Prinsip Dasar Asuransi Syariah Landasan Asuransi Syariah

setiap orang mengeluarkan dana kebajikan tabarru yang ditujukan untuk menanggung resiko tersebut. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberi definisi tentang asuransi. Menurutnya, Asuransi Syariah ta’min, takaful, tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orangpihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad perikatan yang sesuai dengan syariah. 12 Dari definisi di atas jelas bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan tolong-menolong yang disebut dengan “ta’awun”. Yaitu, prinsip saling melindungi dan saling menolong atas dasar Ukhuwah Islamiah antara sesama anggota peserta Asuransi Syariah dalam menghadapi resiko.

3. Prinsip Dasar Asuransi Syariah

Prinsip dasar yang ada dalam asuransi syariah tidaklah jauh berbeda dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomika islami. Hal ini disebabkan karena kajian asuransi syariah merupakan turunan dari konsep ekonomika islami. Biasanya literatur ekonomika islami selalu melakukan penurunan nilai pada tataran konsep atau institusi yang ada dalam lingkup kajiannya, seperti lembaga perbankan dan asuransi. 12 ibid. h. 30 Begitu juga dalam asuransi, harus dibangun di atas fondasi dan prinsip dasar yang kokoh. Dalam hal ini, prinsip dasar asuransi syariah ada sepuluh macam, yaitu; tauhid, keadilan, tolong-menolong, kerjasama, amanah, kerelaan, kebenaran, larangan riba, larangan judi, dan larangan gharar.

4. Landasan Asuransi Syariah

Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, maka landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan metodologi yang dipakai oleh sebagian ahli hukum Islam. a. Perintah Allah SWT untuk mempersiapkan hari depan. Allah SWT berfirman QS. An-Nisa 04 : 09           Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Berasuransi tidaklah berarti menolak takdir atau menghilangkan ketawakalan kepada Allah SWT, karena segala sesuatunya terjadi setelah berpikir dengan baik, bekerja dengan penuh kesungguhan, teliti dan cermat. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, semuanya ditentukan oleh Allah SWT. Adapun manusia hanya diminta untuk berusaha semaksimal mungkin. Allah SWT berfirman QS. Attaghabun 64 : 11                  Artinya: Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Jadi pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, musibah dan kematian merupakan qodho dan qodar Allah yang tidak dapat ditolak. Kita diminta untuk membuat perencanaan hari depan QS.A-Hasyr59:18                  Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. b. Perintah Allah SWT tentang prinsip bermuamalah                        Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. yang demikian itu dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum- hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” Q.S. al-Maidah : 1                        Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”              Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba yang belum dipungut jika kamu orang- orang yang beriman.”Q.S al-Baqarah : 278

B. PERWAKILANAGENCY WAKALAH