Kondisi Awal Sampel Penelitian Peningkatan Hasil Belajar dan Metakognisi

4.2 Pembahasan

Penelitian dilakukan di SMA N 1 Donorojo selama bulan April 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan metakognisi siswa kelas XI IPA mengunakan Strategi pembelajaran inkuiri materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang dianalisis menggunakan data hasil tes dan kuesioner siswa serta hasil observasi aspek afektif dan psikomotorik.

4.2.1 Kondisi Awal Sampel Penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling yang terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas populasinya. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas, diperoleh harga 2 hitung = 1,939 dan 2 tabel = 3,84. Harga 2 hitung 2 tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelas memiliki homogenitas yang sama. Berdasarkan teknik cluster random sampling terpilih kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. 4.2.2 Proses Pembelajaran 4.2.2.1 Kelas Eksperimen Selama proses pembelajaran kelas eksperimen menggunakan strstegi pembelajaran inkuiri. Gulo 2008:84-85 menyatakan bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Selain itu menurut Hamruni 2011:88 strategi pembelajran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah. Jadi selama proses pembelajaran siswa terlibat aktif dimana siswa dihadapkan dengan sebuah masalah kemudian dituntut untuk menyelesaikan masalah tersebut melalui diskusi kelompok. Masalah yang dihadapkan kepada siswa disajikan dalam LKS beserta langkah-langkah penyelesaiannya sesuai dengan langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri yang meliputi 1 merumuskan masalah; 2 merumuskan hipotesisi; 3 mengunpulakan data dan menguji hipotesis; 4 menarik kesimpulan. Selama proses pembelajaran siswa mendapat bimbingan dari guru untuk menyelesaikan masalah berdasarkan langkah-langkah setrategi pembelajaran inkuiri baik merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, maupun menarik kesimpulan. Hal ini dilakukan karena siswa masih terbiasa belajar dengan menerima materi dari guru sehingga siswa harus dibimbing untuk mengolah kemampuan berpikirnya.

4.2.2.2 Kelas Kontrol

Selama proses pembelajaran kelas kontrol menggunakan strategi pembelajaran langsung. Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi dimana guru menyajikan pelajaran secara lisan tentang fakta-fakta, konsep atau prinsip. Biasanya guru memberikan perintah, menjelaskan hal-hal tertentu, mengetengahkan pengalaman, dan dengan keahliannya dibantu bahan-bahan buku yang tersedia meningkatkan pengetahuan para siswa Saptorini, 2011:11. Selama kegiatan pembelajaran guru memulai dengan menjelaskan konsep-konsep materi yang harus dikuasai oleh siswa kemudian memberikan contoh soal. Siswa diberi latihan soal sederhana dan mengerjakan melalui diskusi dalam kelompok. Setelah selesai mengerjakan beberapa siswa maju ke depan kelas untuk memaparkan jawaban hasil diskusi. Jika masih ada materi yang belum dipahami, siswa dapat secara langsung menyampaikan kepada guru dan guru dapat melihat sejauh mana siswa memahami materi. Pembelajaran dilanjutkan dengan membahas soal yang mempunyai tingkat kesulitan lebih tinggi dibandingkan latihan soal sebelumnya. Jika ada yang belum dipahami siswa, guru menjelaskan kembali bagian yang belum dipahami.

4.2.3 Peningkatan Hasil Belajar dan Metakognisi

Peningkatan hasil belajar kognitif dan metakognisi siswa dilihat dari peningkatan nilai pretes-postes. Berdasarkan hasil analisis data pretes dan postes kelas eksperimen diperoleh nilai t = 65,8 dengan taraf signifikansi 0,05 menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan antara nilai pretes dan nilai postes. Hasil analisis data pretes dan postes kelas kontrol diperoleh nilai t = 21,12 dengan taraf signifikansi 0,05 menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan antara nilai pretes dan nilai postes. Dari uji peningkatan kedua kelas menunjukkan bahwa antara kelas eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan kelas kontrol yang menggunakan strategi pembelajaran langsung sama-sama mempunyai peningkatan signifikan. Berdasarkan analisis hasil belajar kognitif menggunakan uji normalized- gain diperoleh nilai N-gain kelas eksperimen sebesar 0,61 yang termasuk dalam kategori sedang dan nilai N-gain kelas kontrol sebesar 0,56 yang termasuk dalam kategori sedang. Jika dibandingkan dengan kelas kontrol maka kelas eksperimen mempunyai nilai N-gain yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Peningkatan kemampuan metakognisi selain dilihat dari peningkatan skor pretes-postes juga dilihat dari ketercapaian indikator metakognisi pada setiap soal tes penguasaan konsep yang terintegrasi dengan indikator metakognisi. Indikator metakognisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah level 1 metakognisi yaitu menyadari proses berpikir dan mampu menggambarkannya yang terbagi menjadi indikator sebagai berikut: 1 Menyatakan tujuan Menurut Flavell sebagaimana dikutip oleh Haryani 2012:46 menyatakan bahwa metakognisi mengacu pada aktifitas memonitor, meregulasi serta menyususn proses-proses dalam hubungan dengan objek kognitif atau data yang mereka hadapi. Dengan demikian menyatakan tujuan merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum meregulasi dan menyususn proses-proses dalam hubungan dengan objek kognitif. Pada penelitian ini indikator menyatakan tujuan dituangkan dalam soal nomor 1. Berdasarkan hasil analisis pencapaian indikator menunjukkan bahwa kelas eksperimen mencapai N-gain 0,71 dalam kategori tinggi sedangkan pada kelas kontrol mencapi N-gain 0,60 dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajarn inkuiri mempunyai peningkatan metakognisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol dengan menggunakan strategi pembelajaran langsung. Berdasarkan analisis pencapaian indikator, kelas eksperimen memperoleh skor 4,15 dalam kategori indikator tercapai dan kelas kontrol memperoleh skor 3,85 dalam kategori sebagian indikator tercapai. Hal ini menunjukkan siswa kelas eksperimen lebih dapat menyatakan tujuan karena dalam proses pembelajran inkuiri siswa dirangsang dan diajak untuk berpikir memecahkan masalah dan mencari jawaban yang tepat, dengan demikian siswa terbiasa untuk memahami tujuan pembelajaran sebelum meregulasi dan menyusun proses kognitifnya. 2 Mengetahui Tentang Apa dan Bagaimana Metakognisi mengacu pada pengetahuan tentang kognisi Robert dan Erdos dalam Haryani, 2012:45. Mengetahui tentang apa dan bagaimana merupakan bentuk dari pengetahuan tentang kognisi. Indikator Mengetahui Tentang Apa dan Bagaimana pada penelitian ini terintegrasi dalam soal nomor 2. Berdasarkan hasil analisis pencapaian indikator menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai harga N-gain 1 dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai peningkatan metakognisi yang sama. Hasil analisis pencapaian indikator menunjukkan bahwa kedua kelas dapat mencapai indikator mengetahui tentang apa dan bagaimana. Pengunaan strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran langsung keduanya menekankan pada penguasaan konsep. Penerapan Strategi pembelajaran inkuiri membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki sehingga siswa mampu memahami konsep dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni et al menunjukkan bahwa strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa. Strategi pembeljaran langsung pada kelas kontrol berlangsung teacher centered, artinya dalam proses pembelajaran guru sangat dominan. Dalam penerapannya guru menyajikan informasi tahap demi tahap dan memberitahu siswa tentang apa yang harus mereka pelajari atau baca. Strategi pembelajaran langsung menekankan informasi konsep dan prinsip yang bertujuan untuk pengusaan pengetahuan yang distrukturisasi dengan baik dan pengetahuan keterampilan Anggraeni et al, 2013. Dengan demikian siswa mempunyai penguasaan pengetahuan yang cukup untuk mengetahui tentang apa dan bagaimana suatu konsep. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan et al 2010 menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung efektif terhadap peningkatan pemahaman belajar siswa dalam pembelajaran RPL. 3 Mengidentifikasi Informasi Metakognisi menuntun proses berpikir secara sadar untuk mengontrol, membuat hubungan logis antara apa yang diketahui dan informasi yang baru diterima Bayer dalam Haryani, 2012:45. Untuk dapat membuat hubungan yang logis antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan informasi yang baru diterima diperlukan kemampuan untuk mengidentifikasi informasi dengan baik. Pada penelitian ini indikator mengidentifikasi informasi terintegrasi pada soal nomor 3 dan 4. Berdasarkan hasil analisis metakognisi siswa menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen mempunyai harga N-gain 0,83 lebih dari kelas kontrol 0,78. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen mempunyai peningkatan yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri pada kelas ekperimen menekankan pada aktifitas siswa untuk mencari dan menemukan pengetahuannya. Salah satu langakah dalam proses inkuiri adalah mengumpulkan data. Pada tahap mengumpulkan data siswa mencari informasi sebanyak-banyaknya dan mengidentifikasi informasi yang diperlukan dalam pengujian hipotesis. Jadi siswa pada kelas eksperimen sudah terbiasa untuk mengidentifikasi informasi jika dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol. Siswa pada kelas kontrol dengan strategi pembelajaran langsung lebih cenderung menerima informasi daripada mengolah informasi karena dalam pembelajarn ini siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru. 4 Memilih Operasi Prosedur yang dipakai Metakognisi merupakan suatu proses yang tidak lepas dari kegiatan merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi suatu proses. Memilih operasi prosedur yang dipakai merupakan salah satu bentuk dari perencanaa suatu proses. Pada penelitian ini indikator memilih operasi prosedur yang dipakai terintegrasi dengan soal nomor 5 dan 6. Berdasarkan hasil analisis metakognisi siswa menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen mempunyai N-gain 0,64 lebih dari N-gain kelas kontrol 0,59. Siswa pada kelas eksperimen mempunyai banyak kesempatan untuk mencari informasi dan memilih informasi yang dibutuhkan. Mengidentifikasi informasi merupakan proses yang harus dilakukan siswa agar dapat memilih prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. 5 Mengurutkan operasi yang digunakan Mengurutkan operasi yang digunakan merupakan salah satu langkah yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dalam metakognisi mengurutkan operasi termasuk dalam proses pemonitoran. Sebagaimana dijelaskan oleh Flavell dalam Kadir 2009, menyatakan bahwa metakognisi merujuk pada dua hal yaitu 1 pengetahuan atau kesadaran seseorang menyangkut proses kognitifnya, 2 pemonitoran aktif dan pengendalian yang konsekuen terhadap proses yang berkaitan dengan objek-objek kognitif atau data dalam proses penyelesaian suatu soal. Indikator metakognisi “Mengurutkan operasi yang digunakan” pada penelitian ini terintegrasi pada soal nomor 7, 8, dan 9. Berdasarkan hasil analisis metakognisi siswa menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen mempunyai harga N-gain sebesar 0,60 dan kelas kontrol mempunyai harga N-gain sebesar 0,63. Hal ini menunjukkan bahwa kelas kontrol dengan strategi pembejaran langsung mempunyai peningkatan yang lebih tinggi. Proses latihan terstruktur dan latihan terbimbing yang dilakukan guru selama pembelajaran membantu siswa memahami langkah-langkah dan urutan operasi yang digunakan dalam menyelesaikan soal. Ikayanti dan Sugiarto 2012 menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran langsung direct instruction dalam penerapan strategi metakognisi menunjukkan bahwa pengetahuan metakognisi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 6 Merancang apa yang akan dipelajari Indikator metakognisi “Merancang apa yang akan dipelajari” pada penelitian ini terintegrasi pada soal nomor 10. Berdasarkan hasil analisis N-gain, kelas eksperimen mempunyai harga N-gain 0,32 dan kelas kontrol mempunyai harga N-gain 0,16. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri mempunyai peningkatan yang lebih tinggi, karena dalam pembelajaran inkuiri siswa terbiasa lebih aktif untuk mencari informasi yang dibutuhkan, terbiasa untuk merancang prosedur untuk menyelesaikan suatu masalah. Peningkatan metakognisi dari keenam indikator terjadi pada kedua kelas baik eksperimen maupun kontrol. Jadi strategi pembelajaran inkuiri maupun strategi pembelajarn langsung keduanya dapat meningkatkan kemampuan metakognisi siswa. Tetapi secara garis besar strategi pembelajarn inkuiri mempunyai pengaruh yang lebih positif terhadap kemampuan metakognisi siswa. Hal ini disebabkan karena penggunaan strategi pembelajaran inkuri dapat membantu siswa untuk melatih kemampuan berpikirnya. Strategi pembelajaran inkuiri memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk memcari informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperiemen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah. Selain itu dalam strategi pembelajaran inkuiri pemberian masalah nyata atau teoritis untuk diinvestigasi. Kegiatan ini membuat siswa lebih aktif mencari solusi permasalahan sehingga siswa menjadi paham terhadap apa yang mereka kerjakan. Pada pembelajaran langsung lebih cenderung teacher centered, artinya dalam proses pembelajaran guru yang berperan paling dominan. Dalam penerapan pembelajaran langsung guru menyampaikan informasi dan siswa hanya memperhatikan dan menerima apa yang disampaikan guru. Akibatnya siswa hanya mengingat konsep-konsep materi yang disampaikan guru tetapi siswa tidak memahami untuk apa konsep tersebut dipelajari. Hal ini berdampak pada kemampuan metakognisi siswa yang tidak berkembang secara maksimal. Berdasarkan analisis kuesioner siswa menunjukkan bahwa siswa pada kelas eksperimen lebih memahami tujuan pembelajaran, memahami konsep- konsep yang dipelajari serta dapat memilih langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan soal. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan metakognisi kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil analisis kesamaan dua rata-rata nilai postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai t hitung = 1,65 dan t tabel = 1,66, hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas tidak mempunyai perbedaan rata-rata yang signifikan, artinya perlakuan strategi pembelajarn inkuiri dan strategi pembelajarn langsung tidak jauh berbeda. Tidak adanya perbedaan antara perlakuan strategi pembelajarn inkuiri dan strategi pembelajarn langsung disebabkan karena keduanya menekankan pada penguasaan konsep siswa terhadap materi hasil belajar kognitif. Peningkatan hasil belajar kognitif seseorang dapat berjalan beringingan dengan peningkatan kemampuan metakognisi. Menurut Iin dan Sugiarto 2012 menyatakan bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara hasil belajar dengan keterampilan metakognisi, dan keduanya merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan. Pada penerapannya dalam kegiatan belajar atau pemecahan masalah, proses kognitif dan metakognitif dapat berlangsung secara bersama atau beriringan, yang saling menunjang satu sama lain. Selain itu Danial 2010 menyatakan bahwa jika keterampilan metakognisi meningkat, maka penguasaan konsep juga cenderung meningkat. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Nuryana dan Sugiarto 2012 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognisi siswa dengan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis deskriptif aspek afektif, pada kelas eksperimen 18,42 siswa mempunyai skor dalam kriteria sangat baik, 68,42 siswa memenuhi kriteria baik, dan 13,16 siswa memenuhi kriteria cukup. Pada kelas kontrol 15 siswa memenuhi kriteria sangat baik, 65 siswa memenuhi kriteria baik, dan 20 siswa memenuhi kriteria cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan aspek afektif kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Aspek yang paling terlihat perbedaannya adalah pada kemampuan bekerjasama, bertanggungjawab, kreatif, dan bertanya. Pada kelas eksperimen siswa lebih terlihat mampu mengorganisasi, membagi tugas, dan membantu teman satu kelompok jika mengalami kesulitan, selain itu siswa dapat menyelesaikan tugas dengan lengkap dan dapat menemukan penyelesaian permasalahan melalui indentifikasi masalah, menentukan hipotesis, mengumpulkan dan mengidentifikasi data yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Helena 2012 menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri berbasis PBI dapat meningkatkan aktivitas siswa. Berdasarkan hasil analisis deskriptif aspek psikomotorik, pada kelas eksperimen 47,37 siswa mempunyai skor dalam kriteria sangat baik dan 52 siswa memenuhi kriteria baik. Pada kelas kontrol 45 siswa memenuhi kriteria sangat baik dan 55 siswa memenuhi kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan prosedur praktikum kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen lebih terbiasa membuktikan kasus yang diberikan guru memalui demonstrasi atau pengamatan sederhana. Dalam melakukan pengamatan dan membuat laporan semenatara hasil praktikum siswa kelas eksperimen lebih terampil dan dapat mengkomunikasikan hasil percobaan dengan pengetahuan yang dimiliki, hal ini terlihat ketika siswa mampu membahas pertanyaan dengan jelas dan tepat. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Praptiwi dkk 2012 menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran eksperimen inkuiri terbimbing berbantuan My Own Dictionary dapat lebih meningkatkan unjuk kerja siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Siska dkk 2013 menunjukkan bahwa pembelajaran praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada meteri laju reaksi telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisispasi secara aktif meningkatkan minat dan motivasi belajar, serta membantu siswa menemukan konsep berdasarkan eksperimen sehingga materi pembelajaran lebih mudah dipahami.

4.2.4 Metakognisi dan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN LKS MODEL INKUIRI TERPIMPIN MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN PADA SISWA KELAS XI IPA

3 7 66

Analisis Keterampilan Memprediksi dan Mengkomunikasikan Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

0 7 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

0 5 45

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS PRAKTIKUN TERHADAP HASIL BELAJAR SIWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 17

PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 12 47

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 36

REDUKSI MISKONSEPSI SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REMEDIAL MENGGUNAKAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

3 12 15

ANALISIS PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 30

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI LABORATORIUM TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 41

Pengembangan Modul Multimedia Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI SMA/MA.

0 0 17