Bahan Kimia Yang Digunakan Pada Proses Uji Mutu Minyak CPO

3. Uji IV Iodine Value Uji IV merupakan uji tingkat iodine yang juga diuji setiap jam. Tetapi nilai IV berbanding terbalik dengan FFA. Semakin tinggi tingkat nilai IV, maka semakn baik kualitasnya. Adapun proses uji mutunya: Sampel + pelarut x + wijs diperam selama 15 menit di ruang gelap + KI 15 + aquades Pelarut x merupakan campuran siklohexana dan asam asetat dengan perbandingan 1 : 1 4. Uji PV Peroxide Value Uji PV merupakan uji untuk melihat bilangan peroxide atau tingkat ketengikan minyak. PV diuji setiap 4 jam sekali, dan tingkat PV dengan kualitas yang bagus adalah tingkat yang rendah. Artinya, semakin rendah nilai PV maka semakin bagus kualitas minyak tersebut. Adapun proses ujinya: Sampel 5 gram + pelarut x Pelarut x merupakan campuran asam asetat dan klroform dengan perbandingan 3 : 2. Sampel dan pelarut tersebut diaduk selama 1 menit + aquades + indicator amilum dan dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3. 5. Uji Warna Untuk uji warna, yang dilihat adalah moisture dengan menggunakan alat Lovibond Tintometer model F.

2.8. Bahan Kimia Yang Digunakan Pada Proses Uji Mutu Minyak CPO

Dari keseluruhan proses uji mutu pada laboratorium tersebut, maka bahan kimia yang selalu digunakan oleh pekerja adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Isopropil Alkohol Isopropyl alcohol atau isopropanol adalah nama lain dari senyawa kimia C 3 H 8 O dan merupakan turunan dari alkohol. Tidak berwarna, mudah terbakar, dan memiliki bau yang kuat, serta sangat larut dalam air. Efek akut yang dapat terjadi adalah iritasi pada mata, ganguan pada saraf dan pernafasan. Iritasi pada kulit juga dapat terjadi akibat kontak dengan kulit. Sedangkan efek kronisnya dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, sistem reproduksi, hati, kulit, sistem saraf pusat, bahkan kanker pada bagian-bagian yang dilaluinya OHSA,2012. 2. NaOH NaOH atau natrium hidroksida merupakan larutan yang bersifat korosifmerusak jaringan hidup. Dari segi fisik, NaOH tidak berwarna, tidak berbau, larut dalam air, Apabila terpapar dapat menyebabkan mata dan kulit terbakar, dan iritasi pada saluran pernafasan. Efek jangka panjang jika terhirup dapat menyebabkan pneumonitis dan edema paru. Penyebab parah iritasi saluran pernafasan bagian atas adalah batuk, luka bakar pada saluran pernafasan, kesulitan bernafas, dan koma International Programme on Chemical Safety, 2012. 3. Asam Asetat Asam asetat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Memiliki rumus empiris C 2 H 4 O 2. Asam asetat murni adalah adalah cairan higroskopis tidak berwarna dan merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industry yang penting. Umumnya, asam asetat digunakan dalam produksi polimer maupun berbagai macam serat dan kain. Asam asetat cair adalah pelarut polar, mirip seperti air dan etanol dan dapat Universitas Sumatera Utara bercampur dengan mudah dengan pelarut seperti kloroform dan heksana. Efek pada kesehatan akibat paparan asam asetat adalah luka bakar,kerusakan mata permanen, dan iritasi pada membran mukosa NIOSH, 2011. 4. Heksana Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C 6 H 14 . Seluruh isomer heksana amat tidak rektif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar, senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air. Pada keadaan akut, heksana dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Sedangkan pada keadaan kronik dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru NIOSH, 2011. 5. Sikloheksana Sikloheksana digunakan sebagai pelarut nonpolar pada industri kimia, dan juga merupakan bahan mentah dalam pembuatan asam adipat dan kaprolaktam, keduanya juga merupakan bahan produksi nilon. Sikloheksana memiliki bau seperti detergen NIOSH, 2011. 6. Wijs Wijs adalah pelarut Acetic acid dengan konsentrasi ≥ 90 yang mengandung iodine, berwarna cokelat dan berbau pedih. Wijs dapat menyebabkan efek pada kesehatan yang cukup parah seperti luka bakar yang parah. Menyebabkan gejala iritasi pada saluran pernafasan, uapnya bisa membentuk odema paru dan merusak mata. Untuk itu, penyimpanan dan penggunaan larutan wijs harus menggunakan lemari asam MERCK, 2011. Universitas Sumatera Utara 7. Kloroform Kloroform atau triklorometana dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium dan industri. Wujdnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap. Kloroform bersifat penekan pada sistem saraf pusat, toksik terhadap hati dan ginjal, embriotoksik dan terbukti bersifat karsinogen pada hewan. Kloroform juga berpotensi menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan NIOSH, 2011. Berdasarkan data MSDS Material Safety Data Sheet, maka keseluruhan bahan kimia tersebut berpotensi menyebabkan gejala-gejala pernafasan sebelum pada akhirnya menyebabkan gangguan dan iritasi saluran pernafasan, baik saluran pernafasan atas maupun bawah. Selain itu berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan pada saluran pernafasan.

2.9. Kerangka Konsep