Pengelolaan Sampah Padat Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah terhadap Kualitas Air Tambak Ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

f. Bangkai binatang dead animal, yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan atau dibuang orang. g. Bangkai kendaraan abandoned vehicle, adalah bangkai mobil, sepeda motor, sepeda dan sebagainya. h. Sampah pembangunan construction waste, yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan kayu, besi beton dan sebagainya.

2.2. Pengelolaan Sampah Padat

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah- sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab bakteri bacteri pathogen dan juga binatang serangga sebagai pemindahpenyebar penyakit vektor. Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah ini adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut Notoatmodjo, 1997 : Universitas Sumatera Utara 1. Pengumpulan dan Pengangkutan sampah Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat pengumpulan sementara TPS sampah, dan selanjutnya ke tempat pembuangan akhir TPA. 2. Pemusnahan dan Pengolahan sampah Pemusnahan dan Pengolahan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain sebagai berikut : a. Ditanam Landfill, yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah. b. Dibakar Incenerator, yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran incenerator, c. Dijadikan pupuk Composting, yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk Kompos, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk. Menurut Azwar 1990, pengolahan sampah yaitu perlakuan terhadap sampah yang bertujuan memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan suatu pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat Universitas Sumatera Utara lain harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air ataupun tanah, tidak menimbulkan bau dan tidak menimbulkan kebakaran. Menurut Sastrawijaya, 1991, penanganan sampah adalah mencegah timbulnya pencemaran. Misalnya dengan cara penimbunan dumping dengan maksud untuk menutupi rawa, jurang, lekukan tanah di tempat terbuka dan di laut. Cara ini murah tetapi masih menimbulkan bau, kotor, penyakit dan pencemaran. Cara kedua adalah pengisian tanah kesehatan sanitary landfill dengan mengisi tanah berlegok berlekuk dan kemudian menutupinya dengan tanah, pada cara ini diperlukan tanah yang luas. Diharapkan sampah tidak akan mencemari lagi karena ditimbun dan ditutupi. Cara ketiga adalah dengan pencacahan grinding, limbah organik dimasukkan ke dalam alat penggiling sehingga menjadi kecil-kecil, dialirkan ke selokan, hanyut ke tempat pengolahan lebih lanjut. Cara keempat adalah pengkomposan composting, yakni pengolahan limbah untuk memperoleh kompos untuk menyuburkan tanah. Mikroorganisme membantu menguraikan limbah organik menjadi anorganik pada suhu dan kelembaban udara yang sesuai dengan kehidupan mikroorganisme itu bakteri, jamur. Cara kelima adalah pembakaran incenerator dengan hasil gas dan residu. Metode ke enam ialah dengan pirolisis yakni mengolah limbah dengan proses dekomposisi senyawa kimia pada suhu tinggi dengan pembakaran tidak sempurna atau suatu proses peruraian kimia isomerisasi, deoksigenisasi, dan denitrogenisasi. Sistem Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu, antara lain jenis dan Universitas Sumatera Utara porositas tanah. Tentunya harus memenuhi desain teknis tertentu sehingga sampah yang dimasukkan ke tanah tidak mencemari tanah dan air tanah. Di sejumlah negara maju, sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir TPA, sampah dipilah terlebih dahulu antara sampah organik dan anorganik, sampah yang mudah terdegradasi dan yang sulit. Dasar TPA dilapisi bahan kedap air dan diberi saluran untuk cairan hasil dari pembusukan sampah lindi Putra,Y, 2004. Sedangkan sistem open dumping merupakan sistem Tertua yang dikenal manusia dalam pembuangan sampah. Sampah hanya dibuangditimbun di suatu tempat tanpa ada perlakuan khusus, sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Pembuangan sampah secara terbuka dapat menjadi sarangtempat perkembangan vektor penyakit lalat, tikus dan kecoa, menyebarkan bau, mencemari udara, mencemari tambak di sekitarnya serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran Sastrawijaya, 1991.

2.3. Pengaruh Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan