Penggunaan Brine Shrimp Lethality Test BST 1.

Siste banyak yang tidak menetas atau waktu penetasannya menjadi lebih panjang Mudjiman, 1989.

C. Brine Shrimp Lethality Test BST 1.

Pengertian BST BST merupakan metode pengujian toksisitas suatu senyawa menggunakan hewan uji larva artemia. Prinsip metode ini adalah uji toksisitas akut terhadap larva artemia dengan penentuan nilai LC B 50 B setelah perlakuan 24 jam. Metode BST sebenarnya tidak spesifik untuk antitumor namun metode BST memiliki manfaat untuk memonitor aktivitas sitotoksik senyawa dalam waktu yang singkat dan biaya yang cukup murah jika dibandingkan dengan pengujian sitotoksisitas dengan biakan sel kanker. Beberapa keuntungan lain dari metode BST yaitu peralatan yang digunakan sederhana dan tidak memerlukan kondisi yang steril, serta jumlah sampel yang dibutuhkan tidak terlalu banyak Meyer et al., 1982.

2. Penggunaan

Artemia salina LEACH pada metode BST Artemia salina Leach digunakan untuk pengujian senyawa aktif biologis karena artemia mempunyai kesamaan dengan sistem enzim mamalia, misalnya tipe DNA-dependent RNA polymerase, dan ouabaine sensitive Na P + P dan K P + P dependent ATPase Solis et al, 1993. DNA-dependent RNA polymerase merupakan sistem yang berperan dalam proses sintesis protein. RNA polymerase akan berikatan dengan DNA pada tahap transkripsi di dalam nukleus dimana DNA berperan sebagai cetakan dalam pembuatan nukleotida RNA yang baru. Jenis molekul RNA yang dimaksud yaitu RNA messenger mRNA yang akan membawa pesan genetika dari DNA kebagian-bagian pensintesis protein dari sel tersebut. Pesan genetik yang dibawa oleh mRNA akan ditafsirkan oleh tRNA pada tahap translasi di dalam sitoplasma, tRNA juga akan mentransfer asam amino dari sitoplasma ke ribosom Campbell, Recee, and Mitchell, 2002. Tiap molekul tRNA akan menghubungkan kodon mRNA tertentu dengan asam amino tertentu, kemudian asam amino spesifik tersebut akan dibawa ke ujung rantai polipeptida yang sedang tumbuh di ribosom. Polipeptida akan dihubungkan dengan asam amino oleh ikatan peptida, rRNA berfungsi untuk mengkatalisis proses pembentukan ikatan peptida. Selama proses dan sesudah sintesisnya, suatu rantai polipeptida mulai menggulung dan melipat secara spontan membentuk protein fungsional dengan konformasi yang spesifik Campbell et al., 2002. Di dalam sel terdapat mekanisme transport ion Na P + P dan K P + P , untuk mengontrol keseimbangan antara keluar dan masuknya ion Na P + P dan K P + P maka diperlukan suatu protein membran plasma yang terdapat dalam jumlah yang cukup banyak pada neuron yang disebut pompa natrium-kalium Corwin, 1996. Na P + P K P + P ATPase ditemukan dalam semua bagian tubuh manusia. Na P + P K P + P ATPase mengkatalisis hidrolisis ATP ke ADP serta menggunakan tenaga untuk mengeluarkan 3 Na P + P dari sel dan mengambil 2 K P + P ke dalam tiap sel bagi tiap mol ATP yang dihidrolisis, aktivitas Na P + P K P + P ATPase dihambat oleh ouabain Ganong, 1995. Pada hewan, pemeliharaan tekanan dan volume sel yang normal tergantung atas pompa Na P + P dan K P + P . Tanpa pompa ini, Cl P - P dan Na P + P akan memasuki sel menuruni perbedaan konsentrasinya, serta air akan mengikuti sepanjang perbedaan osmotik yang diciptakan sehingga menyebabkan sel membengkak Ganong, 1995. Sel yang membengkak selanjutnya bisa mengalami lisis sehingga sel tersebut mati. Artemia cukup akurat digunakan sebagai model sel kanker, hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Carballo et al. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sensitivitas larva artemia dalam mendeteksi aktivitas sitotoksik suatu ekstrak isopropanolik dari 14 jenis invertebrata laut dan 6 jenis makroalga. Sensitivitas larva artemia dibandingkan dengan sel kanker paru-paru dan sel kanker kolon. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak yang memiliki aktivitas sitotoksik yang cukup tinggi bahkan dapat mematikan sel kanker juga dapat memberikan efek yang sama pada larva artemia. Aktivitasnya yaitu dapat menghambat proses penetasan larva serta menyebabkan kematian larva dengan nilai persen kematian yang cukup tinggi. Salah satu contohnya yaitu ekstrak dari Pacifigorgia adamsii memiliki aktivitas sitotoksik 127 GI growth inhibition terhadap sel kanker paru-paru dan 86 GI terhadap sel kanker kolon, ekstrak ini dapat menghambat penetasan larva artemia sebesar 76 dan memberikan persen kematian yang cukup tinggi yaitu sebesar 68 Carballo et al., 2002. Aktivitas sitotoksik diatas 60 dikatakan bersifat aktif, sedangkan diatas 100 dikatakan dapat menyebabkan kematian sel. Larva artemia yang digunakan berumur 48 jam karena pada umur ini larva memiliki sensitivitas maksimal terhadap ekstrak yang memiliki aktivitas sitotoksik Carballo et al., 2002. Disamping artemia memiliki persamaan dengan mamalia, alasan lain digunakan artemia yaitu karena mudah didapatkan dan harganya murah serta tahan lama bila disimpan dalam bentuk telur kering. Namun, penggunaan hewan uji artemia juga memiliki kelemahan yaitu ketidakmampuan artemia mendeteksi senyawa yang dalam aktivitas fisiologisnya memerlukan aktivasi di dalam sel tubuh mamalia, misalnya senyawa 6-merkaptopurin Solis et al., 1993.

D. Kanker 1.