Proposal Pembelajaran Metode Talking Stick\PROPOSAL PENELITIAN THORIQ

(1)

PROPOSAL PENELITIAN

NAMA : MUHAMMAD THORIQ ZIYADI

NPM : 10.84202.1241

FAKULTAS : KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA

ANGKATAN : 2010

A. JUDUL

”PEMBELAJARAN METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS DI KELAS VIII SMPN 2 PADEMAWU PAMEKASAN ”.

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang begitu pesat.

Perkembangan tersebut tentunya akan menuntut hadirnya individu-individu yang

kreatif, beretos kerja tinggi, profesional dan mampu mengatasi masalah. Berkenaan

dengan hal tersebut perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan, sebab pendidikan

merupakan tolak ukur kemajuan bangsa. Pendidikan juga merupakan suatu kebutuhan

yang harus dipenuhi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju

mundurnya suatu bangsa tergantung dari kualitas pendidikan. Selain itu pendidikan

merupakan wadah yang dapat dipandang sebagai pembentuk sumber daya manusia

yang bermutu tinggi, oleh karena itu pendidikan tentunya tidak lepas dari ilmu


(2)

pengetahuan dan teknologi yang sangat dipengaruhi oleh kualitas pemahaman kita

terhadap ilmu-ilmu dasar. Adapun usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan antara lain penyempurnaan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran dan

peningkatan kualitas tenaga kependidikan.

Salah satu bidang studi dalam pendidikan yang mendukung perkembangan

ilmu dan pengetahuan adalah matematika. Matematika menduduki peranan yang

sangat penting dalam pendidikan, yaitu sebagai ratu sekaligus pelayan ilmu.

Matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, juga

untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan yang lain dalam pengembangan dan

operasionalnya.

Adapun permasalahan yang menjadi rahasia umum di dunia pendidikan kita

adalah hasil belajar matematika siswa yang relatif rendah. Rendahnya hasil

belajar matematika disebabkan karena aktifitas dalam pembelajaran matematika

masih sangat rendah. Siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan walaupun guru

telah memberi kesempatan untuk bertanya kepada siswa yang sekiranya belum

dimengerti. Kurangnya aktivitas siswa di dalam kelas karena penggunaan metode

mengajar yang tidak sesuai atau kurang tepat sehingga siswa tidak dapat dengan

mudah memahami dan menguasai materi yang disampaikan. Agar kegiatan belajar

mengajar berlangsung secara efektif, kreatif, aktif dan menyenangkan, maka guru

harus pandai dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang

akan diajarkan. Keberhasilan siswa akan banyak bergantung kepada metode yang

digunakan oleh guru. Guru juga diharapkan mampu membangkitkan aktivitas belajar


(3)

satu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif adalah metode

pembelajaran Talking Stick.

(http://www.dewinuryanti.com/2013/03/metode-talking-stick-dalam-pembelajaran-matematika.html). Metode pembelajaran Talking Stick yaitu suatu metode dimana dalam penerapannya diawali dengan guru menyampaikan

materi pokok yang akan dipelajari. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk

mempelajari materi tersebut. selanjutnya guru meminta kepada siswa menutup

bukunya kemudian guru mengambil tongkat. Tongkat tersebut diberikan kepada salah

satu siswa diamana siswa yang mendapat tongkat tersebut harus menjawab

pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Metode Pembelajaran Talking Stick adalah

salah satu metode pembelajaran yang diharapkan mampu membuat siswa lebih aktif

dan lebih bersemangat untuk belajar sehingga nantinya dapat membuat siswa

memahami materi matematika dengan cepat.

Tidak hanya itu salah satu faktor yang juga membuat hasil belajar

matematika siswa yang relatif rendah adalah materi pelajaran matematika yang

memang di rasa sulit dimengerti oleh siswa. Ada beberapa materi pelajaran

matematika yang membuat siswa merasa kesulitan dan membingungkan untuk di

pahami salah satunya yaitu tentang materi prisma dan limas. Limas adalah salah satu

bangun ruang sisi datar yang alasnya berbentuk segi banyak. materi limas sering juga

terkadang membuat siswa kebingungan karna materinya sedikit membingungkan da

membutuhkan sedikit imajinasi untuk memahaminya. Tidak hanya itu masih banyak

siswa yang kebingungan atau tidak mengerti tentang cara mencari volume limas yang


(4)

limas jika diketahui volume dan tingginya, dan menentukan tinggi limas jika

diketahui volume dan luas alasnya. Dari permasalahan terkait materi limas yang

dirasa sulit dan membingungkan bagi siswa pada uraian di atas. peneliti punya

inisiatif untuk mencoba untuk menggunakan metode talking stick dalam materi limas

di SMP NEGERI 2 PADEMAWU PAMEKSAN karna sekolah tersebut cukup dekat

dengan tempat tinggal peneliti serta sekolah tersebut mau membantu peneliti untuk

menerapkan metode tersebut.

Dengan penggunaan metode tersebut diharapkan nantinya siswa dapat lebih

aktif dalam pembelajaran materi limas. Sehingga nantinya materi pembelajaran yang

disampaikan bisa lebih mudah atau lebih cepat dipahami oleh siswa. Dengan

penggunanan metode yang tepat diharapkan nantinya akan berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa yang bisa membuatnya lebih meningkat.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mencoba menerapkannya

dalam sebuah materi Limas . Adapun judul yang akan penulis angkat yaitu

“Pmbelajaran Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada Materi Prisma Dan Limas Di Kelas VIII SMP NEGERI 2 PADEMAWU PAMEKASAN”.

C. PERMASALAHAN 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:


(5)

a. Bagaimana penerapan pembelajaran metode talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi prisma dan limas di kelas VIII SMPN 2 pademawu pamekasan ?

b. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran metode talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi prisma dan limas di kelas VIII SMPN 2 pademawu pamekasan ?

c. Bagaimana hasil belajar siswa terhadap pembelajaran metode talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi prisma dan limas di kelas VIII SMPN 2 pademawu pamekasan ?

2. Deskripsi Masalah

Mengacu pada rumusan masalah yang penulis uraikan diatas, maka

penulis menggambarkan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah

pada dasarnya seorang pendidik harus mempunyai metode yang tepat dalam

setiap proses belajar mengajar salah satunya metode Talking Stick yaitu metode

pembelajran kelompok dengan bantuan tongkat. Dalam penerapan metode

talking stick ini, terdiri dari delapan langkah. Dengan penggunaan metode tersebut apakah nantinya siswa akan lebih aktif dalam belajar sehingga materi

yang disampaikan bisa di dipahami dengan baik oleh siswa yang mengakibatkan

nantinya hasil belajar siswa bisa lebih meningkat. Adapun gambaran sepintas dari

penerapan metode tersebut yaitu diawali oleh penjelasan guru mengenai materi

pokok yang akan di pelajari dimana materi yang akan penulis bahas adalah fungsi


(6)

mempelajari materi tersebut. Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik

menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Tongkat tersebut deberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang

menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian

seterusnya.

Dengan metode yang tepat diharapkan bisa membuat siswa aktif dan bisa

membuat siswa memahami materi dengan cepat sehingga nantinya diharapkan

hasil belajar siswa meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa bisa dilihat dari

hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode tersebut apakah

ada peningkatan atau tidak.

Adapun materi yang akan dikaji pada pokok bahasan prisma dan limas

yaitu meliputi :

a. Bangun Ruang Prisma dan Limas

b. Diagonal Bidang, Diagonal Ruang, serta Bidang Diagonal

Prisma dan Limas

c. Jarring-jaring Prisma dan Limas

d. Luas Permukaan Prisma dan Limas

e. Volume Prisma dan Limas


(7)

Agar pembahasan ini lebih terarah dan menghindari luasnya pembahasan dalam suatu masalah, maka perlu adanya batasan agar diperoleh kajian lebih terfokus dan efisien. Maka penulis membatasinya pada sub pokok bahasan kubus dan balok dan materi yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu volume limas

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:

1. Untuk mendeskripsikan pembelajaran metode talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi prisma dan limas di kelas VIII SMPN 2 pademawu pamekasan

2. Untuk mendeskripsikan respon belajar siswa terhadap pembelajaran metode talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi prisma dan limas di kelas VIII SMPN 2 pademawu pamekasan

3. Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran metode talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi prisma dan limas di kelas VIII SMPN 2 pademawu pamekasan

E. POSTULAT

1. Semua siswa kelas VIII SMPN 2 Pdemawu Pamekasan memperoleh dan mengikuti pelajaran matematika sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan.

2. Siswa menjawab soal berdasarkan kemampuannya masing-masing 3. Hasil tes mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya 4. Tes yang diberikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Kepala Sekolah


(8)

Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya pada bidang studi matematika.

2. Bagi Guru Bidang Studi Matematika

Sebagai bahan acuan dan memberikan alternatif dalam penggunaan model pembelajaran pada bidang studi matematika.

3. Bagi Peneliti Sebagai Calon Guru

Dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk memperluas wawasan tentang disiplin ilmu yang ditekuni serta sebagai bekal untuk terjun ke dunia pendidikan.

4. Bagi Universitas

Menambah koleksi referensi di lingkungan Universitas Madura pada umumnya dan FKIP pada khususnya serta hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pemikiran untuk melakukan penelitian berikutnya.

5. Bagi Siswa

a) Dengan adanya variasi model pembelajaran diharapkan bias memberikan suatu motivasi pada siswa untuk belajar lebih aktif. b) Meningkatkan prestasi belajar siswa.

G. ALASAN PEMILIHAN JUDUL 1. Alasan Objektif

a) Disekolah tersebut belum diadakan penelitian dengan permasalahan yang sama


(9)

b) Penggunaan metode talking stick dalam pembelajaran matematika dapat memotivasi dan menumbuhkan minat siswa dalam belajar matematika sebab itu menarik untuk diteliti.

2. Alasan Subjektif

a) Permaslahan yang diteliti sesuai dengan disiplin ilmu dan dalam jangkauan peneliti atau kemampuan peneliti

b) Objek penelitian SMPN 2 Pademawu Pamekasan dekat dengan peneliti sehingga menghemat waktu tenaga dan biaya

H. PENGERTIAN ISTILAH DALAM JUDUL

Untuk menghindari kerancuan permasalahan dalam judul penelitian ini, maka definisi atau pengertian pada beberapa istilah yang terdapat di dalamnya, antara lain:

1. Metode pembelajaran Talking Stick adalah metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya.(Huda, 2013:224)

2. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.(Suprijono, 2009:5) 3. Prisma adalah bangun ruang yang mempunyai bidang alas dan bidang atas


(10)

jajargenjang atau persegi panjang yang tegak lurus ataupun tidak tegak lurus terhadap bidang alas dan bidang atasnya.(Nuharini, 2008:224) 4. Limas adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk segi banyak (segitiga,

segi empat, atau segi lima) dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga yang berpotongan pada satu titik. Titik potong dari sisi-sisi tegak limas disebut titik puncak limas.(Nuharini, 2008:225)

I. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Area/ Wilayah

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Pademawu Pamekasan. 2. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini berlangsung pada siswa kelas VIII SMPN 2 Pademawu Pamekasan semester 2 tahun pelajaran 2013/ 2014.

3. Ruang Lingkup Materi

Materi penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan volume limas. J. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap bebagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya


(11)

suatu perencanaan sampai penelitian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.(Takari, 2008:6)

Prosedur PTK biasanya meliputi beberapa siklus, sesuai dengan tingkat permasalahan yang akan dipecahkandan kondisi yang akan ditingkatkan. Siklus-siklus tersebut berupa pola : perencanaan – pelaksanaan – pengamatan – refleksi .

2. Subjek Penelitian a) Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.(Arikunto, 2006: 130). Sedangkan menurut Prof. Dr. Sugiyono (2012: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian.

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah siswa kelas VIII F SMPN 2 Pademawu Pamekasan.

b) Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.(Arikunto, 2002: 109). Sedangkan menurut Prof. Dr. Sugiyono ( 2012: 81) sampel


(12)

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Jadi pada penelitian ini hanya akan meneliti sebagian dari populasi namun kesimpulan penelitian berlaku bagi populasi.

Teknik pengambilan sampel dalam pada penelitian ini menggunakan random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak atau tanpa pandang bulu. Pada penelitian ini sampel yang diambil secara acak dengan cara undian dijadikan dari 35 siswa diambil sebanyak 20 siswa sebagai sampelnya.

3. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai tindakan di dalam kelas.Peneliti dibantu oleh 2 kolabolator. Kolabolator pertama yaitu guru (peneliti) dalam melakukan tidakan kelas. Kolabolator kedua yaitu teman sejawat yang berperan sebagai pengamat aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Tindakan yang dilakukan oleh peneliti bertujuan unutuk mengatasi permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk siklus-siklus yang direncanakan. Dalam penerapan ini akan dilakukan dua siklus.


(13)

Materi pembelajaran yang akan diajarkan pada siklus I adalah pengertian suku banyak pengertian suku banyak; nilai suku banyak; penjumlahan, pengurangan dan perkalian suku banyak.Sedangkan materi pembelajaran yang akan diajarkan pada siklus II adalah pemantapan materi sebelumnya dan menambahkan variasi soal yang telah diberikan sebelumnya.

Prosedur Penelitian

Prosedur/langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan terdiri dari (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi, yang semuanya bersifat siklis (berulang sesuai dengan jumlah siklus yang direncanakan.

SIKLUS II

SIKLUS I

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan 4. Refleksi

3. Pengamatan

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan 4. Pengamatan

3. Refleksi Berhasil

Belum Berhasil

Laporan Siklus Selanjutnya


(14)

(Mulyasa, 2010: 73)

Adapapun langkah-langkah keempat tahap Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikiut :

Siklus I

1. Perencanaan

Kegiatan dan bahan yang dipersiapkan oleh peneliti dalam melaksanakan tindakan ini yaitu (a) Penetapan materi prisma dan limas dengan sub pokok bahasan pengertian prisma dan limas, diagonal bidang, diagonal ruang, serta bidang diagonal prisma dan limas, jarring-jaring prisma dan limas, luas permukaan prisma dan limas, dan volume prisma dan limas, (b) Penetapan metode pembelajaran yaitu metode talking stick, (c) Penyusunan perangkat pembelajaran yaitu RPP berdasarkan metode talking stick dan lembar kerja siswa (LKS), (d) Pengembangan metode penilaian, (e) Penyusunan instrumen penilaian.

2. Pelaksanaan Tindakan

Peneliti sebagai guru pengajar melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan rencana pembelajaran yang sudah disiapkan. Guru pengajar beserta satu orang menjadi pengamat dan mencatat segala kegiatan dalam proses belajar mengajar dari awal sampai akhir.


(15)

Kegiatan yang berlangsung dalam tahap ini adalah (a) Pengajar menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa memfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik, (b) Penggalian anak tentang materi yang akan disajikan, (c) Penyajian bahan pembelajaran menggunakan metode talking stick dan dilakukan secara perorangan, (d) Pengajar diharapkan memberikan contoh benda atau kegiatan yang relevan dan terdapat dalam kehidupan siswa, (e) Memberikan latihan yang dilakukan oleh siswa diikuti dengan bimbingan dan koreksi atas kesalahan yang dibuatnya serta petunjuk cara memperbaikinya dari pengajar, (f) Menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, (g) Diajukan tes dalam bentuk lisan, disamping untuk mengukur kemajuan siswa, tes merupakan bagian dari kegiatan belajar siswa yang secara aktif membuat respon, (h) Melakukan tindak lanjut setelah tes formatif dan mendapatkan umpan balik.

3. Pengamatan

Selama pelaksanaan tindakan dilakukan observasi secara cermat terhadap aktivitas siswa dan pengolahan peneliti sebagai guru pengajar.Dalam hal ini ditekankan kepada siswa seberapa paham materi


(16)

yang diterima oleh siswa dan seberapa jauh tindakan yang sedang berlangsung dapat menhasilkan perubahan yang dinginkan.

Kegiatan observasi ini dilakukan oleh peneliti sendiri dibantu oleh satu orang pengamat yang berperan sebagai pengamat guru pengajar (peneliti) dan siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan setiap satu tindakan pembelajaran berakhir. Pada tahap ini, peneliti mengadakan diskusi dengan pengajar matematika tentang pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah dilaksanakan.Hal-hal yang didiskusikan seperti menganalisis pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah dilaksanakan, menjelaskan rancangan dan pelaksanaan tindakan selanjutnya, kemudian melakukan pengumpulan data yang diperoleh.

Hasil refleksi ini digunakan sebagai masukan dan menyusun rancangan tindakan berikutnya dan hasil refleksi setiap tindakan juga digunakan untuk menyusun kesimpulan terhadap hasil dari setiap siklus.

Selain itu pelaksannan refleksi untuk melihat keberhasilan tindakan kelas terutama untuk melihat peningkatan keberhasilan dari sklus I. ukuran peningkatan keberhasilan tindakan dilihat dari hasil data


(17)

kuantitatif. Jika pembelajaran pada siklus I tidak tercapai kriteria atau kurang maksimalnya ketuntasan minimal yaitu ≥ 70 (berdasarkan KKM), maka proses pembelajaran akan dilanjutkan pada siklus II.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan sebagai perbaikan dari siklus I, terutama jika terjadi kekurangan dalam perencanaan dan tindakan pada kelas siklus I. kekurangan itu misalnya situasi kelas berubah, perkembangan baru, kondisi siswa, dan atau materi pelajaran. Siklus II tidak dilaksanakan jika hasil penelitian kelas sudah sesuai dengan target ketuntasan belajar (85% perorangan dan 85% klasikal) (Arikunto, 2010: 357). Sebaliknya, bila target ketuntasan belajar belum tercapai, siklus II akan dilaksanakan. Oleh karena itu, tindakan pada siklus II dapat diberikan sebagai berikut :

1. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus II ini disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (guru dan siswa), mengamati pelaksanaan KBM sebagaimana pelaksanaan pada siklus I dan pengumpulan


(18)

data-data/informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan menguji hipotesis lebih bervariasi.

3. Pengamatan

Pengamatan ini dilakukan setelah pelaksanaan tindakan, tindakan ini dilakukan secara cermat terhadap aktivitas siswa dan pengolahan guru pengajar (peneliti) pada siklus I. pengamatan pada siklus II ini ditekankan kepada siswa untuk lebih paham terhadap materi dan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang dilakukan serta seberapa jauh tindakan yang sedang berlangsung dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan.

4. Refleksi

Pelaksanaan refleksi adalah untuk melihat keberhasilan tindakan kelas terutama untuk melihat peningkatan keberhasilan dari siklus I ke siklus II.ukuran keberhasilan tindakan dilihat dari hasil data kuantitatif dan kualitatif.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak


(19)

akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2006: 253). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, angket, dan tes.

a. Observasi

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2006: 156). Observasi ini dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran menggunakan metode talking stick.

Dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi sistematis. Dalam Arikunto (2006: 157) observasi sistematis yaitu suatu observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Dalam penelitian ini hal yang diamati yaitu aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan metode talking stick berlangsung.

b. Angket

Menurut Arikunto (2006: 151) angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.

dalam penelitian ini jenis agket yang digunakan adalah check list, sebuah daftar, di mana responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai.


(20)

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Tes ini digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan pendekatan CTL kelas VIII semester II tahun pelajaran 2013/2014. Bentuk soal dalam teknik tes ini adalah soal uraian. Suatu ciri khas bentuk uraian adalah adanya kebebasan siswa untuk menyusun sendiri jawabannya.

Langkah-langkah membuat tes uraian sebagai berikut: 1) Menyusun kisi-kisi soal (kisi-kisi instrumen penilaian).

2) Membuat butir-butir soal tes yang terdiri dari 5 butir soal subjektif. 3) Membuat kunci jawaban.

4) Melakukan uji coba instrumen penelitian.

Uji coba instrumen ini dilakukan di SMP Negeri 2 Pademawu Pamekasan dengan responden sebanyak 32 siswa.

Hasil uji coba instrumen ini kemudian dianalisis dan diuraikan sebagai berikut:

a) Validitas Tes

Validitas Tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebailiknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu


(21)

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas tes, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

rxy= N

XY

(

X

)(

Y

)

{

N

X2−

(

X

)

2

}{

N

Y2−

(

Y

)

2

}

(Arikunto, 2006: 170)

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi product moment

Σ X : Jumlah skor butir

Σ Y : Jumlah skor total

Σ XY : Jumlah hasil kali skor butir dengan skor total

N : Jumlah siswa

Setelah diperoleh nilai dari rxy maka langkah berikutnya adalah mengkonsultasikan harga rxy (rhitung) dengan r-tabel product moment

dengan taraf signifikan 5%. Ketentuannya adalah:


(22)

 Jika

r

xy < rtabel , maka soal tersebut tidak valid

Namun ada cara lain yang lebih sederhana yaitu menggunakan interpretasi terhadap koefisien korelasi yang diperoleh, atau nilai r. Interpretasi tersebut adalah sebagai berikut. (Arikunto, 2006: 276)

Tabel Interpretasi Nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi Antara 0,800 sampai dengan 1,00

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,0400 Antara 0,000 sampai dengan 0,200

Tinggi Cukup Agak rendah Rendah

Sangat rendah (Tak berkolerasi)

b) Reliabilitas Tes

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002: 154). Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal-soal adalah rumus alpha sebagai berikut:


(23)

r11=

(

k

(k−1)

)

(

1−

σ b2 σ

t2

)

(Arikunto, 2006: 196) Keterangan:

r11 : ReliabilitasInstrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.

σ

b2 : Jumlah Varians Butir

σt : Varians Total

Dengan data yang tertera dalam tabel, dicari varians tiap-tiap soal dahulu kemudian dijumlahkan dengan rumus sebagai berikut:

σ2=

X2−

(

X

)

2

N

N (Arikunto, 2006: 184)

Keterangan:

σ2 : Varians

X

2 : Jumlah Kuadrat Skor Butir


(24)

N : Jumlah Siswa

Setelah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r product moment (taraf signifikan 5%). Ketentuannya adalah:

 Jika r11≥rtabel , maka soal tersebut reliabel

r11 < rtabel , maka soal tersebut tidak reliabel

c) Tingkat Kesukaran (TK)

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus sebagai berikut :

Tingkat kesukaran (TK) = n

N x100

n : jumlah responden yang mendapatkan skor dibawah setengah skor maksimum


(25)

Dengan ketentuan : soal dianggap baik apabila memiliki Tingkat kesukaran (TK) 10% hingga 90%

d) Daya Beda

Menurut Arikunto (1992: 213) Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).

Penentuan daya pembeda butir soal dilakukan dengan cara mengurutkan skor dari tertinggi ke terendah. Selanjutnya mengambil 27% dari skor kelompok atas dan 27% dari skor kelompok bawah. Rumus yang digunakan adalah.

DP=SASB

IA ×100 (Kano To dalam Nanang Priatna, 2003:

79)

Keterangan :

DP : Daya pembeda satu butir soal tertentu


(26)

SB : Jumlah skor kelompok bawah pada soal yang diolah

IA: Jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Kriteria tingkat daya beda yang digunakan adalah:

0 % ≤ DP < 10% : sangat buruk

10% ≤ DP < 20% : buruk

20% ≤ DP < 30% : agak baik

30% ≤ DP < 50% : baik

50% ke atas: sangat baik

Jika DP negatif maka soal tersebut tidak baik, jadi semua

butir soal yang mempunyai DP negatif sebaiknya soal tersebut dibuang.


(27)

Untuk memperoleh data dengan kelayakan penerapan model PAIKEM dalam pengajaran matematika, digunakan analisis data deskriptif dengan menghitung :

a. Metode observasi

Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui aktiftas siswa selama proses penerapan metode talking stick, kriterianya adalah :

Nilai 4 = Siswa mengerjakan dengan sangat baik Nilai 3 = Siswa mengerjakan dengan baik

Nilai 2 = Siswa mengerjakan dengan kurang baik Nilai 1 = Siswa tidak mengerjakan sama sekali

Untuk mengetahui nilai aktifitas kelompok secara keseluruhan digunakan rumus :

NA = ƩƩn a

Keterangan :

NA : Nilai Akhir

n : Nilai setiap aspek yang diamati

a : Aspek yang diamati


(28)

0,00 – 1, 49 : Kurang 1,50 – 2,49 : Cukup 2,50 – 3,49 : Baik

3,50 – 4,00 : Sangat baik b. Metode angket

Data yang berasal dari angket siswa dianalisis dengan melihat persentase pilihan jawaban siswasebagai tanggapan siswa terhadap penerapan model PAIKEM dengan rumus :

Ri = Si

n x 100%

Keterangan :

Ri : Persentase yang menjawab ya

Si : Banyak siswa yang menjawab ya

n : Jumlah siswa

Dengan kriteria :

60% keatas : Positif Kurang 60% : Negatif c. Metode tes


(29)

Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini ketuntasan belajar siswa dibedakan menjadi dua sebagai berikut :

1. Ketuntasan belajar individu

Ketuntasan belajar individu bias tercapai apabila presentase ketuntasan belajar individu mencapai ≥ 85% dengan rumus sebagai berikut :

PBI = skor tes

skor maksimal x 100%

(Arikunto, 2010: 357).

K. SISTEMATIKA PENULISAN

Agar dalam penulisan proposal ini lebih terperinci, maka penulis menyusun suatu sistematika penulisan yang meliputi : Judul, Latar Belakang, Permasalahan (Rumusan Masalah, Deskripsi Masalah, Batasan Masalah), Tujuan Penelitian, Postulat, Manfaat Penelitian, Alasan Pemilihan Judul, Pengertian Istilah Dalam Judul, Ruang Lingkup Penelitian, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan, Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta : PT. Rineka Cipta.


(30)

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengjaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Mulyasa. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Nurharini, Dewi, dan Wahyuni, Tri. 2008. Matematika Konsep Dan Aplikasinya. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008

Nurrahmandani, Setyo, dkk. LKS Matematika Kelas VIII SMP/MTs Semester Genap. Solo : Media Karima.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Takari, Enjah. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bnadung : PT. Genesindo

http://www.dewinuryanti.com/2013/03/metode-talking-stick-dalam-pembelajaran-matematika.html


(1)

Dengan ketentuan : soal dianggap baik apabila memiliki Tingkat kesukaran (TK) 10% hingga 90%

d) Daya Beda

Menurut Arikunto (1992: 213) Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).

Penentuan daya pembeda butir soal dilakukan dengan cara mengurutkan skor dari tertinggi ke terendah. Selanjutnya mengambil 27% dari skor kelompok atas dan 27% dari skor kelompok bawah. Rumus yang digunakan adalah.

DP=SASB

IA ×100 (Kano To dalam Nanang Priatna, 2003: 79)

Keterangan :

DP : Daya pembeda satu butir soal tertentu


(2)

SB : Jumlah skor kelompok bawah pada soal yang diolah

IA: Jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Kriteria tingkat daya beda yang digunakan adalah:

0 % ≤ DP < 10% : sangat buruk

10% ≤ DP < 20% : buruk

20% ≤ DP < 30% : agak baik

30% ≤ DP < 50% : baik

50% ke atas: sangat baik

Jika DP negatif maka soal tersebut tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai DP negatif sebaiknya soal tersebut dibuang.


(3)

Untuk memperoleh data dengan kelayakan penerapan model PAIKEM dalam pengajaran matematika, digunakan analisis data deskriptif dengan menghitung :

a. Metode observasi

Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui aktiftas siswa selama proses penerapan metode talking stick, kriterianya adalah :

Nilai 4 = Siswa mengerjakan dengan sangat baik Nilai 3 = Siswa mengerjakan dengan baik

Nilai 2 = Siswa mengerjakan dengan kurang baik Nilai 1 = Siswa tidak mengerjakan sama sekali

Untuk mengetahui nilai aktifitas kelompok secara keseluruhan digunakan rumus :

NA = ƩƩn a

Keterangan :

NA : Nilai Akhir

n : Nilai setiap aspek yang diamati

a : Aspek yang diamati


(4)

0,00 – 1, 49 : Kurang 1,50 – 2,49 : Cukup 2,50 – 3,49 : Baik

3,50 – 4,00 : Sangat baik

b. Metode angket

Data yang berasal dari angket siswa dianalisis dengan melihat persentase pilihan jawaban siswasebagai tanggapan siswa terhadap penerapan model PAIKEM dengan rumus :

Ri = Si

n x 100%

Keterangan :

Ri : Persentase yang menjawab ya

Si : Banyak siswa yang menjawab ya

n : Jumlah siswa

Dengan kriteria :

60% keatas : Positif Kurang 60% : Negatif


(5)

Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini ketuntasan belajar siswa dibedakan menjadi dua sebagai berikut :

1. Ketuntasan belajar individu

Ketuntasan belajar individu bias tercapai apabila presentase ketuntasan belajar individu mencapai ≥ 85% dengan rumus sebagai berikut :

PBI = skor tes

skor maksimal x 100%

(Arikunto, 2010: 357).

K. SISTEMATIKA PENULISAN

Agar dalam penulisan proposal ini lebih terperinci, maka penulis menyusun suatu sistematika penulisan yang meliputi : Judul, Latar Belakang, Permasalahan (Rumusan Masalah, Deskripsi Masalah, Batasan Masalah), Tujuan Penelitian, Postulat, Manfaat Penelitian, Alasan Pemilihan Judul, Pengertian Istilah Dalam Judul, Ruang Lingkup Penelitian, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan, Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta : PT. Rineka Cipta.


(6)

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengjaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Mulyasa. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Nurharini, Dewi, dan Wahyuni, Tri. 2008. Matematika Konsep Dan Aplikasinya. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008

Nurrahmandani, Setyo, dkk. LKS Matematika Kelas VIII SMP/MTs Semester Genap. Solo : Media Karima.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Takari, Enjah. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bnadung : PT. Genesindo http://www.dewinuryanti.com/2013/03/metode-talking-stick-dalam-pembelajaran-matematika.html