Gambaran Gejala Pernafasan Pada Pekerja Bagian Quality Control Pabrik Pengolahan Crude Palm Oil (Cpo) Pt.Smart,Tbk Di Belawan Tahun 2013

(1)

SKRIPSI

OLEH: RIZKA WITA NIM : 091000098

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

PT.SMART,TBK DI BELAWAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

RIZKA WITA NIM : 091000098

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

PEKERJA BAGIAN QUALITY CONTROL PABRIK

PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO)

PT.SMART,TBK DI BELAWAN TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : Rizka Wita

Nomor Induk Mahasiswa : 091000098

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tanggal Lulus : 20 April 2013

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dra. Lina Tarigan, Apt, MS dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK

NIP. 195908061988112001 NIP. 196506151996012001

Medan, 20 April 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS Nip. 196108311989031001


(4)

Penyakit akibat kerja dapat menurunkan derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, dan salah satu faktor penyebabnya adalah bahan kimia. Penyebab kematian akibat pekerjaan terbesar adalah kanker, kecelakaan, dan gangguan pernafasan. Ada lebih dari 80% bahan berbahaya masuk kedalam tubuh melalui sistem pernafasan. Pekerja bagian Quality Control yang menangani uji mutu kualitas

crude palm oil (CPO) selalu menggunakan bahan kimia yang bersifat korosif dan

iritan terhadap sistem pernafasan. Selama bekerja 8 jam sehari, banyak pekerja yang tidak menggunakan APD pernafasan berupa masker yang disediakan oleh perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) PT.Smart Tbk di Belawan tahun 2013.

Metode penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian quality control yang berjumlah 36 orang. Sampel yang digunakan adalah keseluruhan populasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 pekerja (83,4%) yang berumur ≤ 31 tahun, terdapat 24 pekerja (66,7%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 6 pekerja (16,6%) yang berumur > 31 tahun, sebanyak 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan berat. Dari 31 pekerja (86,1%) yang memiliki masa kerja ≤ 10 tahun, sebanyak 25 pekerja (69,4%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 5 pekerja (13,9%) yang memiliki masa kerja > 10 tahun, sebanyak 2 pekerja (5,6%) mengalami gejala pernafasan ringan dan 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan berat. Dari 20 pekerja (55,6%) yang selalu menggunakan masker saat bekerja, sebanyak 15 pekerja (41,7%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 16 pekerja (44,4%) yang jarang menggunakan masker saat bekerja, ada 12 pekerja (33,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan berat.

Pihak perusahaan sebaiknya menyediakan APD pernafasan yang sesuai dengan penggunaannya terhadap bahan kimia, dan pekerja sebaiknya selalu menggunakan APD pernafasan yang telah disediakan sebagai upaya pencegahan timbulnya penyakit-penyakit pernafasan.


(5)

one of causes factor is chemical. The three most causes of mortality caused of job are cancer, accident, and respiratory disorder. More than 80% hazardous materials into the body through the respiratory system. Workers of Quality Control who handle the quality test of crude palm oil always use chemical which corrosive and irritant to the respiratory system. While works on 8 hours a day, there are many workers do not use the respiratory personal protective equipment like mask which provide by company. Therefore, this research is done to describe the respiratory symptom of Quality Control workers in crude palm oil processing plant PT. Smart Tbk Belawan on 2013.

The method of this research is descriptive survey research. Population is all of quality control workers totaling 36 person. Sample used is the total population.

The result of this research showed that a total of 30 workers (83,4%) aged ≤

31 years, there were 24 workers (66,7%) had a mild respiratory symptom. In 6 workers aged > 31 years, there were 3 workers (8,3%) had a mild and severe

respiratory symptom. In 31 workers (86,1%) have worked for ≤ 10 years, there were

25 workers (69,4%) had a mild respiratory symptom. In 5 workers (13,9%) have worked for > 10 years, there were 2 workers (5,6%) had a mild respiratory symptom and 3 workers (8,3%) had a severe respiratory symptom. In 20 workers (55,6%) who always used mask while working, there were 15 workers (41,7%) had a mild respiratory symptom. In 16 workers (44,4%) who rarely used a mask while working, there were 12 workers (33,3%) had a mild respiratory symptom and 3 workers (8,3%) had a severe respiratory symptom.

The company should provide the respiratory personal protective equipment which appropriate for using chemical, and the workers should always use the respiratory personal protective equipment provide from the company as prevention of respiratory diseases.


(6)

Nama : Rizka Wita

Tempat/tanggal lahir : Lhokseumawe, 2 November 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 5 (lima) orang

Alamat Rumah : Jl. Gunung Kidul Gg. Inhil Blok B no.2 Bukit Barisan, Pekanbaru

Riwayat Pendidikan Formal :

1. SD GLOBAL ANDALAN Pangkalan Kerinci, 1997-2003 2. SLTP GLOBAL ANDALAN Pangkalan Kerinci 2003-2006

3. SMAN 5 Pekanbaru 2006-2009

4. FKM USU 2009-2013

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Bidang Advokasi dan Pengabdian Masyarakat Pemerintahan Mahasiswa FKM USU Periode 2010-2011

2. Kepala Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi HMI Komisariat FKM USU Periode 2011-2012


(7)

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Gejala Pernafasan Pada Pekerja Bagian Quality Control Pabrik Pengolahan Crude

Palm Oil (Cpo) Pt.Smart,Tbk Di Belawan Tahun 2013”.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat berbagai kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kelancaran terselesaikannya skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik. 3. Bapak Dr. Gerry Silaban, MKes selaku Ketua Departemen Keselamatan

Dan Kesehatan Kerja FKM USU.

4. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, ilmu dan pengarahan sehinga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam pembuatan skripsi ini.

7. Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes selaku Dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan-masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

melakukan penelitian di Laboratorium PT.Smart Tbk.

10.Teristimewa kepada Ayahanda Agussalim Sinambela dan Ibunda Armawaty Siregar serta adik-adikku Winda Yani dan Yoni Heriawan untuk cinta, doa, kasih sayang dan dukungan yang tak tergantikan yang diberikan kepada penulis.

11.Syukri F Hardi untuk semangat, do’a, dan dukungan yang tak henti-hentinya serta sahabat-sahabat seperjuangan Jehan, Vina, Mayan, Nabila, Ayu, Fandi, Jufri, Imey, kak Nadia, kak Najah, Flo, Alin, Debi, Ozi dan teman-teman peminatan K3 lainnya yang selalu membantu dan memberikan dukungan moril serta waktu kepada penulis.

12.Teman-teman dan adik-adik HMI dan PEMA.

13.Buat semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis mengucapkan terimakasih banyak atas dukungan, kerja sama, dan doanya.

Akhir kata semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 20 April 2013


(9)

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pernafasan ... 8

2.1.1. Definisi Pernafasan ... 8

2.1.2. Fungsi Pernafasan ... 8

2.1.3. Gambar Anatomi Sistem Pernafasan ... 9

2.1.4. Anatomi Sistem Pernafasan ... 9

2.1.5. Fisiologi Pernafasan ... 11

2.2. Gejala-Gejala Pernafasan ... 12

2.2.1. Bentuk-Bentuk Gejala Pernafasan ... 12

2.2.2. Agen-Agen Penyebab Timbulnya Gejala Gangguan Pernafasan ... 14

2.3. Pernafasan Sebagai Jalan Masuk Bahan Kimia ... 15

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gejala-Gejala Pernafasan ... 16

2.4.1. Umur ... 16

2.4.2. Masa Kerja ... 17

2.4.3. Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 17

2.5. Bahan Kimia Industri ... 19

2.5.1. Pengaruh Buruk Bahan Kimia Terhadap Tubuh ... 19

2.5.2. Pengelompokan Bahan Kimia Berdasarkan Perbedaan Bentuk Fisik... 20

2.5.2.1. Kelompok Bukan Partikel ... 20

2.5.2.2. Kelompok Partikel ... 22

2.6. Quality Control ... 23

2.7. Crude Palm Oil dan Proses Uji Mutunya ... 23

2.8. Bahan Kimia Yang Digunakan Pada Proses Uji Mutu Minyak CPO ... 25


(10)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 29

3.2.2. Waktu Penelitian... 29

3.3. Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1. Populasi ... 29

3.3.2. Sampel ... 30

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4.1. Data Primer ... 30

3.4.2. Data Sekunder... 30

3.5. Definisi Operasional... 30

3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 31

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 32

BAB IV HASIL 4.1. Profil Perusahaan ... 33

4.1.1. Sejarah Perusahaan... 33

4.1.2. Ruang Lingkup Perusahaan... 34

4.2. Deskripsi Lingkungan Kerja Bagian Quality Control ... 35

4.3. Karakteristik Responden ... 36

4.3.1. Umur ... 36

4.3.2. Masa Kerja ... 36

4.4. Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan... 37

4.5. Status Kesehatan ... 37

4.6. Responden Yang Sering Mencium Aroma Khas Bahan Kimia Laboratorium ... 38

4.7. Responden Yang Sering Mengalami Pusing Saat Mencium Aroma Khas Bahan Kimia Laboratorium ... 38

4.8. Gejala Pernafasan ... 39

4.9. Tabulasi Silang ... 41

4.9.1. Tabulasi Silang Antara Umur Responden Dengan Gejala Pernafasan ... 42

4.9.2. Tabulasi Silang Antara Masa Kerja Responden Dengan Gejala Pernafasan ... 42

4.9.3. Tabulasi Silang Antara Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan Responden Dengan Gejala Pernafasan... 43

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gejala Pernafasan ... 45

5.2. Gejala Pernafasan Berdasarkan Umur ... 50

5.3. Gejala Pernafasan Berdasarkan Masa Kerja ... 52

5.4. Gejala Pernafasan Berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan ... 53


(11)

(12)

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa kerja ... 36 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung

Diri Pernafasan ... 37 Tabel 4.4 Distribusi Status Kesehatan Responden ... 37 Tabel 4.5 Distribusi Responden Yang Sering Mencium Aroma Khas Bahan

Kimia Laboratorium ... 37 Tabel 4.6 Distribusi Responden Yang Sering Mengalami Pusing Saat

Mencium Aroma Khas Bahan Kimia Laboratorium ... 38 Tabel 4.7 Distribusi Gejala Pernafasan Yang Dialami Responden ... 38 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Pernafasan ... 41 Tabel 4.9 Tabulasi Silang Antara Umur Responden Dengan Gejala

Pernafasan ... 41 Tabel 4.10 Tabulasi Silang Antara Masa Kerja Responden Dengan

Gejala Pernafasan ... 42 Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara Penggunaan Alat Pelindung Diri


(13)

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Master Data dan Hasil-hasil Pengolahan Statistik Lampiran 3 Dokumentasi


(14)

Penyakit akibat kerja dapat menurunkan derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, dan salah satu faktor penyebabnya adalah bahan kimia. Penyebab kematian akibat pekerjaan terbesar adalah kanker, kecelakaan, dan gangguan pernafasan. Ada lebih dari 80% bahan berbahaya masuk kedalam tubuh melalui sistem pernafasan. Pekerja bagian Quality Control yang menangani uji mutu kualitas

crude palm oil (CPO) selalu menggunakan bahan kimia yang bersifat korosif dan

iritan terhadap sistem pernafasan. Selama bekerja 8 jam sehari, banyak pekerja yang tidak menggunakan APD pernafasan berupa masker yang disediakan oleh perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) PT.Smart Tbk di Belawan tahun 2013.

Metode penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian quality control yang berjumlah 36 orang. Sampel yang digunakan adalah keseluruhan populasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 pekerja (83,4%) yang berumur ≤ 31 tahun, terdapat 24 pekerja (66,7%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 6 pekerja (16,6%) yang berumur > 31 tahun, sebanyak 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan berat. Dari 31 pekerja (86,1%) yang memiliki masa kerja ≤ 10 tahun, sebanyak 25 pekerja (69,4%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 5 pekerja (13,9%) yang memiliki masa kerja > 10 tahun, sebanyak 2 pekerja (5,6%) mengalami gejala pernafasan ringan dan 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan berat. Dari 20 pekerja (55,6%) yang selalu menggunakan masker saat bekerja, sebanyak 15 pekerja (41,7%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 16 pekerja (44,4%) yang jarang menggunakan masker saat bekerja, ada 12 pekerja (33,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan berat.

Pihak perusahaan sebaiknya menyediakan APD pernafasan yang sesuai dengan penggunaannya terhadap bahan kimia, dan pekerja sebaiknya selalu menggunakan APD pernafasan yang telah disediakan sebagai upaya pencegahan timbulnya penyakit-penyakit pernafasan.


(15)

one of causes factor is chemical. The three most causes of mortality caused of job are cancer, accident, and respiratory disorder. More than 80% hazardous materials into the body through the respiratory system. Workers of Quality Control who handle the quality test of crude palm oil always use chemical which corrosive and irritant to the respiratory system. While works on 8 hours a day, there are many workers do not use the respiratory personal protective equipment like mask which provide by company. Therefore, this research is done to describe the respiratory symptom of Quality Control workers in crude palm oil processing plant PT. Smart Tbk Belawan on 2013.

The method of this research is descriptive survey research. Population is all of quality control workers totaling 36 person. Sample used is the total population.

The result of this research showed that a total of 30 workers (83,4%) aged ≤

31 years, there were 24 workers (66,7%) had a mild respiratory symptom. In 6 workers aged > 31 years, there were 3 workers (8,3%) had a mild and severe

respiratory symptom. In 31 workers (86,1%) have worked for ≤ 10 years, there were

25 workers (69,4%) had a mild respiratory symptom. In 5 workers (13,9%) have worked for > 10 years, there were 2 workers (5,6%) had a mild respiratory symptom and 3 workers (8,3%) had a severe respiratory symptom. In 20 workers (55,6%) who always used mask while working, there were 15 workers (41,7%) had a mild respiratory symptom. In 16 workers (44,4%) who rarely used a mask while working, there were 12 workers (33,3%) had a mild respiratory symptom and 3 workers (8,3%) had a severe respiratory symptom.

The company should provide the respiratory personal protective equipment which appropriate for using chemical, and the workers should always use the respiratory personal protective equipment provide from the company as prevention of respiratory diseases.


(16)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal guna mancapai masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan nasional juga mencakup peningkatan taraf ekonomi dan sosial masyarakat, sehingga memacu perkembangan industri di suatu negara. Indonesia merupakan satu dari banyak negara yang sedang berkembang menjadi negara industri. Perkembangan itu juga diiringi dengan semakin tingginya standar kualitas barang atau produk yang dihasilkan. Untuk itu, Quality

Control sebagai tempat uji mutu standar sangat diperlukan sebagai upaya

meningkatkan kualitas hasil produksi.

Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 86, ayat 1a, yang menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan ini merupakan tugas pokok pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja, yang diatur dalam Permenakertrans Nomor 03/Men/1982. Hal yang sama juga dituangkan dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pada pasal 164-166 tentang Kesehatan Kerja ayat 1 yang berbunyi “Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan”. Untuk itu, pentingnya


(17)

perlindungan atas kesehatan pekerja oleh perusahaan seharusnya tidak boleh diabaikan.

Menurut Barthos (1999), penyakit akibat kerja dapat menurunkan derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja. Faktor utama dari teknologi yang menjadi penyebab penyakit akibat kerja adalah bahan kimia, radiasi dan sebagainya. Untuk itu setiap perusahaan sejak dini harus mempunyai kebijaksanaan aktif dibidang pencegahan kecelakaan kerja dan manajemen harus merumuskan dan melaksanakan kebijakan tersebut bersama dengan wakil-wakil pekerja.

Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaan sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktifitas nasional. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya (Suma’mur, 1987).

Di Amerika Serikat diperkirakan ada 125.000 sampai 350.000 kasus pertahun penyakit akibat kerja yang baru terjadi dan terjadi 5,3 juta kecelakaan kerja pertahun. Biaya yang dikeluarkan lebih dari 60 triliun pertahun (Wahyuningsih, 2007).

Menurut Wilson (2006), gangguan sistem pernafasan merupakan penyebab utama moorbiditas dan mortalitas. Hal tersebut diperkuat dengan data ILO (dalam Wahyuningsih (2007)) yang menyatakan bahwa penyebab kematian akibat pekerjaan terbesar adalah kanker, kecelakaan, dan gangguan pernafasan. Gangguan saluran


(18)

pernafasan akibat kerja misalnya asbestosis, silicosis, pneumoconiosis, kanker paru dan asma kerja.

Lebih dari 80% bahan berbahaya ditempat kerja masuk melalui sistem pernafasan. Efek pemajanan seperti itu juga dapat dirasakan pada sistem organ lainnya, tetapi kerusakannya sering kali terletak pada saluran udara dan paru (Harrington, 2005).

Rebeca Ghosh, seorang peneliti dari Inggris mengatakan bahwa perkembangan asma pada orang dewasa meningkat karena pekerjaannya, terutama pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia. Dalam penelitiannya yang melibatkan 7.500 orang dewasa, sebagian besar menderita asma pada usia 42 tahun keatas akibat pekerjaan yang terpapar bahan kimia seperti petani, dan tukang fotocopy (Mayasari, 2013).

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Betiandriyan (2012) tentang hubungan faktor-faktor resiko terhadap kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja

painting, 30% dari jumlah total 15 orang sering mengalami batuk. Dalam penelitian

Fariz (2005) tentang paparan amoniak pada pekerja pengeleman sepatu, sebanyak 24 orang (53,3%) dari jumlah pekerja 45 orang mengalami gangguan pernafasan yang ditandai dengan adanya gejala-gejala gangguan pernafasan seperti batuk, pengeluaran reak/sputum, nyeri dada dan sesak nafas.

Dalam penelitian Budiono (2007) terhadap pekerja pengecatan mobil di Semarang, peluang pekerja untuk mengalami gangguan fungsi paru adalah 99%. Hasil penelitian menunjukkan, sebanyak 46,7% dari total pekerja 90 orang


(19)

mengalami gangguan fungsi paru akibat terpapar bahan kimia pada proses mengecat tersebut.

PT.Smart,tbk merupakan anak perusahaan Sinar Mas Group yang bergerak di bidang pengolahan crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit, dimana hasil produksinya berupa minyak goreng dan margarin. Salah satu cabangnya berada di kawasan industri di Belawan, Medan. Untuk meningkatkan kualitas hasil produksinya, setiap cabang perusahaan memiliki bagian Quality Control (QC) dibawah departemen laboratorium. Adapun pekerjanya terdiri dari 36 orang laboran yang terbagi menjadi 4 grup shift, dimana masing-masing shift terdiri dari 9 orang pekerja. Dalam satu hari ada 3 grup shift yang bekerja, sementara grup yang lain mengalami day off atau libur. Pergantian shift terjadi setiap hari, oleh karena itu pekerja akan mengalami masa day off setelah 3 hari bekerja.

Quality control merupakan bagian dari departemen Laboratorium yang

menangani proses uji mutu suatu bahan mentah menjadi barang produksi untuk menghasilkan tingkat kualitas yang diinginkan, memiliki sejumlah bahan-bahan kimia dari yang aman digunakan sampai dengan tingkat berbahaya yang selayaknya memiliki pengendalian yang baik terhadap penggunaan bahan-bahan kimia tersebut untuk melindungi para pekerja terhadap paparannya. Beberapa uji mutu yang dilakukan untuk mencapai standar kualitas minyak yang diinginkan adalah uji DOBI

(Determinasi of Bleeching Index), FFA (Free Fatty Acid), IV (Iodine Value), PV

(Peroxide Value), dan uji colour (warna). Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan

sebagian besar merupakan bahan kimia dengan jenis cairan, yang digunakan sebagai pelarut dalam sampel minyak yang akan diuji. Beberapa bahan kimia tersebut ada


(20)

yang merupakan golongan alkohol, asam, alkana, metana, dan bersifat korosif yang dapat merusak jaringan hidup antara lain Isopropil alkohol, Natrium hidroksida,

Asam asetat, Heksana, Sikloheksana, Wijs, dan Kloroform.

Dalam melakukan pekerjaannya, pekerja dalam posisi berdiri didepan meja, dan mengambil bahan kimia yang ada didalam gelas ukur yang terbuka sesuai dengan takarannya. Begitu juga dengan penggunaan lemari asam, pekerja mengambil bahan kimia dengan pipet tetes dan mencampurnya dengan sampel diluar lemari asam sehingga pada keadaan tertentu bahan kimia tersebut dapat menguap dan terhirup oleh pekerja.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, sebagian besar pekerja yang sedang bekerja pada bagian QC tidak menggunakan alat pelindung diri pernafasan sewaktu bekerja, dan bahan kimia yang digunakan dalam laboratorium sehari-hari mengganggu pernafasan mereka sehingga beberapa pekerja memiliki keluhan-keluhan gejala pernafasan seperti batuk, sesak nafas, dan nyeri dada pada pekerja. Apabila hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama, akan menimbulkan penyakit-penyakit pernafasan seperti kerusakan jaringan pada sistem pernafasan dan kanker. Selain itu, pihak perusahaan juga tidak melakukan pemeriksaan kesehatan berkala kepada pekerja bagian QC khususnya, sehingga penyakit akibat kerja sulit untuk diketahui.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan


(21)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO) PT.Smart,tbk di Belawan tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan Crude

Palm Oil (CPO) PT.Smart,tbk di Belawan tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan berdasarkan umur pekerja. 2. Untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan berdasarkan masa kerja

pekerja.

3. Untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan berdasarkan penggunan alat pelindung diri (APD) pernafasan pekerja.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan kepada pihak perusahaan dalam mengelola APD pernafasan khususnya dalam hal perlindungan tenaga kerja.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan akademis, masyarakat, dan peneliti.


(22)

3. Sebagai pengembangan wawasan keilmuan peneliti dalam hal memahami potensial bahaya terhadap penggunaan bahan kimia pada laboratorium khususnya sistem pernafasan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pernafasan

2.1.1. Definisi Pernafasan

Pernafasan secara harfiah berarti pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer menuju ke sel dan keluarannya karbon dioksida (CO2) dari sel ke udara bebas (Wilson, 2006). Sedangkan menurut Soemantri (2008), pernafasan (respirasi) adalah gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida atau hasil dari pembakaran sel.

2.1.2. Fungsi Pernafasan

Fungsi utama paru adalah menyediakan oksigen agar diambil melalui kapiler paru dan menyediakan sarana pembuangan karbondioksida melalui proses difusi dengan arah sebaliknya. Keberhasilan pertukaran gas ini memerlukan tiga sistem fungsi, yaitu ventilasi, transfer gas, dan transpor gas-darah (Harrington, 2005).

Tujuan dari pernafasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbondioksida (Guyton & Hall, 1997).

Pertukaran karbondioksida dan oksigen antara darah dan udara berlangsung di alveolus paru-paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan dalamnya aliran udara timbal-balik (pernafasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli kedalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap yang dihirup. Paru-paru merupakan jalur masuk terpenting dari bahan-bahan berbahaya lewat udara pada paparan kerja (WHO, 1995).


(24)

2.1.3. Gambar Anatomi Sistem Pernafasan

Gambar 2.1. Sistem Pernafasan

(Sumber: Ridley, 2003)

2.1.4. Anatomi Sistem Pernafasan

Pada dasarnya, sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang menghantarkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli, yaitu pemisah antara sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Ketika masuk rongga hidung, udara disaring, dihangatkan, dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan superior di dalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke faring. Kemudian partikel halus akan tertelan atau dibatukkan keluar.


(25)

Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Laring terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Ruang berbentuk segitiga diantara pita suara (glotis) bermuara ke dalam trakea dan membentuk bagian antara saluran pernafasan atas dan bawah. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah.

Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 12,5 cm (5 inci). Struktur trakea dan bronkus dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Trakea bercabang pada sisi kiri dan kanannya, menjadi bronkus. Tempat percabangan menjadi bronkus utama tersebut dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk berat jika diransang.

Bronkus utama yang terbagi atas bronkus kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih lebar. Sebaliknya, bronkus utama kiri lebih panjang dan lebih sempit. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).

Alveolus merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga batas antara cairan dan gas membentuk tegangan permukaan yang cenderung mencegah pengembangan saat inspirasi dan cenderung kolaps saat ekspirasi (Wilson, 2006).


(26)

Namun secara fungsional, saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian (Alsagaff & Mukty, 2005):

1. Zona Konduksi yang terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus, serta bronkioli terminalis.

2. Zona Respiratorik yang terdiri dari bronkioli respiratorik, sakus alveoli serta alveoli.

2.1.5. Fisiologi Pernafasan

Proses fisiologi pernafasan yaitu proses O2 dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan CO2 dikeluarkan ke udara ekspirasi yang dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru. Stadium kedua, yaitu transportasi harus ditinjau dari beberapa aspek:

1. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan.

2. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus.

3. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah.

Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir respirasi, yaitu saat zat-zat dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru.


(27)

2.2. Gejala-Gejala Pernafasan

2.2.1. Bentuk-Bentuk Gejala Pernafasan

Penyakit paru dapat menimbulkan tanda-tanda dan gejala umum maupun tanda dan gejala pernafasan. Adapun tanda dan gejala pernafasan mencakup batuk, sputum yang berlebihan atau abnormal, hemoptisis, dispnea, dan nyeri dada (Wilson, 2006).

1. Batuk

Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk membersihkan saluran nafas bagian bawah. Batuk juga merupakan gejala tersering penyakit pernafasan. Namun batuk bukan merupakan gejala yang spesifik, dan batuk di pagi hari merupakan keluhan yang sering ditemukan (Ringel,2012). Selain itu menurut WHO (1995), paparan jangka panjang terhadap berbagai bahan kimia iritan dapat menyebabkan gejala-gejala bronkitis, seperti batuk dengan atau tanpa sputum atau mengi.

2. Sputum

Sputum adalah mukus yang dibatukkan keluar karena tertimbun dalam faring. Timbunan tersebut dapat terjadi karena mukus yang dihasilkan berlebihan, sehingga proses normal pembersihan pada saluran pernafasan tidak efektif lagi. Pembentukan mukus yang berlebihan dapat disebabkan karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi pada membrane mukosa.

Pembentukan sputum pada seseorang perlu dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan


(28)

tenggorokan kemungkinan besar berasal dari sinus atau saluran hidung, dan bukan dari saluran nafas bagian bawah. Sputum yang berwarna kekuningan menunjukkan adanya infeksi. Sputum yang berwarna hijau merupakan petunjuk adanya penimbunan nanah. Banyak penderita infeksi pada saluran nafas bagian bawah mengeluarkan sputum berwarna hijau pada pagi hari, tetapi makin siang menjadi kuning. Dalam hal sifat dan konsistensi sputum juga perlu diperhatikan. Sputum yang berwarna merah muda dan berbusa merupakan tanda edema paru akut. Sputu yang berlendir, lekat dan berwarna abu-abu atau putih merupakan tanda bronkitis kronik. Sedangkan sputum yang berbau busuk merupakan tanda asbes paru atau bronkiektasis.

3. Hemoptisis

Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah, atau sputum yang berdarah. Setiap proses yang mengganggu kesinambungan pembuluh darah paru dapat mengakibatkan perdarahan. Penyebab hemoptisis lain yang sering adalah karsinoma bronkogenik, infark paru, bronkiektasis, dan abses paru.

4. Dispnea

Dispnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernafas dan merupakan gejala utama dan merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonar. Seseorang yang mengalami dispnea sering mengeluh nafasnya menjadi pendek atau merasa tercekik. Sesak nafas tidak selalu menunjukkan adanya penyakit, sebab orang normal juga akan mengalami hal yang sama setelah melakukan kegiatan fisik dalam tingkat-tingkat yang berbeda.


(29)

5. Nyeri Dada

Nyeri yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah menyatakan secara tidak langsung iritasi dinding dada dan/atau pleura. Nyeri dada terutama berkaitan dengan pernafasan. Dan nyeri dada ini dapat digolongkan dengan menggunakan

templat nyeri umum; di mana, berapa lama, seberapa berat, sifat, apa yang membuat

lebih baik, dan apa yang memperburuk (Ringel, 2012).

2.2.2. Agen-Agen Penyebab Timbulnya Gejala Gangguan Pernafasan 1. Debu inert

Debu yang relatif inert dapat menimbulkan beberapa efek:

a. Peningkatan beban pembersihan bronkopulmonar. Hal ini menyebabkan

meningkatnya sekresi mukus, transport bronkial melalui ekspektorasi, dan akhirnya batuk dengan dahak.

b. Perubahan-perubahan obstruktif pada fungsi paru. Perubahan-perubahan

ini berupa sediit penurunan volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1.0), sedikit penurunan kapasitas vital (VC), dan peningkatan volume gas intratoraks.

2. Debu fibrogenik

Debu yang mengandung kuarsa menyebabkan silikosis. Dan debu yang mengandung asbes secara khas menyebabkan ganguan fungsi paru restriktif (yaitu, penurunan VC dan volume gas intratoraks serta compliance


(30)

3. Iritan kimia

Paparan jangka panjang terhadap berbgai bahan kimia iritan dapat menyebabkan gejala-gejala bronkitis, seperti batuk dengan atau tanpa sputum atau mengi. Gejala dapat atau tidak disertai dengan peningkatan reaktifitas bronkus. Paparan kadar tinggi (tidak disengaja) dapat menyebabkan bronkitis akut berat (sering hemoragik) dengan obstruksi saluran nafas dan/atau edema paru.

4. Alergen

Golongan ini meliputi bahan-bahan yang berasal dari binatang atau tumbuhan (mis, spora jamur) dan mungkin bahan-bahan kimia tertentu (mis, garam-garam platinum).

5. Karsinogen

Debu asbes dan uranium adalah contoh terbaik dari agen penyebab kanker paru akibat kerja. Peranan merokok baik sebagai faktor penyebab maupun sinergistik sudah dipastikan. Sifat-sifat karsinogenik agen-agen yang ditemukan di tempat kerja dapat dideteksi dengan penelitian epidemiologis (WHO, 1995).

2.3. Pernafasan Sebagai Jalan Masuk Bahan Kimia

Jalan masuk yang paling penting terhadap pemajanan bahan kimia di lingkungan kerja suatu industri adalah saluran pernafasan. Sebab, hampir semua bahan yang merupakan pencemar udara dapat dihisap dan masuk melalui saluran pernafasan. Namun, jumlah seluruh senyawa beracun yang diabsorbsi melalui saluran pernafasan tersebut tergantung dari kadarnya di udara, lama waktu pemajanan, dan


(31)

voume aliran udara dalam paru-paru yang dapat naik setiap beban kerja menjadi lebih besar. Apabila bahan beracun yang ada berbentuk aerosol, maka pengendapan dan penyerapan dapat terjadi di dalam saluran pernafasan. Hal tersebut yang akan menyebabkan penyakit-penyakit pernafasan (Moeljosoedarmo, 2008).

Pemajanan dengan zat kimia yang berada di udara yang terjadi melalui penghirupan zat tersebut tidak dapat dihindari, kecuali jika kita memakai perlengkapan yang dapat membersihkan kontaminan. Meskipun demikian, untuk dapat mencapai alveoli paru kontaminan itu harus berupa gas atau bahan yang memiliki ukuran sedemikian rupa, sehingga ketika berada di saluran udara ke aru tidak dapat dibersihkan. Bahaya yang sebenarnya dan yang potensial, yang bekaitan dengan pemajanan zat kimia melalui saluran pernafasan, terutama terlihat jelas pada lingkungan kerja industry,dan pencemaran di daerah perkotaan yang penduduknya sangat padat (Loomis, 1978).

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gejala-Gejala Pernafasan 2.4.1. Umur

Umur adalah variable yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.

Faal paru tenaga kerja sangat dipengaruhi oeh usia tenaga kerja itu sendiri. Meningkatnya umur seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah, khususnya gangguan saluran pernafasan pada tenaga kerja (Notoatmodjo, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian Afdhal (2012) pada pekerja pembuat dodol di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat yang berjumlah 58 orang, pekerja yang


(32)

berumur ≤ 30 tahun sebanyak 24 pekerja (41,4%); 10 pekerja (17,2%) diantaranya mengalami keluhan pernafasan. Sedangkan pekerja yang berumur ≥ 30 tahun sebanyak 34 pekerja (58,6%); 13 pekerja (22,5%) diantaranya mengalami keluhan pernafasan. Hal ini menunjukkan lebih banyak pekerja yang berumur ≥ 30 tahun yang mengalami keluhan pernafasan.

2.4.2. Masa Kerja

Masa kerja atau lamanya seseorang kerja pada sebuah industri berbanding lurus dengan lamanya paparan terhadap bahan bahan-bahan beresiko yang dapat merusak kesehatan pekerja. Dari hasil penelitian Mengkidi (2006) pada karyawan PT. Semen Tonasa Pangker Sulawesi Selatan menunjukkan, responden dengan masa kerja ≥ 15 tahun mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 33 orang (63,5%) dan tidak mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 19 orang (36,5%). Responden dengan masa kerja < 15 tahun mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 14 orang (35,9%) dan tidak mengalami gangguan fungsi paru 25 orang (64,1%). Hal ini menunjukkan juga bahwa lamanya masa kerja juga menyebabkan penurunan fungsi paru dan meningkatnya gangguan-gangguan pernafasan.

2.4.3. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Dalam kegiatan industri, paparan terhadap resiko yang dapat mengganggu kesehatan pekerja memang tidak dapat dihindari. Upaya-upaya dalam pencegahan harus selalu dilakukan baik dari pihak perusahaan maupun pekerja. Ada beberapa pengendalian baik secara teknis maupun administratif yang dapat dilakukan, namun yang paling sering dilakukan adalah melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindung diri yang sesuai dengan bahaya dan resiko yang dihadapi pekerja. Walaupun


(33)

pemberian alat pelindung diri merupakan jenis pengendalian yang terakhir, namun efek yang didapatkan pekerja dengan memakai alat pelindung diri juga cukup dirasakan.

Pemilihan alat pelindung diri pernafasan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya dan jenis bahaya paparannya. Alat pelindung saluran pernafasan dapat digambarkan atas dasar kemampuan dan keterbatasannya dan dibagi dalam 3 kelompok besar (Moeljosoedarmo, 2008):

1. Alat pembersih udara

Alat pembersih udara membersihkan (memurnikan) udara yang terkontaminasi. Udara di lingkungan kerja yang dialirkan melewati suatu elemen pembersih udara akan dapat menghilangkan gas-gas dan uap bahan kimia yang khusus, aerosol atau suatu campuran dari pencemar-pencemar tersebut. Ada 2 jenis respirator pembersih udara:

a. Respirator Pembersih Aerosol

b. Respirator Pembersih Gas atau Uap Bahan Kimia 2. Alat penyalur udara

Alat penyalur udara adalah kelompok respirator yang menyediakan udara yang dapat dihisap oleh pemakai, ini tergantung kepada udara di luar gedung. Ada 2 jenis alat penyalur udara:

a. Topeng Berpipa Saluran Udara

b. Respirator yang terdiri dari sebuah topeng yang menutup seluruh muka atau menutup separuh muka atau penutup kepala yang dihubungkan dengan sebuah pipa yang digunakan untuk mengirim udara pernafasan


(34)

baik dari suatu kompresor, dan harus dilengkapi dengan alat pengaman khusus sesuai yang ditentukan oleh lembaga yang berwenang (di Amerika oleh OSHA)

3. Gabungan antara alat pembersih udara dan alat penyalur udara

Respirator jenis ini adalah gabungan dari respirator dengan pipa aliran udara dan suatu alat pembantu untuk memurnikan udara sebagai pembantu yang memberikan perlindungan apabila penyediaan udara gagal atau macet.

2.5. Bahan Kimia Industri

2.5.1. Pengaruh Buruk Bahan Kimia Terhadap Tubuh

Reaksi tubuh terhadap bahan-bahan kimia dapat terjadi baik secara akut maupun secara kronis (Moeljosoedarmo, 2008).

1. Pengaruh akut

Pengaruh akut atau pemajanan akut umumnya termasuk pemajanan terhadap konsentrasi tinggi dalam jangka waktu yang pendek dan segera menghasilkan beberapa akibat seperti penyakit, iritasi, dan kematian. Pemajanan kerja akut sering dihubungkan dengan terjadinya kecelakaan. Ciri-ciri khusus pada pemajanan akut adalah mendadak dan berat dan digolongkan dengan absorbsi cepat dari bahan-bahan yang mengganggu.

2. Pengaruh kronis

Berlawanan dengan pengaruh akut, pengaruh kronis atau sakit digolongkan dengan gejala-gejala atau penyakit yang berlangsung lama atau sering kambuh. Pengaruh kronis sering berkembang lama. Istilah pemajanan kronis adalah menunjukkan terhadap pemajanan berkelanjutan/kontinu untuk jangka waktu yang


(35)

lama, umumnya bertahun-tahun. Keracunan kronis berarti bahwa suatu tingkat bahan secara berkelanjutanada di dalam jaringan. Tanda-tanda dari keracunan kronis umumnya berbeda dengan yang sering terlihat dari keracunan akut oleh bahan beracun yang sama, dan karena kadar tingkat atau kontaminan relatif rendah, tenaga kerja sering tidak menyadari terhadap pemajanan seperti yang mereka alami.

2.5.2. Pengelompokan Bahan Kimia Berdasarkan Perbedaan Bentuk Fisik Bentuk-bentuk fisik bahan kimia yang dapat ditemukan di udara lingkungan tempat kerja dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu (Moeljosoedarmo, 2008): 2.5.2.1. Kelompok bukan partikel

a. Gas

Gas adalah suatu cairan yang tidak memiliki wujud sendiri dan mengisi suatu ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan normal.

b. Uap

Uap adalah bentuk gas dari bahan-bahan yang umumnya berbentuk padat atau cair dan dapat dikembalikan kepada bentuk semula, baik hanya dengan mengubah tekanannya ataupun hanya mengubah suhunya.

c. Cairan

Cairan merupakan zat yang tidak terbentuk, mengalir mengikuti hokum grafitasi. Cairan oleh NFPA (National Fire Protection Association) dibagi menjadi 2, yaitu cairan yang dengan mudah dapat terbakar (cairan yang memiliki titik nyala dibawah 100°F atau 37,8°C) dan cairan mudah terbakar (cairan yang memiliki titik nyala di atas 100°F atau 37,8°C).


(36)

d. Pelarut

Bahan kimia pelarut adalah masalah khusus. Meskipun pelarut sebenarnya termasuk kedalam kelompok cairan, pelarut cenderung digunakan secara luas di dalam industri. Pelarut adalah cairan/bahan yang digunakan untuk melarutkan bahan lain termasuk air dan sistem bukan air. Larutan adalah campuran dari 2 bahan atau lebih. Pada pelarut organik, dapat menyebabkan gangguan kesehatan karena pelarut dapat menguap dengan cepat di udara dan menghasilkan kadar uap yang tinggi pada keadaan tertentu. Secara umum pelarut organik dapat menyebabkan hilangnya kesadaran. Bentuk pemajanan yang utama adalah inhalasi uap melalui pernafasan, namun banyak juga yang terserap melalui kulit.

Apabila dua atau lebih bahan kimia berbahaya terdapat di udara lingkungan kerja, bahan-bahan kimia tersebut mempunyai pengaruh yang sama terhadap salah satu organ tubuh, maka dikatakan bahwa bahan kimia tersebut memiliki sifat additive (pengaruh saling menambah/mendukung).

Apabila dua atau lebih bahan kimia berbahaya terdapat di udara lingkungan kerja, masing-masing memiliki pengaruh buruk terhadap organ tubuh yang berbeda, maka dikatakan bahwa kedua bahan kimia tersebut memiliki sifat independen.

Apabila dua atau lebih bahan kimia berbahaya terdapat di udara lingkungan kerja, dimana salah satu dari bahan tersebut memiliki sifat yang dapat memperkuat sifat buruk bahan kimia lainnya terhadap kesehatan, maka


(37)

dikatakan bahwa bahan kimia itu memilii sifat sinergis terhadap bahan kimia yang lain.

Apabila dua atau lebih bahan kimia berbahaya terdapat di udara lingkungan kerja, masing-masing bahan kimia tersebut memiliki pengaruh yang berlawanan terhadap organ tubuh tenaga kerja, maka dikatakan bahwa kedua bahan kimia tersebut memiliki sifat antagonis (menghambat efek salah satu bahan kimia).

2.5.2.2. Kelompok Partikel a. Debu

Debu adalah partikel padat yang dipancarkan oleh prose salami atau proses mekanis seperti pemecahan, penghalusan, penggilingan, pukulan ataupun peledakan, pemotongan serta penghancuran bahan. Debu yang terhirup melalui pernafasan sebagian akan ditahan atau tinggal didalam paru-paru.

b. Fume

Fume atau uap logam sebenarnya adalah partikel benda padat, yang terbentuk sebagai hasil kondensasi uap logam di udara.

c. Kabut

Kabut adalah partikel-partikel yang sangat halus, tidak lain adalah titik-titik air yang mengambang di udara yang terbentuk oleh proses pemecahan suatu cairan menjadi butir-butir kecil, seperti proses splashing,


(38)

d. Serat

Serat merupakan bahan yang tipis dan panjang, misalnya serat asbes. Serat yang menyerupai benang ini dipisahkan dari batu aslinya selama pemecahan, pemotongan dan penambangan.

2.6. Quality Control

Quality Control merupakan adalah suatu pengawasan dan pengendalian mutu

yang dilakukan pada setiap tahap atau stasiun proses produksi dalam sebuah industri. Dari tahap bahan baku yang datang dari supplier, sampai produk jadi yang siap dikonsumsi. Tujuan dilaksanakannya Quality Control adalah untuk mengawasi dan mengendalikan proses produksi dalam sebuah industri sehingga dihasilkan produk jadi yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan yang telah ditetapkan (Ajisetiawan,2010).

2.7. Crude Palm Oil dan proses uji mutunya

Crude palm oil adalah minyak kelapa sawit yang diolah oleh industri-industri

kelapa sawit di Indonesia untuk dijadikan bahan pokok rumah tangga seperti minyak goreng dan margarin. CPO yang telah mengalami pemurnian akan menjadi RBDPO

(Refinery Bleeching Deodorasi Palm Oil). Setelah mengalami fraksinasi, RBDPO

akan diproses menjadi ROlein (minyak goreng) dan RStearin (margarin). Untuk setiap tahap,uji mutu yang dilakukan adalah sama. Sedangkan Lebih lengkap tahapnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini:


(39)

Fraksinasi

Gambar 2.2. Tahap-tahap produksi minyak goreng dan margarin Adapun proses uji mutunya adalah:

1. uji DOBI (Determinasi of Bleeching Index)

Uji DOBI merupakan proses yang dilakukan pada saat sampel datang pertama kali ke laboratorium dan masih dalam bentuk CPO dan diuji setiap 4 jam. Pada proses yang pertama ini, sampel hanya diberi larutan hexane dan ditentukan penyerapannya dengan menggunakan spectrophotometer.

2. Uji FFA (Free Fatty Acid)

Uji FFA merupakan uji asam lemak bebas yang dipantau dan terus diuji setiap jam sampai mendapatkan tingkat asam lemak bebas yang serendah-rendahnya. Semakin rendah nilainya, maka semakin bagus kualitasnya. Nilai FFA sendiri ditentukan oleh customer sesuai dengan permintaannya. Untuk minyak goreng yang dijual di Indonesia, nilai FFA harus dibawah 5%. Sedangkan untuk minyak goreng eksport, kualitas FFA harus dibawah 3%. Adapun proses ujinya adalah:

Sampel CPO + isopropyl alcohol + NaOH

CPO (Crude Palm Oil)

RBDPO (Refinery Bleeching Deodorasi Palm Oil)


(40)

3. Uji IV (Iodine Value)

Uji IV merupakan uji tingkat iodine yang juga diuji setiap jam. Tetapi nilai IV berbanding terbalik dengan FFA. Semakin tinggi tingkat nilai IV, maka semakn baik kualitasnya. Adapun proses uji mutunya:

(Sampel + pelarut x + wijs) diperam selama 15 menit di ruang gelap + KI 15% + aquades

Pelarut x merupakan campuran siklohexana dan asam asetat dengan perbandingan 1 : 1

4. Uji PV (Peroxide Value)

Uji PV merupakan uji untuk melihat bilangan peroxide atau tingkat ketengikan minyak. PV diuji setiap 4 jam sekali, dan tingkat PV dengan kualitas yang bagus adalah tingkat yang rendah. Artinya, semakin rendah nilai PV maka semakin bagus kualitas minyak tersebut. Adapun proses ujinya:

Sampel 5 gram + pelarut x

Pelarut x merupakan campuran asam asetat dan klroform dengan perbandingan 3 : 2. Sampel dan pelarut tersebut diaduk selama 1 menit + aquades + indicator amilum dan dititrasi dengan Na2S2O3.

5. Uji Warna

Untuk uji warna, yang dilihat adalah moisture dengan menggunakan alat Lovibond Tintometer model F.

2.8. Bahan Kimia Yang Digunakan Pada Proses Uji Mutu Minyak CPO Dari keseluruhan proses uji mutu pada laboratorium tersebut, maka bahan kimia yang selalu digunakan oleh pekerja adalah :


(41)

1. Isopropil Alkohol

Isopropyl alcohol atau isopropanol adalah nama lain dari senyawa kimia

C3H8O dan merupakan turunan dari alkohol. Tidak berwarna, mudah terbakar, dan memiliki bau yang kuat, serta sangat larut dalam air. Efek akut yang dapat terjadi adalah iritasi pada mata, ganguan pada saraf dan pernafasan. Iritasi pada kulit juga dapat terjadi akibat kontak dengan kulit. Sedangkan efek kronisnya dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, sistem reproduksi, hati, kulit, sistem saraf pusat, bahkan kanker pada bagian-bagian yang dilaluinya (OHSA,2012).

2. NaOH

NaOH atau natrium hidroksida merupakan larutan yang bersifat korosif/merusak jaringan hidup. Dari segi fisik, NaOH tidak berwarna, tidak berbau, larut dalam air, Apabila terpapar dapat menyebabkan mata dan kulit terbakar, dan iritasi pada saluran pernafasan. Efek jangka panjang jika terhirup dapat menyebabkan pneumonitis dan edema paru. Penyebab parah iritasi saluran pernafasan bagian atas adalah batuk, luka bakar pada saluran pernafasan, kesulitan bernafas, dan koma (International Programme on Chemical Safety, 2012).

3. Asam Asetat

Asam asetat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal

sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Memiliki rumus empiris C2H4O2. Asam asetat murni adalah adalah cairan higroskopis tidak berwarna dan merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industry yang penting. Umumnya, asam asetat digunakan dalam produksi polimer maupun berbagai macam serat dan kain. Asam asetat cair adalah pelarut polar, mirip seperti air dan etanol dan dapat


(42)

bercampur dengan mudah dengan pelarut seperti kloroform dan heksana. Efek pada kesehatan akibat paparan asam asetat adalah luka bakar,kerusakan mata permanen, dan iritasi pada membran mukosa (NIOSH, 2011).

4. Heksana

Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia

C6H14. Seluruh isomer heksana amat tidak rektif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar, senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air. Pada keadaan akut, heksana dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Sedangkan pada keadaan kronik dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru (NIOSH, 2011).

5. Sikloheksana

Sikloheksana digunakan sebagai pelarut nonpolar pada industri kimia, dan

juga merupakan bahan mentah dalam pembuatan asam adipat dan kaprolaktam, keduanya juga merupakan bahan produksi nilon. Sikloheksana memiliki bau seperti detergen (NIOSH, 2011).

6. Wijs

Wijs adalah pelarut Acetic acid dengan konsentrasi ≥ 90% yang mengandung

iodine, berwarna cokelat dan berbau pedih. Wijs dapat menyebabkan efek pada

kesehatan yang cukup parah seperti luka bakar yang parah. Menyebabkan gejala iritasi pada saluran pernafasan, uapnya bisa membentuk odema paru dan merusak mata. Untuk itu, penyimpanan dan penggunaan larutan wijs harus menggunakan lemari asam (MERCK, 2011).


(43)

7. Kloroform

Kloroform atau triklorometana dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium dan industri. Wujdnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap. Kloroform bersifat penekan pada sistem saraf pusat, toksik terhadap hati dan ginjal, embriotoksik dan terbukti bersifat karsinogen pada hewan. Kloroform juga berpotensi menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan (NIOSH, 2011).

Berdasarkan data MSDS (Material Safety Data Sheet), maka keseluruhan bahan kimia tersebut berpotensi menyebabkan gejala-gejala pernafasan sebelum pada akhirnya menyebabkan gangguan dan iritasi saluran pernafasan, baik saluran pernafasan atas maupun bawah. Selain itu berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan pada saluran pernafasan.

2.9. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori-teori yang telah dijabarkan, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Pekerja Quality Control

- Umur - Masa kerja

- Penggunaan APD Pernafasan Gejala-gejala

pernafasan Bahan Kimia Laboratorium


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality

Control pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO) PT.Smart,tbk di Belawan tahun

2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia PT.Smart,tbk Belawan. Adapun alasan pemilihan lokasi karena belum pernah dilakukan penelitian tentang gejala pernafasan sebelumnya pada pekerja. Selain itu, melihat potensi bahaya pada pernafasan yang ada di laboratorium kimia tersebut menjadikan peneliti memilih lokasi ini.

3.2.2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2013. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja pada bagian Quality


(45)

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan populasi yang berjumlah 36 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer yang dibutuhkan diperoleh dari pekerja bagian Quality Control

dengan menggunakan kuesioner dari WHO yang telah dimodifikasi berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Material Safety Data Sheet (MSDS) Isopropyl alcohol,

Natrium hidroksida, asam asetat, wijs, kloroform, heksana, dan sikloheksana.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari bagian manajemen laboratorium, yaitu data-data jumlah pekerja, profil perusahaan, bahan kimia yang digunakan serta data lain yang mendukung.

3.5. Defenisi Operasional

1. Umur adalah ulangtahun terakhir responden.

2. Masa kerja adalah waktu yang telah ditempuh oleh responden mulai pertama kali bekerja di bagian Quality Control sampai saat ini.

4. Penggunaan APD Pernafasan adalah masker yang digunakan pekerja pada saat bekerja di laboratorium.

3. Gejala pernafasan adalah keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja terhadap pernafasan yang ditandai dengan adanya tanda-tanda gangguan pernafasan seperti batuk, perih tenggorokan maupun hidung, sesak nafas, dan nyeri dada.


(46)

3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan kuesioner yang ada. Kuesioner diawali dengan pertanyaan umum untuk menggambarkan bahwa responden sedang dalam keadaan sehat dan sering mencium aroma khas bahan kimia yang digunakan dalam proses uji mutu. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan tentang gejala pernafasan responden.

Alat yang dipakai untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala pernafasan seperti batuk,perih pada tenggorokan dan hidung, sesak nafas, nyeri dada, dan tentang riwayat pekerjaan yang ditanyakan kepada responden.

Cara pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala Guttman, dengan memberikan skor 1 untuk jawaban “ya” dan 0 untuk jawaban “tidak”. Jumlah skor total adalah 20. Dengan rumus umum:

 Range (R) = skor tertinggi – skor terendah = 20 – 0 = 20

 Kategori (K) = 2 adalah banyaknya criteria yang disusun pada criteria objektif suatu variable. Kategori yaitu ringan dan berat.

 Interval (I) = Range / Kategori  Interval (I) = 20/2 = 10

 kriteria penilaian = skor tertinggi – interval = 20 – 10 = 10, sehingga: a. Ada gejala pernafasan ringan bila skor yang terkumpul ≤ 10 b. Ada gejala pernafasan berat bila skor yang terkumpul > 10


(47)

Sumber : Anonim,2012

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Data diolah dan dianalisis secara deskriptif melalui program SPSS versi 15.0 untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control, dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(48)

BAB IV HASIL 4.1. Profil Perusahaan

4.1.1. Sejarah Perusahaan

PT. SMART Tbk (Sinar Mas Agro Resourches & Technology) termasuk dalam Sinar Mas Group yang berlokasi dijalan Balmera Baru III Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan Sumatera Utara. Dalam melaksanakan operasional usaha PT.SMART Tbk mempunyai pabrik beserta kelengkapan fasilitas produksi utama dan pendukung yang berada dikawasan berikat Belawan dengan status hak milik yang dikeluarkan pejabat pembuat akta tanah kota Medan nomor 65 dan oleh kantor Agraria Kota Medan nomor A 1424361 dan A 1424362 dengan total luas 64.970 m² dan dukungan instalasi tangki timbun (bulking installation) yang berada dijalan Ujung Baru Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan, Medan.

PT. SMART Tbk Medan adalah perusahaan public yang bergerak dibidang

palm oil industry. Pertama kali berdiri ada tahun 1984 dengan nama Ivo Mas Tunggal

hanya untuk pengolahan minyak goreng dari bahan baku CPO dan stearin. Dilokasi yang sama pada tahun 1986 didirikan PT. SMART Corporation yang mengolah palm

kernel (PK) menjadi crude palm kernel oil (CPKO) dan palm kernel expeller (PKE).

Sejalan dengan perkembangan usaha maka pada tahun 2000 kedua perusahaan ini bergabung menjadi satu dan berganti nama menjadi PT. SMART Tbk. Terdaftar pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan nomor 02.12.1.15.06479

Tahun 2006 PT.SMART Tbk melakukan penambahan kegiatan proyek berupa pengolahan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) untuk menjadi sejenis mentega atau


(49)

shortening yang dibutuhkan dipasaran lokal (cocoa butter substitute = CBS) pengganti fat coklat dengan kapasitas 100 ton/hari dan telah beroperasi pada tahun 2007. Tahun 2012 PT. SMART Tbk menambah kapasitas produksi KCP menjadi 750 ton/hari dan Refinery serta Fractionation sebesar 2000 ton/hari yang nantinya total menjadi 3400 ton/hari.

Saat ini kegiatan refinery, expeller plant dan CBS plant PT. SMART Tbk didukung oleh ± 700 orang pekerja yang bekerja baik non shift maupun shift. Kapasitas rata-rata produksi pertahun produk utama yaitu refined bleached

deodorized stearin (RBD Sterarin) dan refined bleached dodorized olein (RBD Olein)

pada industri pengolahan minyak sawit menjadi minyak goreng masing-masing adalah 270.000 ton/tahun dan 90.000 ton/tahun, sedangkan untuk fatty acid distillate

(pfad) dengan kapasitas produksi sekitar 16.320 ton/tahun. 4.1.2. Ruang Lingkup Perusahaan

PT. SMART Tbk adalah pabrik pengolahan CPO (crude palm oil) yang akan diolah menjadi olein (minyak goreng) dan stearin (margarine). Produk yang dihasilkan adalah minyak goreng dengan merk Filma, Kunci Mas dan Mitra sedangkan margarine dengan merk Simas dan Mitra. PT. SMART Tbk memiliki beberapa divisi seperti refinery plant, fractionation plant, margarine plant, dan filling

plant yang menghasilkan branded product dan non branded product yang merupakan

produk perusahaan. Adapun jenis bahan baku dan produk yang mendapat sertifikat halal adalah bahan baku industry dengan nomor 07491297, shortening atau lemak nabati dengan nomor 07481297, margarine dengan nomor 07471297 dan minyak goreng/cooking oil dengan nomor 07461297.


(50)

Adapun penghargaan yang telah diperoleh PT. SMART Tbk antara lain: 1. Sertifikat GMP/HACCP dari Schutter Malaysia

2. Sertifikat HACCP finish good (refinery, fractionation, margarine,

filling/bottling) dari SGS

3. Sertifikat ISO 9001-2005, ISO 22000, ISCC, GMP B+

4.2. Deskripsi Lingkungan Kerja Bagian Quality Control

Quality Control merupakan bagian dalam departemen Laboratorium yang

berada di dalam lingkungan pabrik, tepatnya dibagian belakang pabrik dekat dengan bagian produksi. Ruangan laboratorium yang digunakan untuk quality control

merupakan ruangan yang tertutup, dimana terdapat lemari-lemari penyimpanan bahan kimia termasuk lemari asam, peralatan uji mutu seperti Lovibond Tintometer model F untuk melihat tingkat warna dan alat untuk melihat tingkat kabut, meja, ruangan penyelamatan jika terjadi kebakaran, dll.

Bahan kimia yang digunakan pekerja untuk uji mutu ditempatkan pada beberapa tempat. Untuk bahan kimia yang bersifat asam seperti wijs dan asam asetat

disimpan didalam lemari asam. Sedangkan bahan kimia lainnya diletakkan diatas meja tempat pekerja melakukan uji mutu, yang disimpan didalam tabung yang tertutup dan terbuka. Seharusnya, semua tabung yang berisi bahan kimia harus dalam keadaan tertutup terutama saat tidak digunakan karena pada keadaan tertentu (misalnya suhu atau tekanan yang meningkat) bahan kimia dalam tabung terbuka dapat menguap dan terhirup oleh pekerja.


(51)

Posisi pekerja saat melakukan uji mutu adalah berdiri didepan meja, mengambil bahan kimia yang berada didalam tabung dngan menggunakan pipet tetes dan memasukkannya kedalam tabung Erlenmeyer yang berisi sampel yang akan diuji. Hasil pengujian akan dicatat pada form yang selalu dipantau setiap proses uji mutu dilakukan. Pada pekerja yang tidak menggunakan APD pernafasan saat melakukan uji mutu, bahan kimia yang menguap langsung terhirup oleh pekerja sehingga beresiko mengalami gejala-gejala pernafasan.

4.3. Karakteristik Responden 4.3.1. Umur

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Umur (tahun) Jumlah (jiwa) %

1 ≤ 31 30 83,3

2 > 31 6 16,7

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui umur responden sebagian besar berada pada kelompok umur ≤ 31 tahun yaitu berjumlah 30 orang (83,3%), sedangkan responden yang berumur > 31 tahun berjumlah 6 orang (16,7%). Adapun umur terendah pekerja adalah 20 tahun, dan umur tertinggi adalah 44 tahun. Teknik kategori umur diambil berdasarkan nilai median umur pekerja.

4.3.2. Masa Kerja

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa kerja

No Masa Kerja (tahun) Jumlah (jiwa) %

1 ≤ 10 31 86,1

2 > 10 5 13,9


(52)

Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar responden memiliki masa kerja ≤ 10 tahun yaitu berjumlah 31 orang (86,1%), dan responden yang memiliki masa kerja > 10 tahun berjumlah 5 orang (13,9%). Adapun masa kerja terendah pekerja adalah 1 tahun, dan masa kerja tertinggi adalah 20 tahun. Teknik kategori masa kerja diambil berdasarkan nilai median masa kerja pekerja.

4.4. Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan

No Penggunaan APD Pernafasan Jumlah (jiwa) %

1 Selalu 20 55,6

2 Jarang 16 44,4

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerja yang selalu menggunakan APD pernafasan berupa masker berjmlah 20 orang (55,6%), sedangkan pekerja yang jarang menggunakan APD pernafasan berjumlah 16 orang (44,4%) dan tidak ada pekerja yang tidak pernah menggunakan alat pelindung diri pernafasan. 4.5. Status Kesehatan

Tabel 4.4 Distribusi Status Kesehatan Responden

No Status Kesehatan Jumlah (jiwa) %

1 Sehat 36 100

2 Sakit 0 0

Jumlah 36 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh pekerja sedang dalam keadaan sehat. Sehat yang dimaksud diatas adalah pekerja sedang tidak mengalami gejala-gejala pernafasan saat penelitian dilakukan.


(53)

4.6. Responden Yang Sering Mencium Aroma Khas Bahan Kimia Laboratorium

Tabel 4.5 Distribusi Responden Yang Sering Mencium Aroma Khas Bahan Kimia Laboratorium

No

Sering Mencium Aroma Khas

Bahan Kimia Laboratorium Jumlah (jiwa) %

1 Ya 29 80,6

2 Tidak 7 19,4

Jumlah 36 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja yang sering mencium aroma khas bahan kimia laboratorium berjumlah 29 orang (80,6%), dan pekerja yang tidak sering mencium aroma khas bahan kimia berjumlah 7 orang (19,4%). Aroma khas bahan kimia adalah aroma menyengat yang terhirup pada hidung sesuai dengan jenis bahan kimia yang sedang digunakan pekerja.

4.7. Responden Yang Sering Mengalami Pusing Saat Mencium Aroma Khas Bahan Kimia Laboratorium

Tabel 4.6 Distribusi Responden Yang Sering Mengalami Pusing Saat Mencium Aroma Khas Bahan Kimia Laboratorium

No

Sering Pusing Saat Mencium Aroma Khas Bahan Kimia

Laboratorium Jumlah (jiwa) %

1 Ya 14 38,9

2 Tidak 22 61,1

Jumlah 36 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerja yang sering mengalami pusing saat mencium aroma khas bahan kimia laboratorium berjumlah 14 orang (38,9%), dan yang tidak mengalami pusing berjumlah 22 orang (61,1%) pekerja.


(54)

4.8. Gejala Pernafasan

Tabel 4.7 Distribusi Gejala Pernafasan Yang Dialami Responden

No Pertanyaan Ya Tidak Jumlah

N % N % N %

1

Apakah selama 60 hari anda bekerja menggunakan bahan kimia Isopropyl

alcohol, Natrium hidroksida, asam

asetat, kloroform, heksana, dan

sikloheksana, mengalami perih pada

tengorokan atau hidung

11 30,6 25 69,4 36 100

2

Apakah selama bekerja 8 jam sehari anda merasa hidung atau tenggorokan anda perih

10 27,8 26 72,2 36 100

3

Apakah perih yang anda rasakan pada hidung atau tenggorokan selama 1 minggu semakin perih

4 11,1 32 88,9 36 100

4

Apakah saat menggunakan bahan kimia wijs hidung atau tenggorokan anda menjadi sangat perih

7 19,4 29 80,6 36 100

5

Apakah perih yang anda rasakan sampai menyebabkan rasa terbakar pada hidung atau tenggorokan

1 2,8 35 97,2 36 100

6

Apakah anda pernah mengalami bersin saat menggunakan bahan kimia NaOH atau yang lainnya

16 44,4 20 55,6 36 100

7 Apakah jika anda menggunakan

masker masih mengalami bersin 9 25,0 27 75,0 36 100 8

Apakah bersin yang anda alami selama menggunakan bahan kimia terjadi berkali-kali

3 8,3 33 91,7 36 100

9 Apakah anda sering pilek (hidung

tersumbat) selama bekerja 9 25,0 27 75,0 36 100

10 Apakah anda pernah batuk saat

bekerja 22 61,1 14 38,9 36 100

11

Apakah batuk yang anda alami saat bekerja semakin parah setelah selesai bekerja

5 13,9 31 86,1 36 100

12

Apakah batuk tersebut pernah anda alami lebih dari satu kali selama masa shift kerja

14 38,9 22 61,1 36 100

13 Apakah anda biasa batuk sepanjang


(55)

14

Apakah anda pernah merasa sesak dada saat menggunakan bahan kimia

Isopropyl alcohol, Natrium

hidroksida, asam asetat, kloroform,

heksana, dan sikloheksana, atau wijs

12 33,3 24 66,7 36 100

15

Apakah sesak dada yang anda rasakan menyebabkan anda menjadi kesulitan bernafas

1 2,8 35 97,2 36 100

16 Apakah sesak dada yang anda alami

disertai bunyi - - 36 100 36 100

17 Apakah sesak dada yang anda alami

semakin parah setelah selesai bekerja 5 13,9 31 86,1 36 100 18 Apakah anda pernah merasa nyeri

dada saat bekerja 6 16,7 30 83,3 36 100

19

Apakah anda pernah merasa nyeri dada saat mencium bahan kimia tertentu

6 16,7 30 83,3 36 100

20 Apakah setelah bekerja anda masih

merasakan nyeri dada 3 8,3 33 91,7 36 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 11 orang (30,6%) pekerja mengalami gejala perih pada tengorokan atau hidung selama 60 hari bekerja menggunakan bahan kimia, 10 orang (27,8%) pekerja mengalami perih hidung atau tenggorokan setelah 8 jam bekerja, 4 orang (11,1%) pekerja mengalami perih pada tenggorokan atau hidung yang semakin perih dalam 1 minggu, 7 orang (19,4%) pekerja merasakan tenggorokan atau hidungnya sangat perih saat menggunakan wijs, 1 orang (2,8%) pekerja merasakan perih yang menyebabkan rasa terbakar pada hidung atau tenggorokan, 16 orang (44,4%) pekerja mengalami bersin saat menggunakan bahan kimia NaOH atau yang lainnya, 9 orang (25%) pekerja yang masih mengalami bersin jika menggunakan masker, 3 orang (8,3%) pekerja yang mengalami bersin berkali-kali, 9 orang (25%) pekerja yang sering mengalami pilek (hidung tersumbat) saat bekerja, 22 orang (61,1%) mengalami batuk saat bekerja, 5 orang (13,9%) pekerja


(56)

yang mengalami batuk semakin parah setelah selesai bekerja, 14 orang (13,8%) pekerja mengalami batuk lebih dari 1 kali selama masa shift kerja, 5 orang (13,9%) pekerja yang biasa mengalami batuk sepanjang hari baik siang atau malam, 12 orang (33,3%) pekerja yang mengalami sesak dada saat bekerja, 1 orang (2,8%) pekerja yang mengalami sesak dada dan sulit bernafas, tidak ada pekerja yang mengalami sesak dada yang disertai bunyi, 5 orang (13,9%) pekerja yang mengalami sesak dada menjadi semakin parah setelah selesai bekerja, 6 orang (16,7%) pekerja yang mengalami nyeri dada saat bekerja, 6 orang (16,7%) pekerja yang mengalami nyeri dada saat mencium bahan kimia tertentu, dan 3 orang (8,3%) pekerja yang masih merasakan nyeri dada setelah selesai bekerja. Pada pertanyaan tentang sesak dada yang dialami pekerja akibat penggunaan bahan kimia, dari 12 orang yang mengalami sesak dada ada sebanyak 6 orang yang mengalaminya disebabkan penggunaan bahan kimia asam asetat, 3 orang yang mengalaminya disebabkan penggunaan NaOH, dan selebihnya merasa sesak dada saat menggunakan beberapa bahan kimia seperti wijs, NaOH dan asam asetat. Pada pekerja yang merasakan nyeri dada saat mencium bahan kimia tertentu, sebanyak 5 orang mengalaminya disebabkan mencium asam asetat, dan 1 orang merasakan nyeri dada disebabkan mencium Isopropyl alcohol. Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Pernafasan

No Gejala Pernafasan Jumlah (jiwa) %

1 Tidak Ada 6 16,7

2 Ringan 27 75,0

3 Berat 3 8,3


(57)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerja yang tidak memiliki gejala pernafasan berjumlah 6 orang (16,7%), yang mengalami gejala pernafasan ringan berjumlah 27 orang (75%) pekerja, dan yang mengalami gejala pernafasan berat berjulah 3 orang (8,3%) pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa kategori gejala pernafasan yang paling banyak dialami pekerja adalah gejala pernafasan ringan. 4.9. Tabulasi Silang

4.9.1. Tabulasi Silang Antara Umur Responden Dengan Gejala Pernafasan Tabel 4.9 Tabulasi Silang Antara Umur Responden Dengan Gejala Pernafasan

No Umur

Responden (Tahun)

Mengalami Gejala Pernafasan

Tidak (%) Ringan (%) Berat (%) Jumlah (%)

1 ≤ 31 6 16,7 24 66,7 - - 30 83,4

2 > 31 - - 3 8,3 3 8,3 6 16,6

Jumlah 6 16,7 27 75 3 8,3 36 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 30 orang pekerja (83,4%) yang berumur ≤ 31 tahun, sebanyak 6 orang (16,7%) tidak mengalami gejala pernafasan, sebanyak 24 pekerja (66,7%) mengalami gejala pernafasan ringan dan tidak ada pekerja yang mengalami gejala pernafasan berat. Sedangkan dari 6 pekerja (16,6%) yang berumur > 31 tahun, sebanyak 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan berat. Pekerja yang tidak mengalami gejala pernafasan adalah pekerja yang rata-rata berumur 20-23 tahun. Hal ini menunjukkan tingkat keparahan gejala pernafasan yang dialami pekerja berada pada kategori umur > 31 tahun.


(58)

4.9.2. Tabulasi Silang Antara Masa Kerja Responden Dengan Gejala Pernafasan

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Antara Masa Kerja Responden Dengan Gejala Pernafasan

No Masa Kerja

(Tahun) Mengalami Gejala Pernafasan

Tidak (%) Ringan (%) Berat (%) Jumlah (%)

1 ≤ 10 6 16,7 25 69,4 - - 31 86,1

2 > 10 - - 2 5,6 3 8,3 5 13,9

Jumlah 6 16,7 27 75 3 8,3 36 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 31 orang pekerja (86,1%) yang memiliki masa kerja ≤ 10 tahun, ada sebanyak 6 orang (16,7%) tidak mengalami gejala pernafasan, sebanyak 25 pekerja (69,4%) yang mengalami gejala pernafasan ringan dan tidak ada pekerja yang mengalami gejala pernafasan berat. Dari 5 orang pekerja (13,9%) yang memiliki masa kerja > 10 tahun, ada sebanyak 2 pekerja (5,6%) yang mengalami gejala pernafasan ringan dan sebanyak 3 pekerja (8,3%) yang mengalami gejala pernafasan berat. Pekerja yang tidak mengalami gejala pernafasan adalah pekerja yang memiliki masa kerja < 2 tahun. Hal ini menunjukkan tingkat keparahan gejala pernafasan yang dialami pekerja berada pada kategori masa kerja > 10 tahun.


(59)

4.9.3. Tabulasi Silang Antara Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan Responden Dengan Gejala Pernafasan

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan Responden Dengan Gejala Pernafasan

No Penggunaan APD Pernafasan

Mengalami Gejala Pernafasan

Tidak (%) Ringan (%) Berat (%) Jumlah (%)

1 Selalu 5 13,9 15 41,7 - - 20 55,6

2 Jarang 1 2,8 12 33,3 3 8,3 16 44,4

3 Tidak Pernah - - - - -

Jumlah 6 16,7 27 75 3 8,3 36 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 20 orang pekerja (55,6%) yang selalu menggunakan APD pernafasan berupa masker saat bekerja, ada sebanyak 5 orang (13,9%) tidak mengalami gejala pernafasan, sebanyak 15 pekerja (41,7%) mengalami gejala pernafasan ringan dan tidak ada yang mengalami gejala pernafasan berat. Dari 16 pekerja (44,4%) yang jarang menggunakan APD pernafasan saat bekerja, ada 1 orang (2,8%) tidak mengalami gejala pernafasan, sebanyak 12 pekerja (33,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan 3 pekerja (8,3%) yang mengalami gejala pernafasan berat. Pekerja yang tidak mengalami gejala pernafasan adalah pekerja yang rata-rata selalu menggunakan APD pernafasan berupa masker saat bekerja (5 dari 6 orang pekerja). Hal ini menunjukkan tingkat keparahan gejala pernafasan yang dialami pekerja adalah pekerja yang jarang menggunakan APD pernafasan berupa masker saat bekerja.


(60)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Gejala Pernafasan

Berdasarkan kuesioner yang diajukan kepada responden didapatkan hasil bahwa seluruh pekerja bagian quality control yang berjumlah 36 orang (100%) sedang dalam keadaan sehat. Dari keseluruhan pekerja, sebanyak 29 orang (80,6%) sering mencium aroma khas bahan kimia yang digunakan pada proses uji mutu laboratorium seperti Isopropyl alcohol, Natrium hidroksida, asam asetat, kloroform,

heksana, sikloheksana atau wijs. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan-bahan

kimia yang keseluruhannya merupakan cairan yang dapat menguap pada keadaan tertentu dan secara tidak sengaja akan terhirup oleh pekerja. Adapun aroma khas bahan kimia yang dimaksud adalah bau menyengat yang keluar dari bahan kimia dan terhirup oleh hidung pekerja saat menggunakannya. Bau menyengat tersebut berbeda-beda dan aroma yang paling khas adalah wijs dan asam asetat karena bersifat asam. Sebanyak 14 orang (38,9%) pekerja sering mengalami pusing saat mencium aroma khas bahan kimia laboratorium, hal ini menunjukkan bahwa bahan kimia yang digunakan untuk uji mutu juga dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang berakibat pusing bagi orang yang terpapar. Memang tidak semua pekerja yang merasakan pusing saat terhirup bahan kimia tersebut, namun ada beberapa faktor yang menyebabkan pekerja dapat merasakan pusing, diantaranya sensitifitas tubuh pekerja terhadap bahan kimia dan kekebalan tubuh pekerja itu sendiri. Menurut


(61)

Hueston (2003), pusing dan sakit kepala merupakan salah satu tanda-tanda atau gejala adanya infeksi saluran pernafasan atas. Sehingga walaupun bukan merupakan satu-satunya indikator, dengan adanya pekerja yang mengalami pusing saat mencium aroma khas bahan kimia maka dapat dicurigai pekerja tersebut memiliki gejala pernafasan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada sebanyak 27 orang pekerja (75%) yang mengalami gejala pernafasan ringan, dan sebanyak 3 orang pekerja (8,3%) yang mengalami gejala pernafasan berat. Gejala pernafasan yang paling banyak terjadi pada pekerja adalah batuk saat bekerja yang berjumlah 22 orang (61,1%) dan bersin saat menggunakan bahan kimia yang berjumlah 16 orang (44,4%). Sebagian besar pekerja yang mengalami bersin mengatakan bahwa bersin yang mereka alami dikarenakan terhirup bahan kimia NaOH, kloroform, atau

Isopropil alcohol.

Batuk merupakan gejala yang tidak spesifik tetapi selalu menyatakan sesuatu yang tidak normal. Selama terjadinya batuk, glottis mendekat sampai otot-otot ekspirasi membangun tekanan positif. Glottis kemudian membuka dan tekanan yang dihasilkan meningkatkan kecepatan linier aliran udara. Adanya benda asing seperti partikel-partikel, cairan atau gas menstimulasikan batuk sebagai mekanisme pertahanan (Cade & Pain, 1988).

Pada dasarnya, mekanisme terjadinya refleks batuk dimulai dari terangsangnya bagian-bagian yang peka pada saluran pernafasan. Rangsang


(1)

sesak dada menyebabkan kesulitan bernafas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 35 97.2 97.2 97.2

ya 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

sesak dada disertai bunyi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 36 100.0 100.0 100.0

sesak dada semakin parah setelah selesai bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 31 86.1 86.1 86.1

ya 5 13.9 13.9 100.0

Total 36 100.0 100.0

nyeri dada saat bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 30 83.3 83.3 83.3

ya 6 16.7 16.7 100.0

Total 36 100.0 100.0

nyeri dada saat mencium bahan kimia tertentu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 30 83.3 83.3 83.3

ya 6 16.7 16.7 100.0


(2)

nyeri dada setelah bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 33 91.7 91.7 91.7

ya 3 8.3 8.3 100.0

Total 36 100.0 100.0


(3)

(4)

(5)

(6)