Asuh Makan Tabel 4.6. Asuh Makan Menurut Umur Pada Keluarga Miskin Dan Tidak

kategori tidak baik apabila bayi dimandikan kurang 3 kali sehari, dimandikan oleh orang lain nenek atau pembantu, mandi tidak memakai sabun, ganti pakaian kurang dari 3 kali sehari, serta pakaian bayi tidak diseterika. Demikian juga dengan keluarga tidak miskin dominan pada asuh diri kategori baik yaitu 89 orang 89,0.

4.3.2. Asuh Makan Tabel 4.6. Asuh Makan Menurut Umur Pada Keluarga Miskin Dan Tidak

Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 Keluarga miskin Keluarga tidak miskin Asuh Makan n n Umur 0- 6 Bulan Asi saja 40 72,0 35 88,0 Nasi + pisang 15 28,0 5 12,0 Jumlah 55 100’0 40 100,0 7 – 8 Bulan Bubur beras 10 32,0 10 20,0 Nasi tim saring 8 26,0 19 40,0 Roti biskuit 10 32,0 10 20,0 Kacang ijo 3 10,0 10 20,0 Jumlah 31 100,0 49 100,0 9 – 12 bulan Bubur beras 9 64,0 1 9,0 Nasi tim 3 21,0 9 82,0 Roti biskuit 2 15,0 1 9,0 Jumlah 14 100,0 11 100,0 Asuh makan berdasarkan umur pada keluarga miskin dan keluarga tidak miskin.pada bayi umur 0-6 bulan sebahagian besar diberikan ASI saja baik di keluarga niskin dan keluarga tidak miskin,umur 7-8 bulan di berikan nasi tim saring ini rata-rata pada keluarga tidak miskin sedangkan pada keluarga miskin tanpa disaring hanya dihaluskan dengan sendok saja,ada juga yang memberikan bubur beras,roti biskuit dan kacang ijo, kemudian umur 9-12 bulan pada keluarga miskin Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008 Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008 bermacam ragam cara pemberian ada yang memberikan nasi tim dan ada juga yang memberika nasi biasa dengan sayur bayam bening sambil di giling sedikit dengan sendok kasar-kasar langsung diberikan kepada bayinya sedangkan pada keluarga tidak miskin rata-rata memberikan nasi tim, roti biskuit. Tabel 4.7. Asuh Makan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 Keluarga Miskin Keluarga Tidak Miskin Asuh Makan n n Pemberian Kolostrum a. Ya 75 75,0 85 85,0 b. Tidak 25 25.0 15 15,0 Jumlah 100 100,0 100 100,0 Pemberian ASI 72 72,0 88 88,0 a. Baik 72 72,0 88 88,0 b. Kurang baik 28 28,0 12 12,0 Jumlah 100 100,0 100 100,0 Pemberian MP-ASI 68 68,0 74 74,0 a. Baik sesuai dengan umur 68 68,0 74 74,0 b. Kurang baik tidak sesuai dengan umur 32 32,0 26 26.0 Jumlah 100 100,0 100 100,0 Asuh makan meliputi pemberian colostrum, pemberian ASI, pemberian MP- ASI, pemberian makanan dan kualitas pemberian makanan. Hasil penelitian menunjukkan persentase bayi yang mendapatkan kolostrum adalah 75 pada keluarga miskin dan 85 pada keluarga tidak miskin. Pemberian ASI secara baik, yaitu diberikan sampai 6 bulan dilakukan oleh 72 pada keluarga miskin dan 88 pada keluarga tidak miskin. Pemberian MP-ASI dengan baik, yaitu diberikan setelah bayi berumur 6 bulan dilakukan 68 pada keluarga miskin dan 74 pada keluarga tidak miskin. Tabel 4.8. Jenis dan Frekuensi Makan pada Keluarga Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 Keluarga Miskin Frekuensi Kapan Saja Anak membutuhkan 1-3 xhr 4-6 xmgg 1-3 xmgg 1xbulan Jenis Makanan n n n n n Jumlah 0- 6 Bulan ASI saja 40 72 40 72 Nasi + pisang 15 27,3 15 27,.3 Makanan Sumber Energi Nasi tim 11 24,4 0 0,0 0 0,0 0 0,0 11 24,4 Bubur beras 19 42,2 0 0,0 0 0,0 0 0,0 19 42,2 Rotibiskuit 12 26,7 0 0,0 0 0,0 0 0,0 12 26,7 Kacang Ijo 3 6,7 0 0,0 0,0 0,0 3 6,7 Makanan Sumber Protein Ikan 0,0 20 44,4 25 55,6 0,0 45 100,0 Telur 0,0 0,0 20 44,4 12 26,7 32 71,1 Tahu 0,0 0,0 30 66,7 10 22,2 40 88,9 Tempe 0,0 0,0 40 88,9 5 11,1 45 100,0 Sayur-sayuran Bayam 11 24,4 20 44,4 10 22,2 0,0 41 91,1 Wortel 11 24,4 0,0 0,0 9 20,0 20 44,4 Kentang 11 24,4 0,0 0,0 9 20,0 20 44,4 Buah-buahan Pisang 15 33,3 10 22,2 20 44,4 0,0 45 100,0 Pepaya 0 0,0 0,0 0.0 8 17.8 10 22,2 18 40,0 Jeruk 0,0 0,0 0.0 0.0 20 44,4 20 44,4 Berdasarkan hasil pengolahan dari food frekuensi diperoleh gambaran tentang jenis makanan, frekuensi, konsumsi energi dan protein yang dikonsumsi bayi pada keluarga miskin. Hasil penelitian menunjukkan bayi pada keluarga miskin umumnya mengkonsumsikan ASI saja 40 bayi dari 55 bayi yang umur 0-6 bulan 72 jenis makanan sumber energi, smber protein, sayur-sayuran maupun buah-buahan. Frekuensi makan untuk setiap jenis makanan adalah : makanan sumber energi yaitu bubur beras, 42,2 bayi pada keluarga miskin, selanjutnya untuk jenis makanan Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008 sumber protein dengan frekuensi tertinggi 1-3 kali seminggu adalah ikan, yaitu 45 pada keluarga miskin Frekuensi konsumsi makanan jenis sayur-sayuran yang paling sering 1-3 kali sehari adalah bayam, yaitu 91,1, wortel 44,4, kentang 44,4, bersamaan diberikan dengan nasi tim pada keluarga miskin. Buah-buahan yang paling tinggi frekuensi konsumsinya adalah pisang pada keluarga miskin yaitu 45. Tabel 4.9. Jenis dan Frekuensi Makan pada Keluarga Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 Keluarga Tidak Miskin Frekuensi Kapan Saja Anak membutuhkan 1-3 xhr 4-6 xmgg 1-3 xmgg 1xbulan Jenis Makanan n n n n n Jumlah 0- 6 Bulan ASI saja 35 87,5 35 87,5 Nasi + pisang 5 12,5 5 12,5 Makanan Sumber Energi Nasi Tim 28 46,7 0 0,0 0 0,0 0 0,0 28 46,7 Bubur beras 11 18,3 0 0,0 0 0,0 0 0,0 11 18,3 Rotibiskuit 11 18,3 0 0,0 0 0,0 0 0,0 11 18,3 Kacang Ijo 10 16,7 0 0,0 0 0,0 5 8,3 15 25,0 Makanan Sumber Protein Ikan 11 18,3 0 0,0 10 16,7 9 15,0 30 50,0 Daging 0 0,0 0 0,0 8 13,3 15 25,0 23 38,3 Telur 0,0 9 15,0 10 16,7 15 25,0 34 56,7 Tahu 0 0,0 0 0,0 20 33,3 11 18,3 31 51,7 Tempe 0 0,0 0 0,0 10 16,7 15 25,0 25 41,7 Sayur-sayuran Bayam 28 46,7 0 0,0 0 0,0 0 0,0 28 46,7 Wortel 28 46,7 0 0,0 0 0,0 0 0,0 28 46,7 Kentang 28 46,7 0 0,0 0 0,0 0 0,0 28 46,7 Buah-buahan Pisang 5 8,3 0 0,0 0 0,0 10 16,7 15 25,0 Pepaya 5 7,7 40 61,5 20 30,8 0,0 65 100,0 Jeruk 16 24,6 22 33,8 16 24,6 11 16,9 65 100,0 Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008 Berdasarkan hasil pengolahan dari food frekuensi diperoleh gambaran tentang jenis makanan ASI saja 35 bayi dari 40 bayi yang berumur 0-6 bualan 88,0, frekuensi, konsumsi energi dan protein yang dikonsumsi bayi pada keluarga tidak miskin. Hasil penelitian menunjukkan bayi pada keluarga tidak miskin umumnya mengkonsumsi jenis makanan sumber energi, sumber protein, sayur-sayuran maupun buah-buahan. Frekuensi makan untuk setiap jenis makanan adalah : makanan sumber energi yaitu nasi tim 46,7 pada keluarga tidak miskin mengkonsumsikan 1-3 kalimgg, selanjutnya untuk jenis makanan sumber protein dengan frekuensi tertinggi 4-6 kali seminggu adalah ikan, yaitu 50 pada keluarga tidak miskin. Frekuensi konsumsi makanan jenis sayur-sayuran yang paling sering 1-3 kali sehari adalah bayam, kentang dan wortel 46,7, ini diberikan bersamaan dengan nasi tim yaitu pada keluarga tidak miskin. Buah-buahan yang paling tinggi frekuensi konsumsinya adalah pisang 25 pada keluarga tidak miskin, kemudian seprti daging pada keluarga miskin tidak pernah diberikan pada anaknya karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan sedangkan pada keluarga tidak miskin ada yang memberikan daging sebanyak 23 orang 38,3. Dilihat dari jenis makanan yang dikonsumsi bayi pada keluarga miskin maupun tidak miskin, tidak jauh berbeda. Perbedaan yang nyata pada kedua kelompok keluarga ini terlihat pada frekuensi makan pada keluarga tidak miskin cenderung frekuensinya lebih sering dibandingkan keluarga miskin. Perbedaan yang paling nyata terlihat pada frekuensi makanan sumber protein hewani ikan, daging dan telur, dimana frekuensi makan pada keluarga tidak miskin lebih sering dibandingkan keluarga miskin. Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008 Aspek sosial budaya masyarakat turut mempengaruhi perilaku asuh makan bayi, salah satu adalah kebiasaan memberikan pisang kepada bayi, meskipun umurnya beluk saatnya diberikan makanan selain ASI. Tabel 4.10. Konsumsi Energi dan Protein Bayi pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 Keluarga Miskin Keluarga Tidak Miskin Kecukupan n n Energi a. Bayi 0-6 bulan Sesuai AKG 560 kkalhr 30 54,6 30 75,0 b. Bayi 0-6 bulan Tidak sesuai AKG 560 kkalhr 25 45,4 10 25,0 Jumlah 55 100,0 40 100,0 a. Bayi 7-12 bulan Sesuai AKG 800 kkalhr 10 22,7 40 66,7 b. Bayi 7-12 bulan Tidak sesuai AKG 800 kalhr 34 77,3 20 33,3 Jumlah 44 100,0 60 100,0 Protein a. Bayi 0-6 bulan Sesuai AKG 12 gram 30 54,6 30 75,0 b. Bayi 0-6 Tidak sesuai AKG 12 gram 25 45,4 10 25,0 Jumlah 55 100,0 40 100,0 a. Bayi 7-12 bulan Sesuai AKG 15 gram 10 22,7 40 66,7 b. Bayi 7-12 bulan Tidak sesuai AKG 15 gram 34 77,3 20 33,3 Jumlah 44 100,0 60 100,0 Berdasarkan hasil food recall 24 jam makanan yang dikonsumsi bayi diketahui bahwa konsumsi kalori dari makanan ditambah kalori yang terkandung dari ASI pada keluarga miskin yang sesuai dengan kebutuhan bayi 0-6 bulan yaitu 560 Kalorihari Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1998 sebesar 54,6. Sedangkan pada keluarga tidak miskin yang sesuai dengan kebutuhan sebesar 75. Makanan yang dikonsumsi bayi diketahui bahwa konsumsi kalori dari makanan ditambah kalori yang terkandung dari ASI pada keluarga miskin yang sesuai dengan kebutuhan bayi 7-12 bulan yaitu 800 Kalorihari Widya Karya Nasional Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008 Pangan dan Gizi, 1998 sebesar 22.7. Sedangkan pada keluarga tidak miskin yang sesuai dengan kebutuhan sebesar 66,7. Untuk konsumsi protein, bayi umur 0-6 bulan pada keluarga miskin yang memperoleh asupan protein yang sesuai dengan kebutuhan yaitu 12 gramhari Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1998 sebesar 54,6, sedangkan pada keluarga tidak miskin sebesar 75,0 bayi yang memperoleh asupan protein sesuai dengan kebutuhan. Untuk konsumsi protein, bayi umur 7-12 bulan pada keluarga miskin yang memperoleh asupan protein yang sesuai dengan kebutuhan yaitu 15 gramhari Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1998 sebesar 22,7, sedangkan pada keluarga tidak miskin sebesar 66,7 bayi yang mengperoleh asupan protein sesuai dengan kebutuhan. Angka yang menunjukkan energi dan protein pada ASI adalah angka relatif, karena komposisi dan kandungan zat gizi ASI tidak selalu sama berubah dari ASI masa peralihan dari kolostrum ke ASI matur. Disamping itu produksi ASI untuk setiap frekuensi menyusui dalam satu hari juga berbeda berdasarkan jumlah paritas jumlah anak. Asuh makan kategori baik apabila pemberian kolostrum yang baik diberikan langsung setelah lahir, pemberian ASI sampai umur 6 bulan, pemberian MP-ASI setelah berumur 6 bulan, pemberian makan setelah berumur 6 bulan dengan jenis makanan yang sesuai umur bayi, serta kualitas pemberian makanan bayi apabila diusahakan bayi mau makan, dengan frekuensi makan 3-4 kali sehari, bayi diberi Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008 makan sampai kenyang, makanan bayi diutamakan daripada anggota keluarga lainnya, serta diupayakan makanan bayi bervariasi. Asuh makan kategori kurang baik apabila pemberian kolostrum tidak diberikan langsung setelah lahir, pemberian ASI sampai tidak sampai umur 6 bulan, pemberian MP-ASI sebelum bayi berumur 6 bulan, pemberian makan sebelum berumur 6 bulan dengan jenis makanan tidak sesuai umur bayi, serta bayi tidak diusahakan mau makan, frekuensi makan kurang dari 3-4 kali sehari, bayi diberi makan tidak sampai kenyang, makanan bayi tidak diutamakan daripada anggota keluarga lainnya, serta makanan bayi kurang bervariasi. Tabel 4.11. Kategori Asuh Makan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 Keluarga Miskin Keluarga Tidak Miskin Asuh Makan n n Kurang Baik 36 36,0 20 20.0 Baik 64 64,0 80 80.0 Jumlah 100 100,0 100 100,0 4.3.3. Asuh Kesehatan Tabel 4.12. Asuh Kesehatan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 Keluarga Miskin Keluarga Tidak Miskin Asuh Kesehatan n n Jenis Penyakit a. Diare 27 27,0 23 23,0 b. ISPA 21 21,0 15 15,0 c. Diare dan ISPA 40 40,0 17 17,0 c. Tidak ada 12 12,0 45 45,0 Jumlah 100 100,0 100 100,0 Frekuensi Sakit a. 3-4 kali 22 25.6 1 1,8 b. 1-2 kali 66 44,4 54 98,2 Jumlah 86 100,0 55 100,0 Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 4.12. Lanjutan Keluarga Miskin Keluarga Tidak Miskin Asuh Kesehatan n n Lama Sakit a. 3-4 hari 2 2,3 1 1,8 b. 1-2 hari 86 97,7 54 98,2 Jumlah 88 100,0 55 100,0 Tindakan Pengobatan a. Baik 65 73,9 54 98,2 b. Kurang Baik 23 26,1 1 1,8 Jumlah 88 100,0 55 100,0 Tempat Pengobatan a. Puskesmas 63 71,6 45 81,8 b. Posyandu 25 28,4 1 1,8 c. Rumah Sakit 0,0 9 7,4 Jumlah 88 100,0 55 100,0 Kualitas sarana pelayanan kesehatan a. Baik 86 97,7 74 98,7 b. Kurang Baik 2 2,3 1 1,3 Jumlah 88 100,0 75 100,0 Penggunaan Posyandu a. Baik 75 75,0 98 98,0 b. Kurang Baik 25 25,0 2 2,0 Jumlah 100 100,0 100 100,0 Imunisasi a. Ya 89 89,0 100 100,0 b. Tidak 11 11,0 0,0 Jumlah 100 100,0 100 100,0 Asuh kesehatan meliputi aspek jenis penyakit, frekuensi dan lama sakit juga imunisasi. Hasil penelitian menunjukkan jenis penyakit yang banyak diberita oleh bayi pada keluarga miskin dalam sebulan terakhir adalah diare dan ISPA yaitu sebanyak 50, sedangkan pada keluarga tidak miskin adalah penyakit diare yaitu 43, sedangkan yang tidak menderita sakit dalam sebulan terakhir adalah 2 pada keluarga miskin dan 15 pada keluarga tidak miskin. Bayi yang menderita sakit pada kaluarga miskin umumnya 1-2 kali yaitu 66, sedangkan pada keluarga tidak Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008 miskin 60, lama sakit antara 1-2 hari yaitu 86 pada keluarga miskin dan 65 pada keluarga tidak miskin. Tindakan pengobatan yang baik terhadap bayi yang menderita sakit, yaitu dibawa berobat ke pelayanan kesehatan dinyatakan oleh 21 pada keluarga miskin dan 61 pada keluarga tidak miskin. Sarana pelayanan kesehatan yang digunakan untuk pengobatan bayi adalah ke puskesmas yaitu 63 pada keluarga miskin dan 45 pada keluarga tidak miskin. Kualitas pelayanan kesehatan menurut keluarga miskin adalah 86 menyatakan baik dan keluarga tidak miskin 54, karena terjangkau dan dilayani oleh tenaga kesehatan dengan baik. Penggunaan posyandu untuk penimbangan setiap bulan, mendapatkan PMT, bayi mempunyai KMS, serta bayi dibawa ke posyandu oleh ibu dinyatakan oleh 75 keluarga misin, sedangkan keluarga tidak miskin seluruhnya menggunakan posyandu dengan baik. Bayi pada keluarga miskin yang mendapatkan imunisasi lengkap sesuai umurnya sebanyak 89, sedangkan bayi pada keluarga tidak miskin seluruhnya mendapatkan imunisasi lengkap sesuai umurnya. Tabel 4.13. Kategori Asuh Kesehatan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 Keluarga Miskin Keluarga Tidak Miskin Asuh Kesehatan n n Kurang Baik 31 31,0 22 22,0 Baik 69 69,0 78 78,0 Jumlah 100 100,0 100 100,0 Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008 Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden pada keluarga miskin mempunyai asuh kesehatan yang baik yaitu 69 orang 69,0, demikian juga dengan keluarga tidak miskin dominan pada asuh kesehatan kategori baik yaitu 78 orang 78,0. Asuh kesehatan yang baik apabila bayi tidak menderita penyakit diare atau ISPA, kalaupun sakit dibawa berobat ke sarana pelayanan kesehatan, bayi ditimbang setiap bulan ke posyandu, dan memiliki KMS, serta mendapat imunisasi sesuai umur bayi. Asuh kesehatan yang kurang baik apabila bayi pernah menderita penyakit diare atau ISPA, kalau sakit dibawa berobat ke dukun atau pengobatan tradisional, bayi tidak ditimbang setiap bulan ke posyandu, dan tidak memiliki KMS, serta mendapat imunisasi tetapi tidak lengkap sesuai umur bayi. Berdasarkan pola asuh menunjukkan sebagian besar pengasuhan bayi baik, namun masih ditemukan bayi dengan pola asuh kurang baik dengan persentase lebih banyak pada keluarga miskin daripada keluarga tidak miskin. 4.4. Status Gizi Bayi Tabel 4.14. Status Gizi Bayi pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 Keluarga Miskin Keluarga Tidak Miskin Status Gizi Bayi n n Gizi Baik 34 34,0 77 77,0 Gizi Kurang 66 66,0 23 23,0 Jumlah 100 100,0 100 100,0 Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008 Pengukuran status gizi bayi berdasarkan hasil penimbangan berat badan yang terakhir dilakukan sesuai dengan catatan pada KMS bayi. Indeks yang digunakan adalah Berat Badan per Umur BBU, sebagai indeks yang dapat menggambarkan status gizi bayi saat penelitian dilakukan. Berdasarkan hasil penimbangan berat badan bayi dibandingkan dengan umur untuk menentukan status gizi bayi, diketahui bahwa tidak dijumpai status gizi lebih maupun gizi buruk. Status gizi bayi pada keluarga miskin lebih banyak pada kategori gizi kurang yaitu 66 orang 66,0, sedangkan pada keluarga tidak miskin lebih banyak pada status gizi baik, yaitu 77 orang 77,0. 4.5. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Hubungan pola asuh asuh diri, asuh makan dan asuh kesehatan pada keluarga miskin dan tidak miskin dapat dilihat pada uraian berikut. 4.5.1. Hubungan Asuh Diri dengan Status Gizi Tabel 4.15. Uji Chi-Square Hubungan Asuh Diri dengan Status Gizi Menurut Status Keluarga di Kabupaten Aceh Utara Status Gizi Gizi Kurang Gizi Baik Asuh Diri n n Hasil Uji Keluarga Miskin Kurang Baik 22 33,3 3 8,8 Baik 44 66,7 31 91,2 p=0,007 Jumlah 66 100,0 34 100,0 Keluarga Tidak Miskin Kurang Baik 7 30,4 4 5,2 Baik 16 69,6 73 94,8 p=0,001 Jumlah 23 100,0 77 100,0 Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 responden pada keluarga miskin yang memberikan asuh diri kategori kurang baik ada 22 orang 33.3 dengan status gizi bayi kategori kurang baik dan 3 orang 8,8 status gizi bayinya kategori baik. Sedangkan dari 75 orang responden yang memberikan asuh diri kategori baik, terdapat 44 orang 66,7 diantaranya status gizi bayinya kategori kurang baik, selebihnya status gizinya baik 31 orang 91,2. Pada keluarga tidak miskin dari 11 responden yang memberikan asuh diri kategori kurang baik, ada 7 orang 30.4 diantaranya status gizi bayi kurang baik dan 4 orang 5,2 yang status gizi bayinya kategori baik. Sedangkan dari 89 orang responden yang memberikan asuh diri kategori baik, terdapat 16 orang 69,6 diantaranya status gizi bayinya pada kategori kurang baik, sedangkan yang status gizinya baik sebanyak 73 orang 94,8. Secara statistik menunjukkan ada hubungan antara asuh diri dengan sttaus gizi pada keluarga miskin dengan nilai p=0,007, demikian juga pada keluarga tidak miskin dengan nilai p=0,010. 4.5.2. Hubungan Asuh Makan dengan Status Gizi Tabel 4.16. Uji Chi-Square Hubungan Asuh Makan dengan Status Gizi Menurut Status Keluarga di Kabupaten Aceh Utara Status Gizi Asuh Makan Gizi Kurang Gizi Baik Keluarga Miskin n n Hasil Uji Kurang Baik 31 86,1 5 13,9 Baik 35 54,7 29 45,3 p=0,002 Jumlah 66 100,0 34 100,0 Keluarga Tidak Miskin Kurang Baik 11 33,3 9 13,4 Baik 12 66,7 68 86,6 p=0,000 Jumlah 33 100,0 67 100,0 Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 36 responden pada keluarga miskin yang memberikan asuh makan kategori tidak baik, ada 31 orang 86.1 diantaranya status gizi bayi tidak baik dan 5 orang 13,9 yang status gizi bayinya kategori baik. Sedangkan dari 64 responden yang memberikan asuh makan kategori baik, terdapat 35 orang 54,7 diantaranya status gizi bayinya pada kategori tidak baik, sedangkan yang status gizinya baik hanya 29 orang 45,3. Pada keluarga tidak miskin dari 20 responden yang memberikan asuh makan kategori tidak baik, ada 11 orang 55.0 diantaranya status gizi bayi tidak baik dan 9 orang 45,0 yang status gizi bayinya kategori baik. Sedangkan dari 80 responden yang memberikan asuh makan kategori baik, terdapat 12 orang 15,0 diantaranya status gizi bayinya pada kategori tidak baik, sedangkan yang status gizinya baik sebanyak 68 orang 85,0. Secara statistik menunjukkan ada hubungan antara asuh makan dengan status gizi pada keluarga miskin dengan nilai p=0,002, demikian juga pada keluarga tidak miskin dengan nilai p=0,000.

4.5.3. Hubungan Asuh Kesehatan dengan Status Gizi Tabel 4.17.