untuk hidup saya dan anak (P7.107.109)”

“Pernah sih tapi tidak sampai kebawa kepikiran gitu. Mikir keluarga, rumah tangga gitu (P8.96.99)”

“Ya kadang ada kadang juga tidak ada. Kadang kepikiran seperti apa lagi nanti kehidupan saya gitu aja (P10.91.94)”

“Pernah, bahkan hampir mau stress saya. Karena tingkah laku anak-anak yang bikin pusing (P11.105.108)”

Secara psikis partisipan mengaku sering memiliki banyak pikiran, tentang masalah keluarga, ekonomi dan kehidupan pribadinya dan partisipan menyatakan kerap marah-marah tidak jelas. Dari 11 partisipan, ada 8 partisipan yang sering mengalami stres karena memikirkan kehidupan mereka, 2 partisipan menyatakan tidak pernah mengalami stres dan 1 partisipan karena alasan usia sudah tidak mau banyak pikiran lagi.


(25)

4.2.7 Faktor Riwayat Keturunan

Berikut pernyataan partisipan yang memiliki orang tua pernah menderita hipertensi:

“Bapak saya dulu pernah ada, bahkan pernah stroke (P1.128)”

“Ibu saya suka tensi nya naik turun setiap cek (P2.105)” “Ada dari bapak saya dulu tekanan darah tinggi (P3.122)”

“Iya memang kedua orang tua saya dulu punya tekanan darah tinggi (P4.102)”

“Ada bapak saya dulu ada tekanan darah tinggi (P5.119)”

“Ada, kedua orang tua saya itu dulu ada tekanan darah tinggi (P7.123)”

“Bapak saya punya tekanan darah tinggi (P8.109)” “Iya ada dari ibu (P9.101)”

“Kedua orang tua dulu riwayat tekanan darah tinggi (P11.120)”


(26)

Berdasarkan riwayat hipertensi dari orang tua, 2 partisipan tidak memiliki orang tua yang terkena hipertensi, sedangkan 9 partisipan memiliki riwayat hipertensi dari orang tuanya. Menurut pernyataan beberapa partisipan, orang tua mereka yang terkena hipertensi meninggal karena stroke.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Faktor Penggunaan Garam

Peneliti menemukan pada masyarakat di Desa Karangan sering menggunakan garam dalam satu kali memasak. Penggunaan garam ½-1 sendok teh dalam setiap kali memasak berarti konsumsi garam lebih dari 5 gr. Selain penggunaan garam, partisipan juga sering mengkonsumsi ikan asin setiap makan. Partisipan mengkonsumsi ikan asin setiap hari saat makan di rumah dan kadang 3-4 kali/minggu. Partisipan mengungkapkan makanan yang berasa asin enak dan ikan asin sebagai pelengkap saat makan di rumah sehari-hari. Berdasarkan Kemenkes RI (2014) pemberian garam tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh (6 gram/hari). Menurut Widyanto dkk (2013) Konsumsi garam berlebihan dapat menyebabkan peningkatan


(27)

tekanan darah. Karena garam membantu menahan air dalam tubuh. Dengan begitu, akan meningkatkan volume darah tanpa adanya penambahan ruang.

Selain penggunaan garam, penggunaan MSG yang terdapat dalam penyedap rasa juga menjadi pencetus munculnya penyakit hipertensi. Dalam hasil penelitian ada partisipan yang tidak menggunakan garam namun menggunakan penyedap rasa sebagai pemberi rasa pada masakan. Sekali pun tidak menggunakan garam namun menggunakan penyedap yang mengandung MSG akan tetap menimbulkan tekanan darah.

Penelitian ini sejalan dengan pernyataan hasil penelitian Arif dkk (2013) yang menyatakan kebiasaan asupan garam berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia tahun 2013. Dalam literatur Muhammad (2009) menyatakan yang menyebabkan hipertensi adalah makanan Monosodium atau Natrium ion-nya dan kedua unsur (garam dan MSG) adalah salah satu pencetus terjadinya hipertensi. Dalam penelitian Anggara dkk (2012) yang menyatakan hasil kejadian hipertensi lebih banyak diderita oleh


(28)

responden yang asupan natriumnya sering (61,3%) dari pada reponden yang asupan natriumnya tidak sering (9,1%). Sehingga penggunaan garam salah satu yang menjadi penyebab penyakit hipertensi di Desa Karangan.

Begitu pula dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Sigarlaki (2006) tentang hasil yang didapatkan bahwa responden yang menderita prehipertensi yang menyukai makanan asin (4,9 %), sementara yang menderita hipertensi grade I (29,41 %), dan yang menderita hipertensi grade II yang menyukai makanan asin (14,7%). Sehingga penggunaan garam menjadi salah satu penyebab peningkatan tekanan darah.

4.3.2. Faktor Lemak Jenuh

Masyarakat di Desa Karangan memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang berminyak seperti gorengan, masakan yang digoreng. Selain itu penggunaan minyak yang berulang kali juga menjadi kebiasaan. Konsumsi daging merah seperti daging sapi dan daging kambing sangat jarang dikonsumsi


(29)

karena termasuk daging yang mahal sehingga dikonsumsi saat pada acara tertentu saja seperti acara nikahan atau acara keagamaan muslim. Gorengan, penggunaan minyak goreng berulang kali lebih dari 2 kali termasuk dalam lemak jenuh.

Literatur Widyanto dkk (2013) menyatakan lemak jenuh dihasilkan dari makanan yang mengandung lemak erat hubungannya dengan minyak goreng dan akibatnya peningkatan kolesterol dengan dibuktikan adanya partisipan yang menderita kolesterol sebanyak 3 partisipan, 5 partisipan dikategorikan rentan akan terkena kolesterol, dan 3 partisipan normal (Tabel.4.2.1.1). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Arif dkk (2013) dengan pernyataan terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan berlemak dengan kejadian hipertensi pada lansia di Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig tahun 2013 . Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat megakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah (Widyanto dkk, 2013). Hasil penelitian Wahyudi (2014) menyatakan konsumsi makanan kadar lemak tinggi (seperti jeroan, susu,


(30)

goreng-gorengan serta daging kambing) sebanyak lebih dari 1 kali/hari memiliki tekanan sistolik dan diastolik rata-rata tinggi yaitu 146/99,5 mmHg. Sehingga konsumsi minyak ada hubungan dengan terjadinya tekanan darah tinggi pada masyarakat Desa Karangan.

Dalam penelitian ini juga menunjukan hasil bahwa Indeks Masa Tubuh (IMT) atau kegemukan (obesitas) ada hubungan dengan timbulnya penyakit hipertensi di Desa karangan dibuktikan dengan hasil pengukuran IMT 1 partisipan obesitas, 4 partisipan overweight dan 6 partisipan normal (Tabel.4.2.1.1). Hasil ini sejalan dengan penelitian Dien dkk (2015) yang menyatakan hasil ada hubungan indeks masa tubuh dengan tekanan darah pada.

Selain itu penelitian Anggara dkk (2012) menunjukan bahwa ada hubungan antara IMT dengan hipertensi dengan nilai (p < 0,05). Menjadi hal yang menarik juga pada beberapa partisipan dalam tabel 4.2.1.1 ditemukan pengukuran tekanan darah ≥ 140/90 (hipertensi), kadar kolesterol normal, sehingga ada kemungkinan saat sebelum pemeriksaan partisipan


(31)

meminum obat anti hipertensi, karena dalam penrnyataan hasil partisipan telah rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi maupun obat herbal.

4.3.3. Faktor Konsumsi Alkohol

Kebiasaan meminum minuman beralkohol ini sering dilakukan oleh partisipan laki-laki (2 orang). Kebiasaan ini sulit dihilangkan, karena sangat ketergantungan untuk penikmatnya. Salah satu partisipan laki-laki menyatakan sering konsumsi alkohol seperti tuak. Tuak merupakan salah satu minuman khas suku Dayak yang produksi melalui beras ketan yang difermentasi. Konsumsi tuak bagi suku Dayak bertujuan untuk melepas lelah setelah kerja dan kandungan alkoholnya ±20%. Minuman ini sering dikonsumsi oleh laki-laki suku Dayak namun dapat juga diminum perempuan. Namun sekarang tuak sering diminum dalam jumlah banyak sehingga menjadi tidak baik untuk tubuh.

Menurut Muhammad (2009) alkohol menekan sistem syaraf dan memperlebar pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan darah. Selain itu


(32)

minum alkohol lebih dari 5 kali atau lebih perhari akan menderita hipertensi (Muhammad, 2009). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ainum dkk (2015) yang menyatakan hasil uji statistik chi square membuktikan bahwa ada hubungan antara jenis alkohol yang dikonsumsi dengan kejadian hipertensi pada laki-laki di lingkup kesehatan Universitas Hasanuddin angkatan 2010-2012 dengan nilai p=0,002. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Arif dkk (2013) yang menyatakan terdapat hubungan anatara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi pada lansia tahun 2013. Sehingga alkohol menjadi salah satu penyebab hipertensi di Desa Karangan

4.3.4. Faktor Kafein

Kopi untuk masyarakat Desa Karangan merupakan minuman pendamping setelah makan. Hal ini ditunjukan dengan frekuensi minum kopi pada orang dewasa dengan seringnya meminum kopi dipagi hari, siang hari, maupun malam hari. Orang yang memiliki kebiasaan minum kopi sehari 1-2 cangkir perhari meningkatkan resiko hipertensi sebanyak 4,12 kali lebih tinggi dibandingakan yang tidak memiliki


(33)

kebiasaan minum kopi (Widyanto dkk, 2013). Kebiasaan meminum kopi di masyarakat Desa Karangan juga menjadi hal yang rutin untuk pembuka hari, di saat istirahat maupun penutup hari juga minum kopi. Intensitas minum kopi di masyarakat Desa Karangan bisa lebih dari 3 kali/hari.

Kandungan kafein dalam kopi dalam mengecilkan pembuluh darah darah yang dapat meningkatkan tekanan darah (Samiadi, 2015). Sehingga kafein ada hubungan dengan timbulnya penyakit hipertensi di Desa Karangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ainum dkk (2015) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang minum kopi 1-2 cangkir/hari memiliki (p=0,000), sehingga hal ini membuktikan bahwa responden yang memiliki kebiasaan minum kopi 1-2 cangkir/hari meningkatkan hipertensi dibanding responden yang tidak mengkonsumsi kopi sama sekali dan tidak memiliki kebiasaan minum kopi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Martiani (2012) yang menyatakan sebjek yang minum kopi 1-2 cangkir per hari meiliki resiko peningkatan tekanan darah.


(34)

4.3.5. Faktor Kurang Aktivitas Fisik

Kebiasaan masyarakat di Desa Karangan untuk usia lansia jarang melakukan aktivitas olahraga dengan berbagai alasan penurunan fungsi tubuh secara fisiologis akibat penuaan. Namun, beberapa masyarakat mau melakukan aktivitas olahraga kecil dengan jalan kaki di pagi hari. Kegiatan ini dapat memberikan dampak yang baik untuk tubuh terutama penderita penyakit hipertensi. Selain menjadi kolesterol lemak dalam tubuh juga dapat menjadi kegemukan (obesitas).

Menurut Muhammad (2009) apabila tubuh tidak melakukan olahraga beresiko meningkatnya kolesterol dalam tubuh dan kegemukan (obesitas). Sehingga aktivitas kecil maupun besar sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kurang aktivitas fisik dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit hipertensi. Dalam literatur Widyanto dkk (2013) menjelaskan olahraga teratur dapat mengurangi kekakuan pembuluh darah.

Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ainum dkk (2015) yang menyatakan hubungan antara


(35)

kebiasaan kurang berolahraga dengan kejadian hipertensi dengan nilai (p=0,028). Sehingga kurang aktivitas fisik dapat menjadi salah satu faktor penyebab penyakit hipertensi.

4.3.6. Faktor Psikis (Stres)

Stres merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit hipertensi. Masyarakat di Desa Karangan dari data peneliti sering terkena stres ringan sampai berat karena memikirkan kehidupan keluarga mereka. Selain itu stres yang dialami oleh para partisipan memikirkan ekonomi karena partisipan suaminya meninggal jadi setiap hari harus mencari uang untuk keluarganya. Intensitas stres partisipan setiap hari ada tapi hanya berselang waktu 1 sampai 2 jam saja. Menurut pengakuan partisipan terkadang sering marah tidak jelas di rumah.

Dalam teori Muhammad (2009) menyatakan apabila seseorang mengalami stres maka receptor alpha yang terdapat didalam jantung dan pembuluh arteri akan terangsang sehingga berdenyut lebih cepat dan pembuluh arteri akan mengkerut. Keadaan sering


(36)

stres tak terkendali dapat sebagai penyebab penyakit hipertensi. Hasil penelitian ini juga berhunbungan dengan penelitian Sigarlaki (2006) penyebab stres didapatkan bahwa sebagian besar responden mengaku penyebab stres terbanyak yang dialami adalah karena ekonomi (47,05 %). Dapat dikatakan pengaruh stres dapat menjadi salah satu penyebab tekanan darah meningkat.

4.3.7. Faktor Riwayat Keturunan

Partisipan peneliti memiliki riwayat penyakit hipertensi dari orang tua. Menurut pernyataan partisipan orang tua mereka sudah sampai komplikasi penyakit stroke.

Muhammad (2009) menyatakan 90% faktor hipertensi adalah keturunan atau genetik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rachman (2011) yang menyatakan riwayat keluarga dengan hipertensi terdapat hubungan yang signifikan. Widyanto dkk (2013) menjelaskan berdasarkan data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki resiko terkena hipertensi jika orang tuanya adalah pengidap


(37)

hipertensi juga. Faktor genetik yang diduga menyebabkan penurunan resiko terjadinya hipertensi terkait pada kromosom 12p.

4.4. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan didalamnya, seperti partisipan tidak mengijinkan peneliti untuk pengambilan gambar dengan alasan partisipan takut akan di tipu. Hanya dua dari sebelas partisipan yang bersedia di lakukan dokumentasi saat penelitian. Jarak antara rumah peneliti dan lokasi penelitian sangat jauh sehingga peneliti memutuskan untuk menginap di salah satu rumah warga setempat. Peneliti sulit mendapatkan partisipan laki-laki dengan kriteria yang di tentukan peneliti karena saat ingin di temui sedang kerja dan menolak untuk di minta untuk dijadikan partisipan.

Partisipan hanya mendapatkan dua partisipan laki-laki, sehingga hasil penelitian tidak ditemukan faktor merokok. Selain itu yang menjadi keterbatasan peneliti yaitu secara tujuan bisa menjawab tetapi tidak dapat benar-benar mewakili keseluruhan karena keterbatasan sampel.


(1)

minum alkohol lebih dari 5 kali atau lebih perhari akan menderita hipertensi (Muhammad, 2009). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ainum dkk (2015) yang menyatakan hasil uji statistik chi square membuktikan bahwa ada hubungan antara jenis alkohol yang dikonsumsi dengan kejadian hipertensi pada laki-laki di lingkup kesehatan Universitas Hasanuddin angkatan 2010-2012 dengan nilai p=0,002. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Arif dkk (2013) yang menyatakan terdapat hubungan anatara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi pada lansia tahun 2013. Sehingga alkohol menjadi salah satu penyebab hipertensi di Desa Karangan

4.3.4. Faktor Kafein

Kopi untuk masyarakat Desa Karangan merupakan minuman pendamping setelah makan. Hal ini ditunjukan dengan frekuensi minum kopi pada orang dewasa dengan seringnya meminum kopi dipagi hari, siang hari, maupun malam hari. Orang yang memiliki kebiasaan minum kopi sehari 1-2 cangkir perhari meningkatkan resiko hipertensi sebanyak 4,12 kali lebih tinggi dibandingakan yang tidak memiliki


(2)

kebiasaan minum kopi (Widyanto dkk, 2013). Kebiasaan meminum kopi di masyarakat Desa Karangan juga menjadi hal yang rutin untuk pembuka hari, di saat istirahat maupun penutup hari juga minum kopi. Intensitas minum kopi di masyarakat Desa Karangan bisa lebih dari 3 kali/hari.

Kandungan kafein dalam kopi dalam mengecilkan pembuluh darah darah yang dapat meningkatkan tekanan darah (Samiadi, 2015). Sehingga kafein ada hubungan dengan timbulnya penyakit hipertensi di Desa Karangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ainum dkk (2015) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang minum kopi 1-2 cangkir/hari memiliki (p=0,000), sehingga hal ini membuktikan bahwa responden yang memiliki kebiasaan minum kopi 1-2 cangkir/hari meningkatkan hipertensi dibanding responden yang tidak mengkonsumsi kopi sama sekali dan tidak memiliki kebiasaan minum kopi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Martiani (2012) yang menyatakan sebjek yang minum kopi 1-2 cangkir per hari meiliki resiko peningkatan tekanan darah.


(3)

4.3.5. Faktor Kurang Aktivitas Fisik

Kebiasaan masyarakat di Desa Karangan untuk usia lansia jarang melakukan aktivitas olahraga dengan berbagai alasan penurunan fungsi tubuh secara fisiologis akibat penuaan. Namun, beberapa masyarakat mau melakukan aktivitas olahraga kecil dengan jalan kaki di pagi hari. Kegiatan ini dapat memberikan dampak yang baik untuk tubuh terutama penderita penyakit hipertensi. Selain menjadi kolesterol lemak dalam tubuh juga dapat menjadi kegemukan (obesitas).

Menurut Muhammad (2009) apabila tubuh tidak melakukan olahraga beresiko meningkatnya kolesterol dalam tubuh dan kegemukan (obesitas). Sehingga aktivitas kecil maupun besar sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kurang aktivitas fisik dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit hipertensi. Dalam literatur Widyanto dkk (2013) menjelaskan olahraga teratur dapat mengurangi kekakuan pembuluh darah.

Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ainum dkk (2015) yang menyatakan hubungan antara


(4)

kebiasaan kurang berolahraga dengan kejadian hipertensi dengan nilai (p=0,028). Sehingga kurang aktivitas fisik dapat menjadi salah satu faktor penyebab penyakit hipertensi.

4.3.6. Faktor Psikis (Stres)

Stres merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit hipertensi. Masyarakat di Desa Karangan dari data peneliti sering terkena stres ringan sampai berat karena memikirkan kehidupan keluarga mereka. Selain itu stres yang dialami oleh para partisipan memikirkan ekonomi karena partisipan suaminya meninggal jadi setiap hari harus mencari uang untuk keluarganya. Intensitas stres partisipan setiap hari ada tapi hanya berselang waktu 1 sampai 2 jam saja. Menurut pengakuan partisipan terkadang sering marah tidak jelas di rumah.

Dalam teori Muhammad (2009) menyatakan apabila seseorang mengalami stres maka receptor alpha yang terdapat didalam jantung dan pembuluh arteri akan terangsang sehingga berdenyut lebih cepat dan pembuluh arteri akan mengkerut. Keadaan sering


(5)

stres tak terkendali dapat sebagai penyebab penyakit hipertensi. Hasil penelitian ini juga berhunbungan dengan penelitian Sigarlaki (2006) penyebab stres didapatkan bahwa sebagian besar responden mengaku penyebab stres terbanyak yang dialami adalah karena ekonomi (47,05 %). Dapat dikatakan pengaruh stres dapat menjadi salah satu penyebab tekanan darah meningkat.

4.3.7. Faktor Riwayat Keturunan

Partisipan peneliti memiliki riwayat penyakit hipertensi dari orang tua. Menurut pernyataan partisipan orang tua mereka sudah sampai komplikasi penyakit stroke.

Muhammad (2009) menyatakan 90% faktor hipertensi adalah keturunan atau genetik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rachman (2011) yang menyatakan riwayat keluarga dengan hipertensi terdapat hubungan yang signifikan. Widyanto dkk (2013) menjelaskan berdasarkan data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki resiko terkena hipertensi jika orang tuanya adalah pengidap


(6)

hipertensi juga. Faktor genetik yang diduga menyebabkan penurunan resiko terjadinya hipertensi terkait pada kromosom 12p.

4.4. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan didalamnya, seperti partisipan tidak mengijinkan peneliti untuk pengambilan gambar dengan alasan partisipan takut akan di tipu. Hanya dua dari sebelas partisipan yang bersedia di lakukan dokumentasi saat penelitian. Jarak antara rumah peneliti dan lokasi penelitian sangat jauh sehingga peneliti memutuskan untuk menginap di salah satu rumah warga setempat. Peneliti sulit mendapatkan partisipan laki-laki dengan kriteria yang di tentukan peneliti karena saat ingin di temui sedang kerja dan menolak untuk di minta untuk dijadikan partisipan.

Partisipan hanya mendapatkan dua partisipan laki-laki, sehingga hasil penelitian tidak ditemukan faktor merokok. Selain itu yang menjadi keterbatasan peneliti yaitu secara tujuan bisa menjawab tetapi tidak dapat benar-benar mewakili keseluruhan karena keterbatasan sampel.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kejadian Hipertensi di Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat T1 462012041 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kejadian Hipertensi di Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat T1 462012041 BAB II

0 2 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kejadian Hipertensi di Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat T1 462012041 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kejadian Hipertensi di Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kejadian Hipertensi di Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat

0 0 61

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesenian Jonggan di Dusun Tempala Desa Keranji Paidang Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat T1 152009025 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesenian Jonggan di Dusun Tempala Desa Keranji Paidang Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat T1 152009025 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesenian Jonggan di Dusun Tempala Desa Keranji Paidang Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat T1 152009025 BAB IV

0 0 33

FUNGSI DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK PENGIRING BALIATN DI DESA SABAKA KECAMATAN MEMPAWAH HULU KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT.

0 0 108

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Keluarga dalam Pemberian Diet pada Penderita Hipertensi di Desa Mamek, Provinsi Kalimantan Barat T1 BAB IV

0 0 30