Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi

rendah. Sehingga apabila individu memiliki kontrol impuls yang rendah, maka individu tersebut akan percaya pada dorongan impulsifnya yang pertama dan menganggap situasi merupakan kenyataan dan melakukan perbuatan yang sesuai dengan kenyataan tersebut. Hal ini dapat membuat resiliensi individu menjadi rendah. Individu dengan control impuls yang baik adalah ketika individu berada dalam situasi yang menantang, maka individu tersebut akan sanggup untuk memunculkan pengendalian impuls dan menghasilkan lebih banyak pemikiran yang lebih cermat sehingga melakukan regulasi emosi yang lebih baik dan menghasilkan perilaku yang lebih resilien. 3. Optimis Orang yang resilien adalah orang yang optimis. Mereka percaya bahwa sesuatu itu bisa berubah menjadi lebih baik. Mereka punya harapan untuk masa depan dan percaya bahwa mereka mengkontrol dan mengarahkan hidup mereka. optimis membuat fisik lebih sehat karena dengan optimis hanya sedikit kemungkinan menderita depresi, menjadi lebih baik disekolah, lebih produktif saat kerja, dan lebih sering memenangkan perlombaan olahraga Reivich dan Shatte, 2002 . Individu yang optimis adalah individu yang percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk menangani kesengsaraan yang akan muncul di masa yang akan datang. Optimis juga menggambarkan kemampuan self-efficacy, yakni kemampuan untuk mempercayai kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dan siapa yang mengkontrol kehidupan diri sendiri. Kunci untuk menjadi resilien dan mencapai kesuksesan dikemudian hari adalah dengan memiliki optimis yang realistis dan dipadukan dengan self-efficacy Reivich dan Shatte, 2002 . 4. Analisis Penyebab Masalah Causal Analysis Analisis kausal adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam mengidentifikasi dengan teliti penyebab dari masalah yang dihadapinya. Jika masalah tersebut tidak diidentifikasi dengan akurat, maka akan terjadi beberapa kesalahan secara berulangkali Reivich dan Shatte, 2002. Seligman dan rekannya dalam Reivich dan Shatte, 2002 mengidentifikasi cara yang merupakan hal penting dalam analisis kausal dikenal denga explanatory style, yakni merupakan cara untuk menjelaskan hal baik dan buruk yang dialami oleh individu. explanatory style terdiri dari tiga dimensi, yaitu: personal saya-bukan saya; permanent selalu-tidak selalu; pervasive segalanya-bukan segalanya. Individu yang resilien adalah individu yang memiliki kefleksibelan kognitif dan bisa mengidentifikasi semua penyebab dari kesulitan yang dihadapinya. Individu dapat bersikap realistis dan tidak