1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga perbankan
berfungsi sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana surplus of funds
dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana lack of funds; serta juga melayani kebutuhan pembiayaan dan melancarkan mekanisme sistem
pembayaran bagi semua sektor perokonomian masyarakat. Menurut ilmu sosiologi, perbankan diakui merupakan sebagai suatu lembaga sosial dalam arti bahwa
perbankan tersebut merupakan bentuk himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang menyangkut kebutuhan pokok manusia
1
. Pada hakikatnya lembaga perbankan berlaku umum dan merata di dunia.
Akan tetapi, kita juga pasti sadar bahwa dalam suatu kehidupan yang banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, maka akan terlihat suatu kekhususan-kekhususan
yang hanya terdapat di satu tempat tertentu. Sejarah, ideologi negara, hukum positif, agama dan beberapa aspek lain dengan sendirinya memberikan pengaruh terhadap
bentuk dan kegiatan lembaga perbankan di suatu tempat
2
. Ajaran agama ada yang mengatur secara detail kegiatan duniawi dan ada yang hanya garis besar, tidak semua
kegiatan dunia yang mulai mengadopsi ajaran-ajaran agama bisa berkembang
1
Muhammad Djumhana,
Hukum Per bankan di Indonesia
Bandung : PT Citra Aditya Bakti , 2012, hal xviii
2
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara dengan baik
3
. Salah satu kegiatan duaniawi yang berhasil mengadopsi ajaran agama dan berkembang baik adalah sektor perbankan. Faktor ajaran agama yang
diimplementasikan dalam lembaga perbankan menciptakan sistem perbankan syariah.
Konsep perbankan syariah tidak terhitung masih baru di Indonesia
4
. Syariah berarti sistem tantanan islami yang diwajibkan dalam menjaga lingkungan, ekonomi,
sosial politik dan keluarga agar tetap pada prinsip yang berlaku sesuai dengan hukum islam. Perbankan syariah sebagai bagian dari sebuah sistem perekonomian ilahiah
merupakan alternatif dan problem solver dari berbagai permasalahan yang dialami bangsa ini
5
. Hal ini terbukti ketika badai krisis ekonomi melanda Indonesia . Ketika perbankan konvensional banyak yang terpuruk, perbankan syariah relatif dapat
bertahan bahkan menunjukkan perkembangan
6
. Perbankan konvensional dengan sistem bunga ribawinya dalam beberapa hal terbukti gagal dalam membawa bangsa
ini ke arah yang lebih baik. Sistem bunga bertentangan dengan syariah Islam dan melahirkan ketidakadilan akibat penyerahan resiko usaha hanya kepada salah satu
pihak. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam dan mencermati kegagalan sistem perbankan berdasarkan bunga, optimalisasi peranan dan
keberadaan bank syariah merupakan suatu keharusan. Ada banyak faktor yang mengharuskan perbankan syariah harus berkembang.
Salah satunya adalah perubahan perilaku konsumen di Indonesia. Perubahan perilaku konsumen yang layak mendapat perhatian adalah adanya apresiasi terhadap ajaran-
3
Iman Hilman dkk.,
Per bankan Syariah Masa Depan
Jakarta : Senayan abadi Publishing , 2003, hal. 3
4
Ibid
, hal. 105
5
Ibid
, hal. 4
6
Ibid
, hal. 3
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara ajaran agama. Di Indonesia, gejala ini mulai terlihat sejak pertengahan tahun 80-an.
Orang mulai tidak ragu-ragu lagi untuk secara terbuka menunjukkan ketaatan dalam menjalankan ajaran agama. Terlebih lagi setelah masyarakat Indonesia terpuruk ke
dalam krisis. Pada mulanya apresiasi terhadap ajaran-ajaran agama lebih terkait pada aspek ritual. Selanjutnya, pelan tapi pasti hal tersebut berkembang ke kegiatan
duniawi atau kemasyarakatan yang berlandaskan pada ajaran agama. Perbankan syariah tidak sekadar bersifat pasif menyambut bangkitnya kesadaran beragama,
tetapi juga harus berusaha menunjukkan functional benefit. Hal ini penting bila mengingat bahwa orang-orang mulai mengapresiasi ajaran agama dalam kegiatan
duniawi itu adalah smart customers
7
. Secara konseptual, perbankan syariah memang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman serta sudah menjadi kewajiban sejarah
untuk lahir dan berkembang menjadi sistem perbankan alternatif yang sesuai dengan fitrah hidup manusia.
Bank syariah secara makro memposisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam mendukung dan memainkan kegiatan investasi di masyarakat sekitarnya. Di satu sisi
bank syariah mendorong mengajak masyarakat untuk ikut aktif berinvestasi melalui berbagai produknya, sedangkan di sisi lain bank syariah aktif untuk melakukan
investasi di masyarakat. Selain itu, secara mikro bank syariah merupakan lembaga keuangan yang menjamin seluruh aktivitas operasinya, termasuk produk dan jasa
keuangan yang ditawarkan telah sesuai dengan prinsip syariah. Berbeda dengan produk dan jasa keuangan bank konvensional, produk-produk bank syariah selain
bentuk atau nama produknya perlu diperhatikan adalah prinsip syariah yang
7
Ibid
, hal. 90
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara digunakan oleh produk yang bersangkutan dalam akadnya perjanjian dan bukan
hanya nama produknya sebagaimana produk-produk bank konvensional. Hal ini terkait dengan bagaimana hubungan antara bank dan nasabah yang menentukan hak
dan kewajiban masing-masing pihak. Jenis akad yang digunakan oleh suatu produk biasanya melekat pada nama
produk tersebut. Selain itu, suatu produk bank syariah dapat menggunakan prinsip syariah yang berbeda. Demikian juga satu prinsip syariah dapat diterapkan pada
beberapa produk yang berbeda
8
. Pada sistem bank konvensional, kita banyak mengenal tiga produk besar umum, seperti giro, tabungan dan deposito. Sebagai
contoh tabungan mudharabah berarti produk tabungan yang menggunakan akad mudharabah
, sedangkan tabungan wadi’ah berarti produk tabungan yang
menggunakan akad wadi’ah. Hal ini berarti segala ketentuan mengenai akad
mudharabah berlaku bagi tabungan mudharabah, sedangkan segala ketentuan
mengenai akad wadi’ah berlaku untuk tabungan wadi’ah. Dewasa ini agar simpanan
yang dititipkan tidak menganggur begitu saja, oleh si penyimpan uang titipan tersebut bank syariah digunakan untuk kegiatan perekonomian. Berdasarkan data
per Desember 2011 dari Bank Indonesia, bonus jasa giro rata-rata giro rupiah berdasarkan akad wadiah adalah sebesar 2,15
9
, sedangkan berdasarkan data per Desember 2011 dari Bank Indonesia, nisbah bagi hasil tabungan mudharabah rupiah
rata-rata adalah sebesar 3,23
10
. Penggunaan uang titipan harus terlebih dahulu meminta izin kepada si pemilik uang dan dengan catatan si pengguna uang menjamin
akan mengembalikan uang tersebut secara utuh. Mengacu pada prinsip yad adh-
8
Ascarya,
Akad dan Produk Bank Syariah. Raja
Jakarta. : Grafindo Persada, 2012, hal. 37
9
A. Wangasawidjaja,
Pembiayaan Bank Syariah
Jakarta : Gramedia, 2012, hal. 64
10
Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara dhamanah
bank sebagai penerima dana memanfaatkan dana titipan seperti simpanan giro, tabungan dan deposito berjangka untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
masyarakat dan kepentingan negara. Konsekuensi dari diterapkannya prinsip yad a dh-dhamanah
pihak bank akan menerima seluruh keuntungan dari penggunaan uang, namun sebaliknya bila mengalami kerugian juga harus ditanggung dengan oleh
bank
11
. Bank syariah dilihat dari produknya tidak jauh berbeda dengan produk bank-
bank konvensional, tetapi aturan mainnya jelas berbeda
12
. Giro adalah salah satu produk usaha bank dalam rangka kegiatannya menerima penyimpan dana dari
masyarakat dan pada saat ini hanya boleh dilakukan oleh bank umum. Dana masyarakat yang dihimpun oleh bank disebut simpanan. Simpanan tersebut bersama
dengan pinjaman yang diterima oleh bank merupakan sumber dana yang utama bagi bank yang bersangkutan di samping modal yang disetor oleh pemiliknya. Dana yang
berhasil diperoleh dan dikuasai oleh bank selanjutnya digunakan untuk keperluan operasional bank. Tersedianya dana yang cukup yang kemudian disalurkan untuk
memenuhi permintaan kebutuhan dana masyarakat akan mendukung fungsi bank sebagai lembaga intermediasi
13
. Giro merupakan salah satu bentuk produk perbankan konvensional yang
dapat diaplikasikan dalam perbankan syariah. Berbeda dengan deposito yang tujuannya semata-mata mendapatkan imbal hasil yang tinggi, penempatan dana di
giro lebih terkait kepada kegiatan usaha yang dilakukan nasabah. Jika dipetakan,
11
Thamrin Abd. dan Francis Tantri,
Bank dan Lembaga Keuangan
Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012 , hal. 216
12
Iman Hilman dkk.,
Op.Cit
., hal. 104
13
M.Bahsan,
Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia
Jakarta : Rajagrafindo perkasa, 2005, hal. 13
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara sekitar 90 persen nasabah pengguna giro ini adalah badan usaha, dan sisanya
merupakan perorangan. Namun jika ditelaah lebih dalam, nasabah perorangan itu yang membuka giro itu pun berkaitan dengan usahanya. Dalam setiap kegiatan
usaha, sebuah perusahaan dituntut untuk menciptakan value added, yang merupakan hasil penggabungan dari bahan mentah menjadi suatu produk untuk memberikan
manfaat tertentu. Proses ini, jika dilihat dari sisi keuangan adalah proses utang- piutang dan terjadi secara berkesinambungan sehingga menciptakan suatu perputaran
cycle, dan pada akhirnya dikenal sebagai Cash to Cash Cycle. Di sini akan ada proses payment dan collection, yaitu pembayaran utang dan penerimaan piutang
darike mitra usaha. Kelancaran proses ini pun sangat mempengaruhi keberlangsungan suatu perusahaan dengan mengesampingkan business plan atau
kondisi pasar yang terjadi
14
. Hampir keseluruhan tentang giro adalah sarana pembayaran atau sarana
memperlancar transaksi dalam bisnis. Fleksibilitas dan keamanan pembayaran yang ditawarkan oleh giro sangat baik, terutama untuk transaksi dengan jumlah besar.
Namun dengan berkembangnya pelayanan perbankan dan ditunjang oleh teknologi informasi, jasa giro memberikan bunga. Jasa giro berupa bunga ini perhitungannya
mempertimbangkan jumlah dana yang mengendap dan lama pengendapan. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip syariah karena giro ini mengandung bunga
15
. Giro yang mengandung bunga tidak dapat diaplikasikan dalam perbankan syariah, namun
karena mobilitas dana yang bersumber dari giro ini sangat tinggi mengharuskan
14
Tempo.co ,
Peran Giro untuk Transaksi Nasabah
, http:www.tempo.coreadartikel- sponsor45peran-giro-untuk-transaksi-nasabah diakses pada tanggal 31 mei 2015 pukul 19:11 .
15
Rachmadi Usman,
Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia ; Implementasi dan Aspek Hukum
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2009, Hal.143
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara perbankan syariah untuk merumuskan suatu produk giro yang sesuai dengan prinsip
syariah. Giro yang sesuai dengan prinsip syariah dalam pelaksanaannya diterapkan
dalam dua prinsip yang berbeda yakni prinsip wadi’ah dan prinsip mudharabah.
Giro yang menggunakan prinsip wadiah dalam pelaksanaannya mengacu pada akad titipan
wadi’ah, sedangkan giro yang menggunakan prinsip mudharabah dalam pelaksanaannya mengacu pada akad bagi hasil mudharabah.
Dari segi tatanan hukum positif, ketentuan tentang penerapan prinsip syariah dalam produk perbankan tersebar dalam berbagai peraturan. Maka diperlukan
inventarisasi terhadap peraturan-peraturan yang membahas mengenai penerapan prinsip syariah tersebut dalam produk perbankan, terutama dalam produk giro.
Aplikasi penggunaan kata wadi’ah dan mudharabah dalam produk giro
tidaklah menjadi perhatian nasabah baik dalam judul produk tersebut maupun dalam penjelasan akadnya. Padahal hal tersebut sangat berkaitan erat dengan pengelolaan
uang yang dititipkan para nasabah di bank syariah dan hubungan hukum yang terjadi antara kedua belah pihak. Kebanyakan masyarakat yang tidak mengindahkan hal
tersebut, seolah-olah hal tersebut tidak penting sehingga akad apapun yang digunakan dalam produk tersebut tidak menjadi sesuatu yang harus dipemasalahkan
karena sudah pasti sesuatu yang sesuai dengan syariah. Akad yang diterapkan dalam suatu produk adalah hal paling dasar dalam memberikan karakteristik produk
tersebut karena hal itu digunakan untuk menunjukkan tujuan utama dari produk tersebut. Giro dalam perbankan tidaklah terlepas dari sekedar simpanan saja, tetapi
juga berperan penting dalam lalu lintas pembayaran dalam dunia bisnis. Sehingga,
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara dalam menggunakan produk giro nasabah perlu mengetahui akad apakah yang
digunakan dalam produk tersebut, dan perbedaan apa yang terdapat dari dua akad tersebut.
Dari uraian di atas maka dilakukan penelitian tentang “Perbandingan Giro Wadi’ah dengan Giro Mudharabah dalam Perbankan Syariah Studi pada PT. Bank
Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai.
B. Rumusan Masalah