BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal guna mancapai
masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan nasional juga mencakup peningkatan taraf ekonomi dan sosial masyarakat, sehingga memacu perkembangan
industri di suatu negara. Indonesia merupakan satu dari banyak negara yang sedang berkembang menjadi negara industri. Perkembangan itu juga diiringi dengan semakin
tingginya standar kualitas barang atau produk yang dihasilkan. Untuk itu, Quality Control sebagai tempat uji mutu standar sangat diperlukan sebagai upaya
meningkatkan kualitas hasil produksi. Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 86, ayat 1a,
yang menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan ini merupakan
tugas pokok pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja, yang diatur dalam
Permenakertrans Nomor 03Men1982. Hal yang sama juga dituangkan dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pada pasal 164-166 tentang
Kesehatan Kerja ayat 1 yang berbunyi “Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan ”. Untuk itu, pentingnya
1
Universitas Sumatera Utara
perlindungan atas kesehatan pekerja oleh perusahaan seharusnya tidak boleh diabaikan.
Menurut Barthos 1999, penyakit akibat kerja dapat menurunkan derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja. Faktor utama dari teknologi yang menjadi
penyebab penyakit akibat kerja adalah bahan kimia, radiasi dan sebagainya. Untuk itu setiap perusahaan sejak dini harus mempunyai kebijaksanaan aktif dibidang
pencegahan kecelakaan kerja dan manajemen harus merumuskan dan melaksanakan kebijakan tersebut bersama dengan wakil-wakil pekerja.
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang
sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaan sehari-hari untuk meningkatkan
produksi dan produktifitas nasional. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan
mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya Suma’mur, 1987. Di Amerika Serikat diperkirakan ada 125.000 sampai 350.000 kasus pertahun
penyakit akibat kerja yang baru terjadi dan terjadi 5,3 juta kecelakaan kerja pertahun. Biaya yang dikeluarkan lebih dari 60 triliun pertahun Wahyuningsih, 2007.
Menurut Wilson 2006, gangguan sistem pernafasan merupakan penyebab utama moorbiditas dan mortalitas. Hal tersebut diperkuat dengan data ILO dalam
Wahyuningsih 2007 yang menyatakan bahwa penyebab kematian akibat pekerjaan terbesar adalah kanker, kecelakaan, dan gangguan pernafasan. Gangguan saluran
Universitas Sumatera Utara
pernafasan akibat kerja misalnya asbestosis, silicosis, pneumoconiosis, kanker paru dan asma kerja.
Lebih dari 80 bahan berbahaya ditempat kerja masuk melalui sistem pernafasan. Efek pemajanan seperti itu juga dapat dirasakan pada sistem organ
lainnya, tetapi kerusakannya sering kali terletak pada saluran udara dan paru Harrington, 2005.
Rebeca Ghosh, seorang peneliti dari Inggris mengatakan bahwa perkembangan asma pada orang dewasa meningkat karena pekerjaannya, terutama
pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia. Dalam penelitiannya yang melibatkan 7.500 orang dewasa, sebagian besar menderita asma pada usia 42 tahun
keatas akibat pekerjaan yang terpapar bahan kimia seperti petani, dan tukang fotocopy Mayasari, 2013.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Betiandriyan 2012 tentang hubungan faktor-faktor resiko terhadap kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja
painting, 30 dari jumlah total 15 orang sering mengalami batuk. Dalam penelitian Fariz 2005 tentang paparan amoniak pada pekerja pengeleman sepatu, sebanyak 24
orang 53,3 dari jumlah pekerja 45 orang mengalami gangguan pernafasan yang ditandai dengan adanya gejala-gejala gangguan pernafasan seperti batuk, pengeluaran
reaksputum, nyeri dada dan sesak nafas. Dalam penelitian Budiono 2007 terhadap pekerja pengecatan mobil di
Semarang, peluang pekerja untuk mengalami gangguan fungsi paru adalah 99. Hasil penelitian menunjukkan, sebanyak 46,7 dari total pekerja 90 orang
Universitas Sumatera Utara
mengalami gangguan fungsi paru akibat terpapar bahan kimia pada proses mengecat tersebut.
PT.Smart,tbk merupakan anak perusahaan Sinar Mas Group yang bergerak di bidang pengolahan crude palm oil CPO atau minyak kelapa sawit, dimana hasil
produksinya berupa minyak goreng dan margarin. Salah satu cabangnya berada di kawasan industri di Belawan, Medan. Untuk meningkatkan kualitas hasil
produksinya, setiap cabang perusahaan memiliki bagian Quality Control QC dibawah departemen laboratorium. Adapun pekerjanya terdiri dari 36 orang laboran
yang terbagi menjadi 4 grup shift, dimana masing-masing shift terdiri dari 9 orang pekerja. Dalam satu hari ada 3 grup shift yang bekerja, sementara grup yang lain
mengalami day off atau libur. Pergantian shift terjadi setiap hari, oleh karena itu pekerja akan mengalami masa day off setelah 3 hari bekerja.
Quality control merupakan bagian dari departemen Laboratorium yang menangani proses uji mutu suatu bahan mentah menjadi barang produksi untuk
menghasilkan tingkat kualitas yang diinginkan, memiliki sejumlah bahan-bahan kimia dari yang aman digunakan sampai dengan tingkat berbahaya yang selayaknya
memiliki pengendalian yang baik terhadap penggunaan bahan-bahan kimia tersebut untuk melindungi para pekerja terhadap paparannya. Beberapa uji mutu yang
dilakukan untuk mencapai standar kualitas minyak yang diinginkan adalah uji DOBI Determinasi of Bleeching Index, FFA Free Fatty Acid, IV Iodine Value, PV
Peroxide Value, dan uji colour warna. Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan sebagian besar merupakan bahan kimia dengan jenis cairan, yang digunakan sebagai
pelarut dalam sampel minyak yang akan diuji. Beberapa bahan kimia tersebut ada
Universitas Sumatera Utara
yang merupakan golongan alkohol, asam, alkana, metana, dan bersifat korosif yang dapat merusak jaringan hidup antara lain Isopropil alkohol, Natrium hidroksida,
Asam asetat, Heksana, Sikloheksana, Wijs, dan Kloroform. Dalam melakukan pekerjaannya, pekerja dalam posisi berdiri didepan meja,
dan mengambil bahan kimia yang ada didalam gelas ukur yang terbuka sesuai dengan takarannya. Begitu juga dengan penggunaan lemari asam, pekerja mengambil bahan
kimia dengan pipet tetes dan mencampurnya dengan sampel diluar lemari asam sehingga pada keadaan tertentu bahan kimia tersebut dapat menguap dan terhirup
oleh pekerja. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, sebagian besar pekerja yang
sedang bekerja pada bagian QC tidak menggunakan alat pelindung diri pernafasan sewaktu bekerja, dan bahan kimia yang digunakan dalam laboratorium sehari-hari
mengganggu pernafasan mereka sehingga beberapa pekerja memiliki keluhan- keluhan gejala pernafasan seperti batuk, sesak nafas, dan nyeri dada pada pekerja.
Apabila hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama, akan menimbulkan penyakit- penyakit pernafasan seperti kerusakan jaringan pada sistem pernafasan dan kanker.
Selain itu, pihak perusahaan juga tidak melakukan pemeriksaan kesehatan berkala kepada pekerja bagian QC khususnya, sehingga penyakit akibat kerja sulit untuk
diketahui. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan crude palm oil CPO PT.Smart,tbk di Belawan tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah