ANALISIS KEBIJAKAN DAN PROGRAM TERPADU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BERBASIS IPM
MASYARAKAT BERBASIS IPM DRAFT LAPORAN AKHIR PEMERINTAH KOTA MEDAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MEDAN
Halaman
KATA PENGANTAR KEPALA BAPPEDA KOTA MEDAN i DAFTAR ISI
ii DAFTAR TABEL
iv DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHJULUAN …......................................................
I-1
1.1 Latar Belakang ...............................................................
I-1
1.2 Tujuan dan Manfaat .......................................................
I-2
1.3 Metodologi .....................................................................
I-4
1.4 Sistematika Laporan .....................................................
I-16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................
II-1
2.1 Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat ..................
II-1
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan ........
II-2 Masyarakat
2.3 Pengertian Indeks Pembangunan Manusia ..................
II-5
2.4 Indikator IPM .............................................................. II-6
2.5 Metode Pengukuran IPM ............................................ II-9
BAB III
GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN ...........................
III-1
3.1 Profil Geografi ............................................................. III-1
3.2 Profil Demografi ..........................................................
III-2
3.3 Profil Ekonomi ..............................................................
III-7
3.4 Profil Sosial Ekonomi ...................................................
III-18
BAB IV KEBIJAKAN DAN PROGRAM TERPADU PEMBANGUNAN IV-1 KESEHATERAAN MASYARAKAT BERBASIS IPM DI KOTA MEDAN (Kondisi Existing yang sudah di Laksanakan Selama Tahun 2005-2009)
4.1 Kebijakan dan Program Tahun 2005 ...........................
IV-1
4.2 Kebijakan dan Program Tahun 2006 ...........................
IV-18
4.4 Kebijakan dan Program Tahun 2008 ........................... IV-72
4.5 Kebijakan dan Program Tahun 2009 .......................... IV-108
BAB V ANALISIS KEBIJAKAN DAN PROGRAM TERPADU .. V-1 PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BERBASIS IPM
5.1 Program-Program Selama Lima Tahun (2005-2009) .. V-1
5.2 Analisis Korelasi antara Kondisi Makro Kota Medan .... V-9 dengan Nilai IPM Kota Medan
5.3 Analisis Korelasi antara Output Kebijakan dengan ....... V-19 Nilai IPM Per Kecamatan
5.4 Analisis Kerangka Logis …………………………........... V-109
5.5 Replikasi Program di Kecamatan-kecamatan .............. V-130
BAB VI KESIMPULAN ............................................................. VI-1
6.1 Analisis Korelasi antara Kondisi Makro Kota Medan ... VI-1 dengan Nilai IPM Kota Medan
6.2 Analisis Korelasi antara Berbagai Variabel dengan ..... VI-2 Nilai IPM Kota Medan
6.3 Analisis Kerangka Logis ............................................... VI-4
6.4 Rekomendasi Replikasi Kerangka Logis di .................. VI-6 Kecamatan-kecamatan
Halaman
Tabel III-1
III-2 Tabel III-2
Luas Setiap Kecamatan Kota Medan ............................
III-4 Tahun 2009 Tabel III-3
Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kota Medan ........
III-7 Kecamatan Tahun 2009 Tabel III-4
Struktur Penduduk Menurut kelompok Usia Per .........
Sektor Unggulan Kota Medan Tahun 2005-2008 ..... III-10 Tabel III-5
Produk Domestik Regional Bruto Kota medan Atas III-12 Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2009 (Milyar Rp) Tabel III-6
Produk Domestik Regional Bruto Kota medan Atas III-13 Dasar Konstan Tahun 2007-2009 (Milyar Rp) Tabel III-7
III-15 2007-2009 Tabel III-8
Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Medan Tahun ...
III-17 Tahun 2007-2009 (%) Tabel III-9
Nilai Investasi Menurut Lapangan Usaha kota medan ..
Indikator ketenaga Kerjaan di Kota Medan Tahun ...... III-19 2007-2009 Tabel III-10
Angka Partisipasi Kasar (APK) kota Medan Tahun .... III-21 2007-2009 Tabel III-11
Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Medan Tahun .. III-22 Tabel III-12
Indikator Kesehatan Masyarakat Kota Medan Tahun III-24 2007-2009 Tabel III-13
Perkembangan IPM Kota Medan dan Sumatera Utara III-26 Priode 2007-2009 Tabel IV-1
Pelaksanaan Jenis Immunisasi .................................. IV-5 Tabel IV-2
Capaian Indikator Kesehatan ..................................... IV-29 Tabel IV-3
Realisasi Pemberian Izin Usaha ................................. IV-39 Tabel IV-4
IV-131 Tabel IV-5
Presentase Kelulusan ..................................................
IV-134 Tabel V-1
Jumlah siswa Yang di terima .......................................
V-2 Tabel V-2
Program Bidang Kesehatan di Kota medan …………….
V-4 Tabel V-3
Program Bidang Pendidikan Kota Medan ……………….
V-6 Tabel V-4
Program Bidanga Ekonomi Kota Medan ………………..
Korelasi Antara APBD dengan IPM Kota Medan …… V-11
Tabel V-6 Korelasi antara Anggaran Bidang Kesehatan Dengan V-14 IPM Kota Medan Tabel V-7
V-16 IPM Kota Medan Tabel V-8
Korelasi Antara Anggaran Bidang Pendidikan dan …
Tabel V-2 Tabel V-9
Korelasi Antara PAD dengan IPM Kota Medan …. V-18 Tabel V-10
Korelasi Daya Beli dengan Banyanya Usaha Besar V-20 sedang Tabel V-11
V-21 Tabel V-12
Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Besar/Sedang
Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Usaha Kecil V-22 Tabel V-13
Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Kecil ,,,,,,,, V-23 Tabel V-14
Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Usaha Rumah V-24 Tangga Tabel V-15
V-25 Tabel V-16
Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Rumah Tangga
Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Toko/Pasar/ V-26 Mini Market Tabel V-17
V-27 Tabel V-18
Korelasi IPM dengan Banyaknya Toko/Pasar/Mini Market
Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Usaha Besar V-28 Sedang Tabel V-19
V-29 Tabel V-20
Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Besar Sedang
Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Usaha Kecil V-30 Tabel V-21
Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Kecil V-31 Tabel V-22
Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Usaha Rumah V-32 Tangga Tabel V-23
V-33 Tabel V-24
Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Rumah Tangga
Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Usaha Toko/Pasar/ V-34 Mini Market
V-35 Mini Market Tabel V-26
Tabel V-25
Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Toko/Pasar/ ….
Korelasi AHH dengan Banyaknya Puskesmas …. V-36 Tabel V-27
Korelasi IPM dengan Banyaknya Puskesmas ……… V-38 Tabel V-28
Korelasi AHH dengan Banyaknya Rumah Sakit …… V-39 Tabel V-29
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Sakit V-40 Tabel V-30
V-41 Tabel V-31
Korelasi Antara Banyaknya AHH dengan Rumah Sakit
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Besalin
V-42
Tabel V-33 Korelasi Antara IPM dengan Banyaknya Posyandu V-44 Tabel V-34
V-45 Tabel V-35
Korelasi Antara AHH dengan Banyaknya Dokter Umum
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Dokter Umum V-46 Tabel V-36
V-47 Di Puskesmas Tabel V-37
Korelasi antara AHH dengan Banyajnya Dokter Umum
KOrelasi IPM dengan Banyaknya Dokter Umum di V-48 Puskesmas Tabel V-38
V-49 Tabel V-39
Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah Sehat
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Sakit V-50 Tabel V-40
Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah V-51 Tangga Sehat Tabel V-41
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah V-52 Tangga Sehat Tabel V-42
V-53 Yang Mengakses Air Bersih Tabel V-43
Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah Tangga
V-54 Yang Mengakses Air Bersih Tabel V-44
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Tangga
Korelasi AHH dengan Banyaknya Puskesmas V-55 Tabel V-45
Korelasi IPM dengan banyaknya Puskesmas V-56 Tabel V-46
Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah Sakit V-57 Tabel V-47
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Sakit V-58 Tabel V-48
Korelasi AHH dengan Banyaknya Rumah Bersalin V-59 Tabel V-49
V-60 Tabel V-50
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Bersalin
Korelasi antara AHH dengan Banyaknya POsyandu .. V-61 Tabel V-51
Korelasi IPM dengan Banyaknya Posyandu ………… V-62 Tabel V-52
V-63 Tabel V-53
Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Dokter Umum
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Dokter Umum V-64 Tabel V-54
V-65 Di Puskesmas Tabel V-55
Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Dokter Umum
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Dokter Umum V-66 Di Puskesmas Tabel V-56
V-67 Tabel V-57
Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah Sehat
V-68 Tabel V-58
Korelasi antara IPM dengan Bamyaknya Rumah sehat
Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah V-69 Tangga Sehat
Tangga Sehat Tabel V-60
V-71 Yang Memiliki akses Air Bersih Tabel V-61
Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah Tangga
V-72 Yang memiliki Akses Air Bersih Tabel V-62
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Tangga
Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya SD V-73 Tabel V-63
Korelasi antara Rata-Rata Lama Sekolah dengan V-74 Banyaknya SD Tabel V-64
V-75 Tabel V-65
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya SD …………..
V-76 Murid SD Tabel V-66
Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya
V-77 Banyaknya Tabel V-67
Korelasi antara Rata-Rata Lama Sekolah dengan ……
V-78 Tabel V-68
Korelasi IPM dengan Banyaknya Murid SD ……………
V-79 Guru SD Tabel V-69
Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya
Korelasi antara Rata-rata Lama Sekolah dengan V-80 Banyaknya Guru SD Tabel V-70
V-81 Tabel V-71
Korelasi IPM dengan Banyaknya Guru SD …………….
Korelasi Antara Angka Melek Huruf dengan Rasio …. V-82. Guru dan Murid SD Tabel V-72
V-83 Guru dan Murid Tabel V-73
Korelasi antara Rata-rata Lama Sekolah dengan Rasio
Korelasi antara IPM dengan Rasio Guru dan Murid SD V-84 Tabel V-74
Korelasi antara Melek Huruf dengan Banyaknya SLTP V-85 Tabel V-75
Korelasi antara Rata-rata Lama Sekolah Dengan ….. V-86 Banyaknya SLTP Tabel V-76
Korelasi antara IPM dengan banyaknya SLTP ………. V-87 Tabel V-77
V-88 SLTA Tabel V-78
Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya
Korelasi Rata-rata Lama Sekolah Dengan Banyaknya V-89 SLTA Tabel V-79
Korelasi IPM dengan Banyaknya SLTA ………………. V-90 Tabel V-80
Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya V-91 SD
Tabel V-82 Korelsi antara IPM dengan Bnayaknya SD ………….. V-93 Tabel V-83
Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya V-94 Banyaknya Murid SD Tabel V-84
Korelasi antara Rata-rata lama Sekolah dengan Banyaknya V-95 Murid SD Tabel V-85
Korelasi Antara IPM dengan Banyaknya Murid SD …… V-96 Tabel V-86
V-97 Tabel V-87
Korelasi Angka melek Huruf dengan banyaknya Guru SD
Korelasi Rata-rata Lama Sekolah dengan Banyaknya V-98 Guru SD Tabel V-88
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Guru SD V-99 Tabel V-89
Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Rasio Guru V-100 Dan Murid SD Tabel V-90
Korelasi antara Rata-rata Lama Sekolah dengan Rasio V-101 Guru dan Murid SD Tabel V-91
Korelasi antara IPM dengan Rasio Guru dan Murid SD V-102 Tabel V-92
Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya V-103 SLTP Tabel V-93
Korelasi antara Rata-rata Lama Sekolah dengan ….. V-104 Banyaknya SLTP Tabel V-94
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya SLTP ……… V-105 Tabel V-95
Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya V-106 SLTA Tabel V-96
Korelasi Antara Rata-rata Lama Sekolah dengan …… V-107 Banyaknya SLTA Tabel V-97
Korelasi antara IPM dengan Banyaknya SLTA ……… V-108 Tabel V-98
Rekapitulasi Hasil Analisis Korelasi Skala Kecamatan . V-113 Tabel V-99
Matriks Kerangka Logis Bidang Kesehatan ................ V-123 Tabel V-100
Replikasi Program pada Setiap Kecamatan ................ V-136 Tabel VI-1
Rekomendasi Replikasi Program pada Setiap Kecamatan VI-7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I-1 Algoratima Analisis Kebijakan dan Program ........ I-13 Terpadu Pembangunan Kesejahtaraan Masyarakat Berbasis IPM
Gambar III-1 Kota Administrasi Kota Medan ............................ III-1 Gambar III-2 Trend pertumbuhan Penduduk 2005-2010 .........
III-5 Gambar III-3 Peta Kepadatan Penduduk Kota Medan .............
III-6 Gambar III-4 Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun .......
III-14 2007-2009 (%) Gambar V-1
Grafik Pertumbuhan IPM Kota Medan ………….. V-9 Gambar V-2
Pertumbuhan APBD Kota medan ……………….. V-10 Gambar V-3
Korelasi antara APBD dengan IPM Kota Medan V-11 Gambar V-4
Pertumbuhan PDRB (atas harga berlaku) Kota Medan V-12 Gambar V-5
V-13 Gambar V-6
Korelasi Antara PDRB (ADHB) dengan IPM Kota Medan
Korelasi antara Anggaran Bidang Kesehatan Dengan V-14 IPM Kota Medan Gambar V-7
Korelasi Antara Anggaran Bidang Pendidikan dan … V-16 IPM Kota Medan Gambar V-8
Korelasi antara Bid.Ekonomi dengan IPM Kota Medan V-17 Gambar V-9
Korelasi Antara PAD dengan IPM Kota Medan …. V-18 Gambar V-10 Korelasi Daya Beli dengan Banyanya Usaha Besar
V-20 sedang Gambar V-11 Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Besar/Sedang
V-21 Gambar V-12 Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Usaha Kecil
V-22 Gambar V-13 Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Kecil ,,,,,,,,
V-23 Gambar V-14 Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Usaha Rumah
V-24 Tangga Gambar V-15 Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Rumah Tangga
V-25 Gambar V-16 Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Toko/Pasar/
V-26 Mini Market Gambar V-17 Korelasi IPM dengan Banyaknya Toko/Pasar/Mini Market
V-27 Gambar V-18 Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Usaha Besar
V-28
Gambar V-19 Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Besar Sedang V-29 Gambar V-20 Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Usaha Kecil
V-30 Gambar V-21 Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Kecil
V-31 Gambar V-22 Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Usaha Rumah
V-32 Tangga Gambar V-23 Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Rumah Tangga
V-33 Gambar V-24 Korelasi Daya Beli dengan Banyaknya Usaha Toko/Pasar/ V-34 Mini Market Gambar V-25 Korelasi IPM dengan Banyaknya Usaha Toko/Pasar/ ….
V-35 Mini Market Gambar V-26 Korelasi AHH dengan Banyaknya Puskesmas ….
V-36 Gambar V-27 Korelasi IPM dengan Banyaknya Puskesmas ………
V-38 Gambar V-28 Korelasi AHH dengan Banyaknya Rumah Sakit ……
V-39 Gambar V-29 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Sakit
V-40 Gambar V-30 Korelasi Antara Banyaknya AHH dengan Rumah Sakit
V-41 Gambar V-31 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Besalin
V-42 Gambar V-32 Korelasi Antara AHH dengan Banyaknya POsyandu
V-43 Gambar V-33 Korelasi Antara IPM dengan Banyaknya Posyandu
V-44 Gambar V-34 Korelasi Antara AHH dengan Banyaknya Dokter Umum
V-45 Gambar V-35 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Dokter Umum
V-46 Gambar V-36 Korelasi antara AHH dengan Banyajnya Dokter Umum
V-47 Di Puskesmas Gambar V-37 KOrelasi IPM dengan Banyaknya Dokter Umum di
V-48 Puskesmas Gambar V-38 Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah Sehat
V-49 Gambar V-39 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Sakit
V-50 Gambar V-40 Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah
V-51 Tangga Sehat Gambar V-41 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah
V-52 Tangga Sehat Gambar V-42 Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah Tangga
V-53 Yang Mengakses Air Bersih Gambar V-43 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Tangga
V-54 Yang Mengakses Air Bersih Gambar V-44 Korelasi AHH dengan Banyaknya Puskesmas
V-55
Gambar V-46 Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah Sakit V-57 Gambar V-47 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Sakit
V-58 Gambar V-48 Korelasi AHH dengan Banyaknya Rumah Bersalin
V-59 Gambar V-49 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Bersalin
V-60 Gambar V-50 Korelasi antara AHH dengan Banyaknya POsyandu ..
V-61 Gambar V-51 Korelasi IPM dengan Banyaknya Posyandu …………
V-62 Gambar V-52 Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Dokter Umum
V-63 Gambar V-53 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Dokter Umum
V-64 Gambar V-54 Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Dokter Umum
V-65 Di Puskesmas Gambar V-55 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Dokter Umum
V-66 Di Puskesmas Gambar V-56 Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah Sehat
V-67 Gambar V-57 Korelasi antara IPM dengan Bamyaknya Rumah sehat
V-68 Gambar V-58 Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah
V-69 Tangga Sehat Gambar V-59 Korelasi antara IPM dengan Bamyaknya Rumah
V-70 Tangga Sehat Gambar V-60 Korelasi antara AHH dengan Banyaknya Rumah Tangga
V-71 Yang Memiliki akses Air Bersih Gambarl V-61 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Rumah Tangga
V-72 Yang memiliki Akses Air Bersih Gambar V-62 Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya SD V-73 Gambar V-63 Korelasi antara Rata-Rata Lama Sekolah dengan
V-74 Banyaknya SD Gambar V-64 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya SD …………..
V-75 Gambar V-65 Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya
V-76 Murid SD Gambar V-66 Korelasi antara Rata-Rata Lama Sekolah dengan ……
V-77 Banyaknya Gambar V-67 Korelasi IPM dengan Banyaknya Murid SD ……………
V-78 Gambarl V-68 Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya
V-79 Guru SD Gambar V-69 Korelasi antara Rata-rata Lama Sekolah dengan
V-80 Banyaknya Guru SD
Gambar V-71 Korelasi Antara Angka Melek Huruf dengan Rasio …. V-82. Guru dan Murid SD Gambar V-72 Korelasi antara Rata-rata Lama Sekolah dengan Rasio
V-83 Guru dan Murid Gambar V-73 Korelasi antara IPM dengan Rasio Guru dan Murid SD
V-84 Gambar V-74 Korelasi antara Melek Huruf dengan Banyaknya SLTP
V-85 Gambar V-75 Korelasi antara Rata-rata Lama Sekolah Dengan …..
V-86 Banyaknya SLTP Gambar V-76 Korelasi antara IPM dengan banyaknya SLTP ……….
V-87 Gambar V-77 Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya
V-88 SLTA Gambar V-78 Korelasi Rata-rata Lama Sekolah Dengan Banyaknya
V-89 SLTA Gambar V-79 Korelasi IPM dengan Banyaknya SLTA ……………….
V-90 Gambar V-80 Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya
V-91 SD Gambar V-81 Korelasi Rata-rata Lama Sekolah dengan Banyaknya SD
V-92 Gambar V-82 Korelsi antara IPM dengan Bnayaknya SD …………..
V-93 Gambar V-83 Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya
V-94 Banyaknya Murid SD Gambar V-84 Korelasi antara Rata-rata lama Sekolah dengan Banyaknya V-95 Murid SD Gambar V-85 Korelasi Antara IPM dengan Banyaknya Murid SD ……
V-96 Gambar V-86 Korelasi Angka melek Huruf dengan banyaknya Guru SD
V-97 Gambar V-87 Korelasi Rata-rata Lama Sekolah dengan Banyaknya
V-98 Guru SD Gambar V-88 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya Guru SD
V-99 Gambar V-89 Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Rasio Guru
V-100 Dan Murid SD Gambar V-90 Korelasi antara Rata-rata Lama Sekolah dengan Rasio
V-101 Guru dan Murid SD Gambar V-91 Korelasi antara IPM dengan Rasio Guru dan Murid SD
V-102 Gambar V-92 Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya
V-103 SLTP Gambar V-93 Korelasi antara Rata-rata Lama Sekolah dengan …..
V-104
Gambar V-94 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya SLTP ……… V-105 Gambar V-95 Korelasi antara Angka Melek Huruf dengan Banyaknya
V-106 SLTA Gambar V-96 Korelasi Antara Rata-rata Lama Sekolah dengan ……
V-107 Banyaknya SLTA Gambar V-97 Korelasi antara IPM dengan Banyaknya SLTA ………
V-108 Gambar V-98 Logika Pohon Tujuan Bidang Ekonomi (Koperasi dan
V-118 UMKM) Gambar V-99 Logika Pohon Tujuan Bidang Ekonomi (Industri dan
V-119 Perdagangan) Gambar V-100 Logika Pohon Tujuan Bidang Kesehatan ...................
V-122 Gambar V-101 Logika Pohon Tujuan Bidang Pendidikan ...................
V-129
BAB - I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan adalah usaha yang dilakukan secara terus menerus dan berelanjutan guna meningkatkan kondisi yang lebih baik dan kondusif untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang berdaulat, mandiri, memiliki daya saing, berkeadilan, sejahtera, maju serta memiliki kekuatan modal dan etika yang baik. Pembangunan di Kota Medan di masa yang akan datang tidak terlepas dari tuntutan dan tantangan yang diartikulasikan ke dalam akselerasi visi dan misi serta strategi Pemerintah Kota Medan tahun 2006-2010.
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat guna mendukung pencapaian visi dan misi Pemerintah Kota Medan, maka perlu dilakukan upaya- upaya pembangunan daerah yang berkesinambungan, efektif dan efisien. Pemerintah Kota Medan menyadari bahwa pendekatan pembangunan yang bertumpu pada pembangunan manusia merupakan suatu landasan untuk mewujudkan visi yang sudah ditetapkan. Pembangunan yang diharapkan adalah pembangunan yang menempatkan manusia sebagai subjek yang aktif sebagai alat pembangunan.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengamanatkan bahwa pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk mensejahterakan
kewajiban untuk mensejahterakan masyarakat bukan hanya merupakan tugas Pemerintah Pusat, Provinsi, namun juga merupakan tugas pemerintah Kabupaten/Kota serta Pemerintah Kecamatan, Kelurahan, dunia usaha dan masyarakat. Dengan kata lain semua stakeholders pembagunan harus bersama-sama dan bersinergi memikul tanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakat.
masyarakatnya.
Pada
dasarnya
Mewujudkan kesejahteraan masyarakat bukan merupakan tugas yang ringan, apalagi terdapat kendala dan hambatan dalam teknis pelaksanaannya seperti belum memadainya anggaran yang dimiliki, akurasi data yang masih rendah, kebijakan yang belum mendukung kesejahteraan masyarakat, belum optimalnya sinergitas pelaksanaan program, serta kualitas sumber daya manusia yang masih relatif rendah.
Dengan mencermati hal-hal di atas, perlu dilakukan upaya terobosan yang tepat untuk mempercepat pencapaian sasaran melalui aktivitas pembangunan yang efektif, efisien dan ekonomis. Pembangunan harus terintegrasi dan dikonsentrasikan di tingkat basis dan kelurahan.
Sehubungan dengan hal di atas, maka perlu dirancang berbagai kebijakan dan program terpadu untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat berbasis IPM. Dengan asumsi jika kebijakan dan program berbasis IPM tersebut dilaksanakan akan memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kota Medan.
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan Studi
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks yang mudah untuk mengenali keberhasilan satu kebijakan / program pembangunan, khususnya di Kota Medan
Hal yang ingin dicapai dari pelaksanaan studi ini adalah mengenali Program – Kegiatan yang signifikan meningkatkan IPM selama 5 tahun. Caranya adalah melakukan Analisis Kerangka Logis terhadap Kebijakan – Program di bidang : Kesehatan, Pendidikan, dan Ekonomi. Yakni melakukan identifikasi program Hal yang ingin dicapai dari pelaksanaan studi ini adalah mengenali Program – Kegiatan yang signifikan meningkatkan IPM selama 5 tahun. Caranya adalah melakukan Analisis Kerangka Logis terhadap Kebijakan – Program di bidang : Kesehatan, Pendidikan, dan Ekonomi. Yakni melakukan identifikasi program
Tujuan studi ini adalah ingin merumuskan rencana program pembangunan kewilayah yang berbasis IPM dengan mengacu kepada indikator IPM.
1.2.2 Sasaran Studi
Sasaran studi ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi Bappeda Kota Medan dalam melakukan koordinasi dan menyusun perencanaan.
2. Sebagai bahan masukan dalam penyusunan RPJMD, Renstra, Rencana Tahunan, serta penyusunan berbagai dokumen perencanaan lainnya.
1.2.3 Manfaat Studi
Manfaat dari dilaksanakannya studi ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi Bappeda Kota Medan dalam melakukan koordinasi dan menyusun perencanaan.
2. Sebagai bahan masukan dalam penyusunan RPJMD, Renstra, Rencana Tahunan, serta penyusunan berbagai dokumen perencanaan lainnya.
1.2.4 Ruang Lingkup Studi
Ruang lingkup pekerjaan adalah analisis dan evaluasi seluruh kebijakan dan program di Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Perindag dan Dinas Koperasi selama 5 tahun dari tahun 2005-2009 yang berbasis kepada Indeks Pembangunan Manusia Kota Medan.
1.3 Metodologi
1.3.1 Sumber Data
Sumber data dalam analisis ini adalah data sekunder, berupa data berbagai kebijakan dan program yang ada dalam APBD Kota Medan tahun 2006-2009. Data diperoleh dari BAPPEDA Kota Medan, Bagian Keuangan Setdakot Medan, dan SKPD terkait lainnya di lingkungan Pemerintahan Kota Medan, juga data IPM Kota Medan.
1.3.2 Tempat dan Waktu
Lokasi analisis kebijakan dan program kesejahteraan masyarakat berbasis IPM meliputi seluruh kecamatan di Kota Medan.
Analisis ini diperkirakan akan memakan waktu selama 3 (tiga) bulan, yang meliputi: persiapan, pengolahan dan analisis data, FGD, serta penyusunan laporan akhir.
1.3.3 Metode Analisis dan Evaluasi Kebijakan dan Program
Ada dua metoda yang digunakan dalam studi ini, yakni metoda analisis korelasi dan metoda analisis kerangka logis ( logical framework analysis ).
1. Metoda Analisis Korelasi
Teknik analisis korelasi merupakan bagian dari teknik pengukuran asosiasi ( measure of association ) yang berguna untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel (atau lebih). Terdapat beberapa teknik analisis korelasi, diantaranya yang Teknik analisis korelasi merupakan bagian dari teknik pengukuran asosiasi ( measure of association ) yang berguna untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel (atau lebih). Terdapat beberapa teknik analisis korelasi, diantaranya yang
Korelasi merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel. Korelasi tidak secara otomatis menunjukkan hubungan kausalitas antar variabel. Hubungan dalam korelasi dapat berupa hubungan linier positif dan negatif. Interpretasi koefesien korelasi akan menghasilkan makna kekuatan, signifikansi dan arah hubungan kedua variabel yang diteliti. Untuk melihat kekuatan koefisien korelasi didasarkan pada jarak yang berkisar antara 0 -1. Untuk melihat signifikansi hubungan digunakan angka signifikansi / probabilitas / alpha. Untuk melihat arah korelasi dilihat dari angka koefisien korelasi yang menunjukkan positif atau negatif.
Koefisien determinasi (R 2 ) pada satu persamaan linear adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan antar variabel
X dan Y.
Koefesien korelasi (R) pada satu persamaan linear adalah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan ( strength ) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya).
2. Metoda Analisis Kerangka Logis
Metode analisis ini menggunakan pendekatan kerangka kerja logis ( logical framework approach —LFA) merupakan suatu alat bantu ( tool ) yang bersifat analitis bagi para perencana:
1. Menetapkan suatu hirarki logis dari tujuan yang ingin dicapai.
2. Melakukan analisis input output kebijakan dan program
3. Melakukan analisis kontribusi kebijakan dan program
Elemen yang digunakan dalam kerangka kerja logis ( logical framework approach ) terdiri dari 4 elemen:
1. INPUT (Sumber daya yang tersedia bagi aktivitas proyek)
a. Nilai anggaran atau pengeluaran untuk program:
b. Ketersediaan sarana prasarana terkait
c. Ketersediaan sumber daya manusia
2. OUTPUT (Produk/program yang dihasilkan, mengacu kepada LKPJ.
3. HASIL (Akses, pemanfaatan, tingkat kepuasan)
4. DAMPAK (Dampak pada standar kehidupan)
a. Kesehatan: Indikatornya angka harapan hidup (AHH)
b. Pendidikan: Indikatornya: Angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS)
c. Daya beli masyarakat: Indikatornya rata-rata konsumsi/kapita/tahun
1.3.4 Tahapan Analisis
Analisis dimulai dari pemahaman bahwa potret sebagian kondisi makro Kota Medan dapat dilihat dari nilai APBD (termasuk besaran anggaran bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan), PDRB (atas dasar harga berlaku), dan besaran PAD Kota Medan.
Dasar berfikirnya adalah :
1. Nilai APBD dianggap mewakili tingkat masifnya suatu kebijakan, apabila nilai APBD naik secara signifikan maka diasumsikan telah berjalan sejumlah kebijakan yang progresif.
2. Nilai PDRB Kota Medan, dianggap mewakili gambaran perputaran barang dan jasa. Angka ini diasumsikan memberikan gambaran efektivitas sejumlah kebijakan dalam mendorong, menstimulir dan mempercepat perputaran barang dan jasa serta pertumbuhan ekonomi.
3. Nilai anggaran sektor kesehatan, pendidikan dan ekonomi dianggap mewakili gambaran kebijakan pada sektor kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Artinya kenaikan atau penurunan suatu nilai anggaran menunjukkan tingkat perhatian pemerintah kota terhadap sektor tersebut.
4. Nilai PAD Kota Medan, dianggap sebagai gambaran tingkat kontribusi masyarakat terhadap pembangunan kota. Angka ini diasumsikan sebagai gambaran kepedulian dan partisipasi masyarakat terhadap upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi, pembangunan pendidikan dan kesehatan.
Kondisi makro Kota Medan secara teoritis juga ditentukan oleh kebijakan pembangunan Kota Medan melalui sejumlah program dan kegiatan. Salah satu resultante berbagai kebijakan yang dapat diukur adalah nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
1. Analisis Tahap Pertama (Skala Kota)
Pada tahap pertama dilakukan analisis korelasi antara besaran APBD, PDRB dan PAD dengan nilai IPM Kota Medan, tujuannya untuk melihat keeratan hubungan antara sebagian kondisi makro Kota Medan dengan nilai IPM Kota Medan.
2. Analisis Tahap Kedua (Skala Kecamatan)
Kebijakan (program dan kegiatan) Pemerintah Kota Medan menghasilkan sejumlah output yang dicatat secara reguler melalui Badan Pusat Statistik Kota Medan per kecamatan di Kota Medan (data tahun 2009).
Output tersebut dikategorikan sebagai variabel (peubah X) yang menentukan nilai IPM Kota Medan (sebagai fungsi dari X, fungsi dari output kebijakan Pemerintah Kota Medan).
Pada tahap kedua dilakukan analisis korelasi antara besaran-besaran variabel IPM dengan nilai IPM itu sendiri.
3. Analisis Tahap Ketiga (Analisis Kerangka Logis)
Pada tahap ini dilakukan penarikan hubungan antara dua tahap analisis sebelumnya. Hubungan antara kedua analisis tersebut berupa hipotesis berikut :
H 1 : Korelasi antara sebagian kondisi makro Kota Medan dengan nilai IPM
Kota Medan menunjukkan korelasi kuat hingga sempurna, dan korelasi antara output kebijakan (program dan kegiatan) dengan nilai IPM Kota Medan juga menunjukkan korelasi kuat hingga sempurna.
H 0 : Korelasi antara sebagian kondisi makro Kota Medan dengan nilai IPM
Kota Medan menunjukkan korelasi kuat hingga sempurna, tetapi korelasi antara output kebijakan (program dan kegiatan) dengan nilai IPM Kota Medan tidak menunjukkan korelasi kuat hingga sempurna.
4. Kemungkinan Output Analisis I
Apabila hasil analisis menunjukkan bahwa H 1 benar, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh kebijakan (program dan kegiatan) yang ada sudah berada pada jalur dan arah yang benar. Artinya tidak diperlukan perombakan atau perubahan dari perencaan yang sudah disiapkan selama ini karena hal ini terbukti signifikan meningkatkan IPM Kota Medan.
5. Kemungkinan Output Analisis II
Apabila hasil analisis menunjukkan bahwa H 1 salah, maka dapat simpulkan bahwa kebijakan Pemerintah Kota Medan pada bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi belum signifikan meningkatkan IPM di Kota Medan.
Untuk melihat letak kekurangan dari sejumlah kebijakan tersebut, dilakukan analisis kerangka logis ( logical framework analysis ).
Setiap program pada setiap bidang (kesehatan, pendidikan dan ekonomi) diasumsikan sebagai konotasi positif dari rangkaian / pohon masalah kesehatan, pohon masalah pendidikan dan pohon masalah ekonomi, menjadi pohon tujuan kesehatan, pohon tujuan pendidikan dan pohon tujuan ekonomi.
Seluruh program selama 5 tahun (2005 – 2009) pada setiap bidang akan disatukan dan dirangkai membentuk kerangka logis hingga mencapai tujuan, yakni :
1. Program-progam bidang kesehatan merangkai menghasilkan kenaikan Angka Harapan Hidup.
2. Program-program bidang pendidikan merangkai menghasilkan kenaikan Angka Melek Huruf dan atau Angka Rata-rata Lama Sekolah.
3. Program-program bidang ekonomi merangkai menghasilkan kenaikan Daya Beli Masyarakat (atau PDRB per Kapita).
Pada saat merangkai tersebut dilihat apakah program-program tersebut sudah logis atau belum logis dalam membentuk satu kerangka logis pohon tujuan.
Apabila bahwa sebenarnya seluruh program-program yang ada di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi sudah logis membentuk satu kerangka, maka direkomendasikan tidak perlu ada perubahan atau penambahan program di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Tetapi yang diperlukan adalah :
1. Peningkatan frekuensi pelaksanaan program di lapangan / masyarakat
2. Peningkatan intensitas program.
3. Peningkatan cakupan layanan program.
4. Tindakan monitoring pada tahap pelaksanaan program dan evaluasi hasil pelaksanaan program yang serius dan dapat dipertanggung jawabkan untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan program di lapangan.
6. Kemungkinan Output Analisis III
Apabila rangkaian kerangka logis hasil dari analisis tahap III terlihat belum membentuk satu kerangka logis, maka dilakukan penambahan program-program kedalam kerangka tersebut hingga membentuk satu rangkaian kerangka logis pohon tujuan.
Selanjutnya dilakukan penerjemahan pohon tujuan tersebut menjadi pohon strategi baik bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Pada saat merangkai pohon strategi, dilakukan uji logika terhadap rangkain kerangka logis tersebut. Apabila terlihat kurang logis, maka dilakukan perubahan / perbaikan program- Selanjutnya dilakukan penerjemahan pohon tujuan tersebut menjadi pohon strategi baik bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Pada saat merangkai pohon strategi, dilakukan uji logika terhadap rangkain kerangka logis tersebut. Apabila terlihat kurang logis, maka dilakukan perubahan / perbaikan program-
Pohon strategi bidang kesehatan, bidang pendidikan dan bidang ekonomi selanjutnya dikembangkan menjadi Matriks Kerangka Logis. Didalam matriks tersebut dijelaskan tentang :
1. Program (kegiatan)
5. Asumsi (yang mempengaruhi keberhasilan)
6. Tujuan antara
a. Kenaikan Angka Harapan Hidup
b. Kenaikan Angka Melek Huruf (atau Angka Rata-rata Lama Sekolah)
c. Kenaikan Daya Beli Masyarakat (atau PDRB per Kapita)
7. Tujuan akhir, yakni kenaikan Indeks Pembangunan Manusia.
1.3.5 Tahap Rekomendasi
1. Kemungkinan Rekomendasi I
Apabila setelah dua tahap analisis menunjukkan bahwa H 1 adalah benar , maka direkomendasikan bahwa Pemerintah Kota Medan dapat melanjutkan berbagai program di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi untuk tahun-tahun mendatang karena terbukti memiliki korelasi kuat dengan peningkatan nilai IPM di setiap kecamatan di Kota Medan.
2. Kemungkinan Rekomendasi II
Apabila setelah dua tahap analisis menunjukkan bahwa H 1 adalah salah , sejumlah program yang ada terlihat logis apabila dirangkai kedalam matriks kerangka logis, maka direkomendasikan bahwa Pemerintah Kota Medan dapat melanjutkan berbagai program di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi untuk tahun-tahun mendatang. Tetapi disertai tindakan :
1. Peningkatan frekuensi pelaksanaan program di lapangan / masyarakat
2. Peningkatan intensitas program.
3. Peningkatan cakupan layanan program.
4. Tindakan monitoring pada tahap pelaksanaan program dan evaluasi hasil pelaksanaan program yang serius dan dapat dipertanggung jawabkan untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan program di lapangan.
3. Kemungkinan Rekomendasi III
Apabila setelah dua tahap analisis menunjukkan bahwa H 1 adalah salah , dan pada saat membuat rangkaian kerangka logis diperlukan sejumlah program baru, maka sejumlah program yang baru didalam matriks kerangka logis selanjutnya direkomendasikan untuk diadopsi oleh Pemerintah Kota Medan menjadi program- program baru di bidang kesehatan, bidang pendidikan dan bidang ekonomi pada tahun-tahun mendatang.
Gambar I-1. Algoratima Analisis Kebijakan dan Program Terpadu Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat Berbasis IPM
1.3.6 Variabel yang Digunakan
Analisis yang dilakukan pada studi ini dibatasi untuk rentang waktu tahun 2005 – 2009. Pada rentang waktu tersebut akan dibahas korelasi IPM setiap kecamatan dengan sejumlah variabel yakni :
1. Variabel Daya Beli :
1. Banyaknya perusahaan besar
2. Banyaknya perusahaan kecil
3. Banyaknya usaha RT
4. Jumlah Pasar / Toko / Mini Market
2. Variabel Angka Melek Huruf / Rata-rata Lama Sekolah :
1. Banyaknya SD
2. Banyaknya murid SD
3. Banyaknya Guru SD
4. Rasio Guru dan Murid SD
5. Banyaknya SLTP
6. Banyaknya SLTA
3. Variabel Angka Harapan Hidup :
1. Banyaknya Puskesmas
2. Banyaknya Pos Yandu
3. Banyaknya tenaga dokter umum menurut kecamatan
4. Banyaknya dokter umum di Puskesmas
5. Banyaknya dokter umum menurut kecamatan
6. Banyaknya Puskesmas menurut kecamatan
7. Banyaknya Rumah Bersalin menurut kecamatan
8. Banyaknya Rumah Sakit menurut kecamatan
9. Jumlah rumah sehat menurut kecamatan
10. Jumlah Rumah Tangga sehat menurut kecamatan
11. Jumlah Rumah Tangga yang memiliki air bersih menurut kecamatan
Variabel-variabel tersebut adalah sejumlah data yang tersedia pada Badan Pusat Statistik Kota Medan, dan memiliki korelasi dengan Nilai IPM Kecamatan.
Sebelum dilakukan analisis per kecamatan, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap nilai IPM Kota Medan selama rentang waktu 2005 – 2009 yang akan dicari korelasinya dari :
1. APBD Kota Medan
2. PDRB Kota Medan
3. Anggaran Sektor Kesehatan
4. Anggaran Sektor Pendidikan
5. Anggaran Sektor Ekonomi
6. PAD Kota Medan
1.3.7 Kriteria Koefisien Korelasi
Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan ( strength ) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel yakni variabel IPM dan IPM itu sendiri.
Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel IPM tinggi, maka nilai IPM akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel IPM tinggi, maka nilai IPM akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai
Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel berikut adalah kriteria hubungan tersebut.
1. R = 0 :
Tidak ada korelasi antara dua variabel
2. R > 0 – 0,25 :
Korelasi sangat lemah
3. R > 0,25 – 0,5 :
Korelasi cukup
4. R > 0,5 – 0,75 :
Korelasi kuat
5. R > 0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat
6. R = 1 :
Korelasi sempurna
1.4 Sistematika Laporan
Laporan terdiri dari 6 bab dengan rincian seperti berikut ini :
BAB I PENDAHJULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.3 Metodologi
1.4 Sistematika Laporan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Masyarakt
2.3 Pengertian Indeks Pembangunan Manusia
2.4 Indikator IPM
2.5 Metode Pengukuran IPM
BAB III GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN
3.1 Profil Geografi
3.2 Profil Demografi
3.3 Profil Ekonomi
3.4 Profil Sosial Ekonomi
BAB IV KEBIJAKAN DAN PROGRAM TERPADU PEMBANGUNAN KESEHATERAAN MASYARAKAT BERBASIS IPM DI KOTA MEDAN (Kondisi Existing yang sudah dilaksanakan Selama Tahun 2005-2009)
4.1 Kebijakan dan Program Tahun 2005
4.2 Kebijakan dan Program Tahun 2006
4.3 Kebijakan Program Tahun 2007
4.4 Kebijakan dan Program Tahun 2008
4.5 Kebijakan dan Program Tahun 2009
BAB V ANALISIS KEBIJAKAN DAN PROGRAM TERPADU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BERBASIS IPM
5.1 Program-Program Selama Lima Tahun (2005-2009)
5.2 Analisis Korelasi antara Kondisi Makro Kota Medan dengan Nilai IPM Kota Medan
5.3 Analisis Korelasi antara Output Kebijakan dengan Nilai IPM Per Kecamatan
5.4 Analisis Kerangka Logis
5.5 Replikasi Program di Kecamatan-kecamatan
BAB VI KESIMPULAN
6.1 Analisis Korelasi antara Kondisi Makro Kota Medan dengan Nilai IPM Kota Medan
6.2 Analisis Korelasi antara Berbagai Variabel dengan Nilai IPM Kota Medan
6.3 Analisis Kerangka Logis
6.4 Rekomendasi Replikasi Kerangka Logis di Kecamatan- kecamatan
BAB - II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat
Pembangunan kesejahteraan masyarakat sejatinya adalah segenap strategi dan aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, maupun civil society untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia melalui kebijakan dan program yang bermatra pelayanan sosial, penyembuhan sosial, perlindungan sosial dan pemberdayaan masyarakat.
Seperti kata Jones, tujuan pembangunan kesejahteraan masyarakat yang pertama dan utama adalah penanggulangan kemiskinan dalam segala bentuk manifestasinya. Maknanya, meskipun pembangunan kesejahteraan sosial dirancang guna memenuhi kebutuhan publik yang luas, target utamanya adalah para pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial, yakni mereka yang termasuk kelompok kurang beruntung ( disadvantage groups ).
Kemajuan pembangunan ekonomi tidak akan ada artinya jika kelompok rentan penyandang masalah sosial, tidak dapat terlayani dengan baik. Bahkan muncul anggapan jika para penyandang masalah sosial tidak terlayani dengan baik, maka bagi mereka kemerdekaan adalah sekedar lepas dari penjajahan. Seharusnya kemerdekaan adalah lepas dari kemiskinan.
Untuk itu pembangunan bidang kesejahteraan sosial terus dikembangkan bersama dengan pembangunan ekonomi. Tidak ada dikotomi di antara keduanya. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan Nancy Birdsal (1993) yang mengatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah juga pembangunan sosial . Tidak ada yang utama diantara keduanya. Pembangunan ekonomi jelas sangat mempengaruhi tingkat kemakmuran suatu negara, namun pembangunan Untuk itu pembangunan bidang kesejahteraan sosial terus dikembangkan bersama dengan pembangunan ekonomi. Tidak ada dikotomi di antara keduanya. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan Nancy Birdsal (1993) yang mengatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah juga pembangunan sosial . Tidak ada yang utama diantara keduanya. Pembangunan ekonomi jelas sangat mempengaruhi tingkat kemakmuran suatu negara, namun pembangunan
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Masyarakat
2.2.1 Akses Layanan Kesehatan
Salah satu perwujudan dari usaha mencapai keadilan sosial adalah dengan mengusahakan kesempatan yang lebih luas bagi setiap warga negaranya untuk mendapatkan derajat kesehatan yang sebaik-baiknya. Perbaikan pemeliharaan kesehatan rakyat dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta tercapainya kesejahteraan rakyat. Pembangunan kualitas kesehatan antara lain bertujuan mengurangi jumlah penderita penyakit dan menekan timbulnya wabah penyakit, perbaikan gizi dan imunisasi balita, tersedianya sarana dan tenaga pelayanan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, tersedianya sarana sanitasi dan berkembangnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas kesehatan. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang cukup memadai akan sangat mendukung pelayanan kesehatan masyarakat.
Daya tahan seseorang seringkali dipengaruhi kondisinya ketika masa balita dan saat dilahirkan. Karena itu, siapa yang menjadi penolong kelahiran sangat penting sebagai indikator kesadaran masyarakat dalam menjaga kualitas kesehatan anaknya. Data Daya tahan seseorang seringkali dipengaruhi kondisinya ketika masa balita dan saat dilahirkan. Karena itu, siapa yang menjadi penolong kelahiran sangat penting sebagai indikator kesadaran masyarakat dalam menjaga kualitas kesehatan anaknya. Data
2.2.2 Akses Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk meningkatkan keterampilan dan kecerdasan yang dimilikinya. Ketersediaan fasilitas pendidkan baik sarana dan prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pendidkan. Kesempatan untuk memperoleh pendidikan, terutama pendidikan dasar, semakin terbuka karena pemerintah telah banyak menyediakan sarana dan prasarana. Dunia pendidikan dewasa ini sedang menghadapi tantangan yang sangat besar, dilihat dari dimensi global dimana persaingan kualitas menjadi kebutuhan utama diera globalisasi. Kemajuan pendidikan di Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, guru merupakan pemegang peran yang amat sentral dalam proses pendidikan. Karena itu, upaya meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan para pendidik adalah suatu keniscayaan.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan indikator pokok sebagai ukuran keberhasilan program pembangunan di bidang pendidkan. Indikator tingkat pendidikan formal yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran untuk mengklasifikasikan kualitas seseorang. Asumsi yang berlaku secara umum bahwa semakin tinggi tingkat pendidkan seseorang maka semakin tinggi pula kualitas seseorang, baik pola pikir maupun pola tindakannya. Dalam sudut pandang penduduk sebagai subyek pembangunan, seseorang
Kasar (APK) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang bersekolah di jenjang tertentu (SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi) terhadap jumlah penduduk usia sekolah pada jenjang tersebut. Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia sekolah pada masing-masing jenjang pendidikan yang masih bersekolah terhadap jumlah penduduk usia sekolah pada jenjang tersebut. Angka Putus Sekolah (APS) menunjukkan persentase penduduk yang tidak menyelesaikan pendidikan formalnya. Perkiraan jumlah anak putus sekolah menggunakan pendekatan kelompok penduduk 7-24 tahun yang tidak bersekolah lagi, termasuk penduduk yang tamat SD, SLTP, dan SMA tetapi tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
2.2.3 Pengentasan Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang timbul dalam pembangunan bersama-sama dengan masalah pengangguran dan kesenjangan yang ketiganya saling mengait. Dalam konteks pembangunan manusia, masalah kemiskinan semakin menjadi primadona sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada pertengahan 1997 lalu. Kemiskinan menjadi semakin sering didiskusikan karena adanya peningkatan jumlah penduduk miskin yang cukup tajam yang diakibatkan oleh krisis ekonomi tersebut Pembangunan kota tidak semata-mata diarahkan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga ditekankan pada peningkatan pemerataan pendapatan, yang pada akhirnya diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pendapatan antar golongan pendapatan dan penduduk bahkan antar wilayah sehingga dapat mengentaskan kemiskinan. Berbagai kebijakan publik dalam pengentasan kemiskinan belum menjadikan pembangunan manusia sebagai pusatnya. Pengentasan kemiskinan masih diprioritaskan pada satu dimensi yakni pendekatan pendapatan/ income semata. Diperlukan pendekatan yang lebih multidimensi yang mencakup pemenuhan hak dasar manusia. Pembangunan sumber daya manusia dilakukan tidak hanya sekadar untuk memenuhi hak-hak dasar warga negara tetapi juga untuk meletakkan dasar bagi pertumbuhan ekonomi dan menjamin kelangsungan demokrasi dalam jangka panjang.
2.3 Pengertian Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.
Indeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel india Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics dan sejak itu dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya. Digambarkan sebagai "pengukuran vulgar" oleh Amartya Sen karena batasannya, indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan. Indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya.
IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia:
1. hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran
2. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).