Pengaruh reward terhadap tingkat kinerja Agen Asuransi : (studi di PT Asuransi Allianz Life Indonesia Cabang Bekasi)
ABSTRAK……….. i
KATA PENGANTAR……… ii
DAFTAR ISI……….. iv
DAFTAR TABEL………..… iiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah………. 6
2. Perumusan Masalah……….. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian……….. 6
2. Manfaat Penelitian………. 7
D. Hipotesa………... 7
E. Tinjauan Kajian Terdahulu………. 8
F. Metode Penelitian……… 9
G. Teknik Penulisan………. 16
(2)
BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PENGARUH REWARD TERHADAP TINGKAT KINERJA AGEN ASURANSI
A. Pengertian dan Prinsip Dasar Asuransi
1. Pengertian Asuransi……….. 17
2. Pengertian Asuransi Syariah………. 18
3. Prinsip Dasar Asuransi Syariah……… 20
4. Landasan Asuransi Syariah……….. 20
5. Mekanisme Kerja Asuransi Syariah………. 24
B. Perwakilan Agency (Wakalah) 1. Pengertian Agen……… 26
2. Tugas-Tugas Agen……… 30
3. Kode Etik Agen Asuransi Syariah……… 31
4. Hak dan Kewajiban Agen………. 33
5. Pelayanan Purna Jual……… 34
C. Reward Dalam Asuransi 1. Fee……… 35
2. Pelatihan……….. 39
3. Bonus Agen……….. 40
D. Kinerja Agen 1. Pengertian Kinerja……… 44
2. Tujuan Kinerja……….. 44
(3)
4. Kinerja Agen Asuransi………. 46
BAB III GAMBARAN UMUM PT. Asuransi Allianz Life Indonesia A. Sejarah Berdiri………... 48
B. Visi dan Misi……….. 50
C. Struktur Organisasi………. 51
D. Produk-produk PT. Asuransi Allianz Life Indonesia………. 52
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas... 58
2. Uji Reliabilitas... 62
B. Karakteristik Responden………...………... 63
C. Statistik Deskriptif……….…... 64
D. Analisis Data………. 65
E. Analisis Spearman Rank... 91
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……… 94
B. Saran……….. 95
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(4)
A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang terjadi akhir-akhir ini,
ditandai dengan bertambah luasnya bidang-bidang usaha yang terbuka dan dapat
dilakukan oleh berbagai perusahaan yang sudah ada maupun yang semula
menitikberatkan pada sektor produksi barang dan atau jasa, mulai beralih pada
bidang lain yang juga berpotensi, yaitu yang mempunyai sifat atau karakteristik
yang khusus. Bidang usaha tersebut adalah sebuah bidang usaha yang mempunyai
kegiatan dengan menempatkan dirinya sebagai mediator antara perusahaan
produsen dengan konsumen atas dasar sistem keagenan.
Bertambahnya jenis-jenis usaha yang dapat ditekuni oleh berbagai
perusahaan yang telah berdiri, merupakan awal dari makin bertambah luasnya
pangsa pasar pada umumnya. Pangsa pasar di samping dipengaruhi oleh
pertumbuhan pola hubungan antar negara/antar bangsa yang transparan, sebagai
(5)
Perubahan-perubahan tersebut di atas, mempengaruhi tata ekonomi dan hubungan antar
pelaku ekonomi sesuai dengan sistem dan pola tata ekonomi internasional.1
Dewasa ini, perkembangan jumlah perusahaan nasional yang bergerak di
bidang keagenan di Negara kita mengalami peningkatan. Salah satu perusahaan
tersebut adalah perusahaan asuransi syariah.
Lapangan kehidupan ekonomi termasuk dalam usaha perasuransian,
digolongkan dalam hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya yang disebut dengan hukum muamalah, oleh karena itu bersifat
terbuka dalam pengembangannya.
Pengertian asuransi dalam konteks perusahaan asuransi menurut syariah
atau asuransi Islam secara umum sebenarnya tidak jauh berbeda dengan asuransi
konvensional. Di antara keduanya, baik asuransi konvensional maupun asuransi
syariah mempunyai persamaan yaitu perusahaan asuransi hanya berfungsi sebagai
fasilitator hubungan struktural antara peserta penyetor premi (penanggung)
dengan peserta penerima pembayaran klaim (tertanggung). Secara umum asuransi
Islam atau sering diistilahkan dengan takaful dapat digambarkan sebagai asuransi
yang prinsip operasionalnya didasarkan pada syariat Islam dengan mengacu
kepada Al-Qur’an dan As-Sunah.2
1
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Laporan Pengkajian Tentang Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan dan Distribusi, Jakarta, 1993, h. 1
2
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2007, Cet. keempat, h. 136
(6)
Apabila kita memasukkan asuransi takaful ke dalam lapangan kehidupan
muamalah, maka takaful dalam pengertian muamalah mengandung arti yaitu
saling menanggung risiko di antara sesama manusia sehingga di antara satu
dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko masing-masing. Dengan
demikian, gagasan mengenai asuransi takaful berkaitan dengan unsur saling
menanggung risiko di antara para peserta asuransi, di mana peserta yang satu
menjadi penanggung peserta lainnya.3
Dalam industri asuransi, berkembangnya perusahaan asuransi sangat
ditentukan oleh para agen asuransi. Artinya, tidak ada agen, maka tidak ada polis
asuransi (no solicitor no insurance policy). Agen asuransi dapat disebut sebagai
ujung tombak pemasaran asuransi. Dalam memutuskan penjualan asuransi kepada
calon nasabah atau pelanggan mereka mewakili perusahaan asuransi. Merekalah
yang mengenal, melayani dan menguasai portofolio nasabah. Demikian
dominannya posisi agen asuransi, maka agen jugalah yang dapat menyebabkan
perubahan atau permasalahan dalam bisnis asuransi.
Keabsahan penjual (agen) diterangkan pula dalam syara’. Dalam sejarah
hidup Nabi, beliau memulai karirnya sebagai saudagar yang menjadi agen
penjualan (selling agent) dari pedagang kaya Siti Khadijah, yang karena
kejujurannya akhirnya beliau menjadi suami Siti Khadijah.
Seorang agen asuransi dalam memberikan pelayanannya kepada
konsumen agar sukses dan memuaskan, sangat dibutuhkan komitmen atas
3
(7)
pekerjaan dengan senantiasa berlatih secara konsisten dan harus memiliki
pengetahuan yang cukup tentang asuransi.
Dewan Asuransi ingin mengangkat profesi agen asuransi. Harus melalui
pendidikan, ujian dan dapat gelar. Kalau di luar negeri ada Certified Financial
Planner (CFP), bisa menjual produk jasa keuangan. Tidak hanya produk asuransi
jiwa, bisa reksadana, dana pensiun sampai unit link. Sertifikasi itu juga sesuai
keputusan Menteri Keuangan No 425/KMK.06/2003 dan No 426/KMK.06/2003
tentang agen asuransi yang memasarkan produk perusahaan asuransi.4
Karena dalam hubungan dengan calon pemegang polis seorang agen
dituntut mampu menjaga kepercayaan. Agenlah yang berperan dalam
memberikan pelayanan dengan membawa visi misi dalam memasarkan asuransi
terhadap masyarakat. Salah satu cara untuk menjaga citra profesi agen dan untuk
mendapat kepercayaan dari masyarakat terhadap industri asuransi adalah dengan
kode etik yang baik melalui pembinaan-pembinaan dengan memberikan
pengetahuan tentang asuransi serta keterampilan dalam menawarkan produk
asuransi.
Beberapa perusahaan asuransi jiwa di dunia termasuk beberapa
perusahaan asuransi jiwa joint venture di Indonesia, memasarkan asuransi jiwa
dengan menggunakan kemampuan personal selling serta kemampuan merekrut,
terutama untuk mengembangkan kinerja agen menjadi agen yang profesional.
4
(8)
Pendapatan seorang agen asuransi tidaklah terbatas dan sangat tergantung
pada seberapa besar premi yang di perolehnya. Sistem komisi dan bonus yang
diberikan perusahaan akan terus diperolehnya secara berkesinambungan dan
sangat memungkinkan untuk terus bertambah dan bertambah. Networking Spirit
seorang agen asuransi membuka peluang tumbuh berkembangnya relasi dari
natural market hingga sampai ke masyarakat kelompok menengah atas.
Semakin merebaknya perusahaan asuransi, maka perusahaan asuransi jiwa
harus cepat tanggap dalam merespons keberhasilan para agen berprestasi dengan
memberikan penghargaan, antara lain penghasilan yang lebih dari cukup (jauh di
atas rata-rata), berbagai pelatihan di dalam maupun di luar negeri, serta bentuk
penghargaan lain, misalnya trip mancanegara. Secara kompetitif, untuk
mendapatkan Best of The Best sehingga dapat memotivasi para agen untuk
memperbaiki kinerjanya dan menjadi seorang agen yang professional, karena
agen asuransi merupakan ujung tombak pemasaran produk asuransi sekaligus
sebagai logo dan citra perusahaan, sehingga tumbuh atau hancurnya perusahaan
asuransi sangat ditentukan oleh kinerja agen asuransi tersebut.
Salah satu perusahaan asuransi syariah di Indonesia adalah PT. Asuransi
Allianz Life Indonesia. Allianz Life mencatatkan pertumbuhan laba tertinggi
sebesar 201.88%, dari Rp. 42,5 milyar di 2007 menjadi Rp. 128,3 milyar di 2008
dan juga mampu meningkatkan pendapatan premiunya dari Rp. 2,73 trilyun
menjadi Rp. 2,89 trilyun. Secara keseluruhan, indikator-indikator utama tersebut
(9)
dari solusi asuransi berkualitas dan stabil, khususnya unit-linked premi regular
sebagai produk tulang punggung dan terlaris dan juga kanal distribusi keagenan
dan bancassurance yang kuat dan andal.
Oleh karena itu, dipandang penting untuk mengangkat permasalahan ini
menjadi sebuah penelitian dengan judul: “PENGARUH REWARD
TERHADAP TINGKAT KINERJA AGEN ASURANSI SYARIAH (Studi di PT. Asuransi Allianz Life Indonesia)”.
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang dideskripsikan, maka
masalah yang dibatasi yakni mengenai pengaruh fee, jumlah pelatihan, dan bonus
terhadap kinerja agen pada perusahaan Asuransi Syariah.
Penulis kemudian merumuskan pada perumusan sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan besaran fee terhadap kinerja agen asuransi?
2. Apakah ada hubungan jumlah pelatihan agen terhadap kinerja agen asuransi?
3. Apakah ada hubungan bonus terhadap kinerja agen asuransi?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Dengan munculnya permasalahan yang ada, sehingga tujuan yang ingin
penulis capai dari penelitian ini adalah:
(10)
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihan agen terhadap kinerja
agen asuransi
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bonus terhadap kinerja agen
asuransi
Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis sendiri manfaat yang dirasakan dari penelitian ini adalah
menambah khasanah pengetahuan dan wawasan di bidang asuransi syariah
umumnya, dan khususnya mengenai agen dalam mengembangkan asuransi
syariah pada perusahaan asuransi syariah;
2. Bagi pihak asuransi syariah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan dan bahan evaluasi bagi perusahaan asuransi syariah untuk kemajuan
di masa mendatang;
3. bagi pihak lain, terutama di dunia pendidikan, penulis berharap penelitian ini
dapat menambah bahan kepustakaan mengenai kinerja agen asuransi syariah
dalam mengembangkan bisnis asuransi syariah.
D. HIPOTESA
dugaan sementara (hipotesa) dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
X1 + X2 + X3 (fee + pelatihan agen + besaran bonus) → Y (kinerja agen)). a. Ho : p = 0, tidak ada hubungan antara fee terhadap kinerja agen.
H : p > 0, ada hubungan signifikan antara fee terhadap kinerja agen. b. Ho : p = 0, tidak ada hubungan antara pelatihan terhadap kinerja agen.
(11)
H : p > 0, ada hubungan signifikan antara pelatihan terhadap kinerja agen. c. Ho : p = 0, tidak ada hubungan antara bonus terhadap kinerja agen.
H : p > 0, ada hubungan signifikan antara bonus terhadap kinerja agen.
E. TINJAUAN KAJIAN TERDAHULU
Sebelum masuk lebih jauh mengenai pembahasan penelitian ini. Ada
beberapa penelitian terdahulu, yang mengangkat judul dengan metode sama.
Namun tentunya ada sudut perbedaannya, diantaranya sebagai berikut:
No Identitas Substansi Isi Pembeda
1 Kurniawan
Hadisaputra,
Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan SDM Terhadap Produktivitas Kerja PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2008.
Membahas tentang
aplikasi manajemen
SDM yang diterapkan
oleh PT. BPRS
Al-Salaam Amal Salman.
Mengetahui seberapa
besar pengaruh
program pelatihan
dengan kinerja agen
asuransi
2 Rachmadi, Pengaruh
Penerapan Manajemen Mutu
Meneliti adanya
pengaruh antara
penerapan manajemen
Meneliti strategi yang
dapat mempengaruhi
(12)
Terpadu dan
Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Karyawan Bank DKI Syariah, 2007.
mutu terpadu dan
motivasi berprestasi
terhadap kinerja
karyawan
kinerja agen asuransi
3 Hamdi Rahman,
Profesionalisme dan Pelayanan Agen dalam Meningkatkan Volume Penjualan Polis Asuransi Kerugian. Menjelaskan tentang profesionalitas dan
pelayanan agen yang
sangat berpengaruh
terhadap tingkat
volume penjualan polis
asuransi
Penelitian ini
menerangkan tentang
pengaruh fee,
pelatihan, dan bonus
terhadap kinerja agen
asuransi
Oleh karena itu, pengkajian tersebut menjadi pembahasan yang cukup
menarik bagi penulis untuk mengetahui standarisasi kinerja agen di PT. Asuransi
Allianz Life Indonesia.
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian kuantitatif, untuk melihat
(13)
Hasil temuan analisis kuantitatif kemudian dilakukan kontekstualisasi
dan interpretasi. Penelitian ini merupakan penelitian survey karena dalam
penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner/angket.
2. Variabel Penelitian
Variabel adalah atribut dari sekelompok orang atau objek (benda) yang
mempunyai variasi antara satu dengan lainnya dalam kelompok itu.5
Kali ini penulis mencoba menggunakan dua variabel yakni pertama,
variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi atau dalam bahasa
Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Kedua, variabel dependen
adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas atau sering disebut sebagai variabel terikat.
Selanjutnya yang menjadi variabel independent (bebas) dalam
penelitian ini adalah Fee (X1), Pelatihan (X2), dan Besaran Bonus (X3).
Sementara variabel depanden adalah Kinerja Agen (Y). dan paradigmanya
sebagai berikut:
5
Ali Mauludi, “Statistika I, Penelitian Ekonomi Islam Dan Sosial”, Jakarta, PT. Prima Heza Lestari, 2006, h.39
(14)
Untuk mengetahui lebih jelas dan fokus tentang setiap
variabel-variabel penelitian ini, maka penulis mencoba memberikan operasionalnya
sebagai berikut:
X1 : Fee agen asuransi pada PT. Asuransi Allianz Life Indonesia.
X2 : Pelatihan agen asuransi pada PT. Asuransi Allianz Life Indonesia
X3 : Besaran bonus agen asuransi pada PT. Asuransi Allianz Life
Indonesia
Y : Kinerja agen asuransi pada PT. Asuransi Allianz Life Indonesia
3. Sumber Data Penelitian
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui
kuesioner.
b. Data sekunder adalah sumber data pendukung dan pelengkap data
penelitian. Sumber data yang dimaksud penulis adalah buku-buku,
brosur-brosur, majalah, koran, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan
materi skripsi. Fee (X1)
Pelatihan (X2)
Besaran Bonus (X3)
(15)
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
kuesioner/angket. Teknik ini digunakan untuk menghimpun data pokok
penelitian yaitu mengenai fee, pelatihan, dan bonus.
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara terjun
langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
5. Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek
yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian.6 Populasi dalam penelitian ini adalah agen asuransi PT. Asuransi Allianz Life Indonesia.
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti.7 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Jenuh dimana semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel, karena jumlah populasi relatif kecil, dan
agen Allianz Life cabang bekasi berjumlah 61 orang.
6. Instrument Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam
penelitian ini digunakan alternatif dalam bentuk kuesioner untuk memperoleh
data-data variabel fee, pelatihan, besaran bonus, dan kinerja agen.
6
Dwi Priyanto, Mandiri Belajar SPSS, Yogyakarta, MediaKom, 2008, h.9 7
(16)
Kuesioner merupakan salah satu jenis alternatif pengumpulan data
yang disampaikan pada responden penelitian melalui sejumlah pertanyaan.
Kuesioner yang digunakan didesain berdasarkan skala model Likert
yang berisikan sejumlah pertanyaan yang menyatakan objek yang hendak
diungkap. Penskoran atas kuesioner skala model Likert yang digunakan dalam
penelitian ini merujuk pada lima alternatif jawaban, yang terlihat di bawah ini:
Sangat setuju (SS) = 5
Setuju (S) = 4
Ragu-ragu = 3
Tidak setuju (TS) = 2
Sangat tidak setuju (STS) = 1
Instrumen penelitian sebelum digunakan untuk memperoleh data-data
penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba agar diperoleh instrumen yang
valid dan reliable. Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana
ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.8
7. Metode Analisa Data
8
Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2003, h. 5
(17)
Metode analisa data yang digunakan adalah korelasi spearman karena
data yang disajikan menggunakan skala ordinal. Dapat di cari dengan rumus:
r
s(rho) = 1- 6
∑
D²
n (n²-1)
keterangan :
D : Merupakan selisih antara X dan Y
6 : Merupakan angka konstanta
Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas: Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
8. Indikator dan Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, penulis menuliskan indikator dan operasional
variabel yang diperlukan dalam membuat angket questioner untuk
(18)
(19)
Dimensi Subdimensi Sub-Subdimensi
Kinerja Agen Tanggung jawab a. Penilaian diri
(Y) dalam bekerja b. Keyakinan
c. Efektivitas dan efisiensi
Proses kerja a. Resiko pekerjaan
b. Menyelesaikan pekerjaan c. Penghargaan
d. Kerjasama dengan sesama agen e. Respons perusahaan
f. Percaya diri
g. Dukungan keluarga h. Pemahaman agen i. Penanganan solusi
Fee Keadilan a. Pemberian fee dari perusahaan
(X1) b. Pengaruh fee
c. Usaha agen d. Kesesuaian fee
e. Keadilan antara kedua belah pihak f. Hasil kerja
g. Motivasi agen
Pelatihan Kemampuan a. Peningkatan kinerja
(X2) b. Strategi agen
c. Percaya diri
d. Kesinambungan dalam pelatihan
Fungsi pelatihan a. Keahlian dan kemampuan
b. Pelaksanaan pelatihan c. Materi pelatihan d. Keberhasilan e. Manfaat pelatihan Besaran Bonus Pemberian bonus bagi a. Kepuasan
(X3) agen b. Bonus dapat memotivasi agen
f. Kesesuaian bonus dengan kinerja g. Pengaruh besarnya bonus
(20)
Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan
skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I : Pendahuluan , terdiri dari Latar Belakang, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Hipotesa,
Tinjauan Kajian Terdahulu, Metode Penelitian, Teknik Penulisan, dan
Sistematika Penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka, terdiri dari Pengertian Asuransi, Pengertian
Asuransi Syariah, Prinsip Dasar Asuransi Syariah, Landasan Asuransi
Syariah, Pengertian Agen, Tugas-Tugas Agen, Kode Etik Agen
Asuransi Syariah, Hak dan Kewajiban Agen, Pelayanan Purna Jual,
Fee, Pelatihan, Bonus Agen, Pengertian Kinerja, Tujuan Kinerja,
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja, dan Kinerja
Agen Asuransi.
Bab III : Gambaran Umum PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, terdiri dari
Sejarah Berdiri, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Produk-Produk
PT. Asuransi Allianz Life Indonesia.
Bab IV : Hasil Penelitian, Uji Kualitas Data, Karakteristik Responden,
Statistik Deskriptif, Analisis Regresi.
Bab V : Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
(21)
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN DAN PRINSIP ASURANSI SYARIAH 1. Pengertian Asuransi
Kata asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie, yang dalam
hukum Belanda disebut verzekering yang artinya pertanggungan. Dari
peristilahan assurantie kemudian timbul istilah assuradeur bagi penanggung,
dan geassureerde bagi tertanggung.9
Secara baku, definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian, “asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua
belah pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan. Atau, tanggungjawab hukum kepada pihak
ketiga yang akan diterima tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”10
9
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta, Gema Insani, 2004. h. 26
10
(22)
Jadi, ruang lingkup usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang
menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, memberi
perlindungan kepada anggota masyarakat melalui pengumpulan premi
asuransi, memberi perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa
asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa
yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang.
2. Pengertian Asuransi Syariah
Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut sebagai at-ta’min, penanggung
disebut mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau
musta’min. At-ta’min diambil dari kata amana, memiliki arti memberi
perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut, sebagaimana
firman Allah dalam QS. Al-Quraisy: 4.11
Artinya: “Yang Telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”
Arti Takaful dalam pengertian muamalah adalah saling memikul
resiko diantara sesama muslim sehingga antara satu dengan yang lainnya
menjadi penanggung atas resiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini
dilakukan atas dasar saling tolong menolong dalam kebaikan dengan cara,
11
(23)
setiap orang mengeluarkan dana kebajikan (tabarru') yang ditujukan untuk
menanggung resiko tersebut.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dalam
fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberi definisi tentang
asuransi. Menurutnya, Asuransi Syariah (ta’min, takaful, tadhamun) adalah
usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan)
yang sesuai dengan syariah.12
Dari definisi di atas jelas bahwa asuransi syariah bersifat saling
melindungi dan tolong-menolong yang disebut dengan “ta’awun”. Yaitu,
prinsip saling melindungi dan saling menolong atas dasar Ukhuwah Islamiah
antara sesama anggota peserta Asuransi Syariah dalam menghadapi resiko.
3. Prinsip Dasar Asuransi Syariah
Prinsip dasar yang ada dalam asuransi syariah tidaklah jauh berbeda
dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomika islami. Hal ini
disebabkan karena kajian asuransi syariah merupakan turunan dari konsep
ekonomika islami. Biasanya literatur ekonomika islami selalu melakukan
penurunan nilai pada tataran konsep atau institusi yang ada dalam lingkup
kajiannya, seperti lembaga perbankan dan asuransi.
12
(24)
Begitu juga dalam asuransi, harus dibangun di atas fondasi dan prinsip
dasar yang kokoh. Dalam hal ini, prinsip dasar asuransi syariah ada sepuluh
macam, yaitu; tauhid, keadilan, tolong-menolong, kerjasama, amanah,
kerelaan, kebenaran, larangan riba, larangan judi, dan larangan gharar.
4. Landasan Asuransi Syariah
Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan
hukum praktik asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai
sebagai wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai
yang ada dalam ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, maka
landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan metodologi
yang dipakai oleh sebagian ahli hukum Islam.
a. Perintah Allah SWT untuk mempersiapkan hari depan.
Allah SWT berfirman QS. An-Nisa/ 04 : 09
Artinya: "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
(25)
Berasuransi tidaklah berarti menolak takdir atau menghilangkan
ketawakalan kepada Allah SWT, karena segala sesuatunya terjadi setelah
berpikir dengan baik, bekerja dengan penuh kesungguhan, teliti dan
cermat. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, semuanya ditentukan oleh
Allah SWT. Adapun manusia hanya diminta untuk berusaha semaksimal
mungkin. Allah SWT berfirman QS. Attaghabun/ 64 : 11
Artinya: "Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang
kecuali dengan izin Allah."
Jadi pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, musibah
dan kematian merupakan qodho dan qodar Allah yang tidak dapat ditolak.
Kita diminta untuk membuat perencanaan hari depan (QS.A-Hasyr/59:18)
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepadaAllah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
(26)
b. Perintah Allah SWT tentang prinsip bermuamalah
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika
kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan
hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. al-Maidah : 1)
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
(27)
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu
orang-orang yang beriman.”(Q.S al-Baqarah : 278)
B. PERWAKILAN/AGENCY (WAKALAH) 5. Pengertian Agen
Secara etimologi wakalah berarti, al-hifdh pemeliaraan, al-Tafwidh
penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat.13
Menurut terminologi wakalah berarti: “Pemberian kewenangan / kuasa
kepada pihak lain tentang apa yang harus dilakukannya dan ia (penerima
kuasa) secara syar’I menjadi pengganti pemberi kuasa selama batas waktu
yang ditentukan”14
Islam mensyariatkan al-wakalah karena manusia membutuhkannya
dalam berbagai muamalah. Al-wakalah diperbolehkan dalam al-Qur’an (Q.S
Kahfi, 18:19; 9/60; 4/35;12/55); al-Hadits.
13
AH. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, UIN Jakarta Press, 2005 14
(28)
Jika seorang wakil menerima upah, maka baginya berlaku hukum
orang “upahan”. Maka wajib baginya melaksanakan tugas yang diwakalahkan
kepadanya. Ia tidak boleh meninggalkan pekerjaannya begitu saja tanpa ada
uzur yang dapat dimaklumi. Seperti wakalah terhadap seorang pengacara atau
kepada broker yang biasanya setelah melaksanakan tugas dengan tuntas,
mereka mendapat fee sesuai lazimnnya atau sesuai kesepakatan.15
Rukun-rukun al-wakalah adalah sebagai berikut:16
a. Orang yang mewakilkan, syarat-syarat bagi orang yang mewakilkan ialah
dia pemilik barang atau di bawah kekuasaannya dan dapat bertindak pada
harta tersebut. Jika yang mewakilkan bukan pemilik atau pengampu,
al-wakalah tersebut batal. Anak kecil yang dapat membedakan baik dan
buruk dapat (boleh) mewakilkan tindakan-tindakan yang bermanfaat
mahdhah, seperti perwakilan untuk menerima hibah, sedekah,
menghibahkan, dan mewasiatkan, tindakan tersebut batal.
b. Wakil (yang mewakili), syarat-syarat bagi yang mewakili ialah bahwa
yang mewakili adalah orang yang berakal. Bila seorang wakil itu idiot,
gila, atau belum dewasa, maka perwakilan batal. Menurut Hanafiyah anak
kecil yang sudah dapat membedakan yang baik dan buruk sah untuk
15 ibid 16
(29)
menjadi wakil, alasannya ialah bahwa Amar bin Sayyidah Ummuh salah
mengawinkan ibunya kepada Rasulullah Saw, saat itu Amar merupakan
anak kecil yang masih belum baligh.
c. Muwakkal fih (sesuatu yang diwakilkan), syarat-syrat sesuatu yang
diwakilkan ialah:
Menerima penggantian, maksudnya boleh diwakilkan pada orang lain untuk mengerjakannya, maka tidaklah sah mewakilkan untuk
mengerjakan shalat, puasa, dan membaca ayat al-Qur’an, karena hal
ini tidak bisa diwakilkan,
Dimiliki oleh yang berwakil ketika ia berwakil itu, maka batal mewakilkan sesuatu yang akan dibeli.
Diketahui dengan jelas, maka batal mewakilkan sesuatu yang masih samara, seperti seseorang berkata ; “Aku jadikan engkau sebagai
wakilku untuk mengawinkan salah seorang anakku”
d. Shighat, yaitu lafaz mewakilkan, shighat diucapkan dari yang berwakil
sebagai symbol keridhaannya untuk mewakilkan, dan wakil menerimanya.
Sedangkan dalam kegiatan perdagangan, yang dimaksud dengan agen
adalah seseorang atau badan yang usahanya adalah menjadi perantara yang
diberi kuasa untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, misalnya melakukan
transaksi atau membuat perjanjian antara seseorang dengan siapa ia
(30)
mendapatkan imbalan jasa. Agen bukanlah karyawan principal, ia hanya
melakukan perbuatan tertentu/mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga dan
agen merupakan kuasa prinsipal.
Dalam bisnis jasa asuransi, sebutan seorang penjual produk asuransi
pada umumnya adalah Agent Executive, Financial Consultant, Agent
Representative, Consultants, Agent. Sedangkan sebutan yang sudah
memasyarakat adalah agen, sehingga di setiap kelembagaan seperti di kantor
pemasaran asuransi dan ataupun ditingkat asosiasi asuransi terdapat Divisi
Keagenan atau Komisi Keagenan.17
Agen/Broker Asuransi adalah fron-line atau ujung tombak bagi
perusahaan asuransi. Biasanya sebagian besar Agen tersebut merupakan mitra
bagi perusahaan asuransi, artinya mereka bukan merupakan pegawai tetap
yang setiap bulan harus digaji oleh perusahaan, pendapatan mereka
beradasarkan angka penjualan yang mereka peroleh. Untuk perekutan agen
biasanya tidak dipatok berdasarkan pendidikan, biasanya lebih keapada
mereka yang memiliki pergaulan yang luas.18
Di lain pihak, menurut UU Perasuransian No. 2 Tahun 1992 definisi
dari agen asuransi adalah seseorang atau badan hukum yang kegiatannya
memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama
penanggung. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan agen
17
Ketut Sendra, Panduan Sukses Menjual Asuransi, Jakarta, PPM, 2002, h.5 18
Setiawan Assegraf, “Profesionalisme Agen Asuransi di Indonesia”, artikel pada 21 Desember 2006
(31)
asuransi adalah orang atau badan hukum yang memasarkan jasa asuransi atau
melakukan persuasif kepada calon pembeli atau klien, baik secara perorangan
maupun lebih, untuk membeli jasa asuransi yang ditawarkan secara
menguntungkan.19
Dari pengertian di atas dapat kita lihat bahwa dalam keagenan,
terdapat tiga pihak:20
a. Yang memberi perintah/kuasa untuk melakukan perbuatan hukum disebut
prinsipal.
b. Yang diberi perintah/menerima kuasa untuk melakukan perbuatan hukum
disebut agen
c. Yang dihubungi oleh agen dengan siapa transaksi diselenggarakan,
disebut sebagai pihak ketiga.
Perjanjian dengan pihak ketiga itu dibuat oleh agen untuk dan atas
nama prinsipal berdasarkan pemberian wewenang/kuasa dari prinsipalnya.
Prinsipal akan bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
agen sepanjang tindakan-tindakan tersebut dilakukan dalam batas kewenangan
yang diberikannya. Dengan perkataan lain, apabila seseorang dalam bertindak
melampaui batas wewenangnya maka ia yang bertanggung jawab secara
19
Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992, Tentang Usaha Perasuransian
20
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Laporan Pengkajian Tentang Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan dan Distribusi, Jakarta, 1993, h.8
(32)
sendiri-sendiri atas tindakan tersebut. Oleh karena agen bertindak atas nama
prinsipal, maka agen tidak melakukan pembelian dari prinsipalnya.21
6. Tugas-tugas Agen
Seorang agen dalam perusahaan asuransi mempunyai tugas yaitu
menjual produk asuransi sekaligus bertitik tolak pada hal ini, maka dapat
dikatakan bahwa tugas agen adalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan betapa pentingnya asuransi bagi masyarakat;
b. Menjelaskan tentang apa, siapa, dan bagaimana kinerja perusahaan
asuransi;
c. Mendapatkan calon pemegang polis atau nasabah sebanyak-banyaknya;
d. Dapat dipercaya, baik oleh perusahaan maupun masyarakat;
e. Menjaga nama baik perusahaan asuransi tempat mereka bekerja.
7. Kode Etik Agen Asuransi Syariah
Kode etik atau “moral” dan ethos adalah “karakter” yang diperlukan
untuk menjaga citra profesi agen itu sendiri juga dan kepercayaan masyarakat
terhadap industri asuransi. Kode etik keagenan dapat mencegah praktek
penutupan asuransi yang merugikan masyarakat dan merusak citra agen atau
citra industri asuransi.
Isi dari kode etik agen asuransi jiwa dan kesehatan adalah sebagai
berikut:22
21
(33)
a. Menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan dengan
bersikap ramah, sopan, tertib dan jujur dalam melakukan tugas/pekerjaan,
serta berusaha dengan kemampuan/pengetahuan yang ada meningkatkan
kesadaran berasuransi bagi masyarakat dan memajukan perusahaan yang
diwakili;
b. Berjanji tidak melakukan pekerjaan/tugas rangkap untuk perusahaan
asuransi lainnya;
c. Mengutamakan kepentingan para pemegang polis dan perusahaan dengan
selalu memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pemegang polis
maupun kepada mereka yang ditunjuk untuk menerima faedah asuransi;
d. Menggunakan cara yang layak dan tidak melanggar kode etik untuk
mendapatkan/menutup calon pemegang polis dan dengan tegas akan
menolak segala cara yang dapat menurunkan derajat profesi aparat
pemasaran asuransi, serta tidak akan memberikan pernyataan-pernyataan
dan janji-janji yang menyimpang dari ketentuan polis yang ada;
e. Berusaha meningkatkan kemahiran sebagai seorang agen dengan
menguasai berbagai hal yang menyangkut peraturan-peraturan
perasuransian, serta secara terus menerus menambah ilmu pengetahuan,
terutama yang menyangkut bidng asuransi;
22
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2007, Cet. keempat, h. 119
(34)
f. Memberikan keterangan yang benar dan lengkap serta tepat agar
pemegang polis dapat mengambil keputusan yang sesusi dengan
kebutuhannya;
g. Berusaha menjadi suri tauladan dalam tugas maupun sikap sehari-hari,
serta senantiasa memupuk kerjasama konstruktif dengan rekan-rekan
seprofesi;
h. Menyadari bahwa apabila melanggar kode etik dapat dikenakan sanksi
pencabutan Ijin Usaha/Lisensi keagenan.
8. Hak dan Kewajiban Agen23
Hak-hak agen terdiri dari:
a. Agen berhak memilih dan menentukan sendiri prinsipal dan jenis/macam
barang yang akan diageninya;
b. Agen berhak untuk dan atas nama prinsipal memasarkan membuat
perjanjian penjualan untuk produksi yang diageninya dalam daerah
keagenan;
c. Agen berhak mencantumkan nama prinsipal atau merek produk yang
diageninya pada papan nama di kantor agen atau pada kepala surat atau
dengan cara lain yang disetujui prinsipal agar diketahui umum bahwa
perusahaan tersebut adalah agen dari prinsipal dan produk yang
diageninya;
23
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Laporan Pengkajian Tentang Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan dan Distribusi, Jakarta, 1993, h. 30
(35)
d. Agen berhak menerima imbalan jasa dari prinsipal sebagai hasil usaha
pemasaran produk yang diageninya.
Kewajiban agen terdiri dari:
a. Agen wajib mempromosikan dan memasarkan produk yang diageninya
dengan sebaik-baiknya (dapat ditentukan jumlah produk yang harus dijual
dalam periode tertentu);
b. Agen wajib melindungi kepentingan prinsipal seperti hak atas merek
dagang produk yang diageninya, rahasia semua keterangan dan
pengetahuan tehnis dan komersil yang diperoleh selama melaksanakan
perjanjian keagenan;
c. Agen wajib menyampaikan laporan berkala kepada prinsipal mengenai
usaha-usaha yang dilakukannya dan laporan-laporan lain yang secara
wajar diminta prinsipal;
d. Agen tidak boleh menjual produk di bawah harga minimum yang
ditentukan, kecuali dengan persetujuan tertulis prinsipal;
e. Agen wajib mempunyai tenaga ahli di bidang tehnik dalam jenis barang
yang diageninya;
f. Agen wajib langsung membuat perjanjian keagenan dengan prinsipal
kecuali bilamana di Negara prinsipal berlaku ketentuan bahwa ekspor
(36)
g. Agen wajib membayar semua biaya periklanan, publikasi untuk promosi
barang yang diageninya, kecuali disetujui oleh prinsipal bahwa biaya ini
dipikul oleh prinsipal;
h. Agen dilarang mengageni atau memperdagangkan barang-barang yang
sama dengan barang prinsipal yang dipegang oleh agen.
5. Pelayanan Purna Jual
Dalam hal ini agen berusaha dengan segala daya upaya
mempromosikan dan dan meningkatkan penjualan produk di daerah agen.
Dimana agen mempekerjakan dengan biaya sendiri, tenaga penjualan dan
tenaga tehnik untuk melaksanakan penjualan dengan baik, jasa lapangan dan
tehnik yang berkaitan dengan pemasaran produk, memberi jasa yang
tercantum dalam perjanjian dan berusaha untuk mendapatkan volume usaha
yang maksimum. Selanjutnya agen bertanggungjawab untuk memelihara
hubungan dan akan menawarkan bantuan secukupnya kepada langganan
sesuai dengan pendirian operasi dan pemeliharaan produk yang dijual.
Permasalahan yang timbul adalah jika prinsipal mengakhiri perjanjian
agen secara sepihak dengan tidak mengindahkan jangka waktu perjanjian
yang telah disepakati. Dalam hal ini posisi agen menjadi sulit (terjepit) karena
(37)
garansi) kepada konsumen padahal kontrak dengan prinsipalnya sudah
berakhir.24
C. REWARD DALAM ASURANSI 1. Fee
Dalam kaca mata Islam, upah dimasukkan ke dalam wilayah fikih
muamalat yakni dalam pembahasan tentang ujrah. Menurut bahasa, ujrah
berarti “upah”. Sedang menurut tata bahasa, ujrah atau ijarah atau ajaarah
dan yang fasih adalah ijarah, yakni masdar sam’i dari fi’il ajara dan ini
pendapat yang sahih.25
Ujrah atau upah diartikan sebagai pemilikan jasa dari seorang ajir
(orang yang dikontrak tenaganya) oleh musta’jir (orang yang mengontrak
tenaga). Ijarah merupakan transaksi terhadap jasa tertentu dengan disertai
kompensasi. Kompensasi imbalan inilah yang kemudian disebut ujrah, ajrun.
Dalam arti luas, ijarah/upah bermakna akad yang berisi penukaran
manfaat sesuatu dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu.
24
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Laporan Pengkajian Tentang Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan dan Distribusi, Jakarta, 1993, h. 37
25
Abdurrahman al-Jaziri, Fikih Empat Mazhab, alih bahasa oleh Drs. H. Moh. Zuhri, Semarang, as-Syifa, 1994, cet ke-, h.166
(38)
Sedangkan Sayyid Sabiq memberikan definisi mengenai ijarah/upah sebagai
suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan penggantian.26 Landasan hukum upah ddi sebutkan dalam Q.S al-Kahfi:77
Artinya: “Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai
kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri
itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, Kemudian
keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh,
Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau,
niscaya kamu mengambil upah untuk itu". (Q.S al-Kahfi: 77)
Islam membenarkan seseorang mendapatkan insentif lebih besar dari
yang lainnya disebabkan keberhasilannya dalam memenuhi target penjualan
tertentu, dan melakukan berbagai upaya positif dalam memperluas jaringan
dan levelnya secara produktif. Kaidah Ushul Fiqh mengatakan:” Besarnya
26
Taqyudin an-Nabahani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Surabaya, Risalah Gusti, 1996, h.83
(39)
ijrah (upah) itu tergantung pada kadar kesulitan dan pada kadar
kesungguhan.”
Ensiklopedi Indonesia menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
upah ialah pembayaran yang diterima oleh buruh untuk jasa-jasa yang telah
diberikannya.27
Dalam praktiknya, perusahaan asuransi diperbolehkan menyertakan
dananya untuk diinvestasikan bersama dengan dana premi peserta. Sementara,
wakalah bil ujrah merupakan akad yang mengatur diperbolehkannya
pemberian kuasa dari peserta asuransi kepada perusahaan asuransi untuk
mengelola dana premi dengan memberikan ujrah (fee).28
Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor:
52/DSN-MUI/III/2006. Akad wakalah bil ujrah ini memiliki definisi dimana
pemegang polis memberikan kuasa kepada pihak asuransi untuk
menyimpannya ke dalam tabungan maupun ke dalam non-tabungan. 29
Di dalam ketentuan umum Undang-Undang Ketatanegaraan, upah
dirumuskan sebagai hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau
jasa yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
27
Hasan Syadily, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta, Ichtiar Baru, 1984, cet ke-6, h.3718
28
A.M. Hasan Ali, Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan (Masail Fiqhiyah II), Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003
29 ibid
(40)
perjanjian kerja, kesepakatan, atau penawaran per undang-undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya.30
Jadi, dalam hal ini perusahaan asuransi bertindak sebagai wakil dari
peserta asuransi untuk mengelola dana para peserta asuransi. Dari hasil itu
disepakati bahwa perusahaan asuransi akan mendapatkan fee/komisi (ujroh).
Sedangkan komisi untuk agen asuransi, setiap pengajuan asuransi
dikenakan biaya (loading) yang besarnya berbeda-beda setiap produk. Dari
loading itulah yang nantinya dikeluarkan sebagian untuk fee/komisi para agen
asuransi.
Yang menyebabkan wakalah menjadi batal atau berakhir adalah:31
a. Bila salah satu pihak yang berakad wakalah itu gila.
b. Bila maksud yang terkandung dalam akad wakalah sudah selesai
pelaksanaannya atau dihentikan.
c. Diputuskannya wakalah tersebut oleh salah satu pihak yang berWakalah
baik pihak pemberi kuasa ataupun pihak yang menerima kuasa.
d. Hilangnya kekuasaan atau hak pemberi kuasa atau sesuatu obyek yang
dikuasakan.
2. Pelatihan
30
F. Winarni dan G. Sugiyarso, Administrasi Gaji dan Upah, Yogyakarta, Pustaka Widyatama, 2006, h.17
31
(41)
Pelatihan merupakan wadah lingkungan bagi karyawan, dimana
mereka memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian,
pengetahuan, dan perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.32
Pengertian pelatihan menurut Dr. H. Siswanto Sastro Hadi Wiryo
adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang
berlaku dalam waktu yang relative singkat dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praktek dari pada teori.33
Alex S. Nitisemito mendefinisikan pelatihan sebagai berikut: Latihan
adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat
memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan
pengetahuan para karyawannya sesuai dengan keinginan.34
Pelatihan ditujukan untuk meningkatkan prestasi kerja saat ini.
Pelatihan diarahkan untuk membantu karyawan melaksanakan pekerjaan saat
ini secara baik.35 Dengan demikian citra perusahaan akan meningkat di mata masyarakat. Hal ini merupakan keuntungan bagi perusahaan untuk dapat
mengatasi persaingan perusahaan lain yang sejenis.
32
Hj. Ike Kusdyah Rachmawati, SE, MM., Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, CV. Andi Offset, h110.
33
H. Siswanto Sastro Hadi Wiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia,
Jakarta: Bumi Aksara, 2003) cet.Ke-1 h.57 34
Alex S. Nitiseno, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
Kudus: BPFE Ghalia Indonesia, h.60 35
Hj. Ike Kusdyah Rachmawati, SE, MM., Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, CV. Andi Offset, h.110
(42)
Melalui pelatihan karyawan akan bertambah kemampuannya dan
demikian pula bagi perusahaan, yaitu dalam rangka memenuhi tuntutan para
manajer dan departemen SDM.36
3. Bonus Agen
Bonus adalah penambahan pokok upah dalam bentuk tunai yang
dikaitkan dengan tingkat prestasi yang ditentukan. Sasaran utamanya adalah
untuk memberikan insentif dan imbalan bagi usaha-usaha yang luar biasa.37 Dalam sistem dana bonus, dana bonus didapat dari keuntungan yang
dicapai di atas angka yang ditentukan kemudian dibagikan kepada
masing-masing orang sebanding dengan upah mereka. Sistem bonus perorangan dapat
dikaitkan dengan target keuntungan yang ditetapkan perusahaan dalam suatu
bidang tertentu seperti penjualan atau produksi.
Intensif diberikan dengan merujuk skim ijarah. Intensif ditentukan
oleh dua kriteria, yaitu dari segi prestasi penjualan produk dan dari sisi berapa
berapa banyak down line yang dibina sehingga ikut menyukseskan kinerja.
Dalam hal menetapkan nilai insentif ini, ada tiga syarat syari’ah yang
harus dipenuhi, yakni:adil, terbuka, dan berorientasi falah (keuntungan dunia
dan akhirat). Insentif (bonus) seseorang (Up line ) tidak boleh mengurangi hak
orang lain di bawahnya (down line), sehingga tidak ada yang dizalimi. Sistem
36
Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.B.A dan Ella Jauvani Sagala, S.Psi, M.Sc,
Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik, Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2009, h. 213
37
Michael Armstrong, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT. Elex Media Computindo, cet. ke-, h.190
(43)
intensif juga harus transparan diinformasikan kepada seluruh anggota, bahkan
dalam menentukan sistemnya dan pembagian insentif (bonus). Imam
Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa keuntungan dalam Islam
adalah keuntungan dunia dan akhirat. Keuntungan akhirat maksudnya, bahwa
dengan menjalankan bisnis itu, seseorang telah dianggap menjalankan ibadah,
(asalkan bisnisnya sesuai dengan syari’ah). Dengan bisnis, seseorang juga
telah membantu orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penghargaan kepada Up Line yang mengembangkan jaringan (level)
di bawahnya (Down Line) dengan cara bersungguh-sungguh, memberikan
pembinaan (tarbiyah, pengawasan serta keteladanan prestasi (uswah) memang
patut di lakukan. Dan atas jerih payahnya itu ia berhak mendapat bonus dari
perusahaan, karena ini selaras dengan sabda Rasulullah:” “Barangsiapa di
dalam Islam berbuat suatu kebajikan maka kepadanya diberi pahala, serta
pahala dari orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun”(hadist).
Sebagaimana disebut di atas bahwa penghargaan yang diberikan
kepada anggota yang sukses mengembangkan jaringan, dan secara
sungguh-sunguh memberikan pembinaan (tarbiyah), pengawasan serta keteladanan
prestasi (uswah), harus selaras dengan ajaran agama Islam.
Dalam pemasaran asuransi banyak perusahaan yang menggunakan
sistem agency, dimana setiap orang yang tergabung di dalamnya memiliki
kesempatan untuk menjadi seorang pengusaha. Inilah yang menjadi daya tarik
(44)
merupakan kelompok profesi yang berada di sisi kanan dalam teori Robert T
Kiyosaki. Profesi yang memiliki tujuan untuk mencapai kebebasan waktu,
kebebasan financial, dan kebebasan beraktivitas.38
Agen asuransi secara mandiri akan menentukan target suksesnya.
Dimana semua perencanaan, strategi hingga pelaksanaan penjualan
merupakan daya kreatifitasnya masing masing. Perusahaan asuransi dengan
sistem agencynya hanya mensupport upaya penjualan dan bertanggung jawab
penuh terhadap seluruh yang telah menjadi konsumen. Seluruh kebutuhan
operasional seorang agen asuransi telah diperhitungkan kedalam sistem
komisi dan berbagai bonus yang sangat menarik. Bahkan untuk agen asuransi
yang berprestasi akan selalu mendapatkan bonus perjalanan ke luar negeri
dengan segenap kemewahannya.
Seperti apakah gambaran profesi sebagai agen asuransi di Indonesia?
Dalam hal kompensasi penghasilan, perusahaan menyediakan salah satu di
antara tiga jenis kompensasi, yakni (1) komisi dan tunjangan, ( 2) komisi, (3)
komisi dan bonus. Skema komisi banyak diberlakukan bagi kalangan agen
yang berpengalaman, khususnya bagi agen-agen yang menjual produkproduk
individu. Komisi adalah penghasilan seorang agen yang akan dibayarkan oleh
perusahaan, dan besarannya berdasarkan sejumlah persentase tertentu dari
38
(45)
jumlah premi yang dibayarkan oleh nasabah. Besaran persentase komisi amat
bergantung pada jenis produk yang dijual oleh sang agen.39
Selain itu, jenis transaksi juga memengaruhi persentase komisi
misalnya pembayaran polis baru atau pembayaran premi untuk polis lanjutan.
Bagaimana halnya dengan bonus? Umumnya, perusahaan akan memberikan
bonus kepada seorang agen bila yang bersangkutan berhasil mencapai target
penjualan yang ditentukan oleh perusahaan. Melalui skema kompensasi yang
bersifat variabel seperti ini, jumlah uang yang bisa diterima oleh seorang agen
dari prestasi penjualannya setiap bulan menjadi tidak terbatas. Semakin besar
premi penjualan seorang agen, penghasilan yang bersangkutan akan
bertumbuh dengan cepat. Bonus yang diperolehnya juga bisa bertambah besar
bila sang agen berhasil membukukan premi yang lebih besar pula.
Selain potensi penghasilan tak terbatas, profesi agen asuransi juga
sarat dengan berbagai penghargaan dari perusahaan asuransi. Berbagai bentuk
insentif penjualan pun diberikan perusahaan untuk memacu prestasi para
agen. Perjalanan keluar negeri bersama keluarga, hadiah berupa peralatan
kerja misalnya laptop atau ponsel terbaru merupakan contoh penghargaan
yang diberikan oleh perusahaan bagi agen asuransi yang berprestasi.
Secara organisatoris, AAJI bertekad memacu profesionalisme dan
perkembangan agen asuransi nasional.Sejak 22 tahun lalu, AAJI secara
39
(46)
konsisten menyelenggarakan Top Agent Award (TAA), yang merupakan
bentuk penghargaan kepada para agen asuransi jiwa terbaik nasional.40
D. KINERJA AGEN 1. Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun.
Implementasi kinerja dilakukan oleh SDM yang memiliki kemampuan,
kompetensi, motivasi, dan kepentingan.41
Kinerja SDM merupakan istilah yang berasal dari kata Job
Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai seseorang). Maka, kinerja SDM adalah prestasi
kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM
persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya.42
2. Tujuan Kinerja
Kinerja merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan adalah tentang arah secara umum,
sifatnya luas, tanpa batasan waktu dan tidak berkaitan dengan prestasi tertentu
dalam jangka waktu tertentu. Tujuan merupakan sebuah aspirasi.
40
ibid 41
Prof. Dr. Wibowo, S.E, M.Phil, Manajemen Kinerja, Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2007, h.4
42
DR. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, M.Si, Evaluasi Kinerja SDM,
(47)
Kinerja merupakan tanggungjawab setiap individu terhadap pekerjaan,
membantu mendefinisikan harapan kinerja, mengusahakan kerangka kerja
bagi supervisor dan pekerja saling berkomunikasi. Tujuan kinerja adalah
menyesuaikan harapan kinerja individual dengan tujuan organisasi.
Kesesuaian antara upaya pencapaian tujuan individu dengan tujuan organisasi
akan mampu mewujudkan kinerja yang baik.43
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
Menurut Hennry Simamora (1995:500), kinerja (performance)
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:44 a. Faktor individual yang terdiri dari:
Kemampuan dan keahlian Latar belakang
Demografi
b. Faktor psikologis yang terdiri dari: Persepsi
Attitude Personality Pembelajaran Motivasi
c. Faktor organisasi yang terdiri dari:
43
ibid, h. 42 44
(48)
Sumber daya Kepemimpinan Penghargaan Struktur Job design
4. Kinerja Agen Asuransi
Untuk menetapkan tingkat kinerja agen asuransi, dibutuhkan penilaian
kinerja. Penilaian kinerja yang adil membutuhkan standar. Patokan yang dapat
digunakan sebagai perbandingan terhadap kinerja antar agen asuransi.
Minimal sebuah standar kinerja, harus berisi dua jenis informasi dasar
tentang apa yang harus dilakukan dan seberapa baik harus melakukannya.
Standar kinerja merupakan identifikasi tugas pekerjaan, kewajiban, dan
elemen kritis yang menggambarkan apa yang harus dilakukan. Standar kinerja
terfokus pada seberapa baik tugas akan dilaksanakan. Agar berdaya guna,
setiap standar/kriteria harus dinyatakan secara cukup jelas sehingga manajer
dan bawahan atau kelompok kerja mengetahui apa yang diharapkan dan
apakah telah tercapai atau tidak. Standar haruslah dinyatakan secara tertulis
dalam upaya menggambarkan kinerja yang sungguh-sungguh memuaskan.
Hal ini dikarenakan bahwa tugas pekerjaan dan standar kinerja saling
berkaitan, adalah praktik yang lazim mengembangkannya pada waktu yang
(49)
memperhitungkan aspek kuantitatif kinerja. Lebih lanjut, setiap standar harus
menunjuk pada aspek spesifik pekerjaan. Tampaknya lebih mudah mengukur
kinerja terhadap standar yang dapat digambarkan dalam istilah kuantitatif.
Dengan demikian, pekerjaan manajerial memiliki sebuah komponen
tambahan. Yaitu, disamping hasil yang merefleksiksn kinerja manajer itu
sendiri, hasil yang lainya mencerminkan kinerja unit organisasional yang
menjadi tanggung jawab manajer bersangkutan.
BAB III
GAMBARAN UMUM
PT. ASURANSI ALLIANZ LIFE INDONESIA
(50)
a. Allianz merupakan salah satu perusahaan terbesar yang berada di banyak tempat di dunia, bergerak di bidang layanan asuransi, perbankan dan manajemen aset.
Allianz berdiri pada tahun 1890 di Jerman dan merupakan perusahaan
yang sangat berpengalaman dan mempunyai posisi finansial yang kuat. Saat
ini Allianz beroperasi di lebih dari 70 negara di seluruh dunia dan
melayani 75 juta nasabah di seluruh dunia. Allianz memberikan perlindungan
dan pelayanan kepada nasabah, dimana separuh dari nasabah tersebut
termasuk dalam kategori perusahaan Fortune 500.
Di tahun 2008, Allianz Group berhasil membukukan total pendapatan
lebih dari 92,5 milyar euro. Allianz merupakan perusahaan manajemen aset
terbesar dengan aset pihak keriga yang dikelola sebesar 703 milyar euro.
Pada September 2006, kesepakatan merger telah ditanda tangani
antara Allianz AG dan RAS Holding S.p.A, dan kemudian Allianz AG
merubah namanya menjadi Allianz SE (Societas Europaea) suatu perusahaan
Eropa. Menyusul prosedur pendaftaran di Itali dan Jerman, pada 16 Oktober
2006 Allianz SE resmi menjadi perusahaan pertama yang terdaftar di DJ
EURO STOXX 50 Index.
(51)
Asia Pasifik adalah satu dari tiga regional yang tumbuh pesat di
Allianz. Dengan kekayaan kebudayaan, bahasa dan adat istiadat yang
beraneka ragam adalah karakteristik dari regional ini. Allianz hadir di Asia
Pasifik pada tahun 1917, di pesisir Cina dengan menyediakan asuransi
kebakaran dan asuransi jasa pengangkutan.
Di Asia Pasifik, Allianz hadir dalam 15 pasar dengan fokus utama
bisnisnya pada asuransi umum, jiwa dan kesehatan, manajemen aset dan
perbankan.
c. Allianz di Indonesia
Allianz hadir sejak tahun 1991 melalui kantor perwakilannya di
Jakarta. Tahun 1989, PT Asuransi Allianz Utama Indonesia resmi beroperasi
memberikan pelayanan di bidang asuransi umum. Di tahun 1996, Allianz
melengkapi pelayanan asuransinya di Indonesia dengan mendirikan PT
Asuransi Allianz Life Indonesia yang bergerak di bidang asuransi jiwa,
kesehatan dan dana pensiun. Pada tahun 2006, kedua perusahaan memulai
bisnis asuransi Syariah.
Di tahun 2007, Allianz Indonesia memperkenalkan Allianz Center
(52)
bisa mendapatkan pelayanan asuransi kami di satu tempat. Allianz Center
telah beroperasi di Jakarta, Surabaya, Bandung dan Denpasar.
Kini, bersama-sama, Allianz Indonesia hadir di 44 kota dengan 80
titik pelayanan, didukung oleh lebih dari 12,000 agen, dengan 1,000
karyawan dan mitra perbankan yang solid untuk melayani nasabah kami.
Allianz Indonesia memberikan solusi asuransi dari A – Z.
2. Vision & Goal a. Vision
Allianz Indonesia is "The First Choice" for customers, business partners and employees. We build long term relationships based on "Mutual Trust".
b. Goal 2010-One
Allianz Indonesia menjadi Grup perusahaan asuransi Nomor satu di
Indonesia pada tahun 2010. 3. Struktur Organisasi
Agency Manager : Julia
Direct Agent : Bambang S
Juliati
(53)
Manusun
Sari Dewi
Sumarni
Inggrid Kusno
Kristina
Tasya
Sudarto
Sudirman
Bambang Sutoro
Susi B.
Januar Wigna
Sudarso
Sales Manager (1) : Lola S.
Jackie Syafei
Iman Buchary
Lina Botoh
Ester Dian S.
Renna Atika
Rudolf Meiyors
Kurniati
Trihadi
(54)
Diana Syafriana
Adam Johanes
Sales Manager (3) : Narwin
Suwardi
Janeth J.D.N
Rita Naulita
4. Produk PT. Asuransi Allianz Life Indonesia
a. SmartLink - Asuransi Jiwa plus Investasi
Asuransi jiwa sebagai perlindungan Anda kini dilengkapi dengan
peluang investasi, yaitu perlindungan keuangan dengan mengembangkan dana
simpanan Anda. Oleh Allianz Life, penyedia asuransi jiwa terbesar di dunia,
inovasi ini dinamakan Allianz SmartLink.
Produk asuransi jiwa ini memberikan Anda perlindungan jiwa
sekaligus kesempatan besar untuk mendapatkan keuntungan investasi dari
polis asuransi jiwa yang di miliki. Tidak hanya itu, nasabah dapat
menambahkan manfaat dari asuransi jiwa tambahan yang dapat dipilih sesuai
kebutuhan nasabah.
(55)
Allianz Life Indonesia menawarkan program Asuransi Kesehatan
Perorangan yang menarik bagi Anda yaitu SmartHealth Maxi Violet. Program
ini memberikan manfaat khusus yang tepat bagi Anda dan juga keluarga (bila
diikutsertakan), karena memberikan penggantian biaya perawatan rawat inap
sekaligus santunan kematian apabila seseorang menderita penyakit atau
mengalami kecelakaan.
Keunggulan produk ini :
1. Manfaat asuransi kesehatan yang lengkap :
Menanggung biaya akomodasi ruangan termasuk ICU
Menanggung biaya obat-obatan selama perawatan termasuk
pemeriksaan diagnostik, biaya administrasi
Menanggung biaya perawatan pra dan pasca perawatan rumah sakit,
biaya perawatan di rumah, biaya ambulan, dan biaya tak terduga
karena kecelakaan untuk rawat jalan dan rawat gigi
Santunan Pembedahan
Ada tambahan manfaat Santunan Harian
(56)
Bila Peserta tidak pernah mengajukan klaim selama pertanggungan Polis, maka akan diberikan No Claim Bonus berupa 20% diskon premi
buku
Bila Anda mengikutsertakan anggota keluarga (suami/istri dan anak) maka Anda berhak untuk Family Discount yaitu sebesar 5%
Khusus untuk Rawat Inap dan Melahirkan dengan mata uang Rupiah dan cara pembayaran premi tahunan, maka berlaku Fasilitas Cashless
yaitu dapat menggunakan Rumah Sakit Jaringan Allianz-AdMedika
Individu (provider)
Manfaat tersedia dalam Rupiah dan US Dollar
Terdapat pilihan cara pembayaran premi yaitu tahunan dan angsuran
c. My Education
Untuk Anda yang ingin menyiapkan dana pendidikan untuk putra-putri
tercinta, Allianz menyediakan program asuransi myEducation untuk
mewujudkan rencana Anda mengantar putra-putri mendapatkan pendidikan
yang baik dan bermutu.
Manfaat My Education
1. Manfaat Tahapan untuk keperluan dana pendidikan anak maksimum
(57)
2. Perlindungan jiwa bagi Tertanggung/orang tua sebesar 150% dari nilai
pertanggungan selama masa pembayaran premi.
3. Jika Tertanggung mengalami musibah meninggal dunia dalam masa
pembayaran premi, maka ahli waris dibebaskan dari kewajiban membayar
premi sampai dengan masa pembayaran premi berakhir.
4. Jangka waktu pembayaran premi hanya sampai usia anak 18 tahun.
5. Manfaat Tahapan diatas akan tetap kami bayarkan tanpa menghiraukan
status hidup Tertanggung.
d. My Future
Memiliki masa depan yang bahagia, merupakan impian setiap orang.
Allianz menyediakan program asuransi yang memberikan jaminan masa
depan dengan lebih baik ketika nasabah memasuki usia pensiun hingga
nasabah mencapai usia 70 tahun. Dana yang nasabah terima dapat digunakan
untuk menikmati masa pensiun guna memenuhi berbagai kebutuhan seperti
biaya kesehatan, biaya berlibur bersama keluarga dan sebagainya.
(58)
1. Dengan kebebasan menentukan usia purnakarya (50, 55 dan 60 tahun),
nasabah akan mendapatkan jaminan dana tunai pada usia purnakarya
(pensiun) sebesar 100% Uang Pertanggungan.
2. Manfaat tahapan sebesar 12% dari Uang Pertanggungan setiap tahun
setelah usia purnakarya sampai dengan nasabah berusia 69 tahun
3. Manfaat akhir kontrak sebesar 100% Uang Pertanggungan yang akan
nasabah terima pada saat nasabah mencapai usia 70 tahun.
4. 100% Uang Pertanggungan jika tertanggung meninggal dunia
5. Pembebasan premi jika tertanggung meninggal dalam masa pembayaran
premi.
6. Jaminan dana tunai, manfaat tahapan dan akhir kontrak diatas akan tetap
dibayar tanpa menghiraukan status hidup tertanggung
e. My Protection
Program perlindungan asuransi seumur hidup khusus untuk nasabah
yang ingin memastikan terjaminnya kesejahteraan hidup kelurga nasabah
dimasa datang. Dana yang tersedia dari program ini dapat dimanfaatkan oleh
keluarga nasabah apabila terjadi sesuatu dengan diri nasabah yang
mengakibatkan nasabah tidak dapat lagi memberikan dukungan financial bagi
keluarga.
(59)
1. Santunan meninggal dunia sebesar 100% dari Uang Pertanggungan
dibayarkan plus manfaat tambahan apabila tertanggung meninnggal dunia
sebelum mencapai usia 100 tahun
2. Manfaat maturity atau akhir masa asuransi sebesar 100% dari Uang
Pertanggungan plus manfaat tambahan akan dibayar apabila tertanggung
hidup mencapai usia 100 tahun.
(60)
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas
Dalam penelitian ini sebelum dilakukan analisis data dan analisis regresi, maka
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada masing-masing pertanyaan
penelitian. Dalam variabel bebas (independen) yang terdiri dari 3 (Tiga) variabel
yaitu; variabel upah (7 pertanyaan), variabel pelatihan (9 pertanyaan), dan variabel
bonus (4 pertanyaan), maka total pertanyaan adalah 20 (Dua puluh) pertanyaan.
Sedangkan dalam variabel terikat (dependen) total pertanyaan 12 (Dua belas)
pertanyaan.
Dalam menggunakan jumlah responden sebanyak 61, maka nilai r-tabel dapat
diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k. k merupakan jumlah butir
pertanyaan dalam suatu variabel. Untuk variabel upah (X1) df = 61 – 7 = 54, maka
r-tabel = 0,263. Untuk variabel Pelatihan (X2) df = 61 – 9 = 52, maka r-r-tabel = 0,268.
Untuk variabel Bonus (X4) df = 61 – 4 = 57, maka r-tabel = 0,256. Sedangkan untuk
variabel Kinerja (Y) df = 61 – 12= 49, maka r-tabel = 0,276. Butir pertanyaan
dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total
(61)
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan komputer melalui program SPSS
versi 14.0 didapat hasil uji validitas untuk masing-masing pertanyaan dalam setiap
variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil pengujian validitas kinerja
Butir Pertanyaan
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
Pertanyaan 1 0,412 Valid Pertanyaan 0,509 Valid Pertanyaan 3 0,610 Valid Pertanyaan 4 0,667 Valid Pertanyaan 5 0,644 Valid Pertanyaan 6 0,601 Valid Pertanyaan 7 0,455 Valid Pertanyaan 8 0,692 Valid Pertanyaan 9 0,501 Valid Pertanyaan 10 0,471 Valid Pertanyaan 11 0,450 Valid Pertanyaan 12 0,292 Valid Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, variabel kinerja agen menunjukan nilai
Corrected Item-Total Correlation > dari r-tabel sehingga dapat dikatakan memenuhi syarat validitas dan dapat di analisis lebih lanjut.
(62)
Pengujian validitas untuk variabel upah akan disajikan pada tabel 4.2.1
berikut ini:
Tabel 4.2.1
Hasil pengujian validitas upah (X1)
Butir Pertanyaan
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
Pertanyaan 1 0,764 Valid Pertanyaan 0,619 Valid Pertanyaan 3 0,681 Valid Pertanyaan 4 0,429 Valid Pertanyaan 5 0.444 Valid Pertanyaan 6 0,651 Valid Pertanyaan 7 0,627 Valid Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2.1 tersebut variabel upah menunjukan nilai Corrected
Item-Total Correlation > r-tabel sehingga dapat dikatakan memenuhi syarat validitas dan dapat di analisis lebih lanjut.
(63)
Pengujian validitas untuk variabel pelatihan akan disajikan pada tabel 4.2.2
berikut ini:
Tabel 4.2.2
Hasil pengujian validitas pelatihan (X2)
Butir Pertanyaan
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
Pertanyaan 1 0,665 Valid Pertanyaan 0,656 Valid Pertanyaan 3 0,532 Valid Pertanyaan 4 0,667 Valid Pertanyaan 5 0.812 Valid Pertanyaan 6 0,652 Valid Pertanyaan 7 0,772 Valid Pertanyaan 8 0,559 Valid Pertanyaan 9 0,334 Valid Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2.2 tersebut variabel pelatihan menunjukan nilai
Corrected Item-Total Correlation > r-tabel sehingga dapat dikatakan memenuhi syarat validitas dan dapat di analisis lebih lanjut.
(64)
Pengujian validitas untuk variabel bonus akan disajikan pada tabel 4.2.3
berikut ini:
Tabel 4.2.3
Hasil pengujian validitas bonus (X3)
Butir Pertanyaan
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
Pertanyaan 1 0,765 Valid Pertanyaan 0,294 Valid Pertanyaan 3 0,583 Valid Pertanyaan 4 0,773 Valid Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2.3 tersebut variabel bonus menunjukan nilai Corrected
Item-Total Correlation > r-tabel sehingga dapat dikatakan memenuhi syarat validitas dan dapat di analisis lebih lanjut.
2. Uji Reliabilitas
Output SPSS untuk uji reliabilitas akan dihasilkan secara bersama-sama
dengan hasil uji validitas. Namun demikian untuk melihat hasil uji reliabilitas dilihat
dari tabel Reliability Statistic. Reliabilitas suatu variabel dikatakan baik jika memiliki
nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60.45
45
Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, (Yogyakarta: C.V. Andi OFFSET, 2005), h. 72
(65)
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Jumlah Pertanyaan Nilai Cronbach Alpha Kinerja 12 pertanyaan 0,744 Upah 7 pertanyaan 0,765 Pelatihan 9 pertanyaan 0,767 Bonus 4 pertanyaan 0,777 Sumber: Data Primer yang diolah
Hasil dari uji reliabilitas pada tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa nilai
Cronbach Alpha untuk variabel upah, pelatihan, bonus, dan kinerja > 0,60. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dari masing-masing variabel dikatakan reliabel.
B. Karakteristik Responden
Data yang diperlukan untuk mengukur sejauh mana pengaruh reward
terhadap kinerja agen yaitu dengan menyebarkan kuesioner pada sejumlah agen
asuransi pada PT. Asuransi Alianz Life Indonesia Cabang Bekasi.
Karakteristik dalam penelitian ini disajikan pada tabel 4.4, dimana
karakteristik responden dilihat dari jenis kelamin, usia, dan lama bekerja dalam
(66)
Tabel 4.4
Karakteristik Responden
Karakteristik Responden
Keterangan Frekuensi Persentase
Jumlah Sampel 61 100%
Jenis Kelamin Jumlah Pria Wanita 22 39 61 36,3% 63,9% 100% Usia Jumlah 21-30 Tahun 31-40 Tahun >40 Tahun
9 35 17 61 14,8% 57,4% 27,9% 100%
Lama Bekerja >5 Tahun 3-5 Tahun 1-3 Tahun < 1 Tahun
10 24 20 7 61 16,4% 39,3% 32,8% 11,5% 100%
Sumber: Data Primer yang diolah
C. Statistik Deskriptif
Sebelum mengolah data penelitian, terlebih dahulu disajikan data statistik
(1)
Inter-Item Correlation Matrix
1.000 .612 .446 .455 .547 .358 .498 .299 .037 .708
.612 1.000 .496 .436 .398 .267 .551 .287 .162 .708
.446 .496 1.000 .267 .477 .377 .295 .230 -.070 .587
.455 .436 .267 1.000 .654 .533 .504 .256 .205 .710
.547 .398 .477 .654 1.000 .599 .613 .514 .300 .841
.358 .267 .377 .533 .599 1.000 .587 .352 .164 .697
.498 .551 .295 .504 .613 .587 1.000 .452 .369 .806
.299 .287 .230 .256 .514 .352 .452 1.000 .363 .614
.037 .162 -.070 .205 .300 .164 .369 .363 1.000 .392
.708 .708 .587 .710 .841 .697 .806 .614 .392 1.000
Plt1 Plt2 Plt3 Plt4 Plt5 Plt6 Plt7 Plt8 Plt9 Total
Plt1 Plt2 Plt3 Plt4 Plt5 Plt6 Plt7 Plt8 Plt9 Total
Item-Total Statistics
65.10 80.757 .665 . .743
64.89 79.003 .656 . .738
64.62 82.372 .532 . .751
64.72 80.704 .667 . .743
64.89 77.570 .812 . .729
64.75 80.689 .652 . .743
64.85 78.261 .772 . .733
64.82 81.817 .559 . .748
64.66 85.896 .334 . .764
34.31 22.551 1.000 . .854
Plt1 Plt2 Plt3 Plt4 Plt5 Plt6 Plt7 Plt8 Plt9 Total
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
(2)
Reliability Bonus (X3)
Case Processing Summary61 100.0 0 .0 61 100.0 Valid Excludeda Total Cases N %
Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.
Reliability Statistics
.777 .825 5
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
Item Statistics
2.98 1.041 61
3.00 1.183 61
2.57 1.132 61
2.90 1.012 61
11.46 3.053 61
Bns1 Bns2 Bns3 Bns4 Total
Mean Std. Deviation N
Inter-Item Correlation Matrix
1.000 .081 .432 .901 .831
.081 1.000 .075 .070 .466 .432 .075 1.000 .457 .699 .901 .070 .457 1.000 .835 .831 .466 .699 .835 1.000 Bns1
Bns2 Bns3 Bns4 Total
Bns1 Bns2 Bns3 Bns4 Total
Item-Total Statistics
19.93 27.796 .765 . .709
19.92 31.943 .294 . .803
20.34 28.896 .583 . .742
20.02 27.983 .773 . .710
11.46 9.319 1.000 . .648
Bns1 Bns2 Bns3 Bns4 Total
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
(3)
Nonparametric Correlations
kinerja upah pelatihan bonus
Spearman's rho kinerja Correlation Coefficient 1.000 .398** .329** .311**
Sig. (1-tailed) . .001 .004 .007
N 63 63 63 63
upah Correlation Coefficient .398** 1.000 .179 .183
Sig. (1-tailed) .001 . .080 .076
N 63 63 63 63
pelatihan Correlation Coefficient .329** .179 1.000 .785**
Sig. (1-tailed) .004 .080 . .000
N 63 63 63 63
bonus Correlation Coefficient .311** .183 .785** 1.000
Sig. (1-tailed) .007 .076 .000 .
(4)
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Indikator dan Operasional Variabel.………...…..….. 15
Tabel 4.1. Hasil pengujian validitas kinerja... 56
Tabel 4.2.1.Hasil pengujian validitas upah (X1)….…....………….…………. 57
Tabel 4.2.2.Hasil pengujian validitas pelatihan (X2)...………… . 58
Tabel 4.2.3.Hasil pengujian validitas bonus (X3)…..………... 59
Tabel 4.3. Hasil Uji Reliabilitas..……….... 60
Tabel 4.4. Karakteristik Responden...… 61
Tabel 4.5. Descriptive Statistics... ……….……… 62
Tabel 4.6. Ananlisis Data………. 66
(5)
24
24
5. Mekanisme Kerja Asuransi Syariah
Mekanisme kerja
Produk-produk tabungan
PERUSAHAAN
40% (termasuk fee untuk agen) HUBUNGAN
AL-MUDHARABAH
60% PESERTA
KEUNTUNGAN PEMEGANG SAHAM
INVESTASI HASIL
INVESTAS I
BIAYA OPERASIONAL
REKENING TABUNGAN IURAN
TAKAFUL
REKENING PESERTA
REKENING TABARRU
TOTAL DANA
REKENING TABARRU
REKENING PESERTA
MANFAAT TAKAFUL
DIBAYARKAN KE PESERTA
DIBAYARKAN KE PESERTA
(6)
25
25 Mekanisme kerja
Produk-produk non tabungan
PERUSAHAAN
HUBUNGAN
AL-MUDHARABAH PESERTA
60% (termasuk fee) 40%
KEUNTUNGAN PEMEGANG SAHAM
INVESTASI OLEH
PERUSAHAAN OPERASIONAL BIAYA
IURAN TAKAFUL
TOTAL DANA
TOTAL DANA
BEBAN ASURANSI
KEUNTUNGAN INVESTASI
BAGIAN PERUSAHAAN
BAGIAN PESERTA