Latar Belakang Masalah Pengaruh self-esteem dan dukungan sosial terhadap resiliensi mantan pecandu narkoba
bisa terlepas dari narkoba bahkan sampai akhir hayatnya. Diantaranya adalah Whitney Houtson yang merupakan penyanyi ternama yang tidak bisa terlepas
dari narkoba, bahkan dia ditemukan meninggal di kamar hotelnya karena over dosis www.tempo.com, 2012
, www.bbc.co.uk, 2012.
Meskipun terlepas dari ketergantungan terhadap narkoba adalah hal yang sulit untuk dijalani, namun tidak menutup kemungkinan untuk dapat
sembuh dari ketergantungan tersebut. Tidak sedikit yang dapat bangkit dari keterpurukan sebagai pecandu narkoba. Selain mereka sembuh dari
ketergantungan narkoba, mereka pun dapat menjalani hidup mereka seperti sediakala bahkan lebih baik lagi. seperti halnya yang pernah dialami oleh
Sammy Simorangkir yang merupakan vocalist band terkenal. Sammy diketahui sebagai pecandu narkoba sehingga harus menjalani rehabilitasi, karena itu pula,
Sammy dikeluarkan dari band yang membesarkan namanya. Akan tetapi Sammy tetap dapat menjalankan rehabilitasinya sampai dia dinyatakan sembuh,
bahkan setelah keluar dari rehabilitasi, Sammy tetap menjadi penyanyi walaupun bersolo karir, dan telah memiliki album solonya sendiri Supri, 2012,
www.regional.kompas.com. Selain itu, banyak juga mantan pecandu narkoba yang dapat bangkit
kembali, Raditya Oloan, berhasil mendirikan suatu komunitas untuk para
remaja. Komunitas tersebut memiliki visi membangun bangsa dan anak-anak muda yang takut akan Tuhan www.bnn-dki.com. Banyak pula mantan
pecandu narkoba yang berperan sebagai konselor bagi para pasien rehabilitasi
narkoba. Bahkan ada mantan pecandu narkoba yang menjadi pengemuka agama yang terkenal, salah satunya adalah Alm Ustad Jefri Al Buchori.
www.MNCTV.com, 2013,
www.jawaban.com, 2013,
www.luar- negeri.kompasmania.com, 2013.
Dalam upaya untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap narkoba dan dapat melanjutkan kembali kehidupan, maka dibutuhkanlah suatu
kemampuan untuk dapat bertahan dalam keadaan yang sulit tersebut, kemampuan untuk bertahan dalam keadaan yang menyulitkan seperti itu
disebut dengan resiliensi. McCuubbin 2001 menyatakan bahwa resiliensi adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk kembali bangkit
dari keterpurukan dan keadaan yang mudah terserang atau kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan.
Resiliensi merupakan faktor penting yang dapat membuat seseorang mampu bertahan dan dapat beradaptasi dalam keadaan yang sulit. Individu yang
dapat bertahan adalah individu resilient. Oleh karena itu, mantan pecandu narkoba harus resilient untuk dapat mempertahankan diri mereka agar tidak
relaps, serta dapat membangun kembali kehidupan mereka dan menjadi lebih baik. Conner 1992 dalam bukunya Managing at the Speed of Change
menyatakankan bahwa resiliensi sangat penting untuk kesuksesan dalam menerapkan perubahan. Dia menyimpulkan bahwa orang yang resilient adalah
yang dapat memandang hidup dan diri mereka sendiri dengan positif, memiliki
pemikiran dan hubungan sosial yang fleksibel, fokus, terorganisasi dan proaktif dalam Wang, tanpa tahun.
Mantan pecandu narkoba telah berhasil melalui proses yang tidak mudah untuk melepaskan dirinya pada ketergantungan terhadap narkoba dan
juga telah dapat kembali masuk ke tengah-tengah masyarakat untuk menjalankan kehidupannya seperti sediakala, maka dari itu mantan pecandu
narkoba seharusnya memiliki kemampuan resiliensi yang baik, karena resiliensi dapat mengurangi seseorang terkena faktor-faktor resiko. Baik secara langsung
maupun tidak langsung, resiliensi dapat mengurangi timbulnya kondisi mudah terserang dalam keadaan yang sulit dan membuat tertekan vulnerabilities serta
dapat meningkatkan kompetensi dan kekuatan individu dalam menghadapi tantangan dan kesulitan. Resiliensi juga dapat mengubah kondisi faktor resiko
dan faktor pelindung yang muncul untuk dihubungkan dengan kelemahan dan kekuatan individu untuk melawan serangan-serangan dari gangguan sehingga
dapat menghasilkan resiliensi dalam menghadapi tantangan yang serius. Karena itulah resiliensi berperan penting bagi mantan pecandu narkoba agar dapat
kembali ke lingkungan masyarakat dan tidak kembali relaps .
Dalam jurnal karya Grotberg, 1995 dinyatakan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi resiliensi, yaitu hubungan saling mempercayai,
dukungan emosional dari selain keluarga, self-esteem penghargaan diri, dorongan untuk mandiri, harapan, mengambil tanggung jawab dan resiko, rasa
yang menimbulkan kasih sayang, prestasi sekolah, serta cinta yang tidak
bersyarat. Dengan demikian penulis mengambil hipotesis bahwa terdapat faktor inernal dan eksternal yang dapat mempengaruhi kemampuan resiliensi yang
dimiliki oleh seseorang. Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi resiliensi adalah
self-esteem. self-esteem dipilih sebagai faktor internal yang mempengaruhi resiliensi dalam penelitian ini karena apabila seseorang telah mampu menerima
dirinya sendiri tanpa syarat serta menilai positif dirinya dan kehidupan yang dia jalani, maka akan membantu individu tersebut untuk dapat beradaptasi secara
positif dan dapat melepaskan diri dari kesulitan yang sedang dialaminya. Dalam jurnal yang ditulis oleh Guindon 2010, Wells dan Marwell 1976
mendefinisikan self-esteem sebagai bagian dari kepribadian, diri dan sistem diri, yang mana merupakan bagian dari kepribadian yang terkait dengan motivasi
dan self-regulation peraturan diri. Adapun Owens, Stryker, dan Goodman 2006 mengambil definisi self-esteem dari beberapa tokoh dalam jurnal mereka
yang berjudul Extending self-esteem theory and research: sociological and research: sociological and psychosocial current, diantaranya Burns, 1979 dan
Covington, 1992 menjelaskan bahwa self-esteem merupakan pelindung orang untuk melawan efek sakit yang didapat dari banyaknya masalah dalam hidup.
Pernyataan ini mengasumsikan bahwa orang yang memiliki self-esteem tinggi menunjukkan perilaku yang lebih dapat diterima secara sosial, lebih
bertanggung jawab, lebih resilien pada perubahan dalam hidup, dan biasanya
menunjukkan prestasi yang tinggi, sehingga akhirnya memiliki kesejahteraan sosioemosional yang lebih besar.
Akan tetapi, sebagian besar mantan pecandu narkoba memiliki perasaan bersalah, tidak berguna, dan mudah tersinggung sehingga mengakibatkan
pecandu tidak memiliki kesejahteraan sosioemosional. Perasaan-perasaan tersebut pun masih sering muncul pada mantan pecandu narkoba, hal itu yang
membuat mantan pecandu narkoba memiliki keinginan untuk kembali menggunakan narkoba. Oleh karena itu, agar mantan pecandu narkoba tidak
kambuh lagi, maka mereka harus dapat mengatur dirinya sehingga perasaan yang
tidak menyenangkan
tersebut tidak
muncul kembali
www.sinarbnn.co.id. Selain faktor internal yang dapat mempengaruhi baik atau buruknya
resiliensi seseorang, terdapat juga faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal adalah dukungan sosial. Dukungan sosial adalah bentuk penerimaan dari
seseorang atau suatu kelompok terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa diperhatikan, disayangi, dihargai, dan ditolong, serta mendapatkan
dukungan yang meliputi dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan penghargaan dan dukungan jaringan sosial. House dan
Kahn, 1985 menyatakan bahwa dukungan sosial biasanya berkaitan dengan fungsi perilaku individu yang berkaitan dengan orang yang berharga baginya,
seperti keluarga, teman dan rekan kerja. Orang yang berarti ini dapat memberikan instrumen, informasi, dan atau pertolongan emosi dalam Thoits,
1995. Dukungan sosial dipilih karena sebagai makhluk sosial, lingkungan memiiki pengaruh yang besar dalam kehidupan individu, dimana lingkungan
memiliki peran dalam membentuk karakter individu. Dengan memiliki dukungan sosial yang tinggi maka individu tersebut akan lebih kuat untuk
bertahan dalan keadaan yang sulit dan dapat bangkit kembali dari keadaan yang membuatnya terpuruk.
Sayangnya, mantan pecandu narkoba sangat jarang mendapatkan dukungan sosial dari masyarakat bahkan orang-orang terdekat mereka. bahkan
dari hasil wawancara peneliti dengan mantan pecandu narkoba, banyak dari mereka yang tidak mendapat dukungan bahkan diasingkan dan diusir dari
keluarganya. Hal ini terjadi karena adanya stigma sosial yang menyatakan bahwa mantan pecandu narkoba adalah sampah masyarakat yang hanya
menyusahkan dan tidak dapat diandalkan www.pelita.or.id, 2014. Padahal, setelah terbebas dari kecanduan terhadap narkoba, mantan
pecandu narkoba membutuhkan banyak dukungan yang diberikan oleh orang- orang terdekat dan masyarakat agar pecandu merasa dihargai, disayangi,
ditolong, dan diterima dilingkungan masyarakat sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan mereka kembali dan terhindar dari kecenderungan
untuk kembali menggunakan narkoba. Selain dukungan sosial, pekerjaan juga merupakan salah satu faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi resiliensi. Berdasarkan The North West Mental Wellbeing Survey, 2009 bekerja atau tidak bekerjanya seseorang dapat
mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan dan kesehatan perilaku seseorang sehingga dapat berdampak pada resiliensinya dan kemampuan dalam
menghadapi perubahan status. Anne dan Marie, 2007 mengatakan bahwa secara signifikan menganggur dapat meningkatkan symptom depresi. National Survey
of Mental Health and Wellbeing 1993 menemukan bahwa 22 orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan dilaporkan memiliki symptom depresi dalam
Anne dan Marie, 2007. Berdasarkan pernyataan yang disampaikan mantan pecandu dan ditemui
oleh peneliti, mereka memiliki perasaan bersalah yang besar kepada keluarganya saat mereka tidak memiliki pekerjaan. Hal tersebut membuat
mereka tertekan dan kembali ke pergaulan sebelumnya, sehingga mereka kembali menggunakan narkoba. Sedangkan mereka yang mendapatkan
pekerjaan setelah menjalani rehabilitasi, menjadi lebih tahan dalam mengkontrol diri untuk tidak kembali menggunakan narkoba. Hal ini
disebabkan karena mereka memiliki lingkungan pergaulan yang baru dan lebih sehat, serta adanya kesibukan yang positif, dan juga adanya ketakutan akan
kehilangan pekerjaannya. Resiliensi sangat dibutuhkan oleh mantan pecandu narkoba untuk dapat
bangkit dari keterpurukannya selama menjadi pecandu narkoba, oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti mengenai resiliensi pada mantan pecandu
narkoba dan seberapa besar pengaruh self-esteem, dukungan sosial, dan pekerjaan dalam meningkatkan resiliensi pada mantan pecandu sehingga
mantan pecandu dapat resilient. Self-esteem dan dukungan sosial akan diukur berdasarkan masing-masing dimensi dan pekerjaan akan dilihat berdasarkan
memiliki pekerjaan atau pengangguran. Diasumsikan bahwa apabila self- esteem, dan dukungan sosial pada mantan pecandu tinggi serta memiliki
pekerjaan maka resiliensi mereka juga tinggi sehingga mereka dapat bangkit dari keterpurukan setelah menjadi pecandu narkoba, tidak mengalami relaps
dan dapat kembali ke lingkungan masyarakat.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah
Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh self-esteem, dukungan sosial, dan pekerjaan terhadap resiliensi pada mantan
pecandu narkoba. Oleh karena itu peneliti memberikan batasan pada masalah yang akan dibahas, adapun yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Self-esteem adalah nilai yang dilekatkan pada diri kita, penilaian atas ‘harga diri’ kita sebagai manusia, berdasarkan pada persetujuan dan
pengingkaran atas diri dan perilaku kita dalam Minchinton, 1993. 2. Dukungan sosial adalah
kesenangan, kepedulian, penghargaan atau tersedianya bantuan yang akan diterima oleh individu dari orang lain
atau kelompok, dukungan tersebut dapat diperoleh dari pasangan hidup atau kekasih, keluarga, teman, atau organisasi dan komunitasnya dalam
Sarafino dan Smith, 2011.
3. Resiliensi dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menghadapi, mengatasi, mempelajari, atau berubah
melalui berbagai kesulitan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan ini dalam Grotberg, 2003.
4. Pekerjaan yang dimaksud adalah adanya suatu kegiatan rutin yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu lingkungan tertentu dan dapat
menghasilkan pendapatan. 5. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mantan
pecandu narkoba yang berusia 18 tahun sampai 40 tahun dan berada di daerah Jakarta.