Proposal Pembelajaran Metode Talking Stick\BAB I-BAB III

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jalur sekolah di Indonesia semenjak kemerdekaan tahun 1945 boleh dikatakan tidak mengalami perubahan, terutama bila ditinjau dari penggal-penggal sekolahnya.Kenyataan menunjukkan bahwa pelajaran matematika diberikan di semua sekolah.Baik di jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah.Namun realitas menunjukkan bahwa pemahaman matematikanya masih kurang.Kenyataan semacam itu harus dikaji secara cermat agar dapat dicari upaya penanggulangannya.

Adapun permasalahan yang menjadi rahasia umum di dunia pendidikan kita adalah hasil belajar matematika siswa yang relatif rendah. Rendahnya hasil belajar matematika disebabkan karena aktifitas dalam pembelajaran matematika masih sangat rendah. Siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan walaupun guru telah memberi kesempatan untuk bertanya kepada siswa yang sekiranya belum dimengerti. Kurangnya aktivitas siswa di dalam kelas karena penggunaan metode mengajar yang tidak sesuai atau kurang tepat sehingga siswa tidak dapat dengan mudah memahami dan menguasai materi yang disampaikan.

Agar kegiatan belajar mengajar berlangsung secara efektif, kreatif, aktif dan menyenangkan, maka guru harus pandai dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Keberhasilan siswa akan banyak bergantung kepada metode yang digunakan oleh guru.


(2)

Guru juga diharapkan mampu membangkitkan aktivitas belajar siswa serta mampu membuat siswa lebih memahami materi yang disampaikan. Salah satu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif adalah metode pembelajaran Talking Stick.

Metode pembelajaran Talking Stick yaitu suatu metode dimana dalam penerapannya diawali dengan guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk mempelajari materi tersebut.Selanjutnya guru meminta kepada siswa menutup bukunya kemudian guru mengambil tongkat.Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu siswa diamana siswa yang mendapat tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya.Metode Pembelajaran Talking Stick adalah salah satu metode pembelajaran yang diharapkan mampu membuat siswa lebih aktif dan lebih bersemangat untuk belajar sehingga nantinya dapat membuat siswa memahami materi matematika dengan cepat (Huda, 2013: 224).

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Handini Ari Astiti pada siswa kelas IV SDN 2 Gondang tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 55 dengan ketuntasan klasikal sebesar 59,45 %, sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa meningkat menjadi 77,93 terjadi peningkatan sebesar 22,93 dan ketuntasan klasikalnya meningkat menjadi 78,37% terjadi peningkatan sebesar 18,32%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Gondang tahun pelajaran 2012/2013. Ini menunjukkan bahwa metode talking stick bisa meningkatkan hasil belajar siswa.


(3)

siswa yang relatif rendah adalah materi pelajaran matematika yang memang dirasa sulit dimengerti oleh siswa. Ada beberapa materi pelajaran matematika yang membuat siswa merasa kesulitan dan kebingungan salah satunya yaitu tentang materi limas. Limas adalah salah satu bangun ruang sisi datar yang alasnya berbentuk segi banyak. Dari hasil survey Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2010 yang hasilnya menunjukkan bahwa 55,90% daya serap siswa dalam menentukan salah satu unsur dari balok atau kubus atau prisma atau limas, 80,30% daya serap siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan luas permukaan bangun ruang sisi datar dan 38,23% daya serap siswa dalam menghitung volume balok atau limas yang ukurannya diketahui. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam mempelajari materi volume limas.

Tidak hanya itu setelah saya melakukan wawancara terhadap salah satu siswa kelas VIII MTs yang bernama Ilham Ansori yang merupakan tetangga dekat peneliti. Dia mengatakan bahwa dia belum mengerti dan kebingungan tentang cara menhtiung volume limas yang bisa dicari dengan rumus sepertiga kali luas alas dikali tinggi, menentukan luas alas limas jika diketahui volume dan tingginya, dan menentukan tinggi limas jika diketahui volume dan luas alasnya.

Terkait materi limas yang dirasa sulit dan membingungkan bagi siswa pada uraian di atas peneliti menemukan suatu masalah yang berhubungan dengan uraian di atas yaitu setelah peneliti mencoba mengunjungi beberapa sekolah dan salah satunya yaitu di sekolah SMP Negeri 2 Pademawu Pamekasan karena sekolah tersebut juga cukup dekat dengan tempat tinggal


(4)

peneliti,maka peneliti mencoba untuk ke sekolah tersebut dan mencoba mewawancarai guru mata pelajaran matematika disana yaitu Ibu Niken. Setelah peneliti mewawancarai guru mata pelajaran matematika siswa kelas VIII, Ibu tersebut mengatakan bahwa siswa di SMPN 2 Pademawu agak kurang cepat memahami materi dan kurang begitu aktif. Oleh karena itu, peneliti akan mencoba melakukan penelitian disekolah tersebut.

Dengan penggunaan talking stick tersebut diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran materi limas. Sehingga materi pembelajaran yang disampaikan bisa lebih mudah atau lebih cepat dipahami oleh siswa. Dengan penggunanan metode yang tepat diharapkan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang bisa membuatnya lebih meningkat baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mencoba menerapkannya dalam sebuah materi Limas. Adapun judul yang akan penulis angkat yaitu “Pembelajaran MetodeTalking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Prisma Dan Limas Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Pademawu Pamekasan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimanakah pembelajaran metode talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi prisma dan limas tegak di kelas VIII SMPN 2 Pademawu Pamekasan tahun pelajaran 2013-2014 ?


(5)

Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain :

Untuk mendeskripsikan pembelajaran metode talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi prisma dan limas tegak di kelas VIII SMPN 2 Pademawu Pamekasan tahun pelajaran 2013-2014

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih mengarah dan menghindari terlalu luasnya pembahasan dari suatu masalah, maka perlu diadakan batasan masalah sebagai berikut :

1. Pokok bahasan yang akan dibahas dibatasi pada sub pokok bahasan volume limas

2. Penelitian ini dibatasi sampai dua siklus, namun jika sampai siklus kedua ternyata belum berhasil maka penelitian ini akan dihentikan karena akan segera dilaporkan dan terbatasnya waktu yang telah disepakati oleh peneliti dan pihak sekolah sebagai objek penelitian.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya pada bidang studi matematika.

2. Bagi Guru Bidang Studi Matematika

Sebagai bahan acuan dan memberikan alternatif dalam penggunaan model pembelajaran pada bidang studi matematika.


(6)

Dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk memperluas wawasan tentang disiplin ilmu yang ditekuni serta sebagai bekal untuk terjun ke dunia pendidikan.

4. Bagi Universitas

Menambah koleksi referensi di lingkungan Universitas Madura pada umumnya dan FKIP pada khususnya serta hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pemikiran untuk melakukan penelitian berikutnya.

5. Bagi Siswa

a) Dengan adanya variasi model pembelajaran diharapkan bias memberikan suatu motivasi pada siswa untuk belajar lebih aktif.

b) Meningkatkan prestasi belajar siswa.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kerancuan permasalahan dalam judul penelitian ini, maka definisi atau pengertian pada beberapa istilah yang terdapat di dalamnya, antara lain:

1. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam sebuah lingkungan belajar.

2. Metode talking stick adalah suatu metode pembelajaran dengan bantuan tongkat. Dimana tongkat tersebut bergulir dari satu siswa ke siswa lain secara estafet dengan diiringi musik dan siswa yang memegang tongkat tersebut wajib menjawab pertanyaan dari guru. Demikian seterusnya.


(7)

3. Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri siswa baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik yang ditempuh atau diperoleh melalui usaha belajar.

4. Limas adalah bangun ruang yang bidang alasnya berbentuk segi banyak dengan sisi tegakanya berbentuk segitiga.

G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Area/ Wilayah

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Pademawu Pamekasan. 2. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini berlangsung pada siswa kelas VIII SMPN 2 Pademawu Pamekasan semester 2 tahun pelajaran 2013/ 2014.

3. Ruang Lingkup Materi

Materi penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan volume limas.

H. Sistematika Penulisan

Agar penulisan dalam makalah ini lebih terarah dan terperinci maka penulis susun sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari : Latar Belakang, Rumusan Maslaah, Tujuan Penelitian, Batasan Masalah, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Ruang Lingkup Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka yang meliputi: Pembelajaran Matematika (yang terdiri dari : Pengertian, Tujuan dan Unsur-unsur Pembelajaran


(8)

Matematika), Talking Stick (yang terdiri dari :Pengertian, Langkah-langkah, Kelebihan dan Kekurangan Talking Stick), Hasil Belajar, Materi Volume Limas, Penerapan Pembelajaran Metode Talking StickPada Materi Volume Limas.

BAB III : Metode Penelitian yang meliputi :Jenis Penelitian, Pendekatan Penelitian, Subjek Penelitian, Tampat dan Waktu Penelitian, Setting Penelitian, Rancangan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Menurut Mulyasa (2012 : 255), dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhi, faktor internal yang datang dari dalam


(9)

diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa.

Pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Soedjadi, 2006 : 6). Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula untuk membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu.Hal itu mengarahkan perhatian kepada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika, terkait nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungannya dimana matematika digunakan sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut Soedjadi (2006 : 43), dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika yang dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa :

Tujuan umum diberikannya matematika dijenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah:

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan pola pikir dalam kehidupan dan dunia selalu berkembang, melalui


(10)

latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, jujur, efektif dan efisien.

2. Mempersiapkan siswa menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari dan dalam mepelajari berbagai ilmu pengetahuan.

3. Siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan matematika Pendidikan Dasar untuk dapat digunakan kehidupan yang lebih luas (dunia kerja) maupun dalam kehidupan sehari-hari.

4. Siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, sikap kritis, objektif, terbuka, kreatif serta inovatif.

5. Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan (transferable) melalui kegiatan matematika.

B. Talking Stick

1. Pengertian Talking Stick

Talking stick (tongkat berbicara) adalah metode yang digunakan oleh pendudduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku).Kini metode itu sudah digunakan sebagai metode pembelajaran ruang kelas.Sebagaimana namanya, Talking Stick merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat.Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya.Kegiatan ini diulang


(11)

terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru (Huda, 2013:224).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode talking stick adalah suatu metode pembelajaran dengan bantuan tongkat. Dimana tongkat tersebut bergulir dari satu siswa ke siswa lain secara estafet dengan diiringi musik dan siswa yang memegang tongkat tersebut wajib menjawab pertanyaan dari guru. Demikian seterusnya.

2. Langkah-langkah Talking Stick

Dalam penerapan metode Talking Stickini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen.Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, kecerdasan, persahabatan atau minat yang berbeda.Metode ini cocok digunakan untuk semua kelas dan semua tingkatan umur.

Adapun sintak metode Talking Stick menurut Huda (2013:225), adalah sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm.

b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari pelajaran.

c. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana. d. Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari


(12)

e. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

f. Guru memberi kesimpulan.

g. Guru melakukan evaluasi/penilaian. h. Guru menutup pembelajaran.

3. Kelebihan dan Kekurangan Talking Stick

Menurut Huda(2013:225), terdapat kelebihan dan kelemahan metode Talking Stick yaitu :

a. Kelebihan Talking Stick 1) Menguji kesiapan siswa.

2) Melatih keterampilan siswa dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat.

3) Mengajak siswa untuk terus siap dalam situasi apapun.

b. Adapun kekurangan Talking Stick 1) Membuat siswa senam jantung.

Setelah melihat kelemahan dari metode Talking Stick maka penulis menyarankan suatu cara untuk mengatasi kelemahan tersebut diantaranya sebagai berikut :

1) Siswa diberi arahan biar naninya mereka tidak gemetaran atau takut pada saat metode diterapkan sehingga nantinya siswa tidak lagi merasa senam jantung.

2) Diselingi dengan hiburan.

4. Teori-teori Pendukung Metode Talking Stick

Adapaun teori-teori pendukung metode talking stickyaitu : a) Teori belajar deskriptif


(13)

Teori belajar deskriptif berisi deskripsi mengenai hasil belajar yang muncul sebagai akibat dari digunakannya metode tertentu.teori belajar deskriptif menekankan pada bagaimana proses belajar terjadi dalam diri peserta didik (Suprijono, 2010: 16).

b) Teori belajar menurut J. Bruner

Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Dalam belajar guru memperhatikan 4 hal berikut ini :

1) Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu.

2) Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa. 3) Menganalisis sequence. Guru mengajar, berarti membimbing siswa

melalui urutan pertanyaan-pertanyaan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang dipelajari.

4) Memberi reinforcement dan umpan balik (feed-beck). Penguatan optimal yang terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa ia menemukan jawabannya.

Menurut pendapat saya teori belajar yang tepat dengan model pembelajaran talking stick adalah teori belajar menurut J. Bruner karena


(14)

dalam teori tersebut guru mengajar, berarti membimbing siswa melalui urutan pertanyaan-pertanyaan dari suatu masalah. Guru mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang dipelajari.Guru meberi penguatan optimal yang terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa ia menemukan jawabannya

( http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-putriapril-799-2-babii.pdf).

C. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kabalitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif yaitu kecekapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.


(15)

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, merencanakan, membentuk bangun baru), dan evaluation (menilai).Domain afektif adalah receiving (nilai), organization (organisasi), characterization (karakteristik).Domain psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagimana tersebut di atas tidak dilihat secara fegmentaris atau terpisah, malainkan komprehensif.


(16)

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri siswa baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik yang ditempuh atau diperoleh melalui usaha belajar.

D. Volume Limas

Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segitiga atau segi banyak sebagai alas dan beberapa buah segitiga sebagai sisi tegak yang bertemu pada satu titik puncak.

V = 13 La .t

Keterangan : V = volume La = luas alas t = tinggi limas

Daerah yang diarsir pada gambar limas paling bawah merupakan alas limas Contoh Soal:

Jika diketahui alas sebuah limas berbentuk persegi dengan panjang sisinya 10 cm dan tinggi limas 12 cm. maka volume limas adalah …

Penyelesaian:

La = S2 = 102 = 100 cm2

Volume limas = 13 La .t = 1

3 x 100 x 12 = 400 cm3


(17)

Secara umum penerapan metode Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan volume limas di kelas VIII SMP, penulis uraikan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Pembelajaran Talking Stick Pada Materu Volume Limas

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Langkah-langkah Talking stick 1 Guru membentuk kelompok yang

terdiri atas 5 atau 6 orang secara heterogen.

Siswa membentuk kelompok.

2 Guru sebelum memulai pembelajaran, guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya

± 20 cm.

Siswa bersiap memulai

pelajaran.

Langkah 1 talking stick yaitu Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm. No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Langkah-langkah Talking stick 3 Guru menyamapaikan materi

pembelajaran yaitu tentang volume limas. kemudian guru meminta kepada semua anggota kelompok untuk membaca dan mempelajari materi itu yang ada di buku paketnya/pegangannya.

siswa membaca dan mempelajari materi itu.

Langkah 2 talking

stickyaitu guru

menyampaikan materi yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

4 Guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya untuk membahas bersama tentang materi volume limas yang menjadi topik pembelajaran kali ini.

Siswa berdiskusi dengan

kelompoknya mebahas materi volume limas.

Langkah 3 talking stick yaitu siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam

5 Setelah siswa selesai membaca dan berdiskusi, guru meminta kepada siswa untuk menutup buku paketnya/pegangannya.

Siswa menutup buku

paketnya/peganga nnya.

Langkah 4 talking stick yaitu setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa utuk menutup isi bacaan.

6 Guru mengambil tongkat yang sudah di persiapkan sebelumnya, dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, kemudian guru memberikan pertanyaan

Siswa menjawab pertanyaan dari guru yang berupa soal terkait materi volume limas.

Langkah 5 talking stick yaitu Guru mengambil

tongkat dan

memberikannya kepada salah satu siswa, setelah


(18)

yakni berupa soal terkait materi volume limas dimana dalam penyampaian soal dan bagi siswa yang mendapat tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru tadi. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru.

itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat

tersebut harus

menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 7 Setelah materi volume limas

selesai di bahas. Kemudian guru memberikan kesimpulan dari materi itu.

Siswa

meperhatikan dan mencatat

kesimpulan dari guru.

Langkah 6 talking stick yaitu guru memberikan kesimpulan

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Langkah-langkah Talking stick 8 Kemudian guru melakukan

penilaian, baik secara kelompok maupun individu. Secara individu bisa di lihat dari jawaban siswa yang berhasil menjawab dengan benar pertanyaan guru. Secara kelompok bisa dilihat dari kerja sama pada saat berdiskusi dengan kelompoknya membahas materi yang telah di berikan oleh guru.

Siswa

mendengarkan penjelasan guru.

Langkah 7 talking stick yaitu guru melakukan evaluasi/penilaian

9 Guru menutup pelajaran dengan ucapan salam.

Siswa mwnjawab salam

Langkah 8talking stick yaitu guru menutup pelajaran.

Berdasarkan penerapan metode Talking Stickdi atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Talking Stick sebagai suatu metode pembelajaran matematika, secara rasional memungkinkan dapat membuat siswa lebih aktif dan lebih bersemangat untuk belajar sehingga nantinya bisa memahami materi pelajaran dengan cepat dan diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar siswa.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penelitian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Takari, 2008:6).

Prosedur PTK biasanya meliputi beberapa siklus, sesuai dengan tingkat permasalahan yang akan dipecahkandan kondisi yang akan ditingkatkan. Siklus-siklus tersebut berupa pola : perencanaan – pelaksanaan – pengamatan – refleksi .


(20)

Menurut Wardani (2006: 1.7) PTK mempunyai beberapa ciri khas yang dapat membedakan PTK dengan penelitian lainnya. Ciri khas dari PTK yaitu: 1. Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri

guru bahwa praktek yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan.

2. Self-reflective inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari prakteknya sendiri melalui refleksi diri.

3. Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.

4. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan – pelaksanaan – observasi – refleksi


(21)

– revisi (perencanaan ulang). Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus. Ciri ini merupakan ciri khas penelitian tindakan, yaitu adanya tindakan yang berulang-ulang sampai didapat hasil yang terbaik.

C. Pendekatan Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 7), metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasilpenelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Sesuai dengan judul penelitian di atas, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif sebab data yang diperoleh berupagambaran tentang objek yang diteliti dan angka dari hasil tes. Pada penelitian ini penulis menggunakan


(22)

metodetalking stick dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas Tegak di SMP Negeri 2 Pademawu Pamekasan.

D. Subjek Penelitian

Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas VIII F SMPN 2 Pademawu tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 29 orang. Dikarenakan siswa dalam kelas tersebut agak kurang cepat memahami materi pelajaran dan juga kurang begitu aktif di dalam kelas. Oleh karena itu peneliti ingin menjadikan kelas tersebut sebagai subjek penelitian.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Pademawu Pamekasan yang beralamat di Jalan Raya Pademawu Barat Kecamatan Pademawu. Penelitian ini akan dilaksanakan mendekati akhrisemester 2 tahun ajaran 2013/2014

F. Setting Penelitian

Penelitian ini menggunakan setting kelas.Kelas yang digunakan adalah kelas VIII F SMP Negeri 2 Pademawu Pamekasan.Kelas ini dipilih atas dasar kesepakatan peneliti dan guru bidang studi metematika di kelas VIII F.

G. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin MC Taggart yang dikutip dari Arikunto (2006: 16) yang terdiri dari siklus-siklus dan masing-masing siklus menggunakan empat komponen tindakan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu spiral yang terkait, seperti pada gambar berikut :


(23)

(Arikunto, 2010 : 137)

a. Siklus pertama 1. Rencana Tindakan

a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan sesuai dengan metode talking stick yang digunakan. RPP berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

b) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi dengan bimbingan dosen.

c) Menyusun pedoman lembar angket untuk siswa. Lembar angket itu mempermudah peneliti untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

d) Mempersiapkan soal tes untuk siswa yang disusun oleh peneliti dengan bimbingan dosen dan pertimbangan guru yang bersangkutan. 2. Pelaksanaan Tindakan

Peneliti sebagai guru pengajar yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan rencana pembelajaran yang sudah disiapkan. Guru pengajar beserta satu orang menjadi observer dan mencatat segala kegiatan dalam proses belajar mengajar dari awal sampai akhir dan mencatat hasil pengamatan.


(24)

Selama kegiatan berlangsung siswa ditugasi secara kelompok mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru, membaca, memahami, dan mendiskusikan tentang materi volume limas.Sebelumnya guru sudah membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 5 atau 6orang. Dimana kelompok tersebut ditugasi: (1) membaca, memahami, dan mendiskusikan tentang materi volume limas, (2) memberikan tongkat dari satu siswa ke siswa lain dengan cara estafet pada waktu penerapan metode talking stick, (3) siswa yang memegang tongkat harus menjawab soal yang diberikan oleh guru, (4) mempersilahkan kepada para siswa untuk bertanya hal-hal yang kurang dipahami atau memberi tentang materi volume limas pada saat proses metode talking stick selesai.

a) Observasi

Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Dalam hal ini ditekankan kepada siswa seberapa faham materi yang diterima oleh siswa dan seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang dilakukan serta seberapa jauh tindakan yang sedang berlangsung dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan. Setelah itu memberikan angket kepada siswa.

Kegiatan observasi ini dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh satu orang teman sejawat sebagai observer yang bertugas mengamati berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.


(25)

Refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus I adalah untuk melihat keseluruhan proses pembelajaran.

Data yang diperoleh pada lembar observasi dianalisis, kemudian dilakukan refleksi.Pelaksanaan refleksi berupa diskusi antara peneliti dan guru matematika yang bersangkutan. Diskusi tersebut bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan yaitu dengan cara melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul, dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Setelah itu mencari jalan keluar terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul agar dapat dibuat rencana perbaikan pada siklus II.

b. Siklus Kedua

Siklus II dilaksanakan sebagai perbaikan dari siklus I, terutama jika terjadi kekurangan dalam perencanaan dan tindakan pada siklus I. Siklus II tidak dilaksanakan jika hasil penelitian kelas sudah sesuai dengan target ketuntasan belajar 70% perorangan dan 85% klasikal. Sebaliknya bila target ketuntasan belajar belum tercapai, siklus kedua akan dilaksanakan

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012: 224). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, angket, dan tes.


(26)

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen.Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2010:272). Observasi ini dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran menggunakan metode talking stick. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh teman sejawat.

2. Angket

Menurut Arikunto (2006: 151) angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dimana jawabannya sudah disediakan, siswa hanya memilih saja.

3. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar.Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman siswa setelah pembelajaran.

Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes subjektif (uraian).Tes tersebut menggunakan tes buatan guru yang disusun berdasarkan materi pembelajaran.


(27)

Lembar validasi adalah lembar penilaian dimana yang dinilai adalah semua perangkat pembelajaran dan dilakukan oleh para ahli yang berkompeten untuk menilai perangkat pembelajaran serta memberikan masukan atau saran, guna penyempurnaan.Validator yang dipilih dua orang dosen Pendidikan Universitas Madura, dan satu orang guru matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Pademawu Pamekasan dengan pertimbangan telah mengetahui kondisi siswanya.Validasi ini secara umum mencakup kebenaran substansi, kesesuaian dengan tingkat berpikir siswa, kesesuaian dengan prinsip, dan kesesuaian dengan metode talking stick. Data yang dikumpulkan dari lembar validasi perangkat pembelajaran yang telah divalidasi oleh validator terdiri dari : (a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (b) Lembar Tes, (c) Lembar Kerja Siswa.

5. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Pada penelitian ini penelitian ini berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran yaitu bisa berupa foto pada saat proses pembelajaran berlangsung.

H. Teknik Analisis Data

Dari hasil penelitian yang berkaitan dengan rumusan masalah akan diolah menggunakan analisis data deskriptif. Data penelitian ini adalah sebagai berikut :


(28)

Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan metode talking stick digunakan rumus :

NA =

n

a Keterangan :

NA : Nilai Akhir (Trianto, 2007: 19)

n : Nilai setiap aspek yang diamati

a : Aspek yang diamati

Dengan kategori penentuan nilai akhir sebagai berikut :

0,00 – 1, 49 : Kurang 1,50 – 2,49 : Cukup 2,50 – 3,49 : Baik

3,50 – 4,00 : Sangat baik Sedangkan kriteria penilaiannya :

A = dengan bobot 4 C = dengan bobot 2 B = dengan bobot 3 D = dengan bobot 1

2. Angket

Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan metode talking stick dalam pembelajaran mamtematika, peneliti menggunakan rumus penelitian dalam bentuk persentase yang dihitung dengan rumus :


(29)

Persentase respon siswa = AB x100

Keterangan :

A :jumlah siswa yang menjawab “ya” (Trianto, 2009: 243) B : jumlah siswa (responden)

3. Tes

Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini ketuntasan belajar siswa dibedakan menjadi dua sebagai berikut :

a) Ketuntasan belajar individu

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 70% dengan rumus sebagai berikut :

KBI = TT

1 x 100% Keterangan :

KBI : ketuntasan belejar individu (Trianto, 2009: 241). T : jumlah skor yang diperoleh siswa

T1 : jumlah skor total


(30)

Suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal apabila kelas tersebut terdapat 85 % siswa telah mencapai ketuntasan yang dapat dicari dengan menggunakan rumus :

KBK=NA

NB x 100% Keterangan :

KBK : ketuntasan belajar klasikal (Trianto, 2009: 241) NA : jumlah siswa yang tuntas

NB : jumlah keseluruhan siswa 4. Triangulasi

Triangulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau seabagai pembanding untuk data itu (Moleong, 2011: 330).

Denzim (Moleong, 2011: 330), membedakan empat macam triangulasi sebagai tekhnik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyelidik dan teori. Dengan triangulasi peneliti dapat me-rechek temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, penyidik dan teori.


(31)

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengjaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka PelajarMulyasa. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Moleong.Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, H. E. 2012. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda. Nurharini, Dewi, dan Wahyuni, Tri. 2008. Matematika Konsep Dan Aplikasinya.

Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008

Nurrahmandani, Setyo, dkk. LKS Matematika Kelas VIII SMP/MTs Semester Genap.Solo : Media Karima.

Soedjadi, R. 1999. Kiat Pendidikan Matematika Indonesia.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Takari, Enjah. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bnadung : PT. Genesindo

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktuvistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif.Jakarta : Kencana Prenada Gramedia Group

Wardani, G. A. K. 2006. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. http://fkip-unram.ac.id/ejurnal/index.php/pgsd/article/view/103

http://www.dewinuryanti.com/2013/03/metode-talking-stick-dalam-pembelajaran-matematika.html

http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=0CF8QFjA G&url=http%3A%2F%2Fslam3tsubagyo.files.wordpress.com


(32)

%2F2011%2F06%2Fkumpulanmetodepembelajaran-

paikemteoridanaplikasi.pdf&ei=CL9QU- DFOYWmrQeM64DABg&usg=AFQjCNEIkKoL-cX0Ybn0C6tV_c04gqTOiQ&bvm=bv.65058239,d.bmk


(1)

Lembar validasi adalah lembar penilaian dimana yang dinilai adalah semua perangkat pembelajaran dan dilakukan oleh para ahli yang berkompeten untuk menilai perangkat pembelajaran serta memberikan masukan atau saran, guna penyempurnaan.Validator yang dipilih dua orang dosen Pendidikan Universitas Madura, dan satu orang guru matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Pademawu Pamekasan dengan pertimbangan telah mengetahui kondisi siswanya.Validasi ini secara umum mencakup kebenaran substansi, kesesuaian dengan tingkat berpikir siswa, kesesuaian dengan prinsip, dan kesesuaian dengan metode talking stick. Data yang dikumpulkan dari lembar validasi perangkat pembelajaran yang telah divalidasi oleh validator terdiri dari : (a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (b) Lembar Tes, (c) Lembar Kerja Siswa.

5. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Pada penelitian ini penelitian ini berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran yaitu bisa berupa foto pada saat proses pembelajaran berlangsung.

H. Teknik Analisis Data

Dari hasil penelitian yang berkaitan dengan rumusan masalah akan diolah menggunakan analisis data deskriptif. Data penelitian ini adalah sebagai berikut :


(2)

Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan metode talking stick digunakan rumus :

NA =

n

a Keterangan :

NA : Nilai Akhir (Trianto, 2007: 19)

n : Nilai setiap aspek yang diamati

a : Aspek yang diamati

Dengan kategori penentuan nilai akhir sebagai berikut :

0,00 – 1, 49 : Kurang 1,50 – 2,49 : Cukup 2,50 – 3,49 : Baik

3,50 – 4,00 : Sangat baik Sedangkan kriteria penilaiannya :

A = dengan bobot 4 C = dengan bobot 2 B = dengan bobot 3 D = dengan bobot 1

2. Angket

Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan metode talking stick dalam pembelajaran mamtematika, peneliti menggunakan rumus penelitian dalam bentuk persentase yang dihitung dengan rumus :


(3)

Persentase respon siswa = AB x100

Keterangan :

A :jumlah siswa yang menjawab “ya” (Trianto, 2009: 243) B : jumlah siswa (responden)

3. Tes

Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini ketuntasan belajar siswa dibedakan menjadi dua sebagai berikut :

a) Ketuntasan belajar individu

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 70% dengan rumus sebagai berikut :

KBI = TT

1 x 100%

Keterangan :

KBI : ketuntasan belejar individu (Trianto, 2009: 241). T : jumlah skor yang diperoleh siswa

T1 : jumlah skor total


(4)

Suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal apabila kelas tersebut terdapat 85 % siswa telah mencapai ketuntasan yang dapat dicari dengan menggunakan rumus :

KBK=NA

NB x 100% Keterangan :

KBK : ketuntasan belajar klasikal (Trianto, 2009: 241) NA : jumlah siswa yang tuntas

NB : jumlah keseluruhan siswa 4. Triangulasi

Triangulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau seabagai pembanding untuk data itu (Moleong, 2011: 330).

Denzim (Moleong, 2011: 330), membedakan empat macam triangulasi sebagai tekhnik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyelidik dan teori. Dengan triangulasi peneliti dapat me-rechek temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, penyidik dan teori.


(5)

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengjaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka PelajarMulyasa. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Moleong.Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, H. E. 2012. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda. Nurharini, Dewi, dan Wahyuni, Tri. 2008. Matematika Konsep Dan Aplikasinya.

Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008

Nurrahmandani, Setyo, dkk. LKS Matematika Kelas VIII SMP/MTs Semester Genap.Solo : Media Karima.

Soedjadi, R. 1999. Kiat Pendidikan Matematika Indonesia.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Takari, Enjah. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bnadung : PT. Genesindo

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktuvistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif.Jakarta : Kencana Prenada Gramedia Group

Wardani, G. A. K. 2006. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. http://fkip-unram.ac.id/ejurnal/index.php/pgsd/article/view/103 http://www.dewinuryanti.com/2013/03/metode-talking-stick-dalam-pembelajaran-matematika.html http://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=0CF8QFjA G&url=http%3A%2F%2Fslam3tsubagyo.files.wordpress.com


(6)

%2F2011%2F06%2Fkumpulanmetodepembelajaran-

paikemteoridanaplikasi.pdf&ei=CL9QU- DFOYWmrQeM64DABg&usg=AFQjCNEIkKoL-cX0Ybn0C6tV_c04gqTOiQ&bvm=bv.65058239,d.bmk