Siklus Sel Toksisitas Kromatografi Lapis Tipis KLT

F. Siklus Sel

Gambar 7. Siklus Sel Best, 2006 Siklus sel dapat dibagi menjadi empat fase yaitu fase M, fase G B 1 B , fase S, dan fase G B 2 B . Siklus sel dimulai dari fase M yang merupakan fase mitosis dimana sel akan mengalami pembelahan. Fase G B 1 B merupakan growth phase yang pertama, pada fase ini terjadi sintesis protein dan pertumbuhan sel untuk memperoleh ukuran sel yang normal sebelum membelah menjadi dua secara mitosis. Fase S merupakan fase terjadinya sintesis DNA replikasi DNA dalam persiapan pembelahan sel. Fase G B 2 B ditandai dengan perbaikan DNA yang rusak pada saat replikasi DNA, dan terjadi persiapan untuk mitosis selanjutnya. Pada akhir fase G B 1 B , terdapat fase G B B yang merupakan fase istirahat dalam siklus sel Best, 2006. Jika sebuah sel menerima sinyal untuk membelah, sel itu biasanya akan menyelesaikan siklusnya dan membelah. Tetapi jika sel itu tidak menerima sinyal untuk membelah, sel akan keluar dari siklus dan beralih ke keadaan tidak membelah yang disebut fase G B B . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

G. Toksisitas

Toksisitas merupakan kemampuan suatu zat menyebabkan kerusakan Katzung, 1989. Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik sesuatu senyawa yang terjadi dalam waktu singkat setelah pemberiannya dalam dosis tunggal. Batasan waktu singkat disini adalah rentang waktu selama 24 jam setelah pemberian senyawa. Tujuan utama uji ketoksikan akut adalah untuk menetapkan potensi ketoksikan akut yang berupa tolok ukur ketoksikan kuantitatif LD B 50 B LC B 50 B dan tolok ukur ketoksikan kualitatif gejala klinis, wujud, dan mekanisme efek toksik. Dalam metode BST, yang ditetapkan adalah tolok ukur ketoksikan kuantitatif yaitu LC B 50 B . LC B 50 B Lethal Concentration 50 merupakan konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian lima puluh persen hewan uji. Menurut Meyer et al. 1982, apabila harga LC B 50 B 1000 µgml maka senyawa tersebut dapat dikatakan bersifat toksik.

H. Kromatografi Lapis Tipis KLT

Kromatografi lapis tipis KLT merupakan metode pemisahan suatu senyawa berdasarkan kelarutannya. Lapisan yang dipakai untuk pemisahan terdiri atas bahan-bahan berbutir fase diam, ditempatkan pada penyanggah berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan yang ditotolkan sehingga membentuk bercak atau pita. Setelah itu pelat atau lapisan dimasukkan kedalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler pengembangan Stahl, 1973. KLT dapat dipakai dengan dua tujuan, yaitu yang pertama dapat dipakai sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. Sedangkan yang kedua dapat dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang sesuai dengan sifat senyawa Gritter, Bobbitt, Schwarting, 1991. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu hanya memerlukan perlengkapan yang sedikit, menggunakan waktu yang singkat untuk menyelesaikan analisis, memerlukan jumlah cuplikan yang sangat sedikit, hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak mungkin terjadi, dan penanganannya sederhana Stahl, 1973.

I. Landasan Teori

Brokoli Brassica oleracea var. Italica merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki aktivitas antikanker. Hal ini disebabkan antara lain oleh adanya alil isotiosianat dalam tanaman brokoli, alil isotiosianat bersifat sebagai antikanker karena dapat menginduksi jalur apoptosis serta dapat menghentikan pertumbuhan sel pada fase M dalam siklus hidup sel. Metode BST digunakan untuk pengujian toksisitas akut senyawa yang memiliki aktivitas sebagai antikanker menggunakan hewan uji larva artemia. Larva artemia digunakan karena memiliki kesamaan sistem enzim dengan mamalia, misalnya tipe DNA-dependent RNA polymerase, dan ouabaine sensitive Na P + P dan K P + P dependent ATPase. Selain itu larva artemia yang berumur 48 jam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memiliki sensitivitas maksimal terhadap ekstrak yang memiliki aktivitas sitotoksik. Hubungan antara isotiosianat dengan kedua sistem enzim ini yaitu isotiosianat dapat menghambat aktifitas Na P + P K P + P -ATPase. Aktivitas alil isotiosianat dalam menginduksi apoptosis dan menghentikan siklus hidup sel, menyebabkan brokoli sangat mungkin bersifat toksik terhadap larva artemia. Oleh karena itu, dalam uji BST senyawa antikanker dalam brokoli dapat teramati dengan menghitung jumlah kematian larva artemia. Selanjutnya dapat dianalisis untuk mengetahui nilai LC B 50 B .

J. Hipotesis