Studi Tentang Kesulitan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di SMPN 1 Labuan | Supriyani | GeoTadulako 2607 7828 1 PB

(1)

1 OLEH: SUPRIANI

ABSTRAKSI

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor internal yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dan alasan-alasan yang mempengaruhi siswa tidak mencapai nilai KKM serta materi geografi dalam IPS Terpadu yang dianggap sulit dipahami siswa di SMPN 1 Labuan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Subjek dalam penelitian adalah seluruh siswa SMPN 1 Labuan. Sampel yang digunakan adalah kuota sampling dengan jumlah 40 sampel dari 105 populasi. Tekhnik pengumpul data yang digunakan adalah Wawancara, angket dan observasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, faktor internal yang menyebabkan kesulitan belajar siswa di SMPN 1 Labuan dalam belajar IPS Terpadu adalah siswa yang kurang senang terhadap mata pelajaran sehingga tidak dapat memahami materi yang diberikan, disebabkan cara mengajar guru yang bersifat monoton serta faktor kelelahan yang diakibatkan kegiatan ekstrakulikuler sekolah serta aktifitas diluar sekolah lainya seperti membantu orang tua, bermain dan menonton. Bukan hanya itu, bila tubuh lelah maka berakibat pada malasnya untuk belajar dirumah. Alasan-alasan yang mempengaruhi siswa tidak mencapai KKM dalam pelajaran IPS Terpadu pada hasil persentase dan kriterium masuk pada kategori kadang-kadang yaitu 41-80. Artinya, pada kegiatan pembelajaran guru di sekolah dalam memperhatikan tujuan, memberikan motivasi, penggunaan metode yang bervariasi, menggunakan media dalam mengajar, membagikan buku paket, memberikan bimbingan belajar, masih jarang dilakukan. Bahkan perhatian orang tua dirumahpun masih sangat kurang. Sedangkan materi geografi dalam pelajaran IPS Terpadu yang dianggap sulit dipahami siswa SMPN 1 Labuan adalah materi Gejala diastropisme dan vulkanisme, Proses sedimentasi, Deskripsi kondisi geografis suatu wilayah pada peta, Deskripsi kondisi penduduk suatu wilayah, Sifat fisik Atmosfir, Faktor yang mempengaruhi suhu udara, Proses terjadinya angin dan jenis-jenis angin, Siklus hidrologi , Zona laut menurut letak dan kedalamannya serta materi Letak geografis Indonesia.


(2)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan alasan itu, maka pendidikan haruslah menjadi perioritas utama yang harus diperhatikan demi kesuksesan cita-cita tersebut. Salah satu bidang ilmu yang harus mendapatkan perhatian dalam penyuksesan pembelajaran adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mengapa demikian?, karena IPS adalah bidang ilmu yang mengkaji interaksi-interaksi kesosialan dalam kehidupan serta mata pelajaran yang sangat penting bagi siswa karena mata pelajaran tersebut adalah mempelajari bagaimana seharusnya siswa berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

IPS Terpadu merupakan sebutan mata pelajaran IPS yang di ajarkan pada jenjang SMP atau sederajat. Karena pada jenjang ini materi yang terdapat pada mata pelajaran IPS adalah paduan antara materi geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi. Salah satu materi yang di kaji didalam IPS Terpadu tingkat SMP adalah materi geografi yang tentu saja wajib diajarkan demi kesuksesan pendidikan siswa dalam belajar IPS tersebut. Namun, dari kesemuanya itu tentu bukan cara yang mudah untuk mewujudkanya. Karena, kenyataanya banyak faktor yang menjadi penyebab kurang berhasilnya pendidikan pada saat ini, diantaranya faktor internal seperti motivasi, minat, pemahaman dan lain-lain. Selain faktor internal, terdapat juga hal-hal lain yang mempengaruhi atau menjadi penyebab kesulitan belajar siswa misalnya lingkungan, guru, metode pembelajaran dan bahkan materi yang dianggap sulit dipahami oleh siswa. Tidak bisa disangkal lagi, semua faktor diatas merupakan faktor yang mempengaruhi dan menjadi penyebab kesulitan belajar yang pada akhirnya bisa berakibat pada keberhasilan siswa dalam belajar IPS Terpadu .

Menganalisis atau mendeteksi serta mencari tahu faktor yang menjadi penyebab serta alasan-alasan siswa mengalami kesulitan belajar sangatlah penting diakukan. Sebab, mengetahui hal yang menjadi penyebab serta alasan yang mempengaruhi kesulitan belajar tersebut, maka dapat dirumuskan suatu solusi atau pemecahan sehingga kesulitan belajar tersebut dapat diatasi bahkan dihilangkan. Karena, bila kesulitan belajar tidak dapat diatasi maka berpeluang menghambat siswa dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi, malahan membuat siswa gagal.

Tidak dapat dimungkiri, bahwa awal dari keberhasilan mencapai prestasi belajar yang tinggi adalah dengan memanfaatkan waktu luang dengan belajar. Tanpa belajar tidak mungkin siswa dapat meraih prestasi yang tinggi. Tetapi perlu diketahui pula bahwa kegiatan belajar itu sendiri hanya bisa dilaksanakan dengan baik bila tidak ada kendala dan faktor penghalangnya. Banyaknya kendala dan faktor kesulitan belajar tentunya menghambat proses pembelajaran yang pada giliranya mengganggu pencapayan prestasi belajar siswa. Dengan demikian, perlu langkah awal yang perlu dilakukan dalam rangka membimbing siswa meraih prestasi belajar yang tinggi serta mendeteksi faktor kesulitan belajar siswa dan alasan-alasan yang menjadi kendala tersebut.

Berangkat dari permasalahan tersebut, maka Peneliti menganggap penting untuk

mengadakan penelitian “ Studi tentang kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMPN 1 Labuan. Adapun yang menjadi perhatian dalam kesulitan belajar IPS


(3)

Terpadu dalam penelitian ini adalah dikhususkan pada kajian geografi. Dengan kata lain, kesulitan belajar yang dimaksudkan adalah kesulitan belajar siswa pada kajian geografi pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Judul diatas sengaja dipilih karena berdasarkan kenyataan yang ada di SMPN 1 Labuan (dilapangan) diketahui ternyata banyak siswa yang kurang berprestasi dengan baik. Terbukti dengan informasi dari guru mata pelajaran pada tahap awal yang dalam hal ini dikhususkan pada materi geografi pada IPS Terpadu yang mengatakan bahwa siswa : a. Memiliki nilai yang rendah dalam pembelajaran IPS Terpadu sehingga siswa tidak

mencapai KKM dalam mata pelajaran tersebut.

b. Masih terdapat siswa yang remedial pada mata pelajaran IPS Terpadu pada setiap diadakan tes akhir belajar.

c. Siswa membolos dalam mengikuti pelajaran, pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.

d. Adanya siswa yang selalu tidak mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru.

e. Memiliki kehadiran yang rendah di sekolah

Bukan hanya itu, bila dihubungkan dengan pengamatan yang dilakukan peneliti dibeberapa kelas ketika guru IPS Terpadu mengajar dan memberikan sajian materi terlihat siswa belum memberikan perhatian yang tinggi, misalnya masih ditemukan siswa yang keluar masuk kelas, siswa mengganggu temanya, dan lain-lain. Semua ini memberikan pemahaman bahwa siswa belum memiliki prestasi belajar yang tinggi. Selain itu juga memberikan petunjuk tentang adanya kesulitan belajar siswa yang dalam hal ini kesulitan tersebut pasti memiliki penyebab dan alasan-alasan siswa mengalami kesulitan dan tidak mencapai hasil yang diharapkan. Hal itu sejalan dengan pendapatAdmin (2010) “Kesulitan

belajar adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai

dengan kriteria standar yang telah ditetapkan”.

Berdasarkan pendapat tersebut, sangat jelas bahwa siswa di SMPN 1 Labuan masih memiliki kesulitan belajar. Hanya saja bagaimana wujud faktor-faktor kesulitan belajar yang dihadapi siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu masih sulit diketahui dengan sebab yang pasti, sebab selama ini belum pernah ditelaah secara mendalam dan secara ilmiah.

Oleh sebab itu, untuk mengetahui penyebab serta alasan yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu maka penelitian ini dianggap penting untuk dilakukan. Dengan mengetahui berbagai faktor kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu, maka pada nantinya dapat dicarikan solusi pemecahan sehingga pada akhirnya segala kesulitan dapat ditiadakan. Bila ini dapat dilakukan, tentunya siswa dapat lebih aktif belajar dan mencapai hasil yang diharapkan.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengunakan pendekatan deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor internal maupun eksternal serta aspek materi pembelajaran yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu.


(4)

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri I Labuan Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, karena SMP Negeri 1 Labuan merupakan salah satu SMP Negeri yang memiliki jumlah siswa yang masuk pada kategori kecil yaitu 105 siswa dan memiliki giru pengampu mata pelajaran IPS Terpadu yang cukup yaitu 5 orang, tetapi masih terdapat siswa mengalami kesulitan belajar. Dengan dasar itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yaitu faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar tersebut.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMPN 1 Labuan dengan sampel sebesar 40 siswa. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah tekhnik kuota sampling. Sedangkan jumlah anggota sampel, peneliti menentukan 38% dari jumlah populasi yang ada. Hal ini berdasar pada pendapat Suharmini Arikunto

(2007:95) yang menyatakan “jika jumlah anggota subjek kurang dari 100 orang maka

sampel diambil semua, dan jika lebih dari 100 maka sampel diambil 10-15 % atau 20-25 % atau lebih, berdasarkan waktu, tenaga dan sesuai kemampuan peneliti.”

Untuk memperoleh data yang diinginkan, peneliti menggunakan sumber data primer dan data sekunder yang diperoleh dari sekolah SMPN 1 Labuan. Sedangkan tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket, wawancara dan observasi yang didapatkan secara langsung dilapangan.

Angket yang digunakan dalam memperoleh data ini ditujukan pada siswa, dengan tujuan untuk memperoleh data yang diinginkan. Adapun angket yang diberikan pada siswa terdiri dari 2 jenis angket yaitu angket tertutup dan angket terbuka atau bebas namun terpandu. Angket tertutup adalah angket yang diberikan pada siswa yang bertujuan untuk mengetahui tentang alasan-alasan yang mempengaruhi siswa tidak mencapai KKM dalam pembelajaran IPS Terpadu. Adapun skala yang digunakan pada angket tertutup adalah skala likert dengan pilihan jawaban selalu (SL), kadang-kadang (KD) dan tidak pernah (TP). Sedangkan angket bebas terpandu yang diberikan pada siswa bertujuan untuk mengetahui materi-materi geografi yang dianggap sulit untuk dipahami oleh siswa pada pelajaran IPS Terpadu dengan alternatif jawaban sangat sulit (SS), sulit (S), mudah (M) dan sangat mudah (SM).

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak berstruktur, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Tekhnik wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa sebagai responden dan guru mata pelajaran IPS Terpadu sebagai informan kunci untuk memperoleh informasi dan data terkait masalah yang diteliti. Dalam tehnik wawancara tidak berstruktur ini peneliti menggunakan garis-garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden terkait data yang dibutuhkan. Namun, itu bukan berarti peneliti hanya berpatokan pada daftar kisi-kisi wawancara yang akan ditanyakan, dengan kata lain peneliti juga dapat menanyakan hal-hal lain yang pada nantinya dapat dijadikan sebagai data pendukung yang dibutuhkan dari responden terkait masalah yang diteliti.

Observasi yang akan dilakukan adalah dengan cara melihat proses kegiatan belajar mengajar kemudian mencatat hal yang dianggap penting untuk mendukung data yang diperoleh dari tekhnik lain, misalnya perhatian siswa dalam belajar, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, metode dan media yang digunakan guru dalam mengajar dan


(5)

hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah. Tujuan dari tekhnik observasi ini yaitu untuk memperoleh data-data pendukung terkait masalah dalam penelitian.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi kemudian di analisis dengan menggunakan teknik analisis dekriptif kualitatif, yaitu mengolah dan menggambarkan data dan informasi yang diperoleh di lapangan sesuai dengan kenyataan yang didapatkan di lokasi penelitian. Sedangkan data yang di peroleh dari pemberian angket akan dianalisis menggunakan analisa statistik dan diperhitungkan dengan menggunakan rumus presentase, sebagai berikut:

P = 100% N

F

Ket: P : Bilangan yang akan dicari F : Jumlah frekuensi jawaban

N : Banyaknya Responden (Sudjana, 1991: 131)

Selain rumus presentase diatas, sebagai pelengkap angket yang bertujuan untuk mengetahui alasan-alasan siswa tidak mencapai nilai KKM dalam belajar IPS Terpadu juga dianalisis dengan kriteria :

81–120 = selalu

41–80 = kadang-kadang 1 –40 = tidak pernah

Setelah data diperoleh dari lokasi penelitian dan sudah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data tersebut dan kemudian dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi data. (Miles & Huberman dalam Sugiyono,2007:247).

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan -catatan tertulis di lapangan. Reduksi ditujukan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak dibutuhkan serta mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik. 2. Penyajian Data

Penyajian data yang dimaksud ialah menyusun semua informasi yang didapatkan selama penelitian berlangsung sehingga memberikan kemungkinan adanya penafsiran kesimpulan dan penyajian data dalam bentuk pemaparan. Dengan kata lain penyajian data adalah penyederhanaan informasi yang kompleks kedalam satu kesatuan bentuk sehingga mudah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dimaksudkan untuk mengevaluasi berbagai data yang diperoleh, baik yang diperolah melalui wawancara, angket maupun observasi. Sehingga akan didapatkan data yang benar-benar valid dan berkualitas serta hasil dari data tersebut dapat dipertanggung jawabkan keb


(6)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

SMPN 1 Labuan salah satu SMP yang berdiri pada tahun 1989, yang beralamat di Jl. Benteng Raya no.09 terdapat di desa Labuan kec. Labuan di kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. serta memiliki luas tanah sekolah 19,774 m2. Awal pendirianya, sekolah ini bernama SMP Negeri 1 Tawaeli. Namun, karena adanya pemekaran wilayah kecamatan pada tahun 2005, maka SMP tersebut berubah menjadi SMPN 1 Labuan. Dilihat dari jumlah guru yang ada,, diketahui jumlah guru di SMPN 1 Labuan sebanyak 25 orang termasuk kepala sekolah beserta wakil kepala sekolah. Dimana 3 orang mengajar mata pelajaran Matematika, 5 orang sebagai pengajar Bahasa Ingris, 3 orang Bahasa Indonesia, 2 orang mengajar Pkn, 1 orang sebagai pengajar Penjas, 5 orang pengajar IPA serta serta 5 orang guru mengajar IPS Terpadu. Selain itu juga terdapat 5 Staf Tata Usaha.

Adapun mengenai batas wilayah SMPN 1 labuan yaitu : 1. Sebelah Timur : Berbatasan dengan perkebunan warga 2. Sebelah Barat : Berbatasan dengan pemukiman warga 3. Sebelah Utara : Berbatasan dengan perkebunan warga 4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Perkebunan warga

Berdasarkan batas wilayah SMPN 1 Labuan diatas, dapat diketahui bahwa lokasi penelitian mayoritas berbatasan dengan perkebunan warga. Namun, masih berbatasan dengan wilayah pemukiman masyarakat pada sebelah barat, yang juga merupakan jalan yang digunakan untuk menuju lokasi penelitian. Untuk lebih jelasnya lihat pada peta administratif (gambar 1.Peta Lokasi Penelitian).


(7)

1. Faktor Internal yang Menjadi Penyebab Kesulitan Belajar Siswa SMPN 1 Labuan dalam Belajar IPS Terpadu.

Fakta di SMPN 1 Labuan, hasil penelitian menunjukan kesulitan belajar dalam belajar IPS Terpadu adalah minat siswa terhadap mata pelajaran. Minat yaitu kecenderungan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang besar, akan mendorong motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu. Kurangnya minat akan menyebabkan kurangnya perhatian dan usaha belajar sehingga menghambat siswa dalam mencapai hasil yang diharapkan. Minat juga sangat penting dalam menggiatkan aktifitas

seseorang dalam melakukan sesuatu perbuatan. Slameto (2003:57) yang mengatakan “salah

satu ciri-ciri siswa berminat dalam belajar adalah adanya rasa senang dan suka terhadap

sesuatu yang diminati“. Bertolak dari pendapat Slameto tersebut, sangatlah jelas bahwa faktanya siswa di SMPN 1 Labuan masih terdapat siswa yang tidak senang terhadap mata pelajaran IPS Terpadu. Akibatnya, ketidak senangan siswa berujung pada rendahnya motivasi belajar di sekolah ataupun di luar sekolah. Dilihat pada saat proses kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung masih terdapat siswa yang keluar masuk ruangan tanpa menghiraukan guru didalam kelas, masih terdapat siswa yang tidak memperhatikan guru mengajar, mengobrol bersama teman bahkan tidak sedikit siswa yang berada dikantin sekolah.

Selain minat dan motivasi siswa, dalam kegiatan belajar pemahaman merupakan salah satu faktor yang dapat menyababkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Artinya, hasil belajar yang dicapai akan tergantung pada tingkat pemahaman siswa. Semakin tinggi tingkat pemahaman siswa, semakin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang akan dicapai. Jika pemahamanya rendah, maka kecenderungan hasil yang dicapaipun rendah. Siswa di SMPN 1 Labuan dalam menerima materi pelajaran mengaku mengalami kesulitan dalam memahami materi. Namun, pemahaman siswa pada dasarnya tidak hanya bersumber dari siswa tersebut akan tetapi juga disebabkan kegiatan belajar yang masih sifatnya monoton yang dilakukan guru. Buktinya siswa mengaku dalam kegiatan belajar disekolah siswa merasa bosan terhadap metode yang selalu menggunakan ceramah ataupun mencatat buku yang di titipkan oleh guru mata pelajaran dan diberikan tugas untuk diselesaikan dirumah.

Melihat dari latar belakang guru yang memang bukan berasal dari ilmu geografi, suatu hal yang wajar jika memang penguasaan guru terhadap materi yang diajarkan masih kurang. Ketidak penguasaan materi pelajaran guru tersebut berujung pada metode mencatat yang sering dilakukan guru SMPN 1 Labuan. Materi geografi pada dasarnya adalah materi yang dapat disajikan dengan melihat fakta yang ada pada lingkungan, kecakapan guru untuk menggunakan media lingkungan harus dilakukan agar pemahaman siswa terhadap materi geografi dapat tercapai. Faktanya, dengan latar belakang ilmu yang tidak sesuai yang dimiliki guru SMPN 1 Labuan, maka media lingkungan tidak pernah digunakan sebagai media pembelajaran.

Bukan hanya itu, kebiasaan belajar siswa juga sangat mempengaruhi kesulitan belajar. Banyak siswa yang belajar karena adanya suatu yang menuntut mereka untuk belajar seperti akan ada ulangan, ada PR ataupun ada tugas yang diberikan oleh guru. Hal


(8)

ini akan menimbulkan kurangnya pencapaian yang diinginkan. Belajar yang baik adalah belajar yang dilakukan secara continu dan bukan dengan sistem kebut semalam. Faktanya, siswa di SMPN 1 Labuan kegiatan belajar dilakukan dengan cara yang tidak teratur. Dimana siswa hanya mempersiapkan materi jika ada ulangan atau tugas saja. Dilihat pada waktu sekolah, jika guru tidak dapat mengisi pelajaran IPS Terpadu, sebaiknya siswa menggunakan ruang perpustakaan untuk belajar secara mandiri dan membaca materi-materi yang berkaitan dengan pelajaran. Namun, nyatanya siswa tidak menggunakan ruang perpustakaan untuk belajar, karena buku-buku diruang tersebut tidak memadai. Sehingga, siswa lebih suka berada didalam kelas, mengobrol bersama teman,bahkan dikantin sekolah.

Cara belajar siswa SMPN 1 Labuan diluar jam sekolah, nyatanya juga memang tidak dilakukan dengan cara yang kurang tepat, dimana hal itu disebabkan karena banyaknya kegiatan siswa dirumah, diantaranya bermain bersama teman, menonton televisi dan membantu orang tua. Sehingga, dengan kegiatan-kegiatan tersebut, berakibat pada kelelahan dan tidak dapat belajar serta mempelajari materi yang telah didapatkan dari sekolah dimalam hari. Kebiasaan cara belajar pada umumnya bersifat individual, dari itu sebaiknya siswa tidak menganut kebiasaan cara belajar yang tidak teratur. Tetapi, memperbaiki kebiasaan cara belajar yang baik, terencana, dan evisien. Karena terlalu terikat pada satu kebiasaan belajar saja akan turut menghambat kegiatan belajar dan menyebabkan kesulitan belajar.

Faktor internal yang menyebabkan kesulitan belajar siswa di SMPN 1 Labuan yang lain adalah faktor kelelahan. Siswa di SMPN 1 Labuan dalam kegiatan belajar disekolah, tidak hanya didalam kelas untuk menerima materi. Selain itu, siswa juga dihadapkan dengan berbagai kegiatan sekolah lain seperti kegiatan ekstra kulikuler yang tentu menyita waktu dan tenaga seperti kegiatan pramuka, lomba olahraga antar sekolah dan tentu saja membutuhkan latihan hingga berminggu-minggu. Akibatnya, jika kondisi tubuh mereka telah lelah, maka berakibat pada terganggunya kesehatan hingga tidak dapat mengikuti pelajaran seperti biasanya. Bila hal itu terjadi, maka siswa akan tertinggal dari materi yang diajarkan dan akhirnya tidak dapat memperoleh nilai yang diharapkan.

Dilihat dari barbagai aspek yang dapat menimbulkan kelelahan pada siswa, dapat dilihat pula dari jarak sekolah dengan rumah siswa. Jumlah 105 siswa SMPN 1 Labuan, menurut informasi yang diperoleh terdapat 41 siswa yang lokasi tempat tinggalnya berada pada sebelah sungai yang memisahkan antara lokasi sekolah dengan rumah siswa. Jarak tersebut tentu mempengaruhi perjalanan siswa kesekolah yang harus melintasi sungai, bahkan harus menempuh jalan yang lebih jauh untuk sampai kesekolah jika musim penghujan tiba. Artinya, melihat kondisi yang demikian tentu dapat mempengaruhi pada kondisi tubuh siswa, karena harus dilakukan secara terus menerus. Bukan hanya itu, telah dibahas sebelumnya bahwa, selain kegiatan siswa disekolah, siswa juga membantu orang tua di rumah. Karena, mayoritas mata pencaharian orang tua siswa di SMPN 1 Labuan adalah bertani, sehingga sepulang sekolah siswa harus membantu orang tua ketika musim panen tiba.


(9)

2. Alasan-alasan siswa tidak m Sebagai data pelengkap, alasan-alasan yang mempenga diagram dibawah ini.

Diagram Pernya

Sumber : Hasil analisis a Tidak mencap

Hakikatnya setiap p ingin dicapai. Begitu hal ungkapan Muhsholeh (2012

Di tingkat SMP, mat kemampuan:

1. Mengenal kons masyarakat dan l 2. Memiliki kemam

tahu, inkuiri, kehidupan sosia 3. Memiliki komi

kemanusiaan. 4. Memiliki kema

dalam masyara global.

Berdasarkan pendapat M tujuan haruslah dicapai secara

0 20 40 60 80

1. 2. 3. 4.

17,5

7,5 12,5 7, 57,5 72,5 62,5 6 25 20 25 PE RS EN TA SE (% ) PERNYATAAN NILAI K

k mencapai KKM dalam Pelajaran IPS Terpadu kap, peneliti menyajikan hasil pernyataan responde pengaruhi tidak capai KKM dam belajar IPS Te

Gambar. 2

nyataan siswa tentang alasan tidak mencapai nilai KKM pada pelajaran IPS Terpadu

is angket tentang alasan-alasan yang mempengaruhi apai nilai KKM pada mata pelajaran IPS Terpadu.

p pembelajaran yang dilakukan tentu saja memiliki halnya dengan pembelajaran IPS pada tingkat S 2012) yang mengatakan bahwa:

ata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik m konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidup dan lingkungannya.

ampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ri, memecahkan masalah, dan keterampilan osial.

komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosia n.

mampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkom arakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasiona

t Muhsholeh tersebut, jelaslah bahwa dalam belaj ara maksimal. Dalam memaksimalkan tujuan ter

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

7,5 5 2,5 12,5 5 7,5 27,5 15 17,5 62,5 57,5 72,5 35 70 32,5 40 62,5 30 25 30 37,5 25 52,5 25 60 32,5 22,5 52,5 ITEM PERTANYAAN

AAN SISWA TENTANG ALASAN TIDAK MENCAPAI AI KKM PADA PELAJARAN IPS TERPADU

Selalu Kadang-Tidak Pe

sponden tentang Terpadu pada

lai KKM

ruhi siswa du.

iliki tujuan yang t SMP. Seperti k memiliki

hidupan asa ingin n dalam osial dan kompetisi onal, dan

lajar IPS semua tersebut, sangat AI

ng-Kadang Pernah


(10)

dibutuhkan peran guru yang cakap dalam mewujudkan tujuan tersebut pada siswa. Salah satu tujuan pembelajaran IPS di tingkat SMP berdasarkan ungkapan Muhsholeh tersebut adalah menanamkan sifat kritis pada siswa. Sikap kritis perlu ditanamkan agar siswa dalam belajar dapat memberikan pemikiran-pemikiran dan analisa tentang materi yang diberikan hingga dapat memberikan pemahaman serta daya serap terhadap yang diajarkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menanamkan sifat tersebut adalah memberikan kesempatan bertanya dan menyimpulkan di akhir kegiatan pembelajaran, namun pada kenyataanya di SMPN 1 Labuan guru masih kurang menanamkan sifat kritis tersebut. Terbukti dari pernyataan responden pada tabel 4.4 pada pertanyaan angket nomor 1, sebanyak 57,5% responden menyatakan bahwa hanya kadang-kadang guru memberikan kesempatan untuk bertanya dan menyimpulkan hasil belajar. Serta 25% responden mengatakan guru tidak pernah memberikan kesempatan bertanya dan menyimpulkan hasil belajar. Berdasarkan pernyataan itu, dapat disimpulkan bahwa alasan siswa tidak capai KKM adalah kurangnya guru memperhatikan tujuan belajar dalam belajar.

Adapun alasan lain yang mempengaruhi siswa mengalami kesulitan belajar hingga tidak capai nilai KKM adalah guru yang kurang membimbing siswa agar menyelesaikan tugas belajar secara berkelompok. Seperti kita ketahui bersama bahwa belajar secara berkelompok merupakan pembelajaran yang dapat memupuk kebersamaan siswa serta mengembangkan kemampuan berkomunikasi antara siswa yang satu dengan yang lain. Tujuan pembelajaran IPS di SMP selain menanamkan sifat kritis, adalah agar siswa memiliki kemampuan berkomunikasi serta bekerjasama. Untuk membiasakan siswa memiliki kemampuan tersebut, tentu saja dibutuhkan peran guru dalam membimbing, misalnya mengarahkan siswa untuk belajar secara berkelompok dalam kegiatan belajar. Namun, kenyataanya di SMPN 1 Labuan cara itu masih sangat minim dilakukan. Hal itu terbukti berdasarkan skor yang diperoleh pada tabel 4.5 pada pertanyaan angket nomor 2, terdapat 72,5% responden mengatakan guru hanya kadang-kadang mengarahkan kerja kelompok dalam belajar serta 20% responden mengatakan guru tidak pernah menekankan siswa untuk menyelesaikan tugas belajar secara berkelompok. Hasil pernyataan itu, memperoleh kesimpulan bahwa guru masih kurang maksimal dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan bekerja sama sebagaimana yang menjadi tujuan dalam pembelajaran IPS.

Tujuan IPS di SMP selain yang disebutkan sebelumnya adalah agar siswa dapat mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Hal itu perlu ditanamkan guru dalam mengajar didalam kelas. Untuk mengenal konsep-konsep tersebut, tentunya guru harus pandai dalam mencari cara agar tujuan dapat dicapai. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengaitkan materi pembelajaran dengan masalah atau fenomena lingkungan pada kegiatan belajar. Mengaitkan materi dengan fenomena lingkungan akan membawa siswa mengenal materi secara fakta dan nyata, sehingga materi yang diterima bukan hanya sekedar hafalan yang diingat dalam otak. Dengan cara itu, dapat menjadikan siswa pandai menelaah lingkungan dan mengaitkan dengan kehidupan disekitarnya. Namun kenyataanya, di SMPN 1 Labuan guru masih kurang mengenalkan konsep yang menjadi tujuan IPS tersebut. Hal itu terbukti dari pernyataan responden pada hasil tabel 4.6 hasil pertanyaan angket nomer 3, terdapat


(11)

25% mengatakan bahwa dalam kegiatan belajar guru tidak pernah mengaitkan materi pembelajaran dengan masalah atau fenomena lingkungan serta 62,5% responden mengatakan kadang-kadang. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa hingga siswa tidak capai KKM adalah karena guru kurang mengenalkan konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan yang menjadi tujuan IPS.

Selain kurangnya guru memperhatikan apa yang menjadi tujuan IPS dalam mengajar, masih terdapat hal lain yang sangat penting yang juga dapat mempengaruhi kesulitan belajar hingga siswa tidak mencapai nilai KKM. hal lain yang dimaksud adalah tentang kurangnya guru di SMPN 1 Labuan memberikan motivasi pada siswa pada proses kegiatan pembelajaran IPS Terpadu. Sebagai bukti, dapat diketahui melalui pernyataan responden pada tabel 4.7, dan tabel 4.8. atau angket nomer 4 dan 5 dimana pada tabel tersebut diketahui terdapat 30% menyatakan guru tidak pernah memberi motivasi dengan menjelaskan pentingnya materi bagi siswa dalam kehidupan dimasyarakat pada saat kegiatan pembelajaran dan 62,5% menyatakan guru kadang-kadang. Sedangkan tabel 4.8. terdapat 37,5% responden menyatakan guru tidak pernah memuji siswa jika menyelesaikan tugas belajarnya dengan baik, 57,5% responden menyatakan guru kadang-kadang memberikan pujian. Hasil pernyataan responden tersebut menunjukan bahwa masih belum maksimalnya guru memberikan motivasi pada siswa. Menumbuhkan motivasi siswa sangatlah penting bagi seorang guru agar siswa terdorong dalam belajar IPS. Dengan demikian, maka akan menjadikan siswa berkeinginan untuk belajar hingga akhirnya dapai mencapai nilai yang diharapkan.

Alasan lain yang dapat menyebabkan kesulitan belajar siswa sehingga tidak capai KKM yaitu siswa lupa pada materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Sehubungan dengan itu, maka dibutuhkan guru yang dapat memancing ingatan siswa mengenai pelajaran yang telah lalu. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan mengingatkan materi yang telah diajarkan. Pengulangan materi yang telah lalu dianggap penting karena dapat me-refresh materi yang mulai terlupakan. Namun cara demikian masih belum selalu digunakan guru di SMPN 1 Labuan. Hal itu dibuktikan berdasarkan pernyataan responden dari hasil penelitian pada tabel 4.9 atau angket no.6, dimana 25% responden menyatakan guru tidak pernah mengulang materi sebelumnya ketika masuk pada pertemuan yang baru serta 72,5% menyatakan kadang-kadang. Pernyataan responden tersebut dapat diartikan bahwa setiap pertemuan guru tidak selalu mengingatkan materi yang telah dipelajari.

Media adalah hal yang sangat vital yang dapat digunakan pada proses belajar mengajar, adanya media dapat memudahkan guru mentransfer pengetahuan pada siswa. Tidak adanya atau tidak sesuainya media yang digunakan pada proses pembelajaran dapat mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam memahami materi, hingga akhirnya berdampak pada nilai siswa dalam mencapai KKM. Namun di SMPN 1 Labuan guru mengajar masih kurang menggunakan media pembelajaran. hal itu terbukti dari pernyataan responden pada tabel 4.10. atau angket no 7, dimana 52,5% responden menyatakan guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran dan 35% reponden menyatakan kadang-kadang menggunakan media. Berdasarkan pernyataan responden pada tabel 4.10. tersebut


(12)

dapat disimpulkan bahwa dalam mengajar guru belum selalu menggunakan media belajar. Bukan hanya itu, pernyataan responden juga diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2012 dikelas VIIA. Dimana pada saat mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah dan media Peta konsep. Padahal, materi yang di ajarkan adalah Jenis-jenis batuan yang seharusnya dapat disajikan dengan menggunakan gambar-gambar dan mengamati batuan dilingkungan sekitar. Observasi yang diakukan pada kelas berbeda yaitu tanggal 4 Oktober 2012 di kelas VIIC juga membuktikan bahwa guru mengajar tanpa menggunakan media apapun. Padahal, materi yang diajarkan dikelas tersebut adalah materi Proses Pelapukan yang seharusnya juga dapat dilakukan dengan mengamati gambar dan lingkungan sekitar sekolah.

Alasan lain yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa di SMPN 1 Labuan sehingga tidak mencapai nilai KKM kurangnya guru membagikan buku paket pada masing-masing siswa pada kegiatan belajar mengajar. Seperti kita ketahui buku paket dapat dijadikan sumber belajar serta sumber referensi bagi siswa untuk memperoleh materi pelajaran. Namun, berdasarkan hasil yang diperoleh di SMPN 1 labuan, guru tidak selalu menyediakan buku paket bagi siswa ketika mengajar. Hal itu terbukti dari hasi pernyataan responden pada tabel 4.11 atau angket no 8. Dimana terdapat 10% responden menyatakan bahwa guru tidak pernah membagikan buku paket pada proses belajar mengajardan 70% menyatakan kadang-kadang membagikan. Pernyataan responden tersebut memberikan gambaran bahwa kenyataanya guru dalam mengajar, memang tidak selalu membagikan buku paket pada siswa. Namun bukan berarti guru sama sekali tidak pernah membagikan buku paket. Berdasarkan informasi yang diperoleh, buku paket di sekolah tidak mencukupi jumlah murid yang ada, sehingga dalam penggunaanyapun harus dilakukan secara bergiliran dengan kelas lain (hasil wawancara sengan bapak Alimin tanggal 1 Oktober 2012).

Hal lain dalam proses pembelajaran yang menjadi alasan siswa SMPN 1 Labuan mengalami kesulitan belajar sehingga tidak capai nilai KKM adalah adanya metode yang tidak bervariasi yang digunakan guru dalam mengajar sehingga menjadikan siswa jenuh. Jika hal itu terjadi, maka apa yang diajarkan guru tidak dapat ditangkap secara maksimal oleh siswa. Dibuktikan dari pernyataan responden pada tabel 4.12. angket no.12, dimana sebanyak 52,5%, yang menyatakan guru tidak pernah menggunakan metode yang bervariasi kemudian 30% menyatakan kadang-kadang menggunakan metode yang bervariasi.

Alasan lain yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dan akhirnya menjadikan siswa tidak capai KKM adalah guru kurang memberikan bimbingan belajar pada siswa diluar jam sekolah. Hakikatnya, belajar bukan hanya dapat dilakukan pada jam sekolah. Namun, dapat dilakukan diluar jam sekolah. Cara itu dapat dilakukan guru mata pelajaran untuk mengarahkan siswa agar memanfaatkan waktu diluar jam sekolah untuk belajar. Dengan cara itu, siswa dapat lebih belajar secara maksimal. Misalnya, guru menjadwalkan adanya bimbingan belajar. Namun, cara itu masih belum dilakukan guru SMPN 1 Labuan. Hal itu terbukti dari pernyataan responden pada table 4.13 angket no.9 dimana 60% responden mengaku guru tidak pernah memberikan bimbingan belajar diluar jam sekolah serta 32,5% menyatakan kadang-kadang.


(13)

Alasan lain yang mempengaruhi siswa tidak capai KKM adalah kurangnya perhatian orang tua untuk mengingatkan belajar pada anaknya ketika dirumah. Karena, dengan perhatian orang tua dalam mengingatkan belajar ketika dirumah, siswa akan terkontrol dengan baik kegiatan belajarnya ketika tidak berada dilingkungan sekolah. Dibuktikan dari pernyataan responden pada table 4.14. dan tabel 4.15 atau angket no.10 dan 11, dimana 32,5% responden menyatakan orang tua tidak pernah mengingatkan belajar dirumah, sedangkan 40% responden menyatakan kadang-kadang mengingatkan siswa agar belajar dirumah. dan pernyataan responden pada tabel 4.15, dimana 22,5% responden menyatakan orang tua tidak pernah menanyakan hasil belajar siswa disekolah, kemudian 62,5% responden menyatakan orang tua kadang-kadang menanyakan hasil belajar disekolah. Berdasarkan hasil pernyataan siswa tersebut, maka dapat disimpulkan, realitanya alasan siswa tidak mencapai KKM pada pelajaran IPS Terpadu karena dipengaruhi oleh faktor perhatian orang tua yang masih belum maksimal.

3. Materi Geografi dalam IPS Terpadu yang dianggap sulit dipahami oleh siswa di SMPN 1 Labuan.

Hakikatnya materi memang merupakan suatu isi dari pelajaran yang harus diajarkan pada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakan pada sekolah. Kesulitan materi tentu saja dapat mengakibatkan kesulitan belajar siswa. Karena, materi yang sulit, tentu saja harus memiliki tingkat perhatian yang lebih baik dari guru sebagai pengajar maupun bagi siswa sebagai pelajar. Bukan kanya itu, materi yang dianggap sulit menuntut guru agar dalam penyajianya menggunakan cara-cara yang bisa membantu dalam mentransfer pada siswa. Misalnya menggunakan metode yang tepat serta media yang sesuai sehingga siswa mudah memahami materi yang diajarkan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa materi-materi geografi yang dianggap sulit dipahami siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu adalah Gejala diastropisme dan vulkanisme (62,5%), Proses sedimentasi (62,5%), Deskripsi kondisi geografis suatu wilayah pada peta (60%), Letak geografis Indonesia (52%). Sifat fisik Atmosfir (56%), Faktor yang mempengaruhi suhu udara (68%), Proses terjadinya angin dan jenis-jenis angin (52%), Siklus hidrologi (60%), Zona laut menurut letak dan kedalamannya (56%) , Deskripsi kondisi penduduk suatu wilayah (52%).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor internal yang menyebabkan kesulitan belajar siswa SMPN 1 Labuandalam belajar IPS Terpadu adalah kurangnya minat dan motivasi siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu, kurangnya pemahaman terhadap materi, cara belajar yang kurang tepat, faktor konsentrasi serta faktor kelelahan dan kesehatan.

2. Alasan-alasan siswa SMPN 1 Labuan mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran IPS Terpadu, sehingga tidak mencapai nilai KKM yaitu karena dalam pembelajaran guru kurang menyampaikan dan memperhatikan apa yang seharusnya menjadi tujuan pembelajaran IPS, guru kurang memberikan motivasi pada siswa, guru kurang


(14)

mengingatkan materi sebelumnya ketika masuk pada materi yang baru, guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, metode yang digunakan dalam mengajar kurang bervariasi, guru kurang melakukan bimbingan belajar pada siswa, serta faktor orang tua yang kurang memiliki perhatian terhadap kegiatan belajar siswa.

3. Materi-materi geografi dalam pelajaran IPS Terpadu yang dianggap sulit dipahami siswa SMPN 1 Labuan adalah materi Gejala diastropisme dan vulkanisme (62,5%), Proses sedimentasi (62,5%), Deskripsi kondisi geografis suatu wilayah pada peta (60%), Deskripsi kondisi penduduk suatu wilayah (52%), Sifat fisik atmosfir (56%), Faktor yang mempengaruhi suhu udara (68%), Proses terjadinya angin dan jenis-jenis angin (52%), Siklus hidrologi (60%), Zona laut menurut letak dan kedalamannya (56%) dan materi letak geografis Indonesia (52%).

V. SARAN 1. Bagi siswa:

a. Sebaiknya siswa tidak hanya berpatokan pada buku catatan, melainkan mencari literatur lain yang relevan yang dapat menambah wawasan terhadap materi-materi IPS Terpadu.

b. Sebaiknya meningkatkan motivasi belajar, karena untuk mencapai hasil belajar yang maksimal faktor dari dalam diri sendiri merupakan faktor yang sangat penting. 2. Bagi guru:

a. Hendaknya guru dapat memotivasi siswa agar lebih giat belajar. Selain itu guru juga diharapkan untuk dapat menggunakan metode yang bervasiasi dalam kegiatan belajar mengajar serta menggunakan media yang sesuai dengan materi pembelajaran.

b. Hendaknya dalam mengajar, guru tidak hanya menggunakan media yang disediakan dari sekolah, tetapi harus mampu dan kreatif menggunakan media lingkungan. 3. Bagi pihak sekolah: hendaknya menyediakan fasilitas baik berupa alat maupun bahan

yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2010.Pengertian Kesulitan Belajar, (online),

(http://belajarpsikologi.com/2010/04/pengertian-kesulitan-belajar.html, diakses tanggal 1 Juli 2012).

Amin. 2012 .Pendidikan Karakter (online),

(http://aminx.blogspot.com/2012/07/pendidikan-karakter.html, diakses tanggal 5 September 2012).


(15)

Atsuko, Bedu. 2009. konsep-pendidikan-ips (online), (http://beduatsuko.blogspot.com/2009/02/konsep-pendidikan-ips-dan.html, diakses tanggal 5 September 2012)

Daljoeni N. 1985. Dasar-Dasar Ilmi Pengetahuan Sosial. Bandung: Aluni Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: RinekaCipta.

Djamarah syaiful.(2008). Psikologi belajar. Jakarta :PT. rineka cipta.

Hamalik, Oemar. 1992. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : Mandar Maju. Hakim, Thursan. 2001.Belajar Secara Efektif.jakarta. Puspa Swara.

Harianti, Diah. 2011. Model Pembelajaran Terpadu IPS, (Online), (http://luluvikar.files.wordpress.com/2011/10/model-pembelajaran.pdf,

diakses tanggal 17 Juni 2012).

Mardiyati, Siti (1994) Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta : Penerbit UNS.

Massofa. 2010. pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips/Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) (online), (http://massofa.wordpress.com/2010/12/09/pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips/Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), diakses tanggal 5 September 2012)

Muhsholeh.2012.tujuan-pembelajaran-ips-sdmi-dan-smpmts.(online),

http://muhsholeh.blogspot.com/2012/03/tujuan-pembelajaran-ips-sdmi-dan-smpmts.html. diakses tanggal 10 Agustus 2012)

Noor Arifin.1997. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : Pustaka Setia.

Samino dkk. 2011. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: Fairuz Media.

Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto, (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Bina aksara.

Sudjana, Nana. 1991. Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja RosdaKarya.

Sudrajat, Ahmad, 2011. karakteristik-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-ips, (online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/03/12/karakteristik-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-ips/, diakses tanggal 5 September 2012).

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta.

Sukardi, 2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT. Bumi

Swardik,2012.Identitas-Dan-Karakteristik-Siswa-Smp-Serta-Metode-Pembelajarannya,(online),(http://www.swardik.com/doc/2012/ 06/Identitas-Dan-Karakteristik-Siswa-Smp-Serta-Metode-Pembelajarannya, diakses tanggal 5 September 2012).

Syamsuddin, Abin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Warkitri, 1990. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Karunika.


(1)

dibutuhkan peran guru yang cakap dalam mewujudkan tujuan tersebut pada siswa. Salah satu tujuan pembelajaran IPS di tingkat SMP berdasarkan ungkapan Muhsholeh tersebut adalah menanamkan sifat kritis pada siswa. Sikap kritis perlu ditanamkan agar siswa dalam belajar dapat memberikan pemikiran-pemikiran dan analisa tentang materi yang diberikan hingga dapat memberikan pemahaman serta daya serap terhadap yang diajarkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menanamkan sifat tersebut adalah memberikan kesempatan bertanya dan menyimpulkan di akhir kegiatan pembelajaran, namun pada kenyataanya di SMPN 1 Labuan guru masih kurang menanamkan sifat kritis tersebut. Terbukti dari pernyataan responden pada tabel 4.4 pada pertanyaan angket nomor 1, sebanyak 57,5% responden menyatakan bahwa hanya kadang-kadang guru memberikan kesempatan untuk bertanya dan menyimpulkan hasil belajar. Serta 25% responden mengatakan guru tidak pernah memberikan kesempatan bertanya dan menyimpulkan hasil belajar. Berdasarkan pernyataan itu, dapat disimpulkan bahwa alasan siswa tidak capai KKM adalah kurangnya guru memperhatikan tujuan belajar dalam belajar.

Adapun alasan lain yang mempengaruhi siswa mengalami kesulitan belajar hingga tidak capai nilai KKM adalah guru yang kurang membimbing siswa agar menyelesaikan tugas belajar secara berkelompok. Seperti kita ketahui bersama bahwa belajar secara berkelompok merupakan pembelajaran yang dapat memupuk kebersamaan siswa serta mengembangkan kemampuan berkomunikasi antara siswa yang satu dengan yang lain. Tujuan pembelajaran IPS di SMP selain menanamkan sifat kritis, adalah agar siswa memiliki kemampuan berkomunikasi serta bekerjasama. Untuk membiasakan siswa memiliki kemampuan tersebut, tentu saja dibutuhkan peran guru dalam membimbing, misalnya mengarahkan siswa untuk belajar secara berkelompok dalam kegiatan belajar. Namun, kenyataanya di SMPN 1 Labuan cara itu masih sangat minim dilakukan. Hal itu terbukti berdasarkan skor yang diperoleh pada tabel 4.5 pada pertanyaan angket nomor 2, terdapat 72,5% responden mengatakan guru hanya kadang-kadang mengarahkan kerja kelompok dalam belajar serta 20% responden mengatakan guru tidak pernah menekankan siswa untuk menyelesaikan tugas belajar secara berkelompok. Hasil pernyataan itu, memperoleh kesimpulan bahwa guru masih kurang maksimal dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan bekerja sama sebagaimana yang menjadi tujuan dalam pembelajaran IPS.

Tujuan IPS di SMP selain yang disebutkan sebelumnya adalah agar siswa dapat mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Hal itu perlu ditanamkan guru dalam mengajar didalam kelas. Untuk mengenal konsep-konsep tersebut, tentunya guru harus pandai dalam mencari cara agar tujuan dapat dicapai. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengaitkan materi pembelajaran dengan masalah atau fenomena lingkungan pada kegiatan belajar. Mengaitkan materi dengan fenomena lingkungan akan membawa siswa mengenal materi secara fakta dan nyata, sehingga materi yang diterima bukan hanya sekedar hafalan yang diingat dalam otak. Dengan cara itu, dapat menjadikan siswa pandai menelaah lingkungan dan mengaitkan dengan kehidupan disekitarnya. Namun kenyataanya, di SMPN 1 Labuan guru masih kurang mengenalkan konsep yang menjadi tujuan IPS tersebut. Hal itu terbukti dari pernyataan responden pada hasil tabel 4.6 hasil pertanyaan angket nomer 3, terdapat


(2)

25% mengatakan bahwa dalam kegiatan belajar guru tidak pernah mengaitkan materi pembelajaran dengan masalah atau fenomena lingkungan serta 62,5% responden mengatakan kadang-kadang. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa hingga siswa tidak capai KKM adalah karena guru kurang mengenalkan konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan yang menjadi tujuan IPS.

Selain kurangnya guru memperhatikan apa yang menjadi tujuan IPS dalam mengajar, masih terdapat hal lain yang sangat penting yang juga dapat mempengaruhi kesulitan belajar hingga siswa tidak mencapai nilai KKM. hal lain yang dimaksud adalah tentang kurangnya guru di SMPN 1 Labuan memberikan motivasi pada siswa pada proses kegiatan pembelajaran IPS Terpadu. Sebagai bukti, dapat diketahui melalui pernyataan responden pada tabel 4.7, dan tabel 4.8. atau angket nomer 4 dan 5 dimana pada tabel tersebut diketahui terdapat 30% menyatakan guru tidak pernah memberi motivasi dengan menjelaskan pentingnya materi bagi siswa dalam kehidupan dimasyarakat pada saat kegiatan pembelajaran dan 62,5% menyatakan guru kadang-kadang. Sedangkan tabel 4.8. terdapat 37,5% responden menyatakan guru tidak pernah memuji siswa jika menyelesaikan tugas belajarnya dengan baik, 57,5% responden menyatakan guru kadang-kadang memberikan pujian. Hasil pernyataan responden tersebut menunjukan bahwa masih belum maksimalnya guru memberikan motivasi pada siswa. Menumbuhkan motivasi siswa sangatlah penting bagi seorang guru agar siswa terdorong dalam belajar IPS. Dengan demikian, maka akan menjadikan siswa berkeinginan untuk belajar hingga akhirnya dapai mencapai nilai yang diharapkan.

Alasan lain yang dapat menyebabkan kesulitan belajar siswa sehingga tidak capai KKM yaitu siswa lupa pada materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Sehubungan dengan itu, maka dibutuhkan guru yang dapat memancing ingatan siswa mengenai pelajaran yang telah lalu. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan mengingatkan materi yang telah diajarkan. Pengulangan materi yang telah lalu dianggap penting karena dapat me-refresh materi yang mulai terlupakan. Namun cara demikian masih belum selalu digunakan guru di SMPN 1 Labuan. Hal itu dibuktikan berdasarkan pernyataan responden dari hasil penelitian pada tabel 4.9 atau angket no.6, dimana 25% responden menyatakan guru tidak pernah mengulang materi sebelumnya ketika masuk pada pertemuan yang baru serta 72,5% menyatakan kadang-kadang. Pernyataan responden tersebut dapat diartikan bahwa setiap pertemuan guru tidak selalu mengingatkan materi yang telah dipelajari.

Media adalah hal yang sangat vital yang dapat digunakan pada proses belajar mengajar, adanya media dapat memudahkan guru mentransfer pengetahuan pada siswa. Tidak adanya atau tidak sesuainya media yang digunakan pada proses pembelajaran dapat mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam memahami materi, hingga akhirnya berdampak pada nilai siswa dalam mencapai KKM. Namun di SMPN 1 Labuan guru mengajar masih kurang menggunakan media pembelajaran. hal itu terbukti dari pernyataan responden pada tabel 4.10. atau angket no 7, dimana 52,5% responden menyatakan guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran dan 35% reponden menyatakan kadang-kadang menggunakan media. Berdasarkan pernyataan responden pada tabel 4.10. tersebut


(3)

dapat disimpulkan bahwa dalam mengajar guru belum selalu menggunakan media belajar. Bukan hanya itu, pernyataan responden juga diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2012 dikelas VIIA. Dimana pada saat mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah dan media Peta konsep. Padahal, materi yang di ajarkan adalah Jenis-jenis batuan yang seharusnya dapat disajikan dengan menggunakan gambar-gambar dan mengamati batuan dilingkungan sekitar. Observasi yang diakukan pada kelas berbeda yaitu tanggal 4 Oktober 2012 di kelas VIIC juga membuktikan bahwa guru mengajar tanpa menggunakan media apapun. Padahal, materi yang diajarkan dikelas tersebut adalah materi Proses Pelapukan yang seharusnya juga dapat dilakukan dengan mengamati gambar dan lingkungan sekitar sekolah.

Alasan lain yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa di SMPN 1 Labuan sehingga tidak mencapai nilai KKM kurangnya guru membagikan buku paket pada masing-masing siswa pada kegiatan belajar mengajar. Seperti kita ketahui buku paket dapat dijadikan sumber belajar serta sumber referensi bagi siswa untuk memperoleh materi pelajaran. Namun, berdasarkan hasil yang diperoleh di SMPN 1 labuan, guru tidak selalu menyediakan buku paket bagi siswa ketika mengajar. Hal itu terbukti dari hasi pernyataan responden pada tabel 4.11 atau angket no 8. Dimana terdapat 10% responden menyatakan bahwa guru tidak pernah membagikan buku paket pada proses belajar mengajardan 70% menyatakan kadang-kadang membagikan. Pernyataan responden tersebut memberikan gambaran bahwa kenyataanya guru dalam mengajar, memang tidak selalu membagikan buku paket pada siswa. Namun bukan berarti guru sama sekali tidak pernah membagikan buku paket. Berdasarkan informasi yang diperoleh, buku paket di sekolah tidak mencukupi jumlah murid yang ada, sehingga dalam penggunaanyapun harus dilakukan secara bergiliran dengan kelas lain (hasil wawancara sengan bapak Alimin tanggal 1 Oktober 2012).

Hal lain dalam proses pembelajaran yang menjadi alasan siswa SMPN 1 Labuan mengalami kesulitan belajar sehingga tidak capai nilai KKM adalah adanya metode yang tidak bervariasi yang digunakan guru dalam mengajar sehingga menjadikan siswa jenuh. Jika hal itu terjadi, maka apa yang diajarkan guru tidak dapat ditangkap secara maksimal oleh siswa. Dibuktikan dari pernyataan responden pada tabel 4.12. angket no.12, dimana sebanyak 52,5%, yang menyatakan guru tidak pernah menggunakan metode yang bervariasi kemudian 30% menyatakan kadang-kadang menggunakan metode yang bervariasi.

Alasan lain yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dan akhirnya menjadikan siswa tidak capai KKM adalah guru kurang memberikan bimbingan belajar pada siswa diluar jam sekolah. Hakikatnya, belajar bukan hanya dapat dilakukan pada jam sekolah. Namun, dapat dilakukan diluar jam sekolah. Cara itu dapat dilakukan guru mata pelajaran untuk mengarahkan siswa agar memanfaatkan waktu diluar jam sekolah untuk belajar. Dengan cara itu, siswa dapat lebih belajar secara maksimal. Misalnya, guru menjadwalkan adanya bimbingan belajar. Namun, cara itu masih belum dilakukan guru SMPN 1 Labuan. Hal itu terbukti dari pernyataan responden pada table 4.13 angket no.9 dimana 60% responden mengaku guru tidak pernah memberikan bimbingan belajar diluar jam sekolah serta 32,5% menyatakan kadang-kadang.


(4)

Alasan lain yang mempengaruhi siswa tidak capai KKM adalah kurangnya perhatian orang tua untuk mengingatkan belajar pada anaknya ketika dirumah. Karena, dengan perhatian orang tua dalam mengingatkan belajar ketika dirumah, siswa akan terkontrol dengan baik kegiatan belajarnya ketika tidak berada dilingkungan sekolah. Dibuktikan dari pernyataan responden pada table 4.14. dan tabel 4.15 atau angket no.10 dan 11, dimana 32,5% responden menyatakan orang tua tidak pernah mengingatkan belajar dirumah, sedangkan 40% responden menyatakan kadang-kadang mengingatkan siswa agar belajar dirumah. dan pernyataan responden pada tabel 4.15, dimana 22,5% responden menyatakan orang tua tidak pernah menanyakan hasil belajar siswa disekolah, kemudian 62,5% responden menyatakan orang tua kadang-kadang menanyakan hasil belajar disekolah. Berdasarkan hasil pernyataan siswa tersebut, maka dapat disimpulkan, realitanya alasan siswa tidak mencapai KKM pada pelajaran IPS Terpadu karena dipengaruhi oleh faktor perhatian orang tua yang masih belum maksimal.

3. Materi Geografi dalam IPS Terpadu yang dianggap sulit dipahami oleh siswa di SMPN 1 Labuan.

Hakikatnya materi memang merupakan suatu isi dari pelajaran yang harus diajarkan pada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakan pada sekolah. Kesulitan materi tentu saja dapat mengakibatkan kesulitan belajar siswa. Karena, materi yang sulit, tentu saja harus memiliki tingkat perhatian yang lebih baik dari guru sebagai pengajar maupun bagi siswa sebagai pelajar. Bukan kanya itu, materi yang dianggap sulit menuntut guru agar dalam penyajianya menggunakan cara-cara yang bisa membantu dalam mentransfer pada siswa. Misalnya menggunakan metode yang tepat serta media yang sesuai sehingga siswa mudah memahami materi yang diajarkan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa materi-materi geografi yang dianggap sulit dipahami siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu adalah Gejala diastropisme dan vulkanisme (62,5%), Proses sedimentasi (62,5%), Deskripsi kondisi geografis suatu wilayah pada peta (60%), Letak geografis Indonesia (52%). Sifat fisik Atmosfir (56%), Faktor yang mempengaruhi suhu udara (68%), Proses terjadinya angin dan jenis-jenis angin (52%), Siklus hidrologi (60%), Zona laut menurut letak dan kedalamannya (56%) , Deskripsi kondisi penduduk suatu wilayah (52%).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor internal yang menyebabkan kesulitan belajar siswa SMPN 1 Labuandalam belajar IPS Terpadu adalah kurangnya minat dan motivasi siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu, kurangnya pemahaman terhadap materi, cara belajar yang kurang tepat, faktor konsentrasi serta faktor kelelahan dan kesehatan.

2. Alasan-alasan siswa SMPN 1 Labuan mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran IPS Terpadu, sehingga tidak mencapai nilai KKM yaitu karena dalam pembelajaran guru kurang menyampaikan dan memperhatikan apa yang seharusnya menjadi tujuan pembelajaran IPS, guru kurang memberikan motivasi pada siswa, guru kurang


(5)

mengingatkan materi sebelumnya ketika masuk pada materi yang baru, guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, metode yang digunakan dalam mengajar kurang bervariasi, guru kurang melakukan bimbingan belajar pada siswa, serta faktor orang tua yang kurang memiliki perhatian terhadap kegiatan belajar siswa.

3. Materi-materi geografi dalam pelajaran IPS Terpadu yang dianggap sulit dipahami siswa SMPN 1 Labuan adalah materi Gejala diastropisme dan vulkanisme (62,5%), Proses sedimentasi (62,5%), Deskripsi kondisi geografis suatu wilayah pada peta (60%), Deskripsi kondisi penduduk suatu wilayah (52%), Sifat fisik atmosfir (56%), Faktor yang mempengaruhi suhu udara (68%), Proses terjadinya angin dan jenis-jenis angin (52%), Siklus hidrologi (60%), Zona laut menurut letak dan kedalamannya (56%) dan materi letak geografis Indonesia (52%).

V. SARAN 1. Bagi siswa:

a. Sebaiknya siswa tidak hanya berpatokan pada buku catatan, melainkan mencari literatur lain yang relevan yang dapat menambah wawasan terhadap materi-materi IPS Terpadu.

b. Sebaiknya meningkatkan motivasi belajar, karena untuk mencapai hasil belajar yang maksimal faktor dari dalam diri sendiri merupakan faktor yang sangat penting. 2. Bagi guru:

a. Hendaknya guru dapat memotivasi siswa agar lebih giat belajar. Selain itu guru juga diharapkan untuk dapat menggunakan metode yang bervasiasi dalam kegiatan belajar mengajar serta menggunakan media yang sesuai dengan materi pembelajaran.

b. Hendaknya dalam mengajar, guru tidak hanya menggunakan media yang disediakan dari sekolah, tetapi harus mampu dan kreatif menggunakan media lingkungan. 3. Bagi pihak sekolah: hendaknya menyediakan fasilitas baik berupa alat maupun bahan

yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2010.Pengertian Kesulitan Belajar, (online), (http://belajarpsikologi.com/2010/04/pengertian-kesulitan-belajar.html,

diakses tanggal 1 Juli 2012).

Amin. 2012 .Pendidikan Karakter (online),

(http://aminx.blogspot.com/2012/07/pendidikan-karakter.html, diakses tanggal 5 September 2012).


(6)

Atsuko, Bedu. 2009. konsep-pendidikan-ips (online), (http://beduatsuko.blogspot.com/2009/02/konsep-pendidikan-ips-dan.html, diakses tanggal 5 September 2012)

Daljoeni N. 1985. Dasar-Dasar Ilmi Pengetahuan Sosial. Bandung: Aluni Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: RinekaCipta.

Djamarah syaiful.(2008). Psikologi belajar. Jakarta :PT. rineka cipta.

Hamalik, Oemar. 1992. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : Mandar Maju. Hakim, Thursan. 2001.Belajar Secara Efektif.jakarta. Puspa Swara.

Harianti, Diah. 2011. Model Pembelajaran Terpadu IPS, (Online), (http://luluvikar.files.wordpress.com/2011/10/model-pembelajaran.pdf,

diakses tanggal 17 Juni 2012).

Mardiyati, Siti (1994) Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta : Penerbit UNS.

Massofa. 2010. pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips/Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) (online), (http://massofa.wordpress.com/2010/12/09/pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips/Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), diakses tanggal 5 September 2012)

Muhsholeh.2012.tujuan-pembelajaran-ips-sdmi-dan-smpmts.(online),

http://muhsholeh.blogspot.com/2012/03/tujuan-pembelajaran-ips-sdmi-dan-smpmts.html. diakses tanggal 10 Agustus 2012)

Noor Arifin.1997. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : Pustaka Setia.

Samino dkk. 2011. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: Fairuz Media.

Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto, (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Bina aksara.

Sudjana, Nana. 1991. Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja RosdaKarya.

Sudrajat, Ahmad, 2011. karakteristik-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-ips, (online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/03/12/karakteristik-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-ips/, diakses tanggal 5 September 2012).

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta.

Sukardi, 2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT. Bumi

Swardik,2012.Identitas-Dan-Karakteristik-Siswa-Smp-Serta-Metode-Pembelajarannya,(online),(http://www.swardik.com/doc/2012/ 06/Identitas-Dan-Karakteristik-Siswa-Smp-Serta-Metode-Pembelajarannya, diakses tanggal 5 September 2012).

Syamsuddin, Abin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Warkitri, 1990. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Karunika.


Dokumen yang terkait

Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil belajar IPS kelas X SMK Attaqwa 05 Kebalen

1 17 97

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Marawola | Hasanah | GeoTadulako 2609 7836 1 PB

0 0 13

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA LCD DALAM MENUNJANG AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII/J PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 15 PALU | Nizar | GeoTadulako 3261 10116 1 PB

0 0 15

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 12 PALU | Hariyati | GeoTadulako 3255 10092 1 PB

0 0 16

Studi Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Pada Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran IPS Terpadu Di SMP Negeri 15 Palu | Erliani | GeoTadulako 5841 19379 1 PB

0 0 16

HUBUGAN PERAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 LABUAN KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

0 0 23

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 LABUAN KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

0 0 10