Universitas Sumatera Utara 7
Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah
b. Giro Mudharabah
Giro mudharabah adalah giro yang operasionalnya berdasarkan akad mudharabah
. Istilah Mudharabah berasal dari kata dharb, artinya ‘memukul atau
berjalan’. Pengertian memukul dan berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang menggerakkan kakinya dalam menjalankan usaha. Mudharabah
merupakan bahasa Irak, sedangkan bahasa penduduk Hijaz menyebut dengan istilah qiradh. Zuhaily mengemukakan, mudharabah adalah akad kerja sama
usaha antara dua pihak, pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana shahibul maal
yang menyediakan seluruh modal; dan pihak kedua sebagai pengelola usaha mudharib. Keuntungan yang didapatkan dari akad mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak dan biasanya dalam bentuk persentase nisbah
70
. Ketentuan Pasal 1 angka 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 746PBI2005
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “mudharabah” adalah :
“Penanaman dana dari pemilik dana shahibul maal kepada pengelola dana mudharib untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian
menggunakan metode bagi untung dan rugi profit and loss sharing atau metode bagi pendapatan revenue sharing antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya” Demikian disebutkan pula dalam Penjelasan atas Pasal 3 Peraturan Bank
Indonesia Nomor 919PBI2007 bahwa :
70
Ismail Nawawi,
Op.Cit.,
hal. 186.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara “Mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik dana shahibul
maal kepada pengelola dana mudharib untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua
belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya” Hal yang sama dijelaskan dalam Penjelasn atas Pasal 19 ayat 1 huruf b Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008, bahwa : “Yang dimaksud dengan Akad mudharabah dalam menghimpun dana
adalah Akad kerja sama antara pihak pertama malik, shahibul mal, atau Nasabah sebagai pemilik dana dan pihak kedua amil, mudharib, atau Bank
Syariah yang bertindak sebagai pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam Akad
” Apabila pengertian mudharabah atau akad mudharabah ini dihubungkan
dengan pengertian giro sebagaimana tersebut dalam ketentuan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan pengertian giro sebagaimana tersebut dalam ketentuan Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2008, fitur dan mekanisme giro mudharabah itu adalah bentuk simpanan yang bersifat investasi yang penarikannya dapat dilakukan berdasarkan
kesepakatan dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan, dengan pembagian hasil usaha antara
pemilik dana shahibul maal dan pengelola danabank syariah mudharib berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Berbeda dengan giro wadi’ah yang bersifat titipan, giro mudharabah
bersifat investasi. Apabila tujuan pembukaan rekening giro hanya dalam rangka memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi secara praktis tanpa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara menggunakan uang tunai, yang diterapkan adalah berdasarkan akad
wadi’ah. Namun, sebaliknya apabila tujuan pembukaan rekening giro juga dalam rangka
investasi mencari keuntungan, giro berdasarkan prinsip mudharabah yang diterapkan, di mana terhadap investasi tersebut nasabah akan diberikan
keuntungan bagi hasil sesuai nisbah yang telah disepakati bersama. Giro yang berdasarkan prinsip mudharabah, nasabah bertindak sebagai
pemilik dana shahibul maal, sedangkan bank syariah bertindak selaku pengelola dana mudharib. Sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan pengelolaan
dana yang memungkinkan tercapainya suatu laba tertentu dengan tingkat keleluasaan yang tinggi selama tidak memasuki wilayah yang dilarang oleh
syariah dalam koridor halal. Dananya harus dinyatakan secara jelas sebagai modal dalam bentuk tunai yang dihadirkan yang dimungkinkan dapat dihadirkan
dan bukan pituang. Porsi keuntungan berdasarkan bagi hasil dinyatakan tegas dalam bentuk rasio persentase dalam akad giro mudharabah-nya. Biaya
operasional giro mudharabah-nya menjadi tanggungjawab sepenuhnya bank syariah yang bersangkutan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang
menjadi haknya. Pengertian biaya operasional di sini adalah biaya pengoperasian dan pengelolaan dana sesudah dana tersebut menjadi modal pembiayaan
71
. Dalam kapasitasnya, bank syariah sebagai mudharib memiliki sifat
sebagai seorang wali amanah trustee, yakni harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggungjawab atas segala sesuatu yang timbul akibat
kesalahan atau kelalaiannya. Disamping itu, bank syariah juga bertindak sebagai
71
Rachmadi Usman,
Op.Cit.,
hal .145
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang diharapkan dapat memperoleh
keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai aturan syariah. Dari hasil pengelolaan dana mudharabah tersebut, bank syariah akan membagihasilkan
kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak
bertanggungjawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun,
apabila yang
terjadi mismanagement
salah urus,
bank bertanggungjawab penuh terhadap kerugian tersebut
72
. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 01DSN-MUIIV2000
telah ditetapkan ketentuan umum giro mudharabah ini, yaitu :
1
Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2
Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3
Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4
Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5
Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
72
Adiwarman A. Karim,
Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2006, Hal. 294
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
6
Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
Sejalan dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional di atas berkenaan dengan giro mudharabah, ketentuan dalam Pasal 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor
746PBI2005 menetapkan persyaratan paling kurang
dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro berdasarkan akad mudharabah, sebagai
berikut: 1
Nasabah bertindak sebagai pemilik dana shahibul maal dan bank syariah bertindak sebagai pengelola dana mudharib;
2 Bank syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya melakukan akad mudharabah dengan pihak lain;
3 Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang, serta dinyatakan
jumlah nominalnya; 4
Nasabah wajib memelihara saldo giro minimum yang ditetapkan oleh bank syariah dan tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka
penutupan rekening; 5
Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening;
6 Pemberian keuntungan untuk nasabah didasarkan pada saldo terendah
setiap akhir bulan laporan; 7
Bank syariah menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya; dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 8
Bank syariah tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan
Selanjutnya ketentuan mengenai persyaratan paling kurang kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro atas dasar akad mudharabah tersebut,
diatur kembali dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1014DPbS tanggal 17 Maret 2008, sebagai berikut;
1 Bank bertindak sebagai pengelola dana mudharib dan nasabah bertindak
sebagai pemilik dana shahibul maal; 2
Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan
Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah;
3 Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati;
4 Bank nasabah wajib menuangkan kesepakatan atas pembukaan dan
penggunaan produk giro atas dasar akad mudharabah, dalam bentuk perjanjian tertulis;
5 Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa
biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain biaya cekbilyet giro, biaya meterai, cetak laporan transaksi dan
saldo rekening, pembukaan dan penutupan rekening ; dan 6
Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah.
Universitas Sumatera Utara
73
BAB IV PERBANDINGAN GIRO WADI’AH DENGAN GIRO MUDHARABAH
PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA TBK, CABANG TANJUNGBALAI
A. Pengaturan Giro Wadi’ah dan Giro Mudharabah dalam Hukum