Perlindungan terhadap Anak Analisis Hukum Positif Dan Hukum Islam Terhadap Putusan Perkara No:325/PID.B/2007/PN.JAK.SEL Tentang Tindak Pidana Pengabulan Terhadap Anak

BAB III TINDAK PIDANA PENCABULAN SEBAGAI BENTUK KEKERASAN

TERHADAP ANAK Dalam praktek, korban kekerasan paling banyak adalah anak-anak. Secara fisik dan psikis, mereka tak berdaya saat menghadapi kekerasan yang dilakukan orang dewasa. 85 Walaupun dalam hal ini, telah adanya UU Perlindungan Anak yang memuat mengenai hak-hak anak dan juga adanya peraturan perundang-undangan lainnya yang juga memberikan proteksi terhadap anak. Tetapi kekerasan terhadap anak semakin tahun semakin meningkat.

A. Perlindungan terhadap Anak

Didalam Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, perlindungan mengandung pengertian “Segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, 85 Hadi Supeno, “Sekolah Bukan Tempat Aman bagi Anak”, Kompas, 23 Januari 2008, h. 7. kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan ”. 86 Sebagaimana terdapat pada Pasal 1 angka 2 UU Perlindungan Anak, perlindungan anak mengandung pengertian “Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi .” 87 Selanjutnya, dalam Konvensi Hak-hak Anak 1959 dinyatakan bahwa karena ketidakmatangan jasmani dan mentalnya, anak memerlukan pengamanan dan pemeliharaan khusus termasuk perlindungan hukum yang layak sebelum dan sesudah kelahiran. 88 Hadirnya UU Perlindungan Anak, sebagai hukum positif yang memberi jaminan perlindungan anak, semestinya cukup membuat lega bagi orang tua dan kelompok masyarakat yang memiliki perhatian terhadap masalah anak di Indonesia. Namun realitasnya, jaminan pemenuhan hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang, dapat berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, masih sebatas idealitas. 89 86 UU RI No.232004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Jakarta: CV Eko Jaya, 2004, h. 5. 87 UU No.232002 tentang Perlindungan Anak Jakarta: Visimedia, 2007, h. 4. 88 Salimin A, Hak Asasi Anak, h. 507 89 Suryadi, “Upaya Perlindungan Anak dari Kekerasan”, artikel ini diakses pada 13 Desember 2008 dari http:www.radarbanjar.com Dengan memberikan peluang kepada anak untuk mengemukakan pendapat, dapat memberikan manfaat kepada generasi yang lebih tua. Kepolosan mereka dalam mengemukakan pandangan bisa memberikan gambaran yang mungkin tak pernah terpikirkan selama ini. Sejarah sudah sering memberikan bukti tentang kebenaran pendapat mereka, juga dalam sejarah pertumbuhan Indonesia. 90 Mengenai hak-hak anak termuat dalam Konvensi Hak Anak 91 dan UU Perlindungan Anak. Menurut Chandra Gautama hak anak yang termuat dalam Konvensi Hak Anak, yang meliputi: 1 Hak untuk kelangsungan hidup dan berkembang, mendapatkan nama, kewarganegaraan, identitas, standar hidup yang layak dan kesehatan yang paling tinggi; 2 Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam konflik bersenja, jika mengalami konflik hukum, eksploitasi sebagai pekerja anak, eksploitasi dalam penyalahgunaan obat-obatan; 3 Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika mengalami eksploitasi seksual dan penyalahgunaan seksual; 4 Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dari penculikan, penjualan, dan perdagangan anak-anak dan jika mengalami eksploitasi sebagai anggota kelompok minoritas atau masyarakat adat; 90 Sri Widoyati Wiratmo Soekito, Anak dan Wanita dalam Hukum, Jakarta: LP3ES, 1986, h. xi. 91 Yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 November 1989. 5 Hak untuk hidup dengan orang tua dan tetap berhubungan dengan orang tua bila dipisahkan dari salah satu orang tua; 6 Hak untuk mendapatkan pelatihan keterampilan, berekreasi, bermain, dan berpartisipasi dalam kegiatan seni dan kebudayaan; 7 Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam situasi yang genting dan perlindungan khusus sebagai pengungsi; 8 Hak untuk bebas beragama, berserikat dan berkumpul secara damai; 9 Hak untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber, mendapatkan perlindungan pribadi, perlindungan dari siksaan, perlakuan yang kejam, hukuman, perlakuan yang tidak manusiawi, penangkapan sewenang-wenang, perampasan kebebasan; dan 10 Hak untuk mendapatkan pendidikan dasar secara cuma-cuma. 92 Meskipun Konvensi Hak Anak telah diratifikasi, kondisi anak-anak di Indonesia masih memprihatinkan, seperti anak-anak di pedesaan, anak jalanan dan daerah kumuh perkotaan, anak perempuan, pekerja anak anak yang bekerja dini, pelacuran anak, anak cacat, anak-anak eksodus pengungsi dalam negeriIDPs, anak-anak dalam penjara dan anak-anak korban kekerasan dalam rumah tangga. 93 Selanjutnya hak-hak anak juga diatur didalam UU Perlindungan Anak yakni dari Pasal 4-18. Hak-hak anak tersebut, yaitu: 92 Chandra Gautama, Konvensi Hak Anak: Panduan Bagi Jurnalis, Jakarta: Lembaga Studi Pers dan Pembangunan, 2000, h. 69-70. 93 Salimin A, Hak Asasi Anak, h. 517. a. Hak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi; b. Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan; c. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua; d. Hak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh orang tua sendiri; e. Hak untuk diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain jika orang tuanya tidak menjamin tumbuh kembang anak atau anak terlantar; f. Hak atas pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial; g. Hak atas pendidikan dan pengajaran untuk mengembangkan pribadinya, dan tingkat kecerdasannya sesuai minat dan bakatnya; h. Bagi anak penyandang cacat, berhak memperoleh pendidikan luar biasa dan bagi anak yang memiliki keunggulan berhak mendapat pendidikan khusus; i. Hak untuk menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesaui tingkat kecerdasan dan usianya; j. Hak untuk beristirahat, dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya; k. Hak untuk memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial bagi anak penyandang cacat; l. Selama diasuh orang tua, wali, atau pihak lain yang bertanggung jawab, anak berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi ekonomi maupun seksual penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiayan, ketidakadilan dan perlakuan salah lainnya; m. Hak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir; n. Hak untuk memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik, pelibatan dalam sengketa bersenjata, kerusuhan sosial, peristiwa yang mengandung unsur kekerasan, dan peperangan; o. Hak untuk memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi; p. Hak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum; q. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk: 1 mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa, 2 memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku, 3 membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang obyektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum; r. Hak untuk dirahasiakan bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum; dan s. Hak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya bagi anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana. 94 Mencermati keberadaan anak-anak di Indonesia saat ini, sudah waktunya diperlukan suatu upaya sistematis untuk melindungi dan memenuhi hak-hak anak sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berusia 18 tahun. Negara pemerintah dan masyarakat domestik maupun masyarakat internasional, terutama Komnas Anak serta Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang terkait, berkewajiban dan bertanggungjawab dan menjamin hak asasi anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak dan kondisi fisik atau mentalnya. Beranjak dari konsepsi perlindungan dan pemenuhan hak anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif, dibutuhkan partisipasi orang dewasa dari berbagai profesi untuk memberikan perlindungan kepada anak berdasakan asas- asas non diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak hidup, kelang- sungan hidup dan perkembangan serta penghargaan terhadap pendapat anak. 95

B. Kekerasan terhadap Anak