Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hipotesis Kerangka Berfikir

commit to user 4

B. Perumusan Masalah

1. Apakah imbangan pupuk anorganik dan pupuk kandang sapi yang diperkaya dengan seresah gamal Gliricidia maculata berpengaruh terhadap ketersediaan dan serapan fosfat? 2. Komposisi imbangan yang seperti apa yang memberikan ketersediaan dan serapan fosfat serta hasil padi Sintanur yang tertinggi? 3. Variabel apa yang paling menentukan terhadap ketersediaan dan serapan fosfat serta hasil padi Sintanur?

C. Tujuan Penelitian

1. Mempelajari imbangan pupuk anorganik dan pupuk kandang sapi yang diperkaya dengan seresah gamal Gliricidia maculata terhadap ketersediaan dan serapan fosfat 2. Mempelajari komposisi imbangan pupuk anorganik dan pupuk kandang sapi yang diperkaya dengan seresah gamal Gliricidia maculata yang memberikan ketersediaan dan serapan fosfat serta hasil padi Sintanur yang tertinggi 3. Mempelajari variabel yang paling menentukan terhadap ketersediaan dan serapan fosfat serta hasil padi Sintanur

D. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk perbaikan budidaya padi Sintanur secara semi organik

E. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H : Perlakuan berbagai imbangan pupuk anorganik dan pupuk kandang sapi yang diperkaya dengan seresah gamal Gliricidia maculata tidak mampu meningkatkan ketersediaan dan serapan fosfat serta tidak memperbaiki produksi padi Sintanur. commit to user 5 H 1 : Perlakuan berbagai imbangan pupuk anorganik dan pupuk kandang sapi yang diperkaya dengan seresah gamal Gliricidia maculata mampu meningkatkan ketersediaan dan serapan fosfat serta dapat memperbaiki produksi padi Sintanur. commit to user 6 II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Padi

Tanaman padi Oriza sativa L termasuk golongan tumbuhan gramineae, yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas, yang merupakan bubung kosong. Pada kedua ujung bubung kosong ditutup oleh buku. Panjangnya ruas tidak sama, ruas yang pertama, kedua dan ketiga lebih panjang dari pada ruas sebelumnya. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai buku bagian atas. Tepat pada buku bagian atas ujung dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dengan cabang yang terpendek menjadi ligulae lidah, daun bagian yang terpanjang dan terbesar menjadi kelopak. Dimana daun pelepah itu menjadi ligulae dan daun kelopak terdapat dua embel sebelah kanan dan kiri yang disebut sebagai auricle. Daun kelopak yang membalut ruas yang paling atas dari batang disebut sebagai daun bendera flag-leaf, tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligulae dan daun bendera, disitulah timbul ruas yang menjadi bulir padi. Bulir sendiri terdiri dari ruas-ruas yang pendek. Pada tiap ruas sebelah kanan dan kirinya timbul cabang-cabangnya bulir dan pada ujung tiap-tiap cabangnya terdapat bunga padi Soemartono et al., 1979. Tanaman padi merupakan tanaman semusim dan pada umumnya hanya satu kali berproduksi. Tanaman ini termasuk famili Gramineae dengan jumlah spesies ± 25 spesies, salah satunya adalah spesies Oryza sativa L. Berdasarkan tempat hidupnya , tanaman padi menghendaki lahan sawah basah. Penanaman padi di lahan kering biasanya dilakukan petani pada areal-areal tadah hujan dimana tidak terdapat air irigasi sehingga waktu penanamannya menyesuaikan dengan turunnya hujan awal musim hujan. Sedangkan padi sawah tidak tergantung musim, karena pada umumnya air akan tersedia sepanjang musim melalui saluran irigasi Raharja, 2010. 6 commit to user 7 Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0-1500 m dpl Anonim, 2004. Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo 1994 secara lengkap adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Poales Famili : Gramineae Genus : Oryza Spesies : Oryza sativa L.

2. Padi Varietas Sintanur

Sintanur berumur lebih genjah 120 hari dibandingkan dengan varietas lokal aromatik lainnya yang umumnya berumur lebih dari 120 hari. Bentuk gabahnya sedang dengan warna kuning bersih. Mempunyai kadar amilose 18 sehingga memberikan cita rasa pulen, enak dengan disertai aroma wangi pada nasi dan pertanaman. Potensi hasil tinggi yaitu 6-7 tonha. Dari hasil penanaman yang pernah dilakukan di Grobogan pada tahun 2000, berdasarkan data ubinan 10 x 10 m. Sintanur memberikan hasil rata-rata Gabah Kering Gilingan GKG = 7,78 tonha. Sedangkan IR 64 sebagai varietas pembanding memberikan hasil rata-rata GKG = 7,06 tonha. Selain itu sintanur tahan terhadap bakteri hawar daun dan wereng coklat serta dapat ditanam di lokasi dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl BALIPTA, 2001. Deskripsi padi sawah aromatik varietas sintanur adalah sebagai berikut: commit to user 8 SINTANUR Nomor seleksi : B9645E-MR-89-1 Asal persilangan : Lusi dan Pandan Wangi Golongan : Cere Umur tanaman : 115 - 125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 115 - 125 cm Anakan produktif : 16 – 20 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Muka daun : Kasar Warna daun : Hijau Posisi daun : Tegak sampai miring Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Sedang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Agak tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 18 Indeks glikemik : 91 Bobot 1000 butir : 27 g Rata-rata hasil : 6,0 tha Potensi hasil : 7,0 tha Ketahanan terhadap Hama Penyakit : · Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1 dan 2 · Rentan terhadap wereng coklat biotipe 3 commit to user 9 · Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III, rentan terhadap strain IV dan VIII Sifat khusus : Wangi mulai dipertahankan Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 550 m dpl. Pemulia : Adijono P., Soewito T., Suwarno, B. Kustianto, Allidawati B.S., Shagir Sama Teknisi : Sularjo, Supartopo, Pantja HS, Indarjo, M.A. Barata dan Koesnang Dilepas tahun : 2001

3. Tanah Alfisol yang Disawahkan

Tanah di Desa Pereng, Kecamatan Mojogedang adalah tanah Alfisol. Menurut Darmawijaya, 1990, Alfisol meliputi tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian unsur basa, bahan organik dan silika dengan meninggalkan sesquioksida sebagai sisa berwarna merah. Ciri morfologi yang umum adalah tekstur lempung sampai geluh, struktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur. Warna tanah sekitar merah tergantung susunan mineralogi, bahan induk, drainase, umur tanah, dan keadaan iklim. Pada tanah sawah Alfisol jarang terbentuk profil tanah sawah tipikal. Tebal lapisan olah berkisar antara 20-40 cm sehingga tidak terbentuk lapisan tapak bajak yang padat. Karatan besi dan mangan ditemukan hingga kedalaman sekitar 100 cm. Pada tanah yang berkembang dari batu kapur atau napal hampir tidak ditemukan karatan besi, tetapi banyak ditemukan konkresi kapur. Oleh karena kekurangan air, maka tanah banyak yang diberakan, tetapi di daerah yang cukup air irigasi, produksi padi yang dapat dicapai berkisar antara 3-4 tonha Hardjowigeno et al., 2005. commit to user 10 Sawah adalah tanah yang dibatasi oleh pematang yang digunakan untuk penanaman padi dan diairi dengan pengairan teknis atau tadah hujan. Sebenarnya sawah tidak hanya digunakan untuk penanaman padi, karena pada musim – musim tertentu sawah juga ditanami dengan tanaman palawija, terutama pada sawah yang sistem irigasidrainasenya dapat diatur dengan baik. Lahan sawah digunakan sebagai penghasil beras, dan diperkirakan kurang lebih 40 penduduk dunia menggunakan beras sebagai sumber energi Situmorang et al., 2001. Menurut Hardjowigeno et al., 2005 proses pembentukan tanah sawah meliputi berbagai proses yaitu 1 proses yang dipengaruhi oleh kondisi reduksi-oksidasiredoks yang bergantian; 2 penambahan dan pemindahan bahan kimia atau partikel tanah; 3 perubahan sifat fisik kimia dan mikrobiologi tanah akibat irigasi pada tanah kering yang disawahkan. Secara lebih rinci proses tersebut meliputi a gleisasi dan eluviasi,b pembentukan keratin besi dan mangan, c pembentukan warna kelabu grayzation, d pembentukan lapisan tapak bajak,e pembentukan selaput cutan, f penyebaran kembali basa-basa dan g akumulasi atau dekomposisi dan perubahan bahan organik berdasarkan proses pembentukan tanah tersebut, maka terbentuklah profil tanah sawah dengan sifat morfologi tanah yang berbeda-beda. Hal itu tergantung pada sifat tanah asalnya. Profil tanah sawah tipikal khas atau equorizem yang terbentuk pada tanah kering terbentuk pada tanah kering dengan air tanah dalam yang disawahkan. Beberapa horizon yang terbentuk pada tanah sawah dan proses- proses pembentukanya menurut Hardjowigeno et al., 2005, diuraikan dibawah ini: 1. Lapisan olah Apg tanah sawah adalah lapisan tanah teratas yang diolah dalam keadaan basah dan terus-menerus digenangi selama disawahkan, tetapi kering pada waktu tidak disawahkan. Bila tergenang air, lapisan olah dapat dibagi sebagai berikut. 1 Apg1. commit to user 11 Lapisan tipis yang teroksidasi 1-2mm di permukaan tanah langsung dibawah air genangan. Tebal lapisan ini beragam dari 0,5mm – 20 mm, tergantung jumlah O 2 yang larut dalam air tergenang dan 2. Apg2. Lapisan tereduksi di bawah lapisan oksidasi. 2. Lapisan tapak bajak Adg bukan merupakan horizon genetik tersendiri. Mungkin sebagian dari horizon A dan sebagian dari horizon B atau salah satu dari keduanya, tapi umumnya lebih mirip horizon A. Horizon ini memiliki sifat agak padat sehingga bobot isi tinggi, pori mikro lebih banyak dibandingkan pori makro, warna abu-abu seperti horizon Apg, tebal 5-10 cm dan terbentuk pada kedalaman 10-40 cm. 3. Horizon illuviasi Fe Bir diatas horizon illuviasi Mn Bmn yang sebagian besar teroksidasi. Horizon ini dapat terbentuk pada tanah berdrainase baik yang disawahkan dengan kedalaman air tanah lebih dari 1m. Horizon ini ditemukan di bawah lapisan tapak bajak dan merupakan horizon illuviasi Fe Bir dan Mn Bmn. Kedua unsur tersebut tercuci eluviasi dari lapisan olah Ap dalam keadaan reduksi Fe 2+ dan Mn 2+ kemudian diendapkan iluviasi di horizon B yang berada dalam keadaan oksidasi. 4. Horizon Tanah Asal Bw, Bt, pada tanah-tanah dengan air tanah dalam yang disawahkan, horizon-horizon tanah di bawah horizon iluviasi Fe-Mn umumnya tidak terpengaruh oleh resapan air genangan akibat disawahkan. Oleh karena itu tidak terlihat adanya perubahan sifat tanah akibat penanaman padi sawah dengan cara digenangi. 5. Horizon penimbunan Mn Bmn diatas penimbunan Fe Bir. Pada tanah sawah dengan air tanah yang relatif dangkal terbentuk horizon iluviasi Fe dan Mn diatas garis permukaan air tanah akibat naik turunya air tanah sesuai dengan musim. Pada waktu permukaan air tanah naik ke lapisan yang lebih oksidatif diatasnya, Fe 2+ dan Mn 2+ juga ikut terbawa. Namun Fe lebih sukar larut daripada Mn, maka Fe akan mengendap lebih dahulu. Hal ini mengakibatkan terbentuknya horizon Bir dibawah horizon Bmn. commit to user 12 6. Horizon tereduksi permanen Cg, Bwg. Horizon ini terdapat pada tanah sawah dengan air tanah dangkal. Horizon ini terus-menerus tergenang oleh air sehingga hampir seluruh tanah dalam keadaan reduksi. Profil Tanah Sawah Menurut Hardjowigeno et al., 2005 dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini. Gambar 2.1 Profil Tanah Sawah Perubahan sifat kimia dan elektrokimia yang penting pada tanah sawah menurut Situmorang et al., 2001 adalah: 1 Kehilangan oksigen, 2 reduksi atau penurunan potensial redoks Eh, 3 peningkatan pH tanah masam dan penurunan pH tanah alkalin, 4peningkatan daya hantar listrik DHL, 5 reduksi dari FeIII ke Fe II Eh = -0,185V dan Mn IV ke MnII Eh = 0,401V, 6 reduksi dari NO 3 - ke N 2 Eh = -0,741V, 7 reduksi SO 4 2- ke H 2 S Eh = -0,214 V, 8 peningkatan sumber dan ketersediaan N, 9 peningkatan ketersediaan P, Si, dan Mo, 10 pengaruh konsentrasi Zn dan Cu larut dalam air, dan 11 pembentukan CO 2 , CH 4 , dan hasil-hasil dekomposisi bahan organik, seperti asam organik dan H 2 S. commit to user 13

4. Unsur Hara P

Fosfat P di dalam tanah dikelompokkan menjadi dua, yaitu fosfat organik dan fosfat anorganik. Siklus P di dalam tanah merupakan sistem yang dinamis yang meliputi proses serapan P oleh tanaman, pengembalian melalui residu tanaman dan hewan, pengembalian melalui mineralisasi- immobilisasi, reaksi pengikatan pada permukaan liat dan oksida Al dan Fe serta pelarutan mineral P oleh aktivitas mikrobia. Barber 1995 menerangkan bahwa dilihat dari hubungannya dengan serapan P oleh tanaman, maka unsur P dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu P-labil dan P- tidak labil. Bentuk P-labil terdiri dari kelompok P organik dan P anorganik, demikian juga dengan bentuk P tidak labil. Pada saat ion fosfat diserap tanaman, kesetimbangan P terganggu, P labil bergerak menuju larutan tanah menjadi bentuk P tersedia. Proses penggenangan pada tanah sawah dapat menyebabkan terjadinya reduksi Fe 3+ menjadi Fe 2+ yang diikuti oleh pelepasan anion fosfat, mineralisasi fosfat organik, pelepasan anion fosfat oleh asam-asam organik dan pelepasan fosfat oleh H 2 S Hardjowigeno et al., 2005. Bila ketersediaan P di dalam tanah sangat rendah maka serapan P oleh akar tanaman juga sangat rendah, dan hal tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta produksinya karena unsur P merupakan salah satu unsur hara makro primer yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Keberadaan P organik tanah berhubungan langsung dan tidak langsung dengan kandungan bahan organik tanah. Hubungan langsung yaitu pada proses dekomposisi bahan organik yang menguraikan senyawa P-organik menjadi bentuk P tersedia bagi tanaman. Kandungan bahan organik yang tinggi menyebabkan kandungan P organik juga tinggi Havlin et al., 1999, sering melebihi total fraksi P-anorganik. Hubungan tidak langsung dapat dijelaskan melalui peran bahan organik dalam mempengaruhi struktur tanah, dan aerasi tanah yang menjamin kelangsungan proses-proses dekomposisi. Proses dekomposisi tersebut akan menghasilkan senyawa-senyawa organik commit to user 14 yang akan membantu meningkatkan kelarutan mineral-mineral tanah yang mengandung P. Bentuk fosfat dominan yang tersedia bagi tanaman adalah H 2 PO 4 - Keberadaan air penting untuk penyerapan fosfor dalam tanah. Di dalam larutan tanah, ion merupakan fungsi pH. Bila pH turun sampai di bawah 5,5 besi dan aluminium yang terlarut meningkat sekali. Hal ini menyebabkan peningkatan fosfor sebagai besi fosfat dan aluminium fosfat. Persediaan fosfor yang terbaik adalah pada kisaran 6 dan 7. Kadar fosfor yang sangat rendah dalam lautan tanah pada suatu saat berarti bahwa pencucian memindahakan sedikit fosfor dari dalam tanah. Pengaruh fosfor yang terlalu sedikit atau terlalu banyak pada pertumbuhan tanaman kurang menyolok dibandingkan dengan pengaruh nitrogen dengan kalium. Tampaknya fosfor lebih mempercepat kedewasaan daripada sebagian besar hara lainnya, karena stimulasi yang berlebihan mendorong kedewasaa yang lebih awal Lal, 2002 cit. Rahmat et al., 2007. Fospor merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Jumlah P total dalam tanah cukup banyak, namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya 0,01 – 0,2 mgkg tanah Handayanto dan Hairiyah, 2007. Gejala kekurangan unsur P akan menyebabkan,warna hijau daun lebih gelap dari yang normal. Selain itu, daun di bagian bawah sering berwarna keunguan, terutama diantara tulang-tulang daun. Parahnya, di tahap kritis daun akan terlihat rapuh dan mudah layu, seperti tak mempunyai kekuatan untuk berdiri dan akhirnya menghambat pertumbuhan daun baru tanaman Anonim, 2009.

5. Kebutuhan Hara P Tanaman Padi

Banyak sedikitnya kebutuhan hara tanaman dapat diukur dari total akumulasi hara dalam biomas. Pada tanaman padi yang mempunyai indeks commit to user 15 panen 0,5 50 gabah dan 50 jerami pada fase panen, total akumulasi hara dalam biomas berkaitan erat dengan hasil yang dicapai. Pada kondisi pertumbuhan optimal, hara yang terakumulasi dalam biomas bagian atas tanaman padi adalah sekitar 15 kg N; 2,6 kg P dan 15 kg K untuk setiap ton gabah. Kondisi ini hanya dapat diperoleh tanaman jika di luar pupuk yang ditambahkan tidak ada kebutuhan hara lain yang menjadi kendala pertumbuhan. Dengan estimasi tersebut, pada tanaman padi yang hasilnya mencapai 6 tonha maka dalam biomasnya akan terakumulasi sekitar 90 kg N; 16 kg P dan 90 kg Kha Sarian et al., 2002. Secara umum tanaman padi hanya mampu menyerap 20 sampai 30 dari seluruh pupuk P yang diberikan. Sebagian besar pupuk yang diberikan ke dalam tanah menjadi tidak tersedia bagi tanaman karena terjadi fiksasi oleh partikel tanah. Melalui pengelolaan tanaman dan hara yang baik maka efisiensi penyerapan pupuk dapat ditingkatkan hingga 30 untuk hara P. Nilai efisiensi serapan hara tersebut dapat digunakan untuk menghitung takaran pupuk P. Dalam kaitannya dengan upaya menjaga kestabilan produktivitas lahan sawah, pemupukan P dapat menggantikan P yang terangkut panen atau hilang dari tanah terutama pada saat ketersedian hara tersebut mendekati titik kritis atau bahkan defisiensi Rochayati Adiningsih, 2002. Menurut Dierolf et al., 2001, ketersediaan P untuk mencapai hasil minimum sebesar 4 tonha adalah 20 kgha, sedangkan untuk mencapai hasil maksimum sebesar 8 tonha adalah 80 kgha. Serapan P untuk mencapai hasil minimum sebesar 4 tonha adalah 13 kgha, sedangkan untuk mencapai hasil maksimum sebesar 8 tonha adalah 26 kgha.

6. Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik atau pupuk buatan merupakan pupuk hasil industri atau hasil pabrik yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dengan kadar yang tinggi, praktis dalam pemakaian. Kelebihan pemakaian pupuk ini antara lain dapat disesuaikan dengan perhitungan hasil commit to user 16 penyelidikan akan defisiensi unsur hara yang tersedia dalam tanah, meringankan ongkos angkut, mudah didapat, dapat disimpan lama, dan konsentrasi yang tinggi menyebabkan pupuk ini cepat tersedia bagi tanaman. Pupuk ini biasanya mengandung sedikit unsur hara mikro atau bahkan tidak ada Sutedjo, 1999. Pupuk urea CONH 2 2 mengandung 46 nitrogen N. Karena kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini menjadi sangat higroskopis, dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa pada kelembaban relatif 73 sudah mulai menarik air dan udara. Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi sangat cepat, juga mudah menguap dalam bentuk ammonia Novizan, 2003. Pupuk Super Phospate SP36 merupakan pupuk yang mengandung fosfat, bersifat netral sehingga tidak mempengaruhi kemasaman tanah dan terdapat dalam bentuk yang tidak mudah dilarutkan dalam air sehingga dapat disimpan cukup lama dalam kondisi penyimpanan yang baik, tidak bersifat membakar, bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Pupuk SP-36 berbentuk butiran dan berwarna abu-abu dengan kandungan fosfat P 2 O 5 sebesar 36 dan sulfur S 5. , Anonim, 2002. Pemberian pupuk SP36 umumnya diberikan bersamaan tanam, sedangkan Urea diberikan dua kali yaitu ½ dosis saat tanam satu minggu setelah tanam ½ dosis 35 hari setelah tanam saat tanaman aktif Rauf et al., 2000. Pupuk Kalium Cloride KCl memiliki kadar hara K tinggi berkisar antara 60-62 K 2 O. Namun yang diperdagangkan hanya memiliki kadar K 2 O sekitar 50. Pupuk ini berupa butiran-butiran kecil atau berupa tepung dengan warna putih sampai kemerah-merahan, dan lebih banyak digunakan karena harganya relatif murah Rosmarkam dan Yuwono, 2002. Untuk menjamin efektifnya penyerapan unsur hara dari pupuk KCl, maka pemberiannya disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tanaman padi yaitu 13 dosis 1 minggu setelah tanam, 13 dosis 35 hari setelah commit to user 17 tanam saat anakan aktif dan 13 dosis 55 hari setelah tanam saat primordia Rauf et al., 2000.

7. Pupuk Kandang Sapi

Pupuk kandang mempunyai beberapa sifat yang lebih baik dari pupuk alami lainnya maupun pupuk buatan, yaitu sebagai sumber hara makro dan mikro, dapat meningkatkan daya menahan air serta banyak mengandung mikroorganisme. Penguraian bahan organik oleh mikroorganisme di dalam tanah akan membentuk produk yang mempunyai sifat sebagai perekat yang mengikat butiran pasir menjadi butiran yang lebih besar, sehingga tanah pasir lebih baik. Selanjutnya dikatakan bahwa pada tanah berat, penguraian tersebut akan mengurangi ikatan bagian dari tanah menjadi kurang kuat dan memudahkan pada saat pengolahan serta sesuai bagi pertumbuhan tanaman Rinsema, 1986. Lebih lanjut dikemukakan bahwa penguraian tersebut dapat meningkatkan kadar humus, sehingga sifat fisik tanah akan lebih baik dengan oksigen tanah yang cukup Mulyani dan Kartasapoetra, 1990. Pupuk kandang yang diberikan secara teratur kedalam tanah dapat meningkatkan daya menahan air, sehingga terbentuk air tanah yang bermanfaat, karena akan memudahkan akar tanaman menyerap unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Perbandingan unsur-unsur yang terkadung dalam pupuk kandang dari berbagai jenis hewan bergantung dari perbandingan makanan dan jenis yang diberikan. Rumput kering atau jerami mengandung hanya sedikit Nitrogen dan Phosfat namun banyak mengandung Kalium. Secara umum Tisdale dan Nelson 1975 mengemukakan bahwa pupuk kandang padat yang berasal dari kotoran ternak ayam biasanya terdiri dari 1 N; 0,80 P 2 O 5 dan 0,40 K 2 O, untuk kotoran ternak sapi mengandung 0,40 N; 0,20 P 2 O 5 dan 0,10 K 2 O, dan kotoran ternak kambing terdiri dari 0,75 N; 0,50 P 2 O 5 dan 0,45 K 2 O. commit to user 18 Pupuk kandang yang diberikan ke lahan-lahan pertanian akan memberikan keuntungan antara lain: memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara bagi tanaman, memberikan humus ke dalam tanah, meningkatkan aktifitas jasad renik, meningkatkan kapasitas menahan air water holding capacity, mengurangi erosi dan pencucian nitrogen terlarut, meningkatkan kapasitas tukar kation dalam tanah sehingga kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi, akibatnya apabila dipupuk dengan dosis tinggi hara tanaman tidak mudah tercuci, meningkatkan daya sangga buffering capasity terhadap goncangan perubahan drastis sifat tanah. Suriadikarta 2006 menambahkan bahwa pupuk organik akan membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn, pada tanah andisols dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Sarief, 1986.

8. Gamal Gliricidia maculata

Gamal Gliricidia maculata adalah nama sejenis perdu dari kerabat polong - polongan suku Fabaceae alias Leguminosae. Sering digunakan sebagai pagar hidup atau peneduh, perdu atau pohon kecil ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting setelah lamtoro Leucaena leucocephala. Daun gamal majemuk menyirip ganjil, panjang 15-30 cm; ketika muda dengan rambut-rambut halus seperti beledu. Anak daun 7–17 pasang yang terletak berhadapan atau hampir berhadapan, bentuk jorong atau lanset, 3-6 cm × 1,5-3 cm, dengan ujung runcing dan pangkal membulat. Helaian anak daun gundul, tipis, hijau di atas dan keputih-putihan di sisi bawahnya Anonim, 2009. Gamal asli Meksiko, Amerika Tengah, Hindia Barat, Kolombia. Diintroduksi dan mengalami naturalisasi di berbagai daerah, termasuk Indonesia Anonim, 2009, Klasifikasi ilmiah: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida commit to user 19 Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Upafamili : Faboideae Genus : Gliricidia Spesies : G. maculata Nama binomial Gliricidia maculata Gamal terutama ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman kakao, kopi, teh, atau sebagai rambatan untuk vanili dan lada. Perakaran gamal merupakan penambat nitrogen yang baik. Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendali erosi dan gulma terutama alang-alang. Namanya dalam bahasa Indonesia, gamal, merupakan akronim dari: ganyang mati alang-alang. Bunga-bunga gamal merupakan pakan lebah yang baik, dan dapat pula dimakan setelah dimasak. Daun-daun gamal mengandung banyak protein dan mudah dicernakan, sehingga cocok untuk pakan ternak, khususnya ruminansia. Daun-daun dan rantingnya yang hijau juga dimanfaatkan sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk memperbaiki kesuburan tanah. Gamal merupakan sumber kayu api yang baik; terbakar perlahan dan menghasilkan sedikit asap, kayu gamal memiliki nilai kalori sekitar 4900 kcalkg. Daun-daun, biji dan kulit batang gamal mengandung zat yang bersifat racun bagi manusia dan ternak, kecuali ruminansia. Ramuan bahan-bahan itu digunakan pula sebagai pestisida dan rodentisida alami gliricidia berasal dari bahasa Latin yang berarti kurang lebih racun tikus Anonim, 2009. Habitat asli gamal adalah hutan tropika, di lembah dan lereng- lereng bukit, sering di daerah bekas tebangan dan belukar. Pada elevasi 0- 1600 m dpl. Gamal bisa diperbanyak dengan biji. Biji-biji itu, khususnya yang segar baru, dapat ditanam tanpa perlakuan pendahuluan, langsung di lahan atau di persemaian. Cara lain ialah dengan menanam stek batangnya, panjang maupun pendek Anonim, 2009. commit to user 20 Serapan P Ketersediaan P Hasil padi Sintanur Tanah sawah Alfisol Permasalahan : P tersedia rendah

B. Kerangka Berfikir

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Pupuk kandang sapi yang diperkaya seresah Gliricidia maculata Pupuk anorganik commit to user 21 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Desember 2009. Penanaman tanaman padi dan pengambilan sampel tanah dilakukan di Desa Pereng, Mojogedang, Karanganyar, dengan ketinggian 280 m dpl dan terletak pada 7 32’10 LS dan 111 00’05 BT sedangkan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Dokumen yang terkait

EFISIENSI SERAPAN P DAN K SERTA HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L ) PADA BERBAGAI IMBANGAN PUPUK KANDANG PUYUH DAN PUPUK ANORGANIK DI LAHAN SAWAH PALUR SUKOHARJO

1 8 85

EFISIENSI SERAPAN N DAN HASIL TANAMAN PADI ( Oryza sativa L. ) PADA BERBAGAI IMBANGAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK DI LAHAN SAWAH PALUR SUKOHARJO

0 3 58

PENGARUH PENAMBAHAN PUPUK ORGANIK KOTORAN SAPI DAN SERESAH GAMAL ( Gliricidia maculata ) TERHADAP KETERSEDIAAN DAN SERAPAN Ca DAN Mg TANAMAN PADI

0 16 63

PENGELOLAAN KADAR LENGAS TANAH VERTISOL DAN PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI YANG DIPERKAYA UNTUK MENINGKATKAN SERAPAN Fe DAN HASIL PADI BERAS MERAH ‘SEGRENG’

1 9 71

N TOTAL DAN SERAPAN N TANAMAN PADI PADA BERBAGAI IMBANGAN PUPUK ANORGANIK PUPUK KANDANG SAPI DAN SERESAH SENGON (Paraserianthes falcataria L )

0 2 2

EFISIENSI SERAPAN N SERTA HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI IMBANGAN PUPUK KANDANG PUYUH DAN PUPUK ANORGANIK DI LAHAN SAWAH PALUR SUKOHARJO.

0 1 64

N TOTAL DAN SERAPAN N TANAMAN PADI PADA BERBAGAI IMBANGAN PUPUK ANORGANIK PUPUK KANDANG SAPI DAN SERESAH SENGON (Paraserianthes falcataria L.).

0 2 46

Pengaruh Pupuk Kandang Sapi dengan Biodekomposer dan Pupuk Anorganik terhadap Efisiensi Serapan K dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) di Lahan Sawah Palur Sukoharjo

0 0 8

Efisiensi Serapan P dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) pada Berbagai Imbangan Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Lahan Sawah Palur Sukoharjo (Musim Tanam II)

0 1 8

Efisiensi Serapan S dan Hasil Padi dengan Pemberian Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Lahan Sawah (Musim Tanam II)

0 2 10