2. Peluang investasi
a. Jumlah peluang investasi yan menguntungkan b. Kemungkinan mempercepat atau menunda proyek
3. Sumber-sumber modal alternatif
a. Biaya penjualan saham baru. Apabila perusahaan perlu mendanai investasi dalam tingkat tertentu maka perusahaan dapat menahan laba
atau menerbitkan saham biasa baru. b. Kemampuan untuk mensubstitusi utang dengan ekuitas
c. Pengendalian 4.
Dampak kebijakan dividen pada �
�
, dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu: a. Keinginan pemegang saham untuk mendapatkan laba saat ini atau masa
depan b. Anggapan tingkat risiko dividen atau capital gain
c. Keuntungan pajak atas capital gain dibandingkan dividen d. Kandungan informasi dividen
2.1.2. Laba Bersih
Kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dapat dijadikan indikator bagi investor dan calon investor dalam menilai kinerja
keuangan suatu perusahaan sehingga diharapkan perusahaan dapat memberikan
tingkat pengembalian yang tinggi. Wild et al. 2007: 19 menyatakan bahwa laba
bersih sebagaimana tercantum dalam laporan laba rugi megindikasikan profitabilitas suatu perusahaan dan mencerminkan pengembalian ekuitas kepada
pemegang saham untuk periode yang dipertimbangkan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Higgins 2007: 11: “Net income records the extent to which net sales generated during the accounting period exceed expenses incurred in
producing the sales.” Laba bersih menyatakan sejauh mana penjualan bersih yang dihasilkan selama periode akuntasi melebihi biaya yang dikeluarkan dalam
memproduksi penjualan. Laba bersih dapat dijadikan suatu ukuran seberapa besar harta yang masuk melebihi harta yang keluar.
Fraser dan Ormiston 2008: 140 mengungkapkan bahwa “laba bersih net earnings atau baris bawah bottom line menjelaskan laba perusahaan setelah
pertimbangan semua pendapatan dan beban yang dilaporkan selama periode akuntansi”. Laba bersih merupakan pendapatan operasi dikurangi dengan beban-
beban operasi. Pendapatan maupun beban dicatat atas dasar akrual, yaitu pada saat terjadinya walaupun belum diterima atau dikeluarkan kasnya. Oleh karena itu,
perusahaan yang memiliki laba yang tinggi akibat penjualan yang baik belum tentu selalu memiliki penerimaan yang baik, karena piutang yang terjadi dari
penjualan kredit belum tentu seluruhnya dapat ditagih dengan tepat waktu Hery, 2012: 73.
2.1.3. Arus Kas Operasi
Laporan arus kas merinci sumber penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan. Dalam
menganalisis laporan arus kas, penting untuk memahami kepentingan arus kas dari aktivitas operasi yang merupakan bagian pertama pada laporan arus kas.
Berbeda dengan arus kas yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan yang bersumber dari eksternal, arus kas operasi mencerminkan kas yang diperoleh
Universitas Sumatera Utara
secara internal. Stice et al. 2004:790 mengemukakan bahwa arus kas operasi dapat memberikan indikasi langsung terhadap kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba yang cukup, sesuai dengan prediksi jumlah kas yang harus dipenuhi.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama berasal dari aktivitas penghasil pendapatan perusahaan yaitu transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi
penetapan laba atau rugi bersih, yang antara lain berkaitan dengan Mursyidi, 2010: 130:
a Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa b Penerimaan kas dari royalti, fee, komisi dan pendapatan lain
c Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa d Pembayaran kas kepada karyawan
e Penerimaan dan pembayaran kas dari operasi lainnya
Arus kas dari aktivitas operasi adalah arus kas yang paling umum digunakan sebagai alat analisis dalam menilai kesehatan keuangan suatu perusahaan, Fraser
dan Ormiston 2008:180 menyatakan pada masa tingkat bunga tinggi dan inflasi mengharuskan investor dan
kreditor memberikan perhatian yang lebih besar kepada arus kas yang dihasilkan. Ketika tingkat bunga tinggi, biaya pinjaman untuk menutup kas
jangka pendek tidak terjangkau oleh banyak perusahaan untuk menutupi kekurangan kas temporer. Masa inflasi akan mendistorsi kerberartian laba
bersih, melalui beban penyusustan dan beban pokok penjualan yang lebih rendah daripada seharusnya, menjadikan alat ukur kinerja operasi dan
keberhasilan keuangan menjadi penting.
Sitanggang 2012: 19 menyatakan bahwa arus kas operasi adalah laba bersih operasi setelah pajak ditambah penyusutan dan amortisasi, yang dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Dalam mengihitung dan melaporkan jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi, ada dua metode yang dapat digunakan yaitu Hery, 2012: 76:
1. Metode langsung
Pada dasarnya adalah menguji kembali setiap komponen dalam laporan laba rugi, tujuannya adalah untuk melaporkan berapa besar kas yang diterima
atau yang dibayarkan berhubungan dengan setiap komponen dari laporan laba rugi tersebut.
2. Metode tidak langsung
Diawali dengan angka labarugi bersih yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dan menyesuaikan besarnya labarugi bersih yang telah diukur atas
dasar akrual tersebut dengan komponen-komponen yang tidak mempengaruhi arus kas. Artinya besarnya labarugi bersih dari akuntansi
akrual akan disesuaikan untuk menentukan jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi.
Kedua metode tersebut, baik metode langsung maupun metode tidak langsung akan menghasilkan angka arus kas bersih yang sama yang dihasilkan
dari aktivitas operasi. Namun metode tidak langsung dianggap relatif lebih mudah di dalam penerapan dan penyusunannya oleh pembuat laporan keuangan.
Suatu perusahaan yang memiliki laba tinggi belum tentu dapat membayar dividen atau membayar hutang, bahkan perusahaan yang memiliki laba yang
Arus Kas Operasi= Laba Operasi Bersih Setelah Pajak NOPAT
+Penyusutan+Amortisasi
Universitas Sumatera Utara
tinggi juga mempunyai kemungkinan bangkrut karena kelanjutan operasi perusahaan juga tergantung pada keberhasilannya menghasilkan uang kas dari
operasi. Perusahaan membutuhkan kas untuk dapat memuaskan pihak kreditur dan investor. Kekurangan kas untuk sementara dapat diatasi dengan pinjaman atau
menjual aktiva berjangka panjang, namun pada akhirnya suatu perusahaan harus dapat menghasilkan kas untuk keberlangsungan usaha jangka panjangnya Fraser
dan Ormiston, 2008: 180. 2.1.4.
Current Ratio
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Keown et al. 2011:74 menyatakan current ratio rasio
lancar merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat likuiditas perusahaan secara relatif dengan membandingkan aktiva lancar terhadap
hutang lancar. Current ratio menurut Fraser dan Ormiston 2008: 223 adalah “ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan
perusahaan memenuhi kebutuhan hutang ketika jatuh tempo”. Rasio antara harta lancar dengan hutang lancar tersebut menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar sebesar rasio tersebut, artinya setiap Rp.1,00 hutang lancar didukung oleh harta lancar sebesar rasio
Sitanggang, 2013:22.
Current Ratio =
Current Asset Current Liabilities
Aktiva lancar mencakup aset-aset yang mudah dicairkan paling tidak dalam tempo satu tahun. Aset-aset ini secara umum meliputi kas dan yang setara dengan
Universitas Sumatera Utara
uang kas, surat-suarat berharga yang mudah untuk diperjualbelikan, piutang usaha, dan persediaan barang dan beban dibayar di muka. Sedangkan hutang
lancar adalah semua kewajiban yang wajib dilunasi paling tidak dalam tempo satu tahun, kewajiban ini umumnya meliputi hutang usaha, hutang bank jangka
pendek, pajak terutang, upah terutang dan wesel bayar. Semakin tinggi current ratio ini berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Bagi kreditur semakin tinggi rasio lancar semakin baik, namun bagi perusahaan tertentu hal ini
dapat berarti lain. Current ratio yang tinggi dapat diartikan perusahaan kurang produktif.
2.1.5. Debt to Equity Ratio