Giro Wadi’ah Prinsip-prinsip dalam Giro Syariah

Universitas Sumatera Utara dilaksanakan mengingat sifat dari akad mudahrabah yang memerlukan jangka waktu untuk menentukan untung rugi.

a. Giro Wadi’ah

Dalam praktik perbankan syariah, pada umumya bank syariah menyediakan giro wadi’ah. Giro wadi’ah adalah giro yang operasionalnya berdasarkan akad wadi’ah yang bersifat titipan. Wadi’ah adalah penitipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut. Dalam redaksi lain, wadi’ah adalah akad yang intinya minta pertolongan kepada seseorang dalam memelihara harta penitip 61 . Menurut Hanafiyah, al- wadia’ah berarti al-ida’ yaitu ‘ibarah seseorang menyempurnakan harta kepada yang lain untuk dijaga secara jelas’. Makna yang kedua, alwadi’ah ialah sesuatu yang dititipkan yaitu ‘sesuatu yang ditinggalkan pada orang terpercaya supaya dijaganya’. Menurut Syafi’iyah, yang dimaksud dengan al- wadi’ah ialah akad yang dilaksanakan untuk menjaga sesuatu yang dititipkan. Menurut Hanabilah, yang dimaksud dengan al- wadi’ah ialah titipan perwakilan dalam memelihara sesuatu secara bebas tabarru’ 62 . Dari defenisi- defenisi al-wadiah tersebut, dapat dipahami bahwa al- wadi’ah adalah transaksi pemberian mandat dari sesorang yang menitipkan suatu benda kepada orang lain untuk dijaganya sebagaimana semestinya 63 . 61 Hasbi Ash-shiddiqie, Pengantar Fiqh Muamalah Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1997, hal. 181 62 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer ; Hukum Perjanjian, Ekonomi, Bisnis, dan Sosial Bogor : Ghalia Indonesia, 2012, hal. 205 63 Ismail Nawawi, Loc.Cit . Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Ketentuan Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor 746PBI2005 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “wadiah” adalah : “ Penitipan dana atau barang dari pemilik dana atau barang pada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban pihak yang menerima titipan untuk mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu- waktu” Demikian disebutkan pula dalam Penjelasan atas Pasal 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor 919PBI2007 dijelaskan bahwa: “Wadi’ah adalah transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu- waktu” Hal yang sama dirumuskan pula dalam Penjelasan atas Pasal 19 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 bahwa : “Yang dimaksud dengan “akad wadi’ah adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang” Apabila pengertian w adi’ah atau akad wadi’ah ini dihubungkan dengan pengertian giro sebagaimana tersebut dalam ketentuan Pasal 1 angka 7 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan ketentuan Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, maka fitur dan mekanisme giro wadi’ah itu adalah bentuk simpanan yang bersifat titipan yang penarikannya dapat dilakukan setiap waktu sebagai titipan sewaktu -waktu Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan, dengan ketentuan tidak dipersayaratkan imbalan, kecuali didasarkan pada pemberian sukarela 64 . Giro yang berdasarkan akad wadi’ah, nasabah bertindak selaku pihak yang menitipkan muwaddi’, sedangkan bank bertindak selaku penerima titipan mustauda’. Melihat sifat giro yang diambil seaktu-waktu, prinsip wadi’ah ini lebih tepat digunakan untuk giro. Dilihat dari aspek hukum Islam, penerapan wadi’ah dalam perbankan syariah sesuai dengan wadi’ah yang ada dalam kitab fiqh karena salah satu syarat wadi’ah bahwa barang yang dititipkan harus dijaga, tidak boleh dipakai. Apabila dipakai secara sepihak oleh orang yang diberi titipan, kedudukan akad ini berubah menjadi qardh atau i’arah. Sekalipun demikian, perkembangan fiqh modern memungkinkan adanya jenis wadi’ah yad dhamanah, yaitu keadaan mustauda’ yang menggunakan dana wadi’ah secara sepihak dengan memberikan jaminan akan mengembalikan dana 100 kapan saja dana tersebut ditarik oleh muwaddi 65 . Disamping itu, kaidah fiqh mengatakan “al-ibratu fil uqud bil maqashid wal ma’aani laa bil alfazh wal mabani”. Ini berarti bahwa dalam pandangan hukum Islam, suatu akad dipandang dan dinilai dari sisi fisik atau wujudnya dan bukan dari niat dan motivasi pihak penyelenggara. Sekalipun akad yang dimaksud adalah wadi’ah, karena praktiknya adalah qardh, maka hukum yang berlaku adalah qardh. Wadi’ah dalam rekening giro biasanya dalam bentuk titipan uang tunai yang diizinkan meskipun secara kebiasaan, untuk mencampur dan 64 Rachmadi Usman, Op.Cit., hal. 149 65 Loc.Cit . Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara menggunakannya. Oleh karena itu, tidak dihukumi sebagai wadi’ah secara syari, tetapi dihukumkan sebagai qardh karena barang titipan yang dibolehkan untuk dipakai berubah menjadi ariyah yang dijamin. Segala bentuk ariyah yang tidak mungkin dimanfaatkan kecuali dengan menghabiskan barang tersebut, maka hukumnya adalah qardh, bukan ariyah 66 . Pada prinsipnya, wadi’ah atau titipan murni ini merupakan akad kebajikan ihsan yang bertujuan untuk meningkatkan rasa tolong menolong dalam muamalah sehari-hari. Sebagai penerima amanah dana dari pihak lain, bank syariah sudah pasti berkewajiban menjaga amanah itu sebaik-baiknya dan dengan tidak berkhianat kepada orang yang memercayainya nasabah, seperti menggunakannya secara sepihak yang mengakibatkan kerugian bagi penitip. Dalam pelaksanaan wadi’ah harus memenuhi rukun dan syarat tertentu. Menurut Syafi’iyah, al-wadiah memiliki tiga rukun yaitu 67 : 1 Barang yang dititipkan, syarat barang yang dititipkan adalah barang atau benda itu merupakan sesuatu yang dapat dimiliki menurut syara’. 2 Orang yang menitipkan barang dan menerima titipan, disyaratkan bagi penitip dan penerima titipan sudah baligh, berakal, serta syarat-syarat lain yang sesuai dengan syarat-syarat berwakil. 3 Pernyataan serah terima shighah ijab dan qabul al-wadi’ah, disyaratkan pada ijab dan kabul ini dimengerti oleh kedua belah pihak, baik dengan jelas maupun samar. 66 Ibid., hal.149 67 Ismail Nawawi, Op.Cit. , hal. 206 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Berdasarkan perspektif hukum Islam, wadi’ah tersebut dapat dibedakan atas dua macam, yaitu 68 : 1 Wadi’ah yad amanah Wadi’ah yad amanah adalah suatu akad di mana seseorang menitipkan barangnya kepada penerima titipan tanpa dipungut biaya titipan dan penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang yang dititipkan kepadanya dan tidak bertanggungjawab atas barang yang dititipkannya serta kewajiban mengembalikannya seadanya. 2 Wadi’ah yad dhamanah Wadi’ah yad dhamanah adalah suatu akad di mana seseorang menitipkan barangnya kepada seseorang dan penerima titipan tersebut diperkenankan untuk digunakan oleh orang yang dititip mustauda’. Oleh karenanya penerima titipan bertanggungjawab atas segala sesuatu yang timbul terhadap barang titipan tersebut dan juga berkewajiban untuk mengembalikan barang titipan yang diterimanya. Ketentuan umum giro berdasarkan wadi’ah ini ditetapkan pula dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 01DSN-MUIIV2000, yaitu 69 : 1 Bersifat titipan. Dalam hal titipan, maka orang yang dititipi berkewajiban untuk memelihara dan menjaga barang titipan tersebut. Ia tidak dibenarkan menggunakan dana yang dititipkan, kecuali dengan izin dari pemiliknya. 68 Rachmadi Usman, Op.Cit., hal. 150 69 Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2 Titipan bisa diambil kapan saja on call. Hal ini disebabkan sifatnya titipan, maka pemilik dana dapat menarik dananya sewaktu-waktu dan pihak yang dititipi bank syariah harus selalu siap mengembalikan dana yang dititipkan. 3 Tidak ada imbalan yang diisyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian ‘athaya yang bersifat sukarela dari pihak bank. Hal ini disebabkan sifat titipan, maka tidak ada kewajiban bagi pihak yang menitipkan nasabah untuk memberikan suatu imbalan apa pun kepada yang dititipi bank syariah. Demikian juga bank syariah tidak berkewajiban memberikan imbalan apa pun kepada nasabah sekalipun dananya dikelola secara komersial. Bank syariah boleh memberikan ‘athaya bonus kepada nasabah dengan catatan tidak diperjanjikan di depan danatau dituangkan dalam akad. ‘Athaya ini benar-benar murni merupakan hak bank dan karena itu nasabah tidak dapat menuntut diberikan. Sejalan dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional di atas berkenaan dengan giro wadi’ah, ketentuan Pasal 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor 764PBI2005 menetapkan persyaratan paling kurang dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro berdasarkan akad wadi’ah tersebut, sebagai berikut: 1 Bank syariah bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana titipan 2 Dana titipan disetor penuh kepada bank syariah dan dinyatakan dalam jumlah nominal 3 Dana titipan dapat diambil setiap saat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 4 Tidak diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah 5 Bank syariah menjamin pengembalian dana titipan nasabah Selanjutnya ketentuan mengenai persyaratan paling kurang kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro atas dasar akad wadi’ah tersebut, diatur kembali dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1014DPbS tanggal 17 Maret 2008, sebagai berikut : 1 Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai penitip dana ; 2 Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah; 3 Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah; 4 Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan atas pembukaan dan penggunaan produk giro atas dasar akad wadi’ah, dalam bentuk perjanjian tertulis; 5 Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain biaya kartu ATM, bukucekbilyet giro, biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan rekening; 6 Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah; dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 7 Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah

b. Giro Mudharabah

Dokumen yang terkait

Strategi pengelolaan dana produk giro wadi'ah pada perbankan syariah : studi perbandingan pada PT Bank Muamalat tbk. dan PT Bank Bukopin Syariah tbk.

0 10 109

Analisis hubungan antara kebijakan moneter terhadap dana pihak ketiga pada perbankan syariah di Indonesia

0 4 94

Analisis swot terhadap deposito mudharabah : studi kasus pt.bank muamalat indonesia tbk.cabang pemabantu kalimantan

0 31 0

PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PROGRAM TABUNGAN MUDHARABAH, DEPOSITO MUDHARABAH, SERTA GIRO WADI’AH Penerapan Sistem Bagi Hasil Program Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah, Serta Giro Wadi’ah (Studi Kasus Di Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat, Dan Ban

0 4 13

PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PROGRAM TABUNGANMUDHARABAH, DEPOSITO MUDHARABAH, SERTA GIRO WADI’AH Penerapan Sistem Bagi Hasil Program Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah, Serta Giro Wadi’ah (Studi Kasus Di Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat, Dan Bank

0 1 17

Perbandingan Giro Wadi’ah dengan Giro Mudharabah dalam Perbankan Syariah (Studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai)

0 0 2

Perbandingan Giro Wadi’ah dengan Giro Mudharabah dalam Perbankan Syariah (Studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai)

0 0 10

Perbandingan Giro Wadi’ah dengan Giro Mudharabah dalam Perbankan Syariah (Studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai)

0 0 1

Perbandingan Giro Wadi’ah dengan Giro Mudharabah dalam Perbankan Syariah (Studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai)

0 0 15

Perbandingan Giro Wadi’ah dengan Giro Mudharabah dalam Perbankan Syariah (Studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai)

0 0 34