Kelangsungan Hidup Konversi Pakan, Retensi Protein dan Lemak, Komposisi Tubuh

4.2.2. Kelangsungan Hidup

Secara umum kelangsungan hidup benih ikan sidat yang diberi rElGH melalui perendaman, secara oral dan melalui pakan relatif lebih tinggi jika dibandingkan kontrol P0,05. Peningkatan kelangsungan hidupsintasan pada ikan yang diberi perlakuan rGH membuktikan bahwa rGH mampu meningkatkan kekebalan tubuhimunitas pada ikan dari stres akibat kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa GH secara langsung mampu meningkatkan sel-sel yang berkompeten dalam sistem kekebalan tubuhimunitas seperti limfosit, natural killer cell NK cell, dan makrophages Kelley 1989; Gala 1991. Pada ikan rainbow trout, GH mampu meningkatkan resistensi terhadap infeksi bakteri Vibrio anguillarum melalui peningkatan aktivitas fagositosis Sakai et al. 1997. GH juga mampu meningkatkan produksi superoxide anion dalam leukosit dan mitogenesis leukosit Sakai et al. 1996. Pada ikan gilthead sea bream Sparus aurata dan silver sea bream Sparus sarba GH mampu menstimulasi lymphopoiesis dan fagositosis Harris Bird 2000. Pada ikan gilthead sea bream Sparus aurata juga terdeteksi adanya reseptor GH pada limfosit dan monosit yang menunjukkan bahwa GH secara langsung berhubungan dengan sistem imunitas Calduch-Giner et al. 1995.

4.2.3. Konversi Pakan, Retensi Protein dan Lemak, Komposisi Tubuh

Penurunan konversi pakanFCR dan meningkatnya retensi protein dan lemak pada ikan sidat yang diberi perlakuan rGH dibandingkan kontrol, sangat berkaitan dengan nafsu makan ikan. Pemberian rElGH juga mampu meningkatkan nafsu makan. Hal ini terlihat dari waktu yang diperlukan oleh ikan untuk mengkonsumsi pakan lebih cepat jika dibandingkan kontrol. Pada akhir pemeliharaan, ikan yang diberi perlakuan menghabiskan waktu 15-20 menit, sedangkan ikan kontrol memerlukan waktu selama 50-65 menit 3 kali lipat untuk menghabiskan pakan sebanyak 3 dari bobot tubuh. Peningkatan nafsu makan apetite ini diduga dipengaruhi oleh hormon ghrelin yang meningkat akibat stimulasi hormon pertumbuhan Volkoff et al. 2005; Debnanth 2010. Kecepatan dalam mengkonsumsi pakan sangat berpengaruh terhadap efisiensi pemberian pakan ikan sidat, karena pakan yang diberikan adalah dalam bentuk pasta yang sangat cepat mengalami pencucian leaching. Berdasarkan percobaan pendahuluan, pakan pasta yang digunakan sangat cepat terjadi pencucian yaitu 50-60 per-jam dari berat total yang diberikan dalam berat kering jika dimasukan ke dalam air dalam akuarium kondisi sama dengan percobaan tanpa pengaruh ikan. Akibat cepatnya pakan masuk ke dalam saluran pencernaan ikan menyebabkan pemberian pakan lebih efisien, karena lebih sedikit pakan yang hilang akibat terjadi pencucian. Hal ini juga terbukti dari peningkatan tingkat konversi pakan, retensi protein dan lemak. Peran hormon pertumbuhanGH dalam meningkatkan efisiensi pemberian pakanmenurunkan FCR juga dilaporkan pada ikan striped bass, ikan mas Fu et al. 1998, ikan nila Rahman et al. 1998, Farmanfarmaian Sun 1999, ikan salmon Cook et al. 2000; Devlin et al. 2004 ikan mud loach Nam et al. 2004 dan ikan nila Kobayashi et al. 2007. Meskipun mekanismenya belum jelas, GH berperan dalam dalam proses pencernaan, penyerapan dan pengangkutan nutrisi pada ikan transgenik Fu et al. 1998; Cook et al. 2000; Devlin et al. 2004. Ikan coho salmon transgenik GH memiliki permukaan usus dan pilorus caecae lebih luas dibandingkan kontrol, sehingga dapat meningkatkan proses penyerapan makanan yang secara langsung akan mempercepat pertumbuhan. Perubahan secara struktural tersebut, secara langsung berpengaruh terhadap proses metabolisme menjadi lebih efisien seperti penyerapan asam amino Farmanfarmaian Sun 1999. Pada ikan mas koki, pemberian GH juga mampu memperpanjang usus 43 jika dibandingkan kontrol, meningkatkan leucine uptake, ketebalan mukosa usus, tinggi mikrovilli, luas area dan kepadatan jaringan epitel pada usus, sehingga proses penyerapan bahan makanan lebih optimum Walker et al. 2004. Pemberian GH dari luar juga dapat mempengaruhi lipolisis dan glukoneogenesis OConnor et al. 1993. GH juga berpengaruh dalam sintesa protein dan omset lipid Oommen Johnson, 1998; Fauconneau et al. 1996 . Akibatnya, ikan yang diberi perlakuan GH dari luar eksogen memiliki kemampuan lebih besar untuk mencerna makanan, menyerap nutrisi, dan mengkonversi lebih besar proporsi makanan untuk membentuk komposisi tubuh ikan, sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan efisiensi pemberian pakan. Pada hasil analisis proksimat, diketahui bahwa ikan yang diberi rElGH memiliki kadar lemak yang lebih tinggi, sedangkan kadar proteinnya lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol Tabel 5. Hal serupa juga dilaporkan pada penelitian pemberian rGH pada ayam broiler Cogburn et al. 1989 dan ikan channel catfish Silverstein et al. 2000. Perubahan komposisi tubuh akibat pemberian rElGH pada organisme tergantung pada jenis ikan, ukuran ikan, kandungan nutrisi pakan yang diberikan dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi proses metabolisme ikan. Tingginya retensi lemak pada ikan yang diberi perlakuan rGH diduga akibat beberapa sebab, di antaranya sebagai ikan yang bermigrasi, ikan sidat merupakan penyimpan lemak yang baik sebagai sumber energi untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan proses migrasi untuk pemijahan Fahmi 2010. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa semakin besar ukuran ikan, maka semakin besar juga kandungan lemaknya Heinsbroek et al. 2007, sedangkan benih ikan sidat yang diberi perlakuan tumbuh lebih cepat memiliki ukuran yang lebih besar sehingga secara otomatis kandungan lemaknya lebih tinggi yang secara langsung akan meningkatkan retensi lemak. Hal ini berbeda dengan benih ikan gurame yang diberi rGH, yaitu kadar lemaknya lebih rendah dibandingkan dengan ikan kontrol Irmawati et al. 2012. Aktivitas enzim lipase ikan gurame yang diberi rGH lebih tinggi daripada ikan kontrol, sehingga diduga bahwa penurunan kadar lemak tersebut terkait dengan peningkatan aktivitas enzim lipase Irmawati et al. 2012. Dengan demikian, perbedaan kadar lemak merupakan respons spesifik spesies ikan terhadap pemberian rGH. Dalam hal ini, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengklarifikasi jenis lemak dan asam lemak yang terkandung pada ikan yang diberi perlakuan rGH. Lemak tubuh ikan terutama terdiri dari trigliserida yang berbeda dari lemak binatang, yaitu lemak ikan kebanyakan memiliki rantai yang panjang 18 atom C dan memiliki banyak ikatan rangkap 5 atau 6. Kandungan asam lemak tak jenuh ikan juga tinggi, terutama linoleat dan linolenat sekitar 85 sisanya asam lemak yang jenuh sekitar 15. Rendahnya kandungan lemak jenuh menurunkan resiko penyempitan pembuluh darah pada manusia yang mengkonsumsinya. Ikan sidat mengandung asam lemak EPA eicosapentaenoic acid dan DHA docosahexaenoic acid yang lebih tinggi EPA=1337 mg100 g; DHA=742 mg100 g bahkan jika dibandingkan dengan salmon EPA=820 mg100 g; DHA= 492 mg100 g dan ikan tenggiri EPA=748 mg100 g; DHA=409 mg100 g Suitha 2008. EPA dan DHA merupakan asam lemak esensial yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.

4.2.4. Ekskresi Amoniak TAN