dengan hasil penelitian Rafique 2012 yang menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio dengan kebijakan dividen.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut dan adanya beberapa hasil penelitian terdahulu yang masih belum menunjukkan hasil yang konsisten,
maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen yang dilakukan pada
perusahaan sektor industri barang konsumsi, dengan judul “Pengaruh laba bersih, arus kas operasi,
current ratio dan debt to equity ratio terhadap kebijakan dividen pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia” .
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut: “Apakah laba bersih, arus kas operasi, current ratio, dan debt to equity
ratio berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh laba bersih, arus kas operasi, current ratio, dan debt to equity ratio terhadap kebijakan dividen
pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Bagi peneliti, sebagai salah satu upaya untuk memperkaya pengetahuan dan
wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen khususnya pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. 2.
Bagi Perusahaan, sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan kebijakan dividen sehingga perusahaan dapat semakin meningkatkan
kinerjanya dengan tetap menjaga kepercayaan para pemegang saham terhadap perusahaan.
3. Bagi investor, sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan
investasi untuk menentukan perusahaan yang dapat memberikan dividen yang diharapkan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan dan dasar pengembangan
bagi peneliti yang mendalami masalah sejenis di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Dividen
Dividen adalah bagian dari laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang sahamnya. Stice et al. 2010: 787 menyatakan: “Dividends are
distributions to the stockholder of a corporation in proportion to the number of shares held by the respective owners”. Dividen adalah distribusi kepada
pemegang saham suatu perusahaan secara proporsional dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham. Distribusi tersebut dapat
berupa kas, aset lain, notes, dan stock dividends.
2.1.1.1. Bentuk Dividen
Bentuk paling umum dari dividen adalah dividen kas. Bagi perusahaan, dividen ini akan mengurangi laba ditahan dan kas perusahaan. Bagi investor,
dividen kas akan menghasilkan kas yang disebut dengan pendapatan dividen. Penggunaan istilah dividen tanpa kualifikasi biasanya menyiratkan
pembagian uang tunai cash. Dividen dalam bentuk selain uang tunai, seperti dividen saham dan dividen properti harus merujuk kepada bentuk khususnya
tersebut Stice et al., 2010: 787. Menurut Van Horne dan Wachowicz 2007: 289-290 dividen saham adalah
pembayaran berupa saham biasa tambahan kepada para pemegang saham. Dividen saham hanya sekadar perpindahan catatan pembukuan dalam akun ekuitas
Universitas Sumatera Utara
pemegang saham di neraca perusahaan. Dividen saham ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Dividen saham kecil
Dividen saham kecil adalah dividen saham yang kenaikannya kurang dari 25 saham biasa yang sebelumnya beredar.
2. Dividen saham besar
Dividen saham besar adalah dividen saham yang biasanya adalah 25 atau lebih dari saham biasa sebelumnya.
Di samping dividen reguler regular dividend yang umumnya dibayar secara kuartalan atau setengah tahunan kepada pemegang saham, perusahaan juga
dapat meningkatkan distribusi kas ke pemegang saham dalam periode kemakmuran dengan mengumumkan dividen ekstra dividend extra. Dividen
ekstra adalah dividen yang tidak rutin dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham, dividen ekstra hanya diberikan dalam situasi tertentu. Pengumuman
dividen ekstra akan sangat sesuai dengan perusahaan yang memiliki laba yang berfluktuasi Van Horne dan Machowicz, 2007: 288.
2.1.1.2 Prosedur Pembayaran Dividen
Prosedur pembayaran aktual dividen menurut Brigham dan Houston 2011:227 diurutkan sebagai berikut:
1. Tanggal deklarasi Declaration date
Pada tanggal deklarasi maka direksi suatu perusahaan akan mengadakan rapat dan mengumumkan dividen reguler. Untuk tujuan akuntansi maka
Universitas Sumatera Utara
dividen yang dideklarasikan menjadi kewajiban aktual pada tanggal deklarasi.
2. Tanggal pemilik tercatat Holder-of-record date
Pada hari penutupan usaha di tanggal pemilik tercatat, perusahaan menutup buku perpindahan sahamnya dan menyusun suatu daftar pemegang saham
per tanggal tersebut, pemegang saham tersebut berhak untuk menerima dividen.
3. Tanggal eks dividen Ex-dividend date
Tanggal ketika hak atas dividen lepas dari saham. Hak atas dividen tetap ada pada saham sampai dua hari kerja sebelum tanggal pemilik tercatat, namun
pada hari kedua sebelum tanggal tersebut, hak atas dividen tidak lagi dimiliki oleh saham.
4. Tanggal pembayaran Payment date
Tanggal dimana perusahaan akan membayarkan dengan membagikan cek dividen kepada para pemegang sahamnya.
2.1.1.3. Stabilitas Dividen
Perusahaan yang dapat mempertahankan posisi pembayaran dividen dalam hubungannya dengan garis tren merupakan hal yang menarik banyak investor.
Untuk dividen yang stabil, investor biasanya bersedia untuk membayar harga premi untuk dividen tersebut. Ada beberapa faktor yang mendukung stabilitas
dividen, diantaranya adalah Van Horne dan Wachowicz 2007: 285:
Universitas Sumatera Utara
1. Kandungan informasi
Pasar akan lebih merespon positif perusahaan yang tidak langsung mengurangi dividennya saat laba jatuh. Dengan dividen yang stabil, pihak
manajemen berusaha menyampaikan keyakinan atas prospek perusahaan yang lebih baik dimasa depan. Jadi pihak manajemen perusahaan mungkin
dapat mempengaruhi harapan pemegang saham melalui kandungan informasi dari dividen.
2. Keinginan untuk mendapatkan penghasilan
Para pemegang saham yang mengharapkan penghasilan periodik tertentu pasti akan lebih memilih menanamkan sahamnya pada perusahaan yang
memiliki dividen yang stabil, walaupun jika dibandingkan perusahaan tersebut memiliki kesamaan pola laba dan pembayaran dividen jangka
panjang dengan perusahaan yang lain. 3.
Pertimbangan institusional Dividen yang stabil dapat memberikan keuntungan dari sisi hukum bagi
investor institusi tertentu untuk memungkinkan membeli saham biasa.
2.1.1.4. Kebijakan Dividen
Menurut Sitanggang 2012: 5 kebijakan dividen adalah keputusan untuk menentukan berapa besarnya bagian laba bersih yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen dan berapa besarnya laba yang ditahan sebagai sumber pembiayaan internal perusahaan. Laba bersih
perusahaan sesungguhnya adalah keuntungan yang menjadi milik dari pemegang
Universitas Sumatera Utara
saham atas investasi pada perusahaan tersebut. Apabila perusahaan menahan sebagian laba bersih, berarti terdapat komitmen manajemen kepada para
pemegang saham bahwa manajemen masih mampu menjanjikan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh para pemegang saham.
2.1.1.5. Pengaruh Kebijakan Dividen Bagi Perusahaan
Tampubolon 2005: 183 mengungkapkan bahwa kebijakan dividen merupakan salah satu hal yang utama untuk diperhatikan oleh perusahaan karena
kebijkan dividen dapat mempengaruhi beberapa hal penting, yaitu:
1. Kebijakan dividen dapat menjaga kepentingan investor dan calon investor.
Kebijakan keuangan perusahaan dari pihak manajemen harus dapat menjamin akan tercapainya tujuan-tujuan dari para investor, jika tidak maka
investor dapat melepas sahamnya dengan menjual sehingga harga saham di pasar bursa akan turun.
2. Kebijakan dividen mempengaruhi program keuangan dan capital budgeting
suatu perusahaan. 3.
Kebijakan dividen mempengaruhi cash flow suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki posisi likuiditas rendah akan dipaksa untuk membatasi
pembayaran dividen. 4.
Kebijaksanaan dividen mempengaruhi nilai modal saham suatu perusahaan.
2.1.1.6. Indikator Kebijakan Dividen
Ada dua rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kebijakan dividen. Yang pertama adalah dividend yield ratio, yaitu rasio imbal hasil dividen yang
menunjukkan tingkat penghasilan yang diperoleh dari investasi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Dividend Yield Ratio= Dividen Per Share
Market Price Per Share x 100
Rasio kedua adalah rasio pembayaran dividen dividend payout ratio. Rasio ini merupakan rasio yang paling penting diperhatikan dalam penentukan kebijkan
dividen perusahaan. Dividend payout ratio DPR merupakan proporsi laba bersih yang dibagikan secara kas kepada pemegang saham. Rasio ini adalah
perbandingan antara dividen yang dibagikan dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan, biasanya disajikan dalam bentuk presentase Sitanggang 2012: 6.
Dividend Payout Ratio= Dividend Per Share
Earning Per Share x 100
Semakin tinggi dividend payout ratio berarti semakin menguntungkan bagi investor, tetapi bagi pihak manajemen, hal tersebut akan mengurangi sumber
modal internal perusahaan karena akan mengurangi laba ditahan.
2.1.1.7. Teori Kebijakan Dividen
Menurut preferensi investor ada tiga teori yang mendasari kebijakan dividen Brigham dan Houston 2011:211, yaitu:
1. Dividend Irrelevence Theory
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh pada harga saham maupun terhadap biaya modalnya. Teori ini dikemukakan oleh
Merton Miller dan Franco Modigliani MM. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan ditentukan pada kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba, bukan pada bagaimana laba tersebut dibagi menjadi
Universitas Sumatera Utara
dividen dan laba ditahan. Sehingga kebijakan dividen merupakan suatu yang tidak relevan untuk dipersoalkan. Teori MM menyatakan bahwa nilai
perusahaan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya dividend payout ratio, tetapi hanya ditentukan oleh profitabilitas dasar dan risiko usahanya, dengan
asumsi bahwa tidak ada pajak yang dibayarkan atas dividen, saham dapat dibeli dan dijual tanpa adanya biaya transaksi, semua pihak baik manajer
maupun pemegang saham memiliki informasi yang sama tentang laba perusahaan di masa yang akan datang.
2. Bird in the Hand Theory
Teori ini dikemukakan oleh Gordon dan Lintner yang menyatakan bahwa para investor lebih menyukai dividen dibandingkan dengan capital gain.
Dividen memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan capital gain, oleh karenanya investor akan merasa lebih aman untuk mengharapkan
dividen saat ini dibandingkan menunggu capital gain yang di masa depan. 3.
Tax Differential Theory Teori ini didasarkan atas pada perbedaan pajak antara dividen dengan
keuntungan modal capital gain. Pajak atas dividen harus dibayarkan pada tahun saat dividen tersebut diterima, sedangkan pajak atas capital gain tidak
dibayarkan sampai saham dijual. Adanya keunggulan pajak tersebut maka membuat investor lebih menyukai capital gain dibandingkan karena dapat
menunda pembayaran pajak dibandingkan dengan dividen.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.8. Bentuk Kebijakan Dividen
Menurut Tampubolon 2005:185 ada beberapa bentuk kebijakan dividen yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut:
1. Kebijakan dividen yang stabil
Kebijakan dividen yang stabil biasanya dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai tingkat resiko yang rendah. Kebijaksanaan pembayaran dividen
yang stabil juga diperlukan untuk perusahaan yang ditempatkan dalam daftar saham-saham, dimana lembaga-lembaga keuangan yang akan
menanamkan modalnya. 2.
Rasio konstan pembayaran dividen Dalam kebijakan dividen ini, suatu presentase yang tetap dari pendapatan
akan dibayarkan sebagai dividen. Dengan pendekatan ini maka dividen yang akan dibayarkan akan berbeda-beda karena net income yang selalu berbeda.
3. Kebijakan secara kompromi
Dengan pendekatan ini, kebijakan dividen ditentukan dengan cara yang terbaik yang saling menguntungkan baik bagi pihak manajemen perusahaan
maupun bagi pemegang saham. 4.
Kebijakan dividen secara residu Dalam kebijakan ini, jumlah penghasilan yang ditahan tergantung pada
adanya kesempatan-kesempatan investasi dalam suatu tahun tertentu. Dividen yang dibayarkan merupakan jumlah residu dari pendapatan setelah
kebutuhan investasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.9. Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Van Horne dan Wachowicz 2007: 280 ada beberapa faktor yang harus menjadi perhatian penting bagi perusahaan dalam membuat keputusan
kebijakan dividen, di antaranya adalah: 1.
Aturan-aturan hukum Hukum badan perusahaan membuat keputusan legalitas distribusi apa pun
kepada para pemegang saham biasa suatu perusahaan. Aturan-aturan hukum tersebut berkaitan dengan: 1 Penurunan nilai modal, banyak negara yang
melarang pembayaran dividen jika dividen ini akan menurunkan nilai modal. 2 Insolvensi, beberapa negara melarang pembayaran dividen kas
jika apabila suatu perusahaan sedang mengalami insolvensi. Insolvensi yang dimaksudkan adalah kewajiban total perusahaan lebih dari aktivanya dalam
penilaian wajar dan penahanan laba yang tidak dibenarkan, dan 3 Penahanan laba yang berlebihan, artinya penahanan laba dalam jumlah yang
jauh melebihi kebutuhan investasi perusahaan untuk saat ini dan masa yang akan datang. Hukum ini bertujuan untuk menghindari perusahaan menahan
laba demi menghindari pajak. 2.
Kebutuhan pendanaan perusahaan Langkah berkutnya adalah melakukan penilaian kebutuhan pendanaan
perusahaan, yaitu anggaran kas, laporan sumber dan penggunaan dana yang diproyeksikan, dan perkiraan laporan arus kas. Kemungkinan kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan dividen harus dikaji dalam hubungannya
Universitas Sumatera Utara
dengan distribusi profitabilitas kemungkinan arus kas masa datang serta saldo kas.
3. Likuiditas
Likuiditas perusahaan adalah pertimbangan penting dalam keputusan dividen perusahaan. Semakin kuat posisi kas dan likuiditas perusahaan
maka semakin kuat pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Perusahaan yang sedang bertumbuh mungkin saja tidak likuid karena
dananya digunakan untuk aktiva tetap dan modal kerja permanen, maka pihak manajemen mungkin enggan untuk membayar dividen dalam jumlah
besar. 4.
Kemampuan untuk meminjam Semakin besar dan kuat suatu perusahaan maka akan semakin kuat aksesnya
ke pasar modal. Bila semakin kuat kemampuan perusahaan untuk meminjam maka akan semakin kuat pula kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen tunai. 5.
Batasan-batasan dalam kontrak utang Covenant atau syarat perjanjian utang adalah sebagai pelindung dalam
kesepakatan obligasi atau perjanjian pinjaman yang biasanya meliputi batasan untuk pembayaran dividen. Batasan tersebut ditentukan oleh pihak
pemberi pinjaman terhadap pihak peminjam dengan tujuan untuk menjaga kemampuan perusahaan dalam membayar utang.
Universitas Sumatera Utara
6. Pengendalian
Perusahaan yang membayar dividen dalam jumlah besar mungkin harus mengumpulkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan saham
agar dapat membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan. Pihak yang memiliki kendali atas perusahaan dapat terdilusi bila pemengang
saham mayoritas tidak dapat memesan saham tambahan. Pengendalian dengan cara lain adalah ketika suatu perusahaan menjadi objek akuisisi oleh
perusahaan lain, pembayaran dividen yang rendah mungkin dapat menguntungkan pihak luar yang sedang berusaha mengambil kendali.
Menurut Brigham dan Houston 2012: 231, ada beberapa faktor lain yang akan mempengaruhi kebijakan dividen, yang dikelompokkan menjadi empat
kategori umum, antara lain: 1.
Pembatasan pembayaran dividen a. Perjanjian obligasi bond indenture: Kontrak utang sering membatasi
pembayaran dividen atas laba yang dihasilkan setelah pinjaman diberikan.
b. Pembatasan saham preferen: Tunggakan saham preferen harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum dividen saham biasa dapat diteruskan
pembayarannya. c. Aturan penurunan nilai modal impairment of capital rule. Pembayaran
dividen tidak dapat melebihi pos “laba ditahan” neraca. d. Ketersediaan kas
e. Denda pajak atas laba yang terakumulasi secara tidak wajar
Universitas Sumatera Utara
2. Peluang investasi
a. Jumlah peluang investasi yan menguntungkan b. Kemungkinan mempercepat atau menunda proyek
3. Sumber-sumber modal alternatif
a. Biaya penjualan saham baru. Apabila perusahaan perlu mendanai investasi dalam tingkat tertentu maka perusahaan dapat menahan laba
atau menerbitkan saham biasa baru. b. Kemampuan untuk mensubstitusi utang dengan ekuitas
c. Pengendalian 4.
Dampak kebijakan dividen pada �
�
, dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu: a. Keinginan pemegang saham untuk mendapatkan laba saat ini atau masa
depan b. Anggapan tingkat risiko dividen atau capital gain
c. Keuntungan pajak atas capital gain dibandingkan dividen d. Kandungan informasi dividen
2.1.2. Laba Bersih
Kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dapat dijadikan indikator bagi investor dan calon investor dalam menilai kinerja
keuangan suatu perusahaan sehingga diharapkan perusahaan dapat memberikan
tingkat pengembalian yang tinggi. Wild et al. 2007: 19 menyatakan bahwa laba
bersih sebagaimana tercantum dalam laporan laba rugi megindikasikan profitabilitas suatu perusahaan dan mencerminkan pengembalian ekuitas kepada
pemegang saham untuk periode yang dipertimbangkan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Higgins 2007: 11: “Net income records the extent to which net sales generated during the accounting period exceed expenses incurred in
producing the sales.” Laba bersih menyatakan sejauh mana penjualan bersih yang dihasilkan selama periode akuntasi melebihi biaya yang dikeluarkan dalam
memproduksi penjualan. Laba bersih dapat dijadikan suatu ukuran seberapa besar harta yang masuk melebihi harta yang keluar.
Fraser dan Ormiston 2008: 140 mengungkapkan bahwa “laba bersih net earnings atau baris bawah bottom line menjelaskan laba perusahaan setelah
pertimbangan semua pendapatan dan beban yang dilaporkan selama periode akuntansi”. Laba bersih merupakan pendapatan operasi dikurangi dengan beban-
beban operasi. Pendapatan maupun beban dicatat atas dasar akrual, yaitu pada saat terjadinya walaupun belum diterima atau dikeluarkan kasnya. Oleh karena itu,
perusahaan yang memiliki laba yang tinggi akibat penjualan yang baik belum tentu selalu memiliki penerimaan yang baik, karena piutang yang terjadi dari
penjualan kredit belum tentu seluruhnya dapat ditagih dengan tepat waktu Hery, 2012: 73.
2.1.3. Arus Kas Operasi
Laporan arus kas merinci sumber penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan. Dalam
menganalisis laporan arus kas, penting untuk memahami kepentingan arus kas dari aktivitas operasi yang merupakan bagian pertama pada laporan arus kas.
Berbeda dengan arus kas yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan yang bersumber dari eksternal, arus kas operasi mencerminkan kas yang diperoleh
Universitas Sumatera Utara
secara internal. Stice et al. 2004:790 mengemukakan bahwa arus kas operasi dapat memberikan indikasi langsung terhadap kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba yang cukup, sesuai dengan prediksi jumlah kas yang harus dipenuhi.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama berasal dari aktivitas penghasil pendapatan perusahaan yaitu transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi
penetapan laba atau rugi bersih, yang antara lain berkaitan dengan Mursyidi, 2010: 130:
a Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa b Penerimaan kas dari royalti, fee, komisi dan pendapatan lain
c Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa d Pembayaran kas kepada karyawan
e Penerimaan dan pembayaran kas dari operasi lainnya
Arus kas dari aktivitas operasi adalah arus kas yang paling umum digunakan sebagai alat analisis dalam menilai kesehatan keuangan suatu perusahaan, Fraser
dan Ormiston 2008:180 menyatakan pada masa tingkat bunga tinggi dan inflasi mengharuskan investor dan
kreditor memberikan perhatian yang lebih besar kepada arus kas yang dihasilkan. Ketika tingkat bunga tinggi, biaya pinjaman untuk menutup kas
jangka pendek tidak terjangkau oleh banyak perusahaan untuk menutupi kekurangan kas temporer. Masa inflasi akan mendistorsi kerberartian laba
bersih, melalui beban penyusustan dan beban pokok penjualan yang lebih rendah daripada seharusnya, menjadikan alat ukur kinerja operasi dan
keberhasilan keuangan menjadi penting.
Sitanggang 2012: 19 menyatakan bahwa arus kas operasi adalah laba bersih operasi setelah pajak ditambah penyusutan dan amortisasi, yang dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Dalam mengihitung dan melaporkan jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi, ada dua metode yang dapat digunakan yaitu Hery, 2012: 76:
1. Metode langsung
Pada dasarnya adalah menguji kembali setiap komponen dalam laporan laba rugi, tujuannya adalah untuk melaporkan berapa besar kas yang diterima
atau yang dibayarkan berhubungan dengan setiap komponen dari laporan laba rugi tersebut.
2. Metode tidak langsung
Diawali dengan angka labarugi bersih yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dan menyesuaikan besarnya labarugi bersih yang telah diukur atas
dasar akrual tersebut dengan komponen-komponen yang tidak mempengaruhi arus kas. Artinya besarnya labarugi bersih dari akuntansi
akrual akan disesuaikan untuk menentukan jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi.
Kedua metode tersebut, baik metode langsung maupun metode tidak langsung akan menghasilkan angka arus kas bersih yang sama yang dihasilkan
dari aktivitas operasi. Namun metode tidak langsung dianggap relatif lebih mudah di dalam penerapan dan penyusunannya oleh pembuat laporan keuangan.
Suatu perusahaan yang memiliki laba tinggi belum tentu dapat membayar dividen atau membayar hutang, bahkan perusahaan yang memiliki laba yang
Arus Kas Operasi= Laba Operasi Bersih Setelah Pajak NOPAT
+Penyusutan+Amortisasi
Universitas Sumatera Utara
tinggi juga mempunyai kemungkinan bangkrut karena kelanjutan operasi perusahaan juga tergantung pada keberhasilannya menghasilkan uang kas dari
operasi. Perusahaan membutuhkan kas untuk dapat memuaskan pihak kreditur dan investor. Kekurangan kas untuk sementara dapat diatasi dengan pinjaman atau
menjual aktiva berjangka panjang, namun pada akhirnya suatu perusahaan harus dapat menghasilkan kas untuk keberlangsungan usaha jangka panjangnya Fraser
dan Ormiston, 2008: 180. 2.1.4.
Current Ratio
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Keown et al. 2011:74 menyatakan current ratio rasio
lancar merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat likuiditas perusahaan secara relatif dengan membandingkan aktiva lancar terhadap
hutang lancar. Current ratio menurut Fraser dan Ormiston 2008: 223 adalah “ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan
perusahaan memenuhi kebutuhan hutang ketika jatuh tempo”. Rasio antara harta lancar dengan hutang lancar tersebut menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar sebesar rasio tersebut, artinya setiap Rp.1,00 hutang lancar didukung oleh harta lancar sebesar rasio
Sitanggang, 2013:22.
Current Ratio =
Current Asset Current Liabilities
Aktiva lancar mencakup aset-aset yang mudah dicairkan paling tidak dalam tempo satu tahun. Aset-aset ini secara umum meliputi kas dan yang setara dengan
Universitas Sumatera Utara
uang kas, surat-suarat berharga yang mudah untuk diperjualbelikan, piutang usaha, dan persediaan barang dan beban dibayar di muka. Sedangkan hutang
lancar adalah semua kewajiban yang wajib dilunasi paling tidak dalam tempo satu tahun, kewajiban ini umumnya meliputi hutang usaha, hutang bank jangka
pendek, pajak terutang, upah terutang dan wesel bayar. Semakin tinggi current ratio ini berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Bagi kreditur semakin tinggi rasio lancar semakin baik, namun bagi perusahaan tertentu hal ini
dapat berarti lain. Current ratio yang tinggi dapat diartikan perusahaan kurang produktif.
2.1.5. Debt to Equity Ratio
Financial leverage meyangkut proporsi atas penggunaan hutang atau dana pihak luar untuk membiayai investasinya. Leverage merupakan pinjaman suatu
perusahaan yang dapat digunakan untuk membeli lebih banyak aktiva dibandingkan dengan dana yang disediakan pemegang saham melalui investasi
mereka. Menurut Stice et al. 2004: 187 leverage yang lebih tinggi dapat meningkatkan tingkat pengembalian ekuitas yang dapat tergambar melalui
kejadian-kejadian berikut: 1.
Perusahaan yang lebih banyak menggunakan dana dari pihak luar berarti lebih banyak aktiva yang dapat dibeli tanpa tambahan investasi ekuitas
pemegang saham 2.
Semakin banyak aktiva yang dimiliki perusahaan berarti akan lebih banyak lagi penjualan yang dapat dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
3. Semakin banyak penjualan yang dihasilkan berarti laba bersih semakin
meningkat Financial leverage dapat diukur dengan Debt to equity ratio rasio utang
terhadap ekuitas. Debt to Equity Ratio bertujuan untuk menilai sejauh mana suatu perusahaan menggunakan dana yang dipinjam untuk membeli aktiva. Rasio ini
dihitung dengan membagi total utang perusahaan dengan ekuitas pemegang saham Van Horne dan Wachowicz, 2005: 209
Debt to Equity Ratio = Total Liabilities
Equity Semakin rendah rasio ini maka semakin tinggi pula tingkat pendanaan yang
disediakan oleh para pemegang sahamnya, sebaliknya semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi pula risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan, karena hal
ini menunjukkan struktur modal yang berasal dari utang semakin besar digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada, dan para pemegang saham akan mengharapkan
tingkat keuntungan yang semakin tinggi pula.
2.2. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pembanding peneliti dalam melakukan penelitian:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul
Penelitian Variabel Penelitian
Metode Analisis
Data Hasil
Penelitian
1. Suharli
2007 Pengaruh
profitabilitas dan investment
opportunity set terhadap
kebijakan dividen tunai
dengan likuiditas
sebagai variabel penguat studi
pada perusahaan yang terdaftar di
BEJ periode 2002-2003
Variabel dependen: Dividend payout
ratio Variabel independen:
1.Return on Investment
2.Fixed asset 3.Current Ratio
Regresi linier
berganda Return on
investment berpengaruh
positif terhadap kebijakan
dividen tunai perusahaan dan
current ratio dapat digunakan
sebagai variabel penguat karena
mempunyai pengaruh yang
signifikan
2 Dewi
2008 Pengaruh
kepemilikan managerial,
kepemilikan institusional,
kebijakan hutang,
profitabilitas dan ukuran
perusahaan terhadap
kebijakan dividen
Variabel dependen: Kebijakan dividen
Variabel independen: 1.Teori keagenan
2.Kepemilikan institusional
3.Kebijakan hutang 4.Profitabilitas
5.Ukuran perusahaan Regresi
linier berganda
Ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kebijakan dividen,
sedangkan variabel lainnya
berpengaruh negatif dan
signifikan
3 Deitiana
2009 Faktor-faktor
yang mempengaruhi
kebijakan pembayaran
dividen kas Variabel dependen:
Dividend payout ratio Variabel independen:
1.Debt to equity ratio 2.Earnings per share
3.Price earnings ratio 4.Return on
investment 5.Current ratio
6.Net profit margin 7.Inventory turn over
8.Return on equity Regresi
linier berganda
Hanya earnings per share dan
price earnings ratio yang
berpengaruh positif
signifikan terhadap
dividend payout ratio
4 Marlina
dan Danica 2009
Analisis pengaruh cash
position, debt to equity ratio, dan
return on assets terhadap
dividend payout ratio.
Variabel dependen: Dividend payout ratio
Variabel independen: 1.Cash position
2.Debt to equity ratio 3.Return on assets.
Regresi linier
berganda Cash position
dan return on assets
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kebijakan dividen
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul
Penelitian Variabel Penelitian
Metode Analisis
Data Hasil
Penelitian
5 Rafique
2012 Factors
affecting dividend
payout: Evidence from
listed non- financial firms
of Karachi Stock Exchange
Variabel dependen: Dividend payout
Variabel independen 1.Earnings
2.Firms size 3.Growth,
4.Profitability Return
on equity 5.Corporate tax
6.Financial leverage Debt to equity
ratio Regresi
linier berganda
Hanya pajak dan ukuran
perusahaan yang berpengaruh
positif signifikan
terhadap pembayaran
dividen
6 Darvil et
al. 2012 Pengaruh arus
kas operasional, laba bersih, dan
cash ratio terhadap dividen
kas perusahaan- perusahaan
industri manufaktur
yang terdaftar di BEI periode
2008-2010 Variabel dependen:
Dividen kas Variabel independen:
1.Arus kas operasi 2.Laba bersih
3.Cash Ratio Regresi
linier berganda
Arus kas operasi, laba
bersih dan cash ratio
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap dividen
kas
7 Irawan dan
Nurdhiana 2012
Pengaruh laba bersih dan arus
kas operasi terhadap
kebijakan dividen pada
perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
periode 2009-2010
Variabel dependen: Dividen payout ratio
Variabel independen: 1.Laba bersih
2.Arus kas operasi Regresi
linier berganda
Hanya laba bersih yang
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kebijakan dividen
2.3. Kerangka Konseptual