2 Delik Alpa Culpa, yakni tindak pidana yang tidak sengaja, karena kealpaannya mengakibatkan matinya seseorang. Contoh: Pasal 359
KUHP.
28
g. Cara Penuntutan 1 Delik Aduan, yakni suatu tindak pidana yang memerlukan pengaduan
orang lain. Jadi sebelum ada pengaduan belum merupakan delik. Contoh: penghinaan.
2 Delik Biasa bukan delik aduan, yakni semua tindak pidana yang penuntutannya tidak perlu menunggu adanya pengaduan dari korban
yang dirugikan atau dari keluarganya. Contoh: pembunuhan dan penganiyaan.
29
2. Hukum Islam
Dalam hukum Islam ada dua istilah yang kerap digunakan untuk tindak pidana ini yaitu jinâyah dan jarîmah. Dapat dikatakan bahwa kata ‘jinâyah’
yang digunakan para fuqaha adalah sama dengan istilah ‘jarîmah’.
30
Pada dasarnya, pengertian dari istilah jinâyah mengacu kepada hasil perbuatan
seseorang. Biasanya, pengertian tersebut terbatas pada perbuatan yang dilarang. Di kalangan fuqaha’, perkataan jinayah berarti perbuatan-perbuatan
yang terlarang menurut syara’. Meskipun demikian para fuqaha menggunakan
28
J.B. Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta: PT Prenhallindo, 2001, h. 94.
29
Ibid.
30
Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, h.132.
istilah tersebut hanya untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa, seperti pemukulan, pembunuhan, dan sebagainya. Selain itu
terdapat fuqaha yang membatasi istilah jinayah kepada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hud d dan qishash tidak termasuk perbuatan-
perbuatan yang diancam dengan hukuman ta’zîr. Istilah lain yang sepadan dengan istilah jinayah adalah jarîmah, yaitu larangan-larangan syara’ yang
diancam Allah dengan hukuman had atau ta’zir.
31
Jarimah didefinisikan oleh Imam al-Mawardi sebagai segala larangan syara’ melakukan hal-hal yang dilarang dan atau meninggalkan hal-hal yang
diwajibkan yang diancam dengan hukuman had atau ta’zir.
32
Ada pula golo- ngan fuqaha yang membatasi pemakaian kata-kata jarimah kepada jarimah
hudud dan qishash saja. Dengan mengeyampingkan perbedaan pemakaian kata-kata jinayah di kalangan fuqaha sama dengan kata-kata jarimah.
33
Jarimah memiliki dua unsur yaitu: a. Unsur Umum
Yakni unsur-unsur yang terdapat pada setiap jenis jarimah.
34
Yang termasuk dalam unsur umum ini yaitu:
31
A. Djazuli, Fiqh Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2000, h.1.
32
Ibid., h.11.
33
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, h.1.
34
Djazuli, Fiqh Jinayah, h. 12.
1 Al-Rukn al-Syar’iy Unsur Hukum, yakni adanya nash yang melarang perbuatan-perbuatan tertentu yang disertai ancaman hukuman atas
perbuatan-perbuatan di atas. Unsur ini dikenal dengan istilah “unsur formal”.
2 Al-Rukn al-Mâdi Unsur Materiil, yakni adanya unsur perbuatan yang membentuk jinayah, baik berupa melakukan perbuatan yang dilarang
atau meninggalkan perbuatan yang diharuskan. 3 Al-Rukn al-Adabiy Unsur Budaya, yakni adanya pelaku kejahatan
orang yang dapat menerima taklif, artinya pelaku kejahatan tadi adalah mukallaf, sehingga mereka dapat dituntut atas kejahatan yang
mereka lakukan.
35
b. Unsur Khusus Yakni unsur yang terdapat pada suatu jarimah namun tidak terdapat
pada jarimah lainnya. Contoh : mengambil harta orang lain secara diam- diam dari tempatnya dalam jarimah pencurian, atau menghilangkan nyawa
manusia oleh manusia lainnya dalam jarimah pembunuhan.
36
Jarimah dapat berbeda penggolongannya, menurut perbedaan cara meninjauanya yakni dilihat dari :
a. Segi berat ringannya hukuman
35
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, h.1-3
36
Ibid., h. 12.
1 Jarimah hud d, ialah jarimah yang diancamkan hukuman hudud, yaitu hukuman yang telah ditentukan
37
jenis dan jumlahnya serta menjadi hak Allah SWT.
38
Yang termasuk jarimah hudud yaitu: zina, qadzaf menuduh orang lain berbuat zina, meminum minuman keras,
mencuri, merampok, murtad, dan memberontak. 2 Jarimah qishas dan diyat, ialah perbuatan yang diancam hukuman
qishas atau hukuman diyat. Keduanya merupakan hak individu
39
yang kadar jumlahnya telah ditentukan, yakni tidak memiliki batasan
minimal ataupun maksimal. Yang termasuk jarimah qishas dan diyat yakni: pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja, pembunuhan
karena ketidaksengajaan, penganiyaan sengaja, dan penganiyaan tidak sengaja.
3 Jarimah ta’zîr, ialah jarimah yang diancamkan dengan satu atau beberapa hukuman ta’zir.
40
Jenis jarimah ta’zir tidak ditentukan banyaknya, sedang pada jarimah hudud dan qishash serta diyat sudah
ditentukan. Yang termasuk jarimah ta’zir yakni: riba, suap, pencabulan, illegal logging, human trafficking dan sebagainya.
37
Maksud hukuman yang telah ditentukan adalah bahwa hukuman had tidak memiliki batasan minimal terendah ataupun batasan maksimal tertinggi. Lihat Abdul Qâdir Audah, al-Tasyrî’ al-
Jinâî al-Islâmî: Muqâranan bi al-Qân n al-Wâdi’î, Beirut: Muassasah al-Risâlah, 1992, juz I, h. 79.
38
Maksud hak Allah ialah bahwa hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan oleh perseorangan individu atau masyarakat. Ibid.
39
Maksud hak individu adalah sang korban boleh membatalkan hukuman tersebut dengan memaafkan si pelaku jika ia menghendakinya. Ibid., h.100.
40
Ibid., h.100.
b. Niat si pembuatpelaku jarimah 1 Jarimah sengaja, si pembuatpelaku dengan sengaja melakukan
perbuatannya, sedang ia tahu bahwa perbuatannya itu dilarang salah. 2 Jarimah tidak sengaja, si pembuatpelaku tidak sengaja melakukan
perbuatan yang dilarang, akan tetapi perbuatan tersebut sebagai akibat kekeliruannya. Kekeliruan ada dua macam, yakni:
a Pembuat pelaku dengan sengaja melakukan perbuatan jarimah tetapi jarimah ini sama sekali tidak diniatkannya.
b Pembuat pelaku tidak sengaja berbuat dan jarimah yang terjadi tidak diniatkannya sama sekali.
41
c. Segi mengerjakannya 1 Jarimah ijâbiyyahpositif terjadi karena mengerjakan sesuatu per-
buatan yang dilarang. Seperti mencuri, zina, pembunuhan, memukul dan sebagainya. Jarimah ijabiyyah ini disebut juga delicta-
commisionis. 2 Jarimah salabiyyahnegatif terjadi karena tidak mengerjakan sesuatu
perbuatan yang diperintahkan. Seperti mengeluarkan zakat. disebut juga delicta ommisionis.
41
Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, h.11 dan 12.
3 Jarimah commisionis per ommisionem commisa, contohnya yakni petugas LP sengaja tidak memberikan makan kepada narapidana yang
selanjutnya menyebabkan kematian pada narapidana tersebut.
42
d. Segi waktu terungkapnya jarimah 1 Jarimah yang tertangkap basah, yaitu jarimah yang terungkap pada
saat jarimah itu dilakukan atau beberapa saat setelah jarimah tersebut dilakukan.
2 Jarimah yang tidak tertangkap basah, yaitu jarimah yang tidak tertangkap pada saat jarimah tersebut dilakukan atau terungkapnya
pelaku jarimah itu dalam waktu yang lama.
43
e. Segi cara melakukan jarimah 1 Jarimah tunggal al-Jarîmah al-Basîtah, yakni jarimah yang
dilakukan dengan satu perbuatan, seperti pencurian, meminum minuman keras, baik tindak pidana ini terjadi seketika tindak pidana
temporal atau jarîmah muaqqatah maupun yang dilakukan secara terus-menerus jarîmah mustamirah. Jarimah hudud, qishas dan diyat
termasuk ke dalam kategori jarimah tunggal. 2 Jarimah berangkai, yakni jarimah yang dilakukan berulang-ulang
berangkai. Jarimah itu sendiri tidak termasuk dalam kategori jarimah, tetapi berulang-ulangnya jarimah tersebut yang menjadikan-
42
Ibid., h.12-14.
43
Abdul Qâdir Audah, al-Tasyrî’ al-Jinâî al-Islâmî, h. 84.
nya sebagai suatu jarimah. Bentuk jarimah ini banyak terdapat dalam jarimah ta’zir, dimana petunjuknya diperoleh dari nas yang meng-
haramkan perbuatan tersebut.
44
f. Orang yang menjadi korban yang terkena jarimah 1 Jarimah masyarakathaq Allahhak jamaah, ialah suatu jarimah di
mana hukuman terhadapnya dijatuhkan untuk menjaga kepentingan masyarakat, baik jarimah tersebut mengenai perseorangan atau
mengenai ketentuan masyarakat dan keamanannya. 2 Jarimah perseoranganhaq al-afrâd, ialah suatu jarimah di mana
hukuman terhadapnya dijatuhkan untuk melindungi kepentingan perseorangan, meskipun sebenarnya apa yang menyinggung perse-
orangan juga berarti menyinggung masyarakat.
45
B. Tindak Pidana Kesusilaan