Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pertunjukan Hubungan Struktur Tari, Musik Iringan, dan Fungsi Tari Galombang

55 Gambar 3.7 Pasangan Pengantin Bersanding Dokumentasi Reny Yulyati, 2013 Setelah semua acara adat selesai, maka acara dilanjutkan dengan berbagai pertunjukan hiburan. Seperti pertunjukan keyboard, tari piring, tari tradisional Minangkabau lainnya untuk menghibur para tamu dan penonton sepanjang acara berlangsung.

3.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pertunjukan

Pada upacara perkawinan masyarakat Minangkabau biasanya dilaksanakan di rumah anak daro dengan mendatangkan penghulu, atau bisa juga di masjid. Sedangkan di kota Medan sendiri, selain di rumah dan di masjid, bisa juga dilaksanakan di wisma atau hotel yang dikarenakan persiapan yang diperlukan akan lebih praktis dan ruangan yang luas. Namun upacara perkawinan yang dilaksanakan Universitas Sumatera Utara 56 di rumah dapat memungkinkan banyaknya penonton yang menyaksikan pertunjukan tari Galombang dan tari-tari hiburan yang disajikan tidak terbatas hanya dari para undangan saja, tetapi juga masyarakat yang berada dan yang melewati tempat tersebut, sehingga sekaligus dapat memperlihatkan kesenian tradisi mereka dan tampak lebih menarik. Tari Galombang tersebut disajikan sebagai tari penyambutan kedatangan marapulai beserta keluarganya oleh anak daro. Dalam konteks penyajiannya, para penari diposisikan di sepanjang jalan menuju tempat upacara, menghadap ke arah datangnya marapulai dan para tamu. Di kota Medan, dalam menentukan waktu pertunjukan tari Galombang ini biasanya di lakukan pagi hari. Biasanya waktu pelaksanaannya di sekitar pukul 09.00 wib sampai pukul 10.00 WIB. Pemilihan waktu biasanya disesuaikan dengan kondisi acara, yakni selesai akad nikah, jika akad nikah yang dilakukan di hari yang sama dengan resepsinya. Tetapi jika akad nikah telah dilaksanakan beberapa hari sebelum resepsinya, maka pertunjukan tari Galombang bisa saja dilakukan lebih awal lagi. Dengan kata lain, pertunjukan tari Galombang ini dilaksanakan tergantung pada pemilik acara.

3.6 Pendukung Pertunjukan

Tari Galombang dalam penyajiannya dapat dikatakan sebuah pertunjukan. Sebuah pertunjukan tentunya harus didukung oleh beberapa hal agar dapat berjalan dengan baik dan lebih menarik keindahannya. Beberapa pendukung pertunjukan, yaitu adanya penari, pemusik, dan penonton. Universitas Sumatera Utara 57

3.6.1 Penari

Penari merupakan bagian terpenting dalam pertunjukan tari Galombang ini, karena penari lah yang mempertunjukkan tarian tari Galombang tersebut. Penari akan menjadi pusat perhatian dari penonton. Untuk itu diperlukan penari yang memiliki kecakapan dan kemampuan menarikan tari Galombang tersebut di lapangan. Setiap dalam pertunjukan tari Galombang ini biasanya komposisi penarinya berjumlah 6 atau lebih penari; umumnya, semakin banyak penarinya semakin terlihat bagus, karena dapat memberikan lebih banyak kemungkinan untuk menyusun pola lantai tarian tersebut. Bisa saja semua penarinya adalah perempuan semua, bisa juga campuran dengan laki-laki. Namun sanggar Tigo Sapilin ini biasanya menggunakan 6 perempuan penari Galombang dan 2 atau 3 penari laki-laki dengan gerakan pencak silat. Penari perempuannya selalu dibuat genap supaya berpasangan dalam penempatan pola lantainya. Pemilihan penari tidak berdasarkan pada lamanya menjadi anggota sanggar, tetapi pada kesanggupan penari untuk dapat menari dan hadir sesuai waktu yang dimiliki para penari. Hal ini dikarenakan penari sanggar Tigo Sapilin ini bukanlah penari profesional, dimana para anggotanya tidak hanya bekerja sebagai penari melainkan ada yang mahasiswa dan harus kuliah, dan ada pula yang sudah bekerja di bidang yang lain. Para penari yang dipilih dan mempunyai waktu akan berlatih lagi untuk mempelajari gerakan sebelum hari pelaksanaan. Pada saat pertunjukan, penari akan saling berinteraksi antar sesama penari di lapangan dalam melakukan perubahan gerakan. Universitas Sumatera Utara 58

3.6.2 Pemusik

Sanggar Tigo Sapilin biasanya menggunakan 7-8 orang pemusik, diantaranya 1 orang pemain tasa, 2 atau lebih pemain gandang, 1 orang pemain puput serunai, dan tiga orang pemain talempong pacik 1 orang penganak, 1 orang dasar, dan 1 orang peningkah. Semua anggota sanggar telah belajar dan berlatih bersama untuk bisa memainkan semua alat musik, namun lebih kepada laki-laki yang dapat memainkan alat musik. Menurut wawancara dengan Bapak Zul Alinur sebagai salah satu anggota lama di sanggar tersebut serta pemusik yang bisa memainkan puput serunai, alat musik puput serunai ini sangat sulit untuk dimainkan oleh anggota yang lainnya. Hal ini disebabkan karena teknik permainannya yang rumit, yakni circular breething, dimana sirkulasi pernapasan yang terus menerus tanpa berhenti. Sehingga memerlukan latihan yang cukup lama dan begitu melelahkan. Pada saat pertunjukan, pemusik akan saling berinteraksi juga antar sesama pemusik di lapangan dalam melakukan pergantian strukturnya, ada tanda-tandanya dalam musiknya. Karena musik dalam tari Galombang ini sangat penting, sebab alur tari ini mengikuti alur musik.

3.6.3 Penonton

Penonton dalam setiap pertunjukan tari Galombang di setiap perkawinan masyarakat Minangkabau merupakan para tamu undangan yang menghadiri perkawinan tersebut. Akan tetapi acara yang dilaksanakan di rumah dengan membuat panggung di luar rumah juga menjadi sebuah tontonan juga bagi masyarakat yang melewati daerah tersebut. Universitas Sumatera Utara 59

3.7 Perlengkapan Pertunjukan

Sebelum dimulainya pertunjukan tari Galombang, ada beberapa perlengkapan yang perlu dipersiapkan. Dimana perlengkapan yang dipersiapkan nantinya akan mendukung jalannya pertunjukan, serta dapat menambah daya tarik pertunjukannya. Persiapan harus maksimal dalam penyusunan dan penataannya, agar dapat menghasilkan pertunjukan yang terbaik. Perlengkapan dalam pertunjukan tari Galombang ini tidak menggunankan properti, hanya memerlukan lapangan, serta alat musik yang digunakan dalam kebutuhannya. Antara perlengkapan ini saling melengkapi. Segala perlengkapan ini harus diperhatikan dengan teliti, agar dapat berjalan lancar nantinya.

3.7.1 Lapangan

Lapangan untuk pertunjukan tari Galombang ini biasanya berupa area jalan yang dikosongkan, karena tari ini bersifat pada penyambutan jalannya marapulai ke rumah anak daro, dan selalu di lakukan di luar ruangan. Dari penelitian, luas lapangannya tergantung pada area jalan di daerah rumah anak daro yang disediakan. Hal ini karena acara dilakukan di rumah anak daro. Luas jalan yang disediakan dapat memposisikan penari sebanyak 9 penari dan 7 pemusik. Sepanjang area jalan tersebut biasanya sudah diminta ijin oleh pihak anak daro kepada kepala daerah dan masyarakat setempat didaerah tersebut. Disepanjang jalan yang digunakan itu biasanya ditandai dengan papan bunga yang dijajarkan. Universitas Sumatera Utara 60 Gambar 3.8: Area Jalan yang Digunakan Dokumentasi Reny Yulyati, 2013 3.7.2 Alat Musik yang Digunakan 3.7.2.1 Tasa Alat musik tasa ini merupakan alat musik membranophone, yang berfungsi sebagai pembawa tempo yang paling penting. Dibuat dari kayu yang keras biasanya dari batang nangka yang dibentuk seperti kuali, dan dibagian atasnya ditutup dengan kulit kambing. Dimainkan oleh 1 orang pemain dengan alat pukul, dimana alat pukul ini berupa sejenis rotan sebesar jari kelingking. Rotan tersebut dipegang dengan kedua masing-masing tangan yakni tangan kanan dan tangan kiri. Tasa ini dikaitkan dengan tali untuk dapat digantungkan pada leher belakang pemain. Tasa ini bisa dikatakan mirip dengan rebana, namun bedanya dapat dilihat dari bentuk dan cara memainkannya. Kalau rebana dimainkan dengan cara dipegang dan Universitas Sumatera Utara 61 dipukul dengan 1 tangan tanpa alat, beda lain hal dengan tasa di gantungkan di leher belakang dengan menggunakan tali dan dimainkan dengan kedua tangan menggunakan alat. Sama halnya dengan bentuknya yang dibuat, tasa ini tidak mempunyai lobang dibawahnya, selayaknya bentuk kuali, sedangkan rebana mempunyai lobang dibagian tengah badannya. Gambar 3.9 Tasa dan Cara Memainkannya Dokumentasi Reny Yulyati, 2013

3.7.2.2 Gandang Tambua

Alat musik ini termasuk dalam klasifikasi membranophone, tergolong dalam barreldrums gendang berbentuk silinder dua sisi. Gandang ini berfungsi sebagai pembawa ritem dasar untuk tarian. Dimainkan oleh 2 orang atau lebih, tapi dalam sanggar Tigo Sapilin hanya menggunakan 2 gandang. Dalam mengiringi tari Galombang, gandang ini dimainkan dengan cara berdiri, digantungkan disekitaran leher sampai dibagian bawah lengan. Serta dimainkan dengan alat pukul oleh kedua Universitas Sumatera Utara 62 tangan, alat pukulnya dililit dengan karet agar suara yang dihasilkan lebih terdengar nyaring. Biasanya gandang ini terbuat dari kayu cempedak, rotan dan paku. Bagian penutup kedua sisinya di tutupi dengan kulit kambing. Berukuran ±60cm, garis tengahnya 55 – 60cm. Dibagian tengah badannya diberi lubang kecil, dimana lubang kecil ini berfungsi untuk dapat menghasilkan suara yang lebih nyaring oleh adanya pukulan stik ke gedangnya. Gambar 3.10: Gandang Tambua Dokumentasi Reny Yulyati, 2013 Universitas Sumatera Utara 63 Gambar 3.11: Cara Memainkan Gandang Tambua Dokumentasi Reny Yulyati, 2013

3.7.2.3 Puput Serunai

Alat musik tiup tradisional Minangkabau ini masuk dalam klasifikasi aerophone yang berfungsi sebagai pembawa melodi yang dikembangkan improvisasi. Dimainkan oleh satu orang. Lagu yang dimainkan bukan berupa lagu, melainkan berupa nada-nada bernuansa Minang. Alat musik ini terbuat dari batang padi, sejenis kayu atau bambu, tanduk kerbau. Untuk bagian atasnya terbuat dari kayu yang keras dan dibagian dalamnya lunak, sehingga mudah dilubangi. Panjangnya ±20cm dan diberi 4 lobang. Sedangkan untuk bagian yang ditiup terbuat dari bambu atau batang padi tua. Kemudian pada bagian corongnya terbuat dari kayu atau tanduk kerbau yang Universitas Sumatera Utara 64 berbentuk lancip sepanjang 10 - 12cm. Bentuknya yang mengembang berfungsi untuk menguatkan atau memperbesar suara. Gambar3.12: Puput Serunai Dokumentasi Reny Yulyati, 2013 Universitas Sumatera Utara 65 Gambar 3.13: Cara Memainkan Puput Serunai Dokumentasi Reny Yulyati, 2013

3.7.2.4 Talempong Pacik

Alat musik ini berjenis gong chime gong bernada dengan klasifikasi idiophone, dimana suaranya berasal dari badannya sendiri. Terdiri dari 5 buah yang berfungsi sebagai pembawa melodi dan ritem interloking. Dimainkan oleh 3 orang. Satu orang memegang 1 gong penganak dengan nada sol, satu orang memegang 2 gong dasar dengan nada re dan fa, dan satu orang memegang 2 gong peningkah dengan nada do dan mi. Universitas Sumatera Utara 66 Dimainkan dengan cara berdiri dan dipegang dengan tangan kiri, dan tangan kanan memegang stik yang terbuat dari kayu kira-kira sepanjang 10 – 15cm. Pada ujung stiknya dililitkan karet yang akan dipukulkan ke pencu talempong tersebut untuk menghasilkan suara yang diinginkan. Talempong ini dipukul dengan cara bergantian sesuai tempo musik. Gambar 3.14: Talempong Dokumentasi Reny Yulyati, 2013 Universitas Sumatera Utara 67 Gambar 3.15: Cara Memainkan Talermpong Pacik Dokumentasi Reny Yulyati, 2013 Universitas Sumatera Utara 57 BAB IV STRUKTUR TARI GALOMBANG, MUSIK IRINGAN, FUNGSI, DAN HUBUNGANNYA

4.1 Struktur Tari Galombang

Menurut Tengku Luckman Sinar 1986:5 tari adalah segala gerak yang berirama atau segala gerak yang dimaksudkan untuk menyatakan keindahan ataupun kedua-duanya. Medium tari adalah gerak, dan alat yang digerakkan adalah tubuh, yakni gerak tubuh yang telah diberi bentuk espresif dan estetis. Penyusunan gerak dalam seni tari, gerak dari masing-masing penari maupun dari kelompok penari bersama, ditambah dengan penyesuaian dengan ruang, sinar, warna, dan seni sastranya, kesemuanya merupakan suatu pengorganisasian seni tari yang disebut koreografi Djelantik, 1990:23. Dimana koreografi ini memiliki ciri- ciri khas tertentu dari bentuk tarian yang dapat dilihat dan dinikmati oleh pelakunya dan penontonnya. Hal ini berarti gerakan-gerakan yang terbentuk dalam tari adalah terstruktur ataupun terpola di dalam aturan-aturan adat dan nilai keindahan setempat yang dilakukan secara simbolis serta memiliki makna-makna tersendiri. Dimana kata struktur disini adalah bagian-bagian yang melengkapi tari Galombang dalam pertunjukannya saling berhubungan satu dengan yang lain, ataupun tahapan- tahapannya. Teori struktur tari yaitu teori yang bertujuan mendeskripsikan struktur tari berdasar : motif, tenaga, dan struktur. Struktur disusun pula oleh gerakan: badan, waktu, dan dinamika Hutchinson, 1977:112-113. Universitas Sumatera Utara 58 Dalam struktur penyajiannya seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, tari Galombang ini dipertunjukkan pada awal acara, memakai 6 orang penari, yang gerakannya diambil dari gerakan-gerakan magek ataupun bungo silek yakni gerakan variatif yang bersumber dari gerakan pencak silat Minangkabau yang bersifat cekatan dan tegas. Dimana tari Galombang ini memiliki gerakan-gerakan yang terpola dan disusun dalam bagian-bagian ragamnya, serta diatur dalam susunan pola lantai yang dibuat.

4.1.1 Ragam dan Pola Gerak

Ragam gerak berarti motif gerakan-gerakan yang tersusun dalam unsur kreatifitas garapan gerak tari. Dalam wawancara dengan ibu Sri Wahyuni selaku penari tari Galombang, mengungkapkan bahwa tari Galombang terdapat 4 ragam setelah gerakan silek yang ditampilkan penari laki-laki yang dimana tidak mempunyai pola gerak tersendiri seperti ragam gerak lainnya. Empat ragam gerak sebagai gerak dasar dalam susunan gerakan tari Galombang, yaitu: 1 sambah, yang berarti gerakan penghormatan; 2 lapiah jaramih, gerakan menolak kejahatan; 3 simpia, gerakan yang berupa petikan jari; dan 4 galatiak, gerakan menyuguhkan sirih. Pola gerakan yang dimaksud disini adalah gerakan-gerakan yang terkandung dalam tiap-tiap ragam yang terbentuk. Ragam dan pola sangat berhubungan, yakni bagaimana bagian-bagian dari gerakan tari saling berhubungan sehingga disatukan dan adanya bentuk atau model suatu set peraturan yang bisa dipakai untuk membuat atau menghasilkan suatu tari. Dari 4 ragam gerakan yang disusun dalam tari Galombang yang disebutkan di atas tadi, tiap-tiap ragam memiliki susunan pola-pola gerakan yang terkandung di Universitas Sumatera Utara 59 dalamnya dan selebihnya dibuat adanya pengembangan gerak yang dikreasikan. Pola gerak tarian ini selengkapnya lihat pada Tabel 4.1.

4.1.2 Pola Lantai

Pola lantai mengacu pada lima ragam yang ada pada tari Galombang. Pola lantai ini berdasarkan pengamatan lapangan terdiri dari pola-pola sebagai berikut: 1 Pola lantai silek, tiga penari laki-laki melakukan gerak silek sebagai gerak pembuka, sedangkan ke-6 penari perempuan berdiri sejajar dibelakang penari laki- laki dengan pose tangan menyembah sampai gerakan silek penari laki-laki selesai. Setelah selesai silek, penari laki-laki mundur ke belakang barisan penari perempuan. 2 Pola lantai sambah, setelah penari laki-laki kembali ke barisan belakang bersama pembawa carano, mulailah masuk musik dan penari perempuan pun mulai menari. Dimana dalam gerak ragam pertama yakni gerak sambah, posisi penari ada 3 penari yang berpola tegak dan 3 lagi nya jongkok secara berselang-seling. 3 Pola lantai jaramiah, dalam ragam ini, pola lantai penari dalam posisi sejajar horizontal. Dengan demikian pola lantainya membentuk garis lurus bersaf. 4 Pola lantai sampia. Dari pola lantai ragam ke-3, penari maju berpasangan sesuai keseragaman warna baju, membuka jalan, membentuk seperti pagar. kalau diabstraksikan adalah membentuk garis-garis lurus berbanjar. 5 Pola lantai galitiak, dari pola lantai ragam ke-4, pasangan penari di depan membuka jalan untuk pasangan di belakang maju, sehingga pasangan paling depan mengambil posisi ke belakang dengan cara mundur. Bagian ragam ini mengalami perulangan 2 kali. Selengkapnya bentuk poal lantai tarian ini lihat pada Tabel 4.2. Universitas Sumatera Utara 60 Tabel 4.1: Ragam dan Pola Gerak Ragam Gambar Pola gerak Hitungan Sambah 1. Posisi badan: mengarah ke depan dan membungkuk. Posisi kaki: jongkok dengan letak kaki kanan kedepan dan kaki kiki kiri ditekuk ke belakang. Posisi tangan: kedua disokongkan ke depan, dengan ujung jari pada lantai Pandangan: menghadap ke bawah 1 x 4 Universitas Sumatera Utara 61 2. tampak depan tampak samping Posisi badan : agak menyerong ke kanan. Posisi kaki: tetap jongkok Posisi tangan: tangan kanan di letakkan di belakang kepala dengan posisi jari dirapatkan, sedangkan tangan kiri di letakkan di kening dengan posisi jari di rapatkan juga. Pandangan: menghadap ke bawah 1 x 4 Universitas Sumatera Utara 62 3. Posisi badan: tegak lurus Posisi kaki: tetap jongkok Posisi tangan: tangan kanan masih tetap di belakang kepala, dan tangan kiri di angkat ke depan muka dengan posisi telapak tangan ke atas menghadap kedepan. Pandangan: menghadap ke atas dengan pandangan mengarah telapak tangan kiri. 1 x 4 Universitas Sumatera Utara 63 4. Posisi badan: tegak Posisi kaki: masih tetap jongkok Posisi tangan: tangan kanan dan tangan kiri disatukan. Pandangan: menghadap ke depan 1 x 4 Universitas Sumatera Utara 64 Lapiah Jaramiah 1. tampak depan tampak samping Posisi badan: menghadap samping kanan. Posisi kaki: bersilang, kaki kanan di depan kaki kiri, dengan lutut agak di tekuk. Posisi tangan: kedua telapak tangan bertemu melakukan 1 tepukan tepat di depan dada, dengan posisi ujung jari kedepan, dan posisi lengan membuka ketiak. Pandangan: mengarah ke depan arah badan. 1 x 1 2. tampak depan tampak samping Posisi badan: seperti gambar gerak ke-1 Posisi kaki: kaki kiri lurus maju ke depan, kaki kanan tetap di tempat dan tetap ditekuk. Posisi tangan: direntangkan, tangan kanan di belakang, tangan kiri di depan, dengan posisi kedua telapak tangan dibuka. Pandangan: menghadap ketelapak tangan kiri. 1 x 1 Universitas Sumatera Utara 65 3. tampak depan tampak samping Posisi badan: masih seperti gerak ke-1 dan ke-2. Posisi kaki: kaki kanan maju ditempatkan di depan kaki kiri, dan keduanya ditekuk. Posisi tangan: ayunkan tangan kanan kedepan melewati bagian bawah tangan kiri dan bawa ke arah pinggang kanan dengan posisi telapak tangan terbuka ke atas, tangan kiri teteap di tempat semula. Pandangan: tetap menghadap telapak tangan kiri. 1 x 1 4. -proses tampak depan tampak samping -menuju -proses Posisi badan: tetap seperti gerakan ke-1. Posisi kaki: tetap seperti gambar ke-3 Posisi tangan: ayunkan tangan kanan dengan proses naikkan dulu lalu tetap ayunkan kedepan, tangan kanan tetap Pandangan: tetap 1 x 1 Universitas Sumatera Utara 66 tampak depan tampak samping -menuju Posisi badan: tetap Posisi kaki: jadi berubah, kaki kiri maju lurus ke depan, dan kaki kanan tetap ditekuk di belakang kaki kiri. Posisi tangan: dari proses di atas, posisi tangan kanan kembali ke pinggang, tapi posisi telapak tangan menjadi terbuka kebawah, dan telapak tangan kiri jadi menghap ke dalam. Pandangan: ke depan 5. -proses -proses Posisi badan : menyerong ke kiri Posisi kaki : kaki kanan maju Posisi tangan : ayunkan tangan kiri melewati belakang telinga Pandangan : ke depan 1 x 1 Universitas Sumatera Utara 67 -menuju tampak depan tampak samping -menuju Posisi badan: tetap Posisi kaki: tetap Posisi tangan: dari proses tadi tangan kanan di ayun sampai ke depan, dengan posisi telapak tangan terbuka ke depan secara vertikal, tangan kiri tetap pada posisi Pandangan: tetap ke depan 6. tampak depan tampak samping Posisi badan: putar balik kea rah kiri, agak menyerong ke depan Posisi kaki: kaki kanan di tekuk dan menjadi tumpuan berat badan, kaki kiri di luruskan ke belakang. Posisi tangan: tangan kanan menusuk ke atas, tangan kiri di tarik ke depan dada dengan posisi telapak tangan memuka ke depan horizontal. Pandangan: ke depan 1 x 1 Universitas Sumatera Utara 68 7. tampak depan tampak samping Posisi badan: seperti gerakan ke-6 Posisi kaki: menyilang, kaki kanan di depan kaki kiri, dan keduanya ditekuk. Posisi tangan: tarik kedua tangan melewati bagian ke dua samping pipi secara bersamaan. Pandangan: searah dengan arah depan badan. 1 x 1 8. tampak depan tampak samping Posisi badan: putar balik ke arah kanan, dengan keadaan tegap Posisi kaki: kaki kiri ditekuk dengan posisi telapak kaki jinjit, dan kaki kanan di samping kaki kiri dengan lutut sedikit saja di tekuk. Pandangan: menghadap ke depan. 1 x 1 Universitas Sumatera Utara 69 Simpiah 1. Posisi badan: berdiri, mengarah serong ke kiri. Posisi kaki: bersilang dan lutut agak ditekuk, dengan kaki kanan maju ke depan dan kaki kiri di belakang kaki kanan,berat badan bertumpu pada kaki kiri. Posisi tangan: tangan kanan di tekuk ke samping pinggang kanan, dan tangan kiri di julurkan lurus ke depan hadapan badan, dengan posisi kedua jari dipetik. Pandangan: searah dengan badan dan tangan kiri, menyerong ke kiri. 1 x 1 2. Posisi badan : masih seperti posisi gerakan ke-1. Posisi kaki : masih seperti posisi kaki pada gerakan ke-1, tetapi bedanya posisi lutut diluruskan, dan berat badan bertumpu pada kaki kanan. Posisi tangan: masih sama seperti gerakan yang ke-1, Pandangan : masih sama seperti gerakan ke-1, menyerong ke kiri. 1 x 1 Universitas Sumatera Utara 70 3. Posisi badan: masih sama seperti posisi gerakan ke-1 dan ke-2. Posisi kaki: sama seperti gerakan ke-2 Posisi tangan: gantian dengan gerakan ke-2, tangan kanan di julurkan lurus ke depan hadapan badan, sedangkan tangan kiri di tekuk ke samping pinggang kiri, dengan posisi kedua jari masih tetap dipetik. Pandangan: masih sama seperti gerakan ke-1 dan ke-2 1 x 1 4. Posisi badan: berdiri, mengarah ke depan. Posisi kaki: kaki kanan ditekuk, dan kaki kiri lurus. Posisi tangan: tangan kanan di tekuk ke sebelah pinggang kanan, tangan kiri di luruskan ke depan, dengan posisi jari ke dua tangan di petik. Pandangan: ke depan 1 x 1 Universitas Sumatera Utara 71 5. Posisi badan: menyerong ke kanan. Posisi kaki: bersilang dan lutut agak ditekuk, dengan kaki kiri maju ke depan dan kaki kanan di belakang kaki kiri,berat badan bertumpu pada kaki kanan. Posisi tangan: tangan kiri di tekuk ke samping pinggang kiri, dan tangan tangan di julurkan lurus ke depan hadapan badan, dengan posisi kedua jari dipetik. Pandangan: searah dengan badan dan tangan kanan, menyerong ke kanan. 1 x 1 6. Posisi badan: masih seperti posisi gerakan ke-5. Posisi kaki: masih seperti posisi kaki pada gerakan ke-5, tetapi bedanya posisi lutut diluruskan, dan berat badan bertumpu pada kaki kiri. Posisi tangan: masih sama seperti gerakan yang ke-5, Pandangan: masih sama seperti gerakan ke-5, menyerong ke kanan. 1 x 1 Universitas Sumatera Utara 72 7. Posisi badan: masih sama seperti posisi gerakan ke-5 dan ke-6. Posisi kaki: sama seperti gerakan ke-6 Posisi tangan: gantian dengan gerakan ke-6, tangan kiri di julurkan lurus ke depan hadapan badan, sedangkan tangan kanan di tekuk ke samping pinggang kanan, dengan posisi kedua jari masih tetap dipetik. Pandangan: masih sama seperti gerakan ke-5 dan ke-6. 1 x 1 8. Posisi badan: berdiri, mengarah ke depan. Posisi kaki: kaki kiri ditekuk, dan kaki kanan lurus. Posisi tangan: tangan kiri di tekuk ke sebelah pinggang kiri, tangan kanan di luruskan ke depan, dengan posisi jari ke dua tangan di petik. Pandangan: ke depan 1 x 1 Universitas Sumatera Utara 73 Galatiak 1. Posisi badan: menghadap ke samping kiri Posisi kaki: mengangkang, kaki kiri dengan kaki kanan dibuka lebar sejajar dengan bahu. Posisi tangan: tangan kanan dan tangan kiri di ayunkan ke depan searah badan, dengan posisi jari kedua tangan saling di petik. Pandangan: mengikuti arah ayunan ke dua tangan. 1 x 1 2. Posisi badan: menyerong ke kiri Posisi kaki: ujung kaki kanan lurus mengarah ke depan, dan ujung kaki kiri menyerong kea rah kiri sesuai badan, ditekuk, dan menjadi tumpuan badan. Posisi tangan: tangan kanan dan tangan kiri di ayunkan ke depan searah badan sama seperti gerakan ke -1,namun tangan kiri tidak sama panjangnya dengan tangan kanan,tangan kiri hanya diayun sampai di samping pinggang kiri, dengan posisi jari kedua tangan tetap saling di petik Pandangan: mengikuti arah ayunan ke dua tangan 1 x 1 Universitas Sumatera Utara 74 3. Posisi badan: menghadap ke samping kanan Posisi kaki: mengangkang, kaki kiri dengan kaki kanan di buka lebar sejajar dengan bahu. Posisi tangan: tangan kanan dan tangan kiri di ayunkan ke depan searah badan, dengan posisi jari kedua tangan saling di petik. Pandangan: mengikuti arah ayunan ke dua tangan. 1 x 1 4. Posisi badan: menyerong ke kanan Posisi kaki: ujung kaki kiri lurus mengarah ke depan, dan ujung kaki kanan menyerong ke arah kanan sesuai badan, di tekuk, dan menjadi tumpuan badan. Posisi tangan: tangan kanan dan tangan kiri di ayunkan, namun tangan kanan hanya diayun sampai di samping pinggang kanan, tangan kanan sampai menyerong kiri,dengan posisi jari kedua tangan tetap saling di petik. Pandangan: mengikuti arah ayunan ke dua tangan 1 x 1 Bagian ragam ini mengalami 2 kali perulangan, jadi jumlah hitungannya 8. Universitas Sumatera Utara 75 Tabel 4.2 Pola lantai mengacu pada pola lantai yang ada pada tari Galombang Nama ragam Pola lantai Gambar Keterangan Silek 3 penari laki-laki melakukan gerak silek sebagai gerak pembuka, sedangkan ke-6 penari perempuan berdiri sejajar dibelakang penari laki-laki dengan pose tangan menyembah sampai gerakan silek penari laki-laki selesai. Setelah selesai silek, penari laki-laki mundur ke belakang barisan penari perempuan. Sambah Setelah penari laki-laki kembali ke barisan belakang bersama pembawa carano, mulailah masuk musik dan penari perempuan pun mulai menari. Dimana dalam gerak ragam pertama yakni gerak sambah, posisi penari ada 3 penari yang berpola tegak dan 3 lagi nya jongkok secara berselang-seling. : tanda bahwa penari jongkok. Universitas Sumatera Utara 76 Lapiah jaramih Dalam ragam ini, pola lantai penari dalam posisi sejajar horizontal. Simpia Dari pola lantai ragam ke-3, penari maju berpasangan sesuai keseragaman warna baju, membuka jalan, membentuk seperti pagar. Universitas Sumatera Utara 77 Galatiak Dari pola lantai ragam ke-4, pasangan penari di depan membuka jalan untuk pasangan di belakang maju, sehingga pasangan paling depan mengambil posisi ke belakang dengan cara mundur. Bagian ragam ini mengalami perulangan 2 kali. Keterangan : : penari perempuan : penari laki-laki : anak daro Universitas Sumatera Utara 78

4.1.3 Kostum dan Tata Rias

Kostum tata pakaian dan tata rias yang tepat berguna memperjelas sesuai dengan tema tari yang disajikan dan akan dinikmati oleh penonton Soetedjo, 1983:4 dalam Laporan Penelitian ASKI oleh Risnawati. Persiapan kostum dan tata rias yang digunakan sangat diperlukan oleh penari dan pemusik untuk mendukung pertunjukan yang mereka sajikan di lapangan. Dari hasil pengamatan di lapangan yang penulis lakukan dan wawancara dengan ibu Riza, selaku pengelola dan penari juga di sanggar Tigo Sapilin sekarang ini untuk kostum tari Galombang memiliki lumayan banyak kostum, jadi tiap pemilihan pemakaian tiap pertunjukan disesuaikan berdasarkan kesepakatan bersama. Walaupun tidak begitu lengkap inventaris kostum dan aksesoris, namun para anggota sanggar berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam setiap penampilannya. Kostum yang mereka miliki walau tidak didatangkan dari tempat asalnya, tetapi dibuat menyerupai dengan yang ada di Minangkabau sehingga tidak mengurangi ciri khasnya. Seperti yang dikemukakan oleh Soedarsono dalam Laporan Penelitian ASKI oleh Risnawati, bahwa tari-tarian tradisional yang harus dipertahankan adalah desainnya dan warna simbolisnya. Warna kostum tersebutnya pada dasarnya berwarna hitam, merah, dan kuning, seperti warna khasnya orang Minangkabau, dimana warna hitam sendiri memiliki simbol kebijaksanaan, merah memiliki simbol keberanian, sedangkan warna kuning memiliki simbol kesan keagungan dan penuh kegembiraan. Akan tetapi pada perkembangan sekarang kostum dikreasikan di tambah dengan warna biru dan merah muda, agar nampak lebih banyak warna dan indah dalam penyajiannya. Universitas Sumatera Utara 79

4.1.3.1 Kostum dan Properti

Adapun kostum yang dikenakan saat penyajian tari Galombang, yaitu kostum penari perempuan, dan kostum penari laki-laki. Kostum ini juga adalah kostum adat Minangkabau. Namun penggunaannya cenderung untuk seni pertunjukan dalam hal ini.

4.1.3.1.1 Kostum dan Asesoris Penari Perempuan

Berdasarkan pengamatan lapangan dan keterlibatan penulis sebagai penari tarian Galombang selama ini, maka paling tidak ada 7 perlengkapan seorang penari perempuan,, termasuk di dalamnya busana kostum dan asesori. Ketujuhnya adalah: baju kuruang, kain saruang, teratai, bending, tengkuluk, magek, dan anting. Selengkapnya dideskripsikan sebagai berikut. 1. Baju kuruang baju kurung, selayaknya busana tradisional Minangkabau, berlengan panjang, longgar, tanpa saku, dan ada yg berwarna hitam, merah, kuning, dan biru. Lengan yang longgar melambangkan sifat yang ringan tangan dalam membantu kesukaran orang lain. Baju kuruang yang dihiasi dengan benang emas dan tepi bawahnya diberi minsai bermakna bahwa seorang wanita Minangkabau harus mematuhi batas-batas adat dan tidak boleh melanggarnya. 2. Kain saruang, kain ini merupakan rok panjang yang longgar juga. Biasanya warnanya disesuaikan dengan warna baju kuruang yang dikenakan. Sarung ini untuk menutup bagian tertentu sehingga sopan dan tertib dipandang mata. Susunan belahannya ada yg berbelah di belakang dan ada yang berbelah disamping. Universitas Sumatera Utara 80 3. Teratai, ini merupakan hiasan pada bahu. Berwarna hitam, dan diberi manik-manik hiasan berwarna emas. Jika tidak mengenakan teratai ini, biasanya diganti dengan menggenakan kalung yang ukuran lingkarnya seleher. Sehingga ketika kalung itu dikenakan akan terlihat seakan-akan mencekik leher. Makna yang terkandung dalam kalung tersebut adalah bahwa orang hidup mesti disiplin. 4. Bending atau ikat pinggang, pada bagian pinggang diikatkan kain atau bending, dimana kain ini ada yang berwarna merah dan ada yang berwarna hitam. Ikat pinggang ini biasanya di beri tambahan bending yang merupakan bahan kaleng yang berwarna emas, ini dibuat agar lebih terlihat indah. 5. Tengkuluk, yaitu hiasan kepala yang berbentuk seperti tanduk runcing dan bercabang, yang berumai benang warna emas. Tengkuluk dari perlengkapan ini bermakna kepemilikan rumah gadang. 6. Magek, merupakan hiasan kepala juga yang terbuat dari hiasan kain sejenis sarung yang dibentuk seperti bunga pada bagian depannya. 7. Anting, adalah bagian telinga diberi hiasan berupa anting. Biasanya bentuk anting yang dikenakan adalah bentuk bunga. Ketujuh unsur busana dan properti bagi penari Galombang itu dapat dilihat tampilan visualnya pada gambar-gambar berikut ini. Universitas Sumatera Utara 81 Tengkuluk Anting Magek Baju Kuruang kain sarung teratai bending Gambar 4.1: Kostum dan Properti Penari Perempuan untuk Tari Galombang Dokumentasi: Reny Yulyati, 2013

4.1.3.1.2 Kostum dan Asesori Penari Laki-laki

Untuk penari laki kostum dan asesorinya adalah terdiri dari: baju guntiang Cino, sarawa galembong, deta sabang-sabang, cawek, dan kain songket. Kelima unsure kostum dan asesori penari laki-laki untuk tari Galombang Minangkabau ini dideskripsikan sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara 82 1. Guntiang Cino, bentuknya selayaknya baju tradisional Minangkabau berwarna biru, berlengan panjang dan longgar. Lengan longgar melambangkan sifat orang Minangkabau yang ringan tangan dalam membantu kesukaran orang lain. 2. Sarawa galembong, yang merupakan celana panjang hitam dan longgar, yang melambangkan kemampuan dalam mengambil lankah yang bijaksana. 3. Deta sabang-sabang, merupakan kat kepala, yang terbuat dari kain batik yang dilipat segitiga kemudian dilipat rata ke atas dengan bentuk segitiganya ditengah dilajurkan ke depan lalu diikat ke kepala. 4. Cawek atau cawat, yaitu kain yang dililitkan ke pinggang, dengan kata lain ikat pinggang. Melambangkan kekukuhan, kekuatan, atau pegangan yang dapat menyatukan kaum masyarakat. 5. Songket, kain songket yang di kenakan pada bagian pinggul. Kain ini hanya tambahan sebagai kreasi. Tampilan visual untuk kostum dan asesori penari Galombang laki-laki adalah seperti pada gambar berikut ini. Universitas Sumatera Utara 83 Guntiang Cino Deta Sabang-sabang Songket Sarawa Galembong Cawek Gambar 4.2: Kostum dan Properti Penari Laki-laki untuk Tari Galombang Dokumentasi: Reny Yulyati, 2013 Universitas Sumatera Utara 84

4.1.3.2 Tata Rias

Sesuai dengan pendapat Soetedjo 1983:4 dalam Laporan Penelitian ASKI oleh Risnawati tadi bahwa tata rias yang tepat juga berguna memperjelas sesuai tema tari yang disajikan dan akan dinikmati penonton. Persiapan tata rias yang digunakan juga sangat diperlukan oleh penari dan pemusik untuk mendukung pertunjukan yang mereka sajikan di lapangan. Begitu pula pada pertunjukan tari Galombang ini, dalam persiapannya penari harus memperhatikan tata rias mereka. Biasanya yang menjadi tata rias mereka lebih dipercayakan mereka pada diri mereka masing-masing. Mereka tidak perlu ke salon, karena menurut ibu Riza yang namanya penari harus bisa merias diri sendiri. Akan tetapi warna make up dan segala perlengkapannya disesuaikan dengan kesepakatan bersama agar seragam. Tata rias ini terbagi 2, yaitu sebagai berikut. a Tata rias wajah atau make-up, biasanya dalam keseragamannya, tiap-tiap pasangan dalam kesemaan pakaiannya warna make-upnya disesuaikan dengan kecocokan warna pakaian yang dikenakannya. Dalam tata rias wajah yang digunakan ada foundation alas bedak, bedak, eye shadow, shading, blush on, celak, bulu mata palsu, lipstick. Foundation yang digunakan penari adalah foundation yang bisa tahan lama. Bergerak banyak dan terkena sinar matahari akan menghasilkan keringat yang berlebihan, agar polesan make-up tidak luntur makanya menggunakan foundation yang tahan lama. Bedak yang dipilih penari untuk digunakan biasanya warna bedak yang masuk dengan warna kulit. Eye shadow yang digunakan biasanya ada 3 tingkatan warna, pada tingkat pertama warna yang dipilih adalah warna yang serupa dengan warna pakaian yang dikenakan. Misalnya, jika pakaian yang digunakan adalah warna Universitas Sumatera Utara 85 merah, maka warna eye shadow tingkat pertamanya digunakan warna merah. Jika warna pakaian yang digunakan warna kuning, maka eye shadow tingkat pertamanya digunakan warna kuning pula, begitu seterusnya. Pada eye shadow tingkat kedua biasanya menggunakan warna gelap, seperti hitam dan coklat, posisi ini dibuat di bagian sudut mata agar nampak pertegasan pada mata. Tingkat ke-3 atau paling atas di buat warna putih. Setelah 3 tingkatan tersebut ditempelkan bulu mata palsu agar terlihat lebih indah. Shading yang digunakan untuk penegasan pada hidung, dan blush on digunakan untik penegasan pada bagian pipi. Sedangkan celak digunakan untuk penegasan pada alis mata. Begitu juga pada bibir, dalam penegasannya digunakan lipstick yang berwarna merah. Tatanan make up pada penari laki-laki lebih sederhana daripada penari perempuan. Pada penari laki-laki hanya menggunakan foundation, bedak, dan celak pada alis dan lingkar mata bawah sebagai penajaman mata. b Tata rias rambut, pada penataan rambut, masing-masing penari mengikat rambutnya menjadi satu. Setelah diikat dipasangkan sanggul, dan diberi pernak- pernik hiasan seperti bunga dan sunting agar terlihat indah. Kemudian tiap pasangan penari mengenakan tengkuluk ataupun magek. Aspek gerak, ragam tarian, pola gerak, pola lantai, pakaian dan asesori untuk para penari tarian Galombnag ini menjadi bahagian yang integral dalam konteks penyajiannya di dalam upacara perkawinan adat Minangkabau, termasuk di Kota Medan. Unsur-unsur tarian ini harus disadari dan difahami oleh setiap penari tarian ini. apalagi jika ia seorang penari profesional. Namun demikian, selain aspek tarian, yang juga penting adalah aspek musik pengiring, seperti uraoan berikut. Universitas Sumatera Utara 86 4.2 Struktur Musik Iringan 4.2.1 Analisis Musik Menurut Nettl, 1964:98 ada dua pendekatan berkenaan dengan pendeskripsian musik yaitu: 1 kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis apa yang kita dengar; 2 kita dapat menuliskan berbagai cara keatas kertas dan mendeskripsikan apa yang kita lihat. Dari dua hal di atas untuk memvisualisasikan musik iringan tari Galombang, penulis melakukan transkripsi agar lebih muda menganalisisnya terutama tangga nada, motif, kadensa, dan lain-lain. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat membantu kita untuk mengkomunikasikan kepada pihak lain tentang apa yang kita pikirkan dari apa yang kita dengar. Dalam pentranskripsian, penulis menggunakan notasi Barat untuk memperlihatkan bunyi musikal yang terdengar. Sebagaimana dikatakan oleh Nettl, 1964:94 yang mengutip pendapat Seegers tentang penulisan notasi musik bahwa notasi musik terdiri dari dua bagian yaitu notasi deskriptif dan notasi preskriptif. Lebih lanjut dikatakan bahwa notasi deskriptif ialah notasi yang menggambarkan secara terperinci aspek-aspek musikal yang terdapat pada musik. Sedangkan notasi preskriptif hanya menuliskan bagian-bagian yang dianggap menonjol dalam suatu musik tanpa harus menuliskan secara lengkap hal-hal yang ada dalam musik. Oleh karena itu, dalam skripsi ini penulis menggunakan pendekatan yang pertama yaitu notasi deskriptif. Salah satu dari notasi deskriptif adalah penggunaan notasi balok. Hal ini didukung oleh keberadaannya yang dianggap secara efektif dalam pentranskripsian. Demikian pula tinggi rendahnya nada, simbol-simbol nada pada garis paranada, durasi, ritmis, dan lain-lain. Alasan dalam Universitas Sumatera Utara 87 hal ini dikarenakan notasi Barat dapat mewakili nada-nada yang terdapat dalam musik iringan tarian ini, dan juga sering digunakan dalam penulisan suatu musik. Musik dalam pertunjukan tari Galombang pada perkawinan masyarakat Minangkabau di Kota Medan hanya sebagai musik pengiring. Keberadaan musik iringan dalam tari Galombang merupakan hal yang berkaitan, dimana tari ini mengikuti musik. Iringan musik menjadi pembentuk suasana, dan untuk memperjelas tekanan-tekanan gerakan begitu juga pergantian ragam dan pola-pola gerakan yang ada. Dalam mengiringi tari Galombang, lagu yang dimainkan bernama lagu Tigo Duo. Ada 3 struktur musik iringan yang baku digunakan. Pertama musik pembuka, yaitu menggunakan 2 alat musik, yakni tasa dan gandang tambua. Kedua alat musik ini saling bersahut-sahutan. Kedua adalah musik Galombang, menggunakan 4 alat musik, yakni tasa sebagai peningkah atau bisa dikatakan sebagai pengisi, gandang tambua sebagai pembawa ritem dasar untuk tarian, talempong pacik sebagai pembawa melodi dan ritem interloking, dan puput serunai sebagai pembawa melodi yang dikembangkan improvisasi. Yang ketiga musik penutup, yang juga menggunakan ke-4 alat musik tadi yaitu tasa, gandang tambua, talempong pacik, dan serunai. Pada ke-4 alat musik ini yang menjadi pembawa tempo yang paling penting dalam pembuka dan penutup musik adalah tasa. Dalam menganalisa struktur musik pengiring tari Galombang ini, penulis hanya menganalisa pada alat musik talempong dan puput serunai, hal ini dikarenakan kedua alat musik ini berfungsi sebagai pembawa melodi. Penganalisisan musik yang penulis lakukan pada ensambel talempong pacik berupa nada dasar yang digunakan, dan ritem. Sedangkan untuk puput serunai, penulis menggunakan teori William P. Malm yang dikenal dengan teori weighted scale dan hal-hal yang harus diperhatikan Universitas Sumatera Utara 88 dalam mendeskripsikan melodi, yaitu 1 tangga nada scale, 2 nada dasar pitch center, 3 wilayah nada range, 4 jumlah nada frequency of note, 5 jumlah interval, 6 pola kedensa cadence patterns, 7 formula melodik melody formula, dan 8 kontur contour Malm dalam terjemahan Takari 1993:13.

4.2.2 Model Notasi

Dalam transkripsi kedua mantra menggunakan notasi Barat, hal ini dilakukan agar dapat dipahami secara universal. Ada beberapa simbol yang digunakan, yaitu: Garis paranada yang memiliki lima buah garis paranada dan empat buah spasi dengan tanda kunci G. Merupakan not ½ yang bernilai dua ketuk. Merupakan not ¼ yang bernilai satu ketuk. Merupakan not 18 yang bernilai setengah ketuk. Merupakan dua buah not 18 yang digabung menjadi satu ketuk. Universitas Sumatera Utara 89 Simbol-simbol di atas merupakan simbol-simbol yang terdapat dalam lampiran partitur yang perlu diketahui agar pembaca memahami makna-maknanya.

4.2.3 Ensambel Talempong Pacik

Talempong pacik ini berjumlah 5 buah talempong yang dibagi 3 bagian, yaitu penganak, dasar, dan peningkah. Ketiga talempong ini memiliki melodi dan pola ritem yang berbeda-beda, namun ketiganya saling menjalin. Dalam hal ini ritem talempong penganak, dasar, dan peningkah konstan dalam musik iringan tari Galombang. 1. Penganak Pada talempong penganak, nada yang dihasilkan berupa nada sol5 2. Dasar Pada talempong dasar ini, nada yang dihasilkan berupa nada re 2 dan fa 4 3. Peningkah Pada talempong peningkah, nada yang dihasilkan berupa nada do 1 dan mi 3 Universitas Sumatera Utara 90

4.2.4 Melodi Puput Serunai dan Strukturnya

Berikut hasil transkripsi melodi puput serunai dalam musik iringan tari Galombang pada upacara perkawinan masyarakat Minangkabau : Melodi Puput Serunai Universitas Sumatera Utara 91

4.2.4.1 Tangga Nada

Nettl,1964 : 1945 mengemukakan bahwa cara-cara untuk mendeskripsikan tangga nada adalah menuliskan nada-nada yang dipakai tanpa melihat fungsi masing- masing dalam musik. Tangga nada tersebut kemudian digolongkan menurut beberapa klasifikasi, yaitu menurut jumlah nada yang dipakai. Diatonic dua nada, tritonic tiga nada, tetratonic empat nada, pentatonic lima nada, hexatonic enam nada, heptatonic tujuh nada. Dua nada yang mempunyai jarak satu oktaf biasanya dianggap satu nada saja. Yang dimaksud tangga nada dalam tulisan ini yaitu nada-nada yang terdapat pada melodi yang dihasilkan puput serunai. Hal ini dilakukan pada pembagian nada-nada mulai dari nada yang tertinggi hingga nada yang terendah. Penulis mengurutkan nada-nada yang terdapat dalam melodi puput serunai dari nada terendah sampai nada tertinggi. Terdiri dari lima nada, yaitu nada C-D-E- F-G. Oleh karena itu tangga nadanya disebut dengan Pentatonic. C D E F G

4.2.4.2 Nada Dasar

Dalam menentukan nada dasar melodi puput serunai ini, penulis mengacu pada hasil rekaman video yang penulis dapatkan di lapangan saat pelaksanaan acara, yang telah ditranskripsikan ke dalam notasi Barat. Maka hasil nada dasar dalam melodi puput serunai yang didapatkan adalah nada dasar C mayor. Universitas Sumatera Utara 92

4.2.4.3 Wilayah Nada

Metode untuk menentukan wilayah nada berdasarkan ambitus suara yang terdengar secara alami yang ditentukan oleh media penghasil bunyi itu sendiri, ialah dengan memperhatikan nada yang paling rendah hingga nada yang paling tinggi. Wilayah nada melodi puput serunai yang diurutkan dari nada terendah sampai nada tertinggi adalah : Dari keterangan gambar di atas nada yang dihasilkan C - G ada 5 nada, dan jarak intervalnya 3, sehingga wilayah nadanya dapat digolongkan menjadi kwint murni 5P.

4.2.4.4 Frekuensi Pemakaian Nada

Frekuensi pemakaian nada dapat dilihat dari banyaknya jumlah nada yang dipakai dalam suatu musik atau nyayian. Banyaknya jumlah nada yang terdapat dalam melodi puput serunai : C D E F G 5 18 35 10 4 Jumlah pemakaian nada-nada pada melodi serunai adalah: 1. Nada C sebanyak 5 Universitas Sumatera Utara 93 2. Nada D sebanyak 18 3. Nada E sebanyak 35 4. Nada F sebanyak 10 5. Nada G sebanyak 4

4.2.4.5 Jumlah Interval

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain terdiri dari interval naik maupun turun. Berikut adalah interval dari melodi puput serunai : Tabel 5.1 Interval melodi puput serunai Interval Posisi Jumlah Total 1P - 22 22 2M ↑ 12 27 ↓ 15 2m ↑ 8 17 ↓ 9 3M ↑ 1 1 ↓ - 3m ↑ 2 4 ↓ 2 Dari tabel diatas dapat diketahui interval yang paling sering muncul adalah interval 2M, yang muncul sebanyak 27 kali, diikuti dengan interval 1P sebanyak 22 kali. Interval yang jarang digunakan adalah interval 3M dengan jumlah penggunaan sebanyak 1 kali. Universitas Sumatera Utara 94

4.2.4.6 Formula Melodik

Untuk memperjelas bagaimana bentuk dari melodi puput serunai, penulis menggunakan pendapat Nettl yang mengatakan bahwa ada beberapa karakter yang perlu diperhatikan untuk menentukan bentuk dari suatu komposisi, yaitu dengan memperhatikan unsur-unsur melodi yang terkandung berdasarkan pengulangan frasa, tanda diam, pengulangan pola ritem, transposisi, kesatuan dari teks yang ada dalam musik 1964:150. Formula melodik yang akan dibahas tulisan ini meliputi bentuk, frasa, dan motif. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Motif adalah ide melodi sebagai dasar pembentukan melodi. Secara garis besar, bentuk, frasa, dan motif yang terdapat dalam melodi puput serunai adalah sebagai berikut: 1. Bentuk pada melodi puput serunai memiliki 1 bentuk saja. 2. Frasa pada melodi puput serunai berjumlah 3 buah frasa. Untuk lebih jelasnya : Universitas Sumatera Utara 95 3. Motif yang terdapat di dalam melodi puput serunai :

4.2.4.7 Pola Kadensa

Kadensa adalah nada akhir dari suatu bagian melodi lagu. Pola kadensa dapat dibagi atasa dua bagian, yaitu : semi kadens half cadence dan kadens penuh full cadence. Semi kadens adalah suatu bentuk istirahat yang tidak lengkap atau tidak selesai complete dan memberi kesan adanya gerakan ritem yang lebih lanjut. Kadens penuh adalah suatu bentuk istirahat di akhir frasa yang terasa selesai complete sehingga pola kadens seperti ini tidak memberikan kesan untuk menambah gerakan ritem. Pola kadensa melodi puput serunai : 1. 2. 3. Universitas Sumatera Utara 96

4.2.4.8 Kontur

Kontur adalah garis melodi dalam sebuah lagu. Malm dalam irawan 1997 : 85 membedakan beberapa jenis kontur, yaitu : 1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi. 2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah. 3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke nada yang lebih tinggi atau sebaliknya. 4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada ke nada yang lain baik naik maupun turun. 5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi. 6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun minor. 7. Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai batas-batasan. Garis kontur yang terdapat pada melodi puput serunai dalam tulisan ini pada umumnya adalah conjuct dan static. Pergerakan melodinya bergerak melangkah baik baik maupun turun, kemudian diikuti dengan bentuk static, lalu bergerak naik dan Universitas Sumatera Utara 97 turun conjuct lagi. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari gambar salah contoh melodi di bawah ini. Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi static, kemudian conjuct, lalu static lagi. Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi conjuct, kemudian static, lalu conjuct lagi. Universitas Sumatera Utara 98

4.3 Fungsi Tari Galombang

Fungsi adalah sesuatu hal yang menyangkut tujuan pemakainan dalam pandangan luas dan universal. Fungsi berbagai aktivitas yang teinstitusi dalam masyarakat sebenarnya adalah untuk memenuhi keperluan-keperluan yang dikehendaki di dalam sebuah kebudayaan. Seperti dalam mekanismenya, teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi pranata-pranata dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu Lorimer et al, 1991. Di dalam analisis fungsi akan dijelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi institusi-institusi seperti : negara, agama, keluarga, aliran, pasar, dan lain-lainnya. Demikian pula tari Galombang daalam kebudayaan Minangkabau, baik di Ranah Minang maupun wilayah rantaunya termasuk Kota Medan, memiliki fungsi- fungsi di dalam masyarakatnya. Fungsi kegiatan atau pertunjukan tari ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam kehidupan sosial dan budayanta. Kebutuhan itu dapat dipenuhi oleh praktik tari Galombang. Misalnya tarian ini memenuhi kebutuhan masyarakat Minangkabau di Kota Medan untuk memelihara tradisi dan adat istiadatnya. Selain itu masyarakat Minangkabau juga dalam konteks Kota Medan yang heterogen secara etnik, agama, golongan, dan lainnya, memerlukan jati diri atau identitasnya agar diakui dan dikenal sebagai orang Minangkabau. Seterusnya dalam upacara perkawinan adat Minagkabau akan menjadi lengkap dan sempurna jika disertai dengan tarian ini beserta musik pengiring, pepatah petitih, busana adat, bahasa Minangkabau, dan lain-lain. Untuk mengkaji fungsi tari Galombang di dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau di Kota Medan ini penulis menggunakan empat teori fungsi yang berasal dari disiplin antropologi dan etnologi tari. Kemudian akan menyimpulkan Universitas Sumatera Utara 99 bagaimana fungsi tari Galombang pada masyarakat Minangkabau, terutama di Kota Medan. Agak berbeda dengan pendekatan yang lazim dipakai oleh para calon sarjana Etnomusikologi FIB USU, yang umumnya menggunakan teori fungsinya Merriam 1964, yang relevan dan lebih sesuai untuk mengkaji fungsi musik, maka dalam skripsi ini, penulis menggunakan teori fungsi yang terutama digunakan dalam disiplin etnologi tari atau etnokoreologi. Adapun fungsi-fungsi tari Galombang dalam masyarakat Minangkabau di Kota Medan adalah sebagai berikut.

4.3.1 Fungsi Tari Galombang Menurut Teori Radcliffe-Brown

Seorang pakar fungsionalisme antropologi, yaitu Radcliffe-Brown mengemukakan bahwa fungsi sangat berkaitan erat dengan struktur sosial masyarakat. Dalam kenyataannya adalah struktur sosial itu biasanya akan hidup terus, sedangkan individu-individu dapat berganti setiap saat. Dengan demikian, Radcliffe-Brown yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu masyarakat, mengemukakan bahwa fungsi adalah sumbangan suatu bahagian aktivitas kepada keseluruhan aktivitas di dalam sistem sosial masyarakatnya. Tujuan fungsi adalah untuk mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal. Berdasarkan kepada teori fungsi Radcliffe-Brown ini, maka dalam kaitannya dengan tari Galombang pada upacara perkawinan adat Minangkabau dalam kebudayaan Minangkabau di Kota Medan, maka tari ini adalah salah satu aktivitas dari sekian banyak aktivitas etnik Minangkabau, yang tujuannya adalah untuk mencapai harmoni atau konsistensi internal. Tari Galombang dan musik iringannya adalah bahagian dari sistem sosial yang bekerja untuk mendukung tegaknya budaya Minangkabau. Universitas Sumatera Utara 100 Secara internal, tari Galombang didukung oleh aspek tarian yang di dalamnya juga terdiri dari penari lelaki dan perempuan, busana, aksesoris, tata rias wajah, gerak-gerak dengan ragam dan polanya, pola lantai, makna gerak, dan seterusnya. tarian ini juga didukung oleh aktivitas musik, yang terdiri dari pemain musik pembawa melodi dan pembawa ritme. Antara tari dan musik terjadi integrasi pertunjukan yang kuat. Kemudian secara eksternal, tarian Galombang dan musik iringannya adalah berfungsi untuk memenuhi ibstitusi sosial lainnya yaitu perkawinan adat. tari dan musiknya menjadi bahagian penting dalam tatanan upacara perkawinan adat Minangkabau itu. Sementara perkawinan ini sendiri adalah isntutusi yang bertujuan atau berfungsi utama untuk melanjutkan generasi manusia Minangkabau. Kemudian dalam tataran yang lebih laus lagi, tari Galombang dan musik iringannya adalah bahagian dari kebudayaan Minangkabau, yang mendasarkan kebijakannya dalam adat. Seperti diketahui bahwa adat Minangkabau adalah berdasar kepada konsep adat basandi syarak, dan syarak basandi kitabullah, syarak mangato adat mamakai adat bersendikan syarak dan syarak bersendikan kitabullah, syarak mengata dan adat meakai. Artinya bahwa kebudayaan Minangkabau beradasrkan adat, dan dasar kebudayaan ini adalah wahyu Allah berupa ajaran-ajaran agama Islam. Jadi konsep, kegiatan, dan artefak tari Galombang, adalah bahagian dari adat dan kebudayaan Minangkabau secara umum. Demikian kira-kira fungsi tari Galombang menurut teori yang ditawarkan Radcliffe-Brown.

4.3.2 Fungsi Tari Galombang Berdasarkan Teori Kurath

Gertrude Prokosch Kurath yang mengemukakan adanya 14 fungsi tari dalam masyarakat, yaitu 1 sebagai media inisiasi upacara pendewasaan, 2 sebagai Universitas Sumatera Utara 101 media percintaan, 3 sebagai media persahabatan atau kontak sesial, 4 sarana untuk perkawinan atau pernikahan, 5 sebagai pekerjaan atau matapencaharian, 6 sebagai media untuk sarana kesuburan atas pcrtanian, 7 sebagai sarana untuk perbintangan, 8 sebagai sarana untuk ritual perburuan, 9 sebagai imitasi satwa, 10 sebagai imitasi peperangaa, 11 sebagai sarana pengobatan, 12 sebagai ritual kematian, 13 sebagai bentuk media untuk pemanggilan roh, dan 14 sebagai komedian lawak. Dari empat belas fungsi yang dikemukakan oleh Kurath seperti di atas tersebut, maka salah satu fungsi tari Galombang yang paling utama adalah fungsinya sebagai sarana untuk perkawinan atau pernikahan. Dalam hal ini pernikahan dalam adat Minangkabau secara umum disebut maralek. Banyak tarian di dunia ini yang selalu berkait erat fungsinya dengan pernikahan atau pesta kawin. Dalam kebudayaan Melayu misalnya, tarian zapin atau tarian Rinjis-rinjis selalu dihubungkan dengan perkawinan. Demikian pula di dalam kebudayaan Minangkabau tari Galombang memang selalu dikaitkan fungsi dan identitas estetisnya dengan upacara perkawinan. Tari Galombang itu sendiri adalah mengggambarkan gelombang kehidupan yang nantinya akan ditempuh oleh kedua pengantin dalm biduk rumah tangganya. Dengan demikian sesuai dengan pendapat Kurath tersebut, tari Galombang berfungsi untuk sarana perkawinan atau pernikahan.

4.3.3 Fungsi Tari Galombang Berdasarkan Teori Shay

Anthony V. Shay dalam disertasinya yang berjudul: The Function of Dance in Human Society, membagi tari dalam 6 fungsi, yaitu 1 sebagai refleksi dari organisasi sosial, 2 sebagai sarana ekspresi sekuler serta ritual keagamaan, 3 sebagai aktivitas rekreasi atau hiburan, 4 sebagai ungkapan serta pembebasan Universitas Sumatera Utara 102 psikologis, 5 sebagai refleksi nilai-nilai estetik atau murni sebagai aktivitas estetis, dan 6 sebagai refleksi dari kegiatan ekonomi. Jika ditinjau dari teori fungsi tari yang dikemukakan Shay ini, maka tari Galombang dalam kebudayaan Minangkabau adalah sebagai refleksi organisasi sosial Minangkabau. Juga berfungsi sebagai ekspresi ritual keagamaan, hiburan, estetik, dan juga ekonomi. Sebagai refleksi organisasi sosial, jelas bahwa tari Galombang adalah ekspresi masyarakat yang matrilineal. Pada masyarakat yang seperti ini wanita mendapat peran yang cukup menonjol dan tidak menjadi kooptasi dari kaum pria sebagaimana dalam kebudayaan patrilineal. Selain itu, dalam tarian ini tercermin juga refleksi antara pihak pengantin wanita dan keluarganya serta pengantin pria dan keluarganya. Kedua kelompok ini bersinergi dalam mendukung dua insan dari mereka untuk membentuk rumah tangganya. Refleksi itu juga diwujudkan dengan terlibatnya baik penari perempuan maupun penari laki-laki dalam tarian ini. Dengan demikian, tari Galombang adalah refleksi dari kelompok-kelompok sosial di dalam kebudayaan Minahgkabau.

4.3.4 FungsinTari Galombang Berdasarkan Teori Narawati dan Soedarsono

Sementara pakar tari lndonesia yaitu Narawati dan R.M. Soedarsono membedakan fungsi tari menjadi dua, yaitu 1 kategori fungsi tari yang besifat primer, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu: a fungsi tari sebagai sarana ritual, b fungsi tari sebagai ungkapan pribadi, dan c fungsi tari sebagai presentasi estetik, dan 2 kategori fungsi tari yang bersifat sekunder, yaitu lebih mengarah pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata pencaharian Narawati dan Soedarsoso, 2005: 15-16. Universitas Sumatera Utara 103 Berdasarkan teori fungsi tari dari Narawati dan Soedarsono ini, maka fungsi tari Galombang, mencakup baik itu fungsi primer dan juga fungsi sekunder. Di dalam kegiatan tari ini terdapat fungsi ritual, ungkapan pribadi, estetik, dan mata pencaharian. Di dalam aktivitas tari Galombang, maka fungsi tari ini jelas sebagai sarana ritual, yang menjadi baagian penting dan diutamakan dalam setiap upacara memeriahkan perkawinan dalam kebudayaan Mianangkabau. tarian ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari serangkaian upacara adat perkawinan Minangkabau. Selain itu, dalam menarikan tarian ini setiap individu penari diperkenankan membuat gerakan-gerakan yang merupakan kreativitas pribadinya sekaligus sebagai ungkapan dirinya dalam seni. Selain itu di dalam tarian ini juga terkandung fungsi presentasi estetik, artinya melalui tarian ini, setiap penari mengekspresikan keindahan gerakan- gerakan tari yang dipandang estetik menurut tata estetik Minangkabau. Namun demikian, tari ini memiliki fungsi sekundernya yaitu sebagai sarana ekonomis atau mata pencaharian. Disadari atau tidak, walaupun bukan fungsi utama di dalam setiap kegiatan tari Galombang terdapat fungsi ekonomis, setiap penari atau pemusiknya mengharapkan imbalan ekonomis, biasanya berupa uang. Menurut pengamatan yang penulis lakukan selama ini, seorang penari dalam rangka menari tari Galombang memerlukan dana yaitu untuk make up, sanggul, membeli pakaian tari, perlengkapan tata rias, serta kebutuhan hidupnya. Selain itu juga setiap penari tetap mengharapkan rezeki dari jasa ia menari di dalam sebuah pesta perkawinan. Dengan demikian, fungsi tari Galobang dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau memang kompleks juga. Ini dapat ditelisik melalui kaitan tari ini dengan berbagai konteks sosial dan budaya, seperti, religi, ekonomi, estetik, hiburan, sistem sosial, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 104

4.4 Hubungan Struktur Tari, Musik Iringan, dan Fungsi Tari Galombang

Dalam konteks kegiatan tari Galombang, ada keterkaitan hubungan antara struktur tari, struktur musik iringan, dan fungsi tari di dalam masyarakat Minangkabau di Kota Medan. Hubungan itu berupa hubungan pertunjukan, yang memiliki bentuk dan siklusnya tersendiri dalam dimensi waktu dan ruang. Seperti diketahui bahwa tari dan musim disatukan dan dikomunikasikan oleh dimensi atau besaran pokok waktu dan ruang. Untuk dimensi waktu, meter musik akan bertemu dengan siklus tari, yang terdiri dari empat jenis ragam yaitu: 4 ketukan dasar untuk ragam sambah; 8 ketukan dasar untuk ragam lapiah jarimih; 8 ketukan dasar untuk ragam simpiah dan 4 ketukan dasar untuk galatiak. Jadi keempat ragam tari membutuhkan 24 ketukan dasar. Di sisi lain, musik iringannya terutama bagian ritem yang dibawaan oleh talempong pacik, tasa, dan gandang tambua memang menghasilkan meter dua. Berarti membutuhkan 12 birama untuk mengiringi satu siklus tarian ini, yang secara ostinato terus diulang-ulang sesuai dengan konteks dan fungsinya dalam upacara adat perkawinan Minangkabau. Kalau kita lihat dan kaitkan dengan melodi yang dihasilkan pupuik sarunai, maka satu siklusnya memerlukan ketukan dasar 32. Atau kalau dalam meter empat terdiri dari 8 birama. Jadi antara tari, dengan musik pembawa ritem dan musik pembawa melodi siklusnya dapat digambarkan sebagai berikut ini. Universitas Sumatera Utara 105 Siklus tari dalam satu bentuk yang terdiri dari empat ragam memerlukan 24 ketukan dasar. Siklus musik pembawa ritem sesuai kebutuhan siklus tari dalam birama 24 atau meter 2. Siklus musik pebawa melodi dalam satu bentuk melodi yang diulang-ulang membutuhkan ketukan dasar 32. Sedangkan untuk dimensi ruang disini, bukan mengarah pada halnya “kamar”, namun lebih mengarah pada suatu penggambaran terhadap identitas. Hal ini dilihat mulai dari susunan, gerak-gerakan sampai kepada pengenaan kostum yang terbentuk dari tari Galombang menggambarkan identitas masyarakat Minangkabau, bahkan kepada kegunaan dan fungsi pada tari Galombang ini seperti yang di jelaskan di bagian sebelumnya. Universitas Sumatera Utara 106 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Deskripsi Pertunjukan Tari Merak dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Adat Sunda di Kota Medan

8 185 116

Tradisi Kelisanan Baralek Gadang Pada Upacara Perkawinan Adat Sumando Masyarakat Pesisir Sibolga: Pendekatan Semiotik Sosial

12 220 273

Tari Inai dalam konteks Upacara Adat Perkawinan Melayu di Batang Kuis: Deskripsi Gerak, Musik Iringan, dan Fungsi

3 143 72

Pertunjukan Galombang Dalam Konteks Upacara Baralek Pada Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan : Analisis Hubungan Struktur Tari dengan Musik Iringan

0 0 17

Pertunjukan Galombang Dalam Konteks Upacara Baralek Pada Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan : Analisis Hubungan Struktur Tari dengan Musik Iringan

0 0 2

Pertunjukan Galombang Dalam Konteks Upacara Baralek Pada Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan : Analisis Hubungan Struktur Tari dengan Musik Iringan

0 1 42

Pertunjukan Galombang Dalam Konteks Upacara Baralek Pada Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan : Analisis Hubungan Struktur Tari dengan Musik Iringan

0 2 24

Pertunjukan Galombang Dalam Konteks Upacara Baralek Pada Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan : Analisis Hubungan Struktur Tari dengan Musik Iringan

0 1 3

Pertunjukan Galombang Dalam Konteks Upacara Baralek Pada Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan : Analisis Hubungan Struktur Tari dengan Musik Iringan

0 0 4

BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU DAN SANGGAR TIGO SAPILIN DI KOTA MEDAN 2.1 Asal-Usul Masyarakat Minangkabau - Hubungan Struktur Tari, Musik Iringan, dan Fungsi Sosial Tari Galombang yang Dipertunjukan Sanggar Tigo Sapilin pada Upacara Adat Per

0 1 13