Penetasan Siste Artemia HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Selain kadar garam 5 permil, agar proses penetasan siste artemia baik maka perlu juga diperhatikan pH dari air laut buatan yang sebaiknya berkisar antara 8 - 9. Hal ini dikarenakan terjadinya pemecahan cangkang siste yang keras itu dibantu oleh kegiatan enzim. Kegiatan enzim tersebut memerlukan pH lebih dari 8 antara 8 – 9, sehingga sebelum air laut buatan digunakan harus diperhatikan pH-nya menggunakan pH meter.

E. Penetasan Siste Artemia

Siste merupakan telur yang telah berkembang lebih lanjut menjadi embrio dan kemudian diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh kekeringan, benturan keras, sinar ultra violet, dan mempermudah pengapungan. Oleh karena itu, siste sangat tahan menghadapi keadaan lingkungan yang buruk. Untuk menetaskan siste artemia yang telah kering kadar air kurang dari 10 yang embrionya dalam keadaan diapauze metabolisme terhenti sementara, perlu dilakukan perendaman. Siste direndam dalam air tawar selama kurang lebih 1 jam. Sesuai penjelasan Mudjiman 1989, saat larva direndam terjadi proses penyerapan air ke dalam siste yang berlangsung secara hiperosmotik, yaitu adanya tekanan osmosis di dalam telur yang lebih tinggi dari pada di luarnya. Selama satu jam siste akan menggembung dan diperkirakan kadar airnya telah mencapai lebih dari 65 sehingga metabolismenya telah aktif kembali. Air laut buatan yang akan digunakan untuk menetaskan larva artemia diaerasi terlebih dahulu selama kurang lebih 2 jam. Tujuan aerasi ini yaitu untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI meningkatkan kadar oksigen yang terkandung dalam air laut buatan yang berkadar garam 5 permil, sehingga siste dapat menetas dengan baik. Siste yang telah ditiriskan dipindah ke dalam bak penetasan yang berisi air laut buatan. Bak penetasan terdiri dari dua bagian yaitu bagian gelap dan bagian terang yang dipisahkan oleh sebuah sekat yang bercelah. Bagian yang gelap ditutup dengan kaca yang berwarna gelap, sedangkan bagian terang ditutup dengan kaca bening agar cahaya lampu masih dapat masuk. Siste dimasukkan dalam bagian yang gelap, siste dapat menetas dalam waktu 24 – 36 jam. Setelah larva menetas, larva akan berpindah dari tempat yang gelap menuju tempat yang terang. Ini dikarenakan artemia memiliki sifat fototropik positif atau bergerak menuju ke arah cahaya. Larva yang telah menetas dan berumur 48 jam diambil dengan memakai pipet tetes, kemudian dipindahkan ke dalam suatu tempat yang juga berisi air laut buatan berkadar garam 5 permil dan telah diaerasi. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kondisi larva yang telah berumur 48 jam serta untuk memudahkan pengambilan larva yang akan digunakan sebagai hewan percobaan. Larva artemia yang digunakan berumur 48 jam karena pada umur ini larva memiliki sensitivitas maksimal terhadap ekstrak yang memiliki aktivitas sitotoksik Carballo et al., 2002. Larva yang berumur lebih dari 48 jam, tubuhnya sudah terselubungi membran yang terbentuk dari kitin yang disebut karapak, membran ini akan menghalangi masuknya senyawa antikanker ke dalam tubuh larva. Larva yang berumur kurang dari 48 jam, organ tubuhnya belum memiliki struktur yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sempurna sehingga mudah mati bukan karena senyawa toksik tapi karena tidak dapat beradaptasi denngan lingkungannya, sehingga kurang tepat digunakan sebagai hewan uji. Larva yang berumur 48 jam sebenarnya juga telah terselubungi membran namun masih sangat tipis, sehingga masih dapat ditembus oleh senyawa antikanker. Selain itu, larva yang berumur 48 jam berada pada tahap instar II dimana pada tahap ini larva sudah mulai memiliki saluran pencernaan. Senyawa antikanker dapat memasuki tubuh larva artemia melalui 2 cara yaitu menembus kulit dan melalui saluran pencernaan.

F. Penentuan Nilai LC