Langkah-langkah Pelatihan Tujuan dan Langkah-langkah Pelatihan

a Berdasarkan Bentuk, meliputi : 1 Learning in the job 2 Leactures 3 Problem solving 4 Studi curse 5 Konferensi dan seminar 6 Kepanitiaan 7 Rotasi jabatan 8 Keanggotaan dalam asosiasi profesional. 30 b Berdasarkan Jenis Metode yang diberikan 1 On the job training, yaitu dilakukan pada waktu jam kerja berlangsung, baik secara formal maupun secara informal, Teknik ini merupakan metode latihan yang paling banyak digunakan. Latihan dengan menggunakan metode ini dilakukan di tempat kerja. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan supervisi langsung seorang pelatih yang berpengalaman. Metode latihan ini sangat ekonomis, karena tidak perlu membiayai para trainers dan trainee, tidak perlu menyediakan peralatan dan tempat khusus. Ada beberapa metode pelatihan on the job training, yaitu : a Pembekalan Coaching, adalah bentuk pelatihan yang dilakukan ditempat kerja oleh atasan dengan membimbing petugas melakukan pekerjaan secara informal dan biasanya tidak terencana, misalnya bagaimana melakukan pekerjaan dan bagaimana memecahkan masalah. 30 Ambar T. Sulistiyawati dan Rosidah, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT. Rineke Citra, 2003, h. 180 b Rotasi Jabatan Job Rotation, adalah program yang direncanakan secara formal dengan cara menugaskan karyawan pada beberapa pekerjaan yang berbeda dan dalam begian yang berbeda dengan organisasi untuk menambah pengetahuan mengenai pekerjaan dalam organisasi. c Latihan Instruksi Jabatan Job Intruction Training, adalah pelatihan dimana ditentukan seseorang bertindak sebagai pelatih untuk mengintruksikan bagaimana melakukan pekerjaan tertentu dalam proses kerja. d Magang Apprenticeship, adalah pelatihan yang mengkombinasikan antara pelajaran dikelas dan praktek dilapangan, yaitu setelah sejumlah teori diberikan kepada peserta, peserta dibawa ke lapangan. e Penugasan Sementara, penempatan karyawan pada posisi manajerial atau sebagai anggota panitia tertentu untuk jangka waktu tertentu yang ditetapkan. Karyawan terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah- masalah organisai yang nyata. 31 2 Off the job training, yaitu pelatihan dan pengembangan yang dilakukan secara khusus diluar pekerjaan. Pelatihan dengan menggunakan 31 Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung : PT. Rafika Aditama, 2006, h. 45-56 metode ini berarti karyawan sebagai peserta diklat keluar sementara dari kegiatan atau pekerjaanya. Kemudian mengikuti pendidikan atau pelatihan, dengan menggunakan teknik-teknik belajar mengajar seperti lazimnya. Pada umumnya metode ini yaitu : a Bimbingan berencana programed Intruction, adalah metode bimbingan berencana yang terdiri dari serangkaian langkah yeng berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Metode ini meliputi langkah-langkah yang telah diatur terlebih dahulu melalui prosedur yang berhubungan dengan penguasaan keterampilan khusus dan pengetahuan umum. Bimbingan berencana dapat dilakukan dengan mengguanakan buku dan mesin petunjuk pengajaran. b Metode konferensi, konferensi merupakan suatu pertemuan formal tempat terjadinya diskusi atau konsultasi tentang suatu yang penting. Konferensi menkankan adanya diskusi kelompok kecil, meteri pembelajaran yang terorganisasi dan melibatkan peserta aktif. c Metode kuliah, kuliah merupakan suatu ceramah yang disamapaikan secara lisan untuk tujuan-tujuan pendidikan. d Studi kasus, adalah uraian tertulis atau lisan tentang masalah yang ada atau keadaan selama waktu tertentu yang nyata maupun secara hipotasis. Pada metode studi kasus, peserta diminta mengidentifikasi masalah-masalah dan merekondisi pemecahan masalahnya. 32 e Vestibule training, training ini dilakukan dalam suatu ruang khusus terpisah dari tempat kerja biasa dan disediakan peralatan yang sama seperti yang akan dikerjakan pada pekerjaan yang sebenernya. f Seminar, metode seminar ini bertujuan untuk mengembangkan keahlian dan kecakapan peserta untuk menilai dan memberikan saran-saran yang konstruktif mengenai pendapat orang pembawa makalah. Peserta dilatih agar dapat mempersepsi dan mengevaluasi serta memberikan saran-saran, menerima atau menolak pendapat atau usul-usul orang lain. g Permainan peran role playing, Petatar memainkan peran tertentu dimana diberikan suatu permasalahan dan bagimana seandainya petatar tersebut menangani permasalahan yang ada. Teknik ini dapat digunakan untuk mengubah sikap petatar. Seperti misalnya menjadi lebih toleran terhadap perbedaan individual dan juga dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain. 33 32 Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung : PT. Rafika Aditama, 2006, h. 65 33 Mutiata S. Pangabean, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung : PT. Rafika Aditama, 2002, h.49 h Teknik di dalam Keranjang. Metode ini digunakan dengan memberi bermacam-macam persoalan kepada para peserta latihan. Dengan kata lain peserta latihan diberi basket atau keranjang yang penuh dengan bermacam-macam persoalan yang harus diatasi. Kemudian peserta latihan diminta untuk memcahkan masalah-masalah tersebut sesuai dengan teori dan pengalaman yang dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi. 34 4 Evaluasi Pelatihan Implementasi program pelatihan berfungsi sebagai proses transformasi. Para karyawan yang tidak terlatih diubah menjadi karyawan- karyawan yang berkemampuan, sehingga dapat diberikan tanggung jawab yang lebih besar. Untuk menilai program-program tersebut, bagian SDM mengevaluasi kegiatan-kegiatan latihan apakah sudah mencapai hasil yang di inginkan atau tidak. Anwar Parabu Mangkunegara berpendapat bahwa evaluasi pelatihan dapat di dasarkan pada kriteria pedoman dari ukuran kesuksesan, dan rancangan percobaan. Adapun evaluasi percobaan dapat didasarkan pada : a Kriteria dalam Evaluasi Pelatihan menurut Anwar Prabu Mangkunegara Ada empat kriteria yang dapat digunakan sebagai pedoman dari ukuran kesuksesan pelatihan, yaitu : 34 Sulsilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia Yogyakarta : BPFE, 1994, h. 58 1 Kriteria Pendapat Kriteria ini didasarkan pada bagaimana pendapat peserta latihan mengenai program pelatihan yang telah dilakukan. Hal ini dapat diungkap dengan menggunakan kuisioner mengenai pelaksanaan pelatihan. 2 Kriteria Belajar Kriteria belajar dapat diperoleh dengan menggunakan tes pengetahuan, tes keterampilan yang mengukur skill, dan kemampuan peserta. 3 Kriteria Prilaku Kriteria prilaku dapat diperoleh dengan menggunakan tes keterampilan kerja. 4 Kriteria Hasil Kriteria hasil dapat dihubungkan dengan hasil yang diperoleh, seperti meningkatkan produktivitas dan meningkatnya kualitas kerja. 35 b Evaluasi menurut Donal L. Krikpatcrik, beliau mengidentifikasi empat tingkatan diamana pelatihan dapat dievaluasi meliputi : 1 Reaksi, organisasi mengevaluasi tingkat reaksi peserta pelataihan dengan melakukan wawancara atau dengan memberikan kuosioner kepada peserta. 35 Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Perusahaan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005, h. 59 2 Pembelajaran, tingkat-tingkat pembelajaran dapat dievaluasi dengan mengukur seberapa baik peserta pelatihan teleh mempelajari ide, konsep teori, dan sikap. Ujian-ujian pada materi pelatihan secara umum digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran dan dapat diberikan pada saat sebelum atau sesudah pelatihan untuk memebandingkan hasilnya. 3 Prilaku, mengevaluasi pelatihan pada tingkat prilaku, berarti mengukur pengaruh pelatihan terhadap kinerja pekerjaan melalui wawancara kepada peserta pelatihan dan rekan kerja mereka, serta mengamati kinerja pada pekerjaan. 4 Hasil, para pemberi kerja mengevaluasi hasil-hasil dengan mengukur pengaruh dari pelatihan pada pencapaian tujuan organisasional. Karena hasil-hasil seperti produktivitas, kualitas, waktu, penjualan, dan biaya secara relative konkret, jenis evaluasi ini dapat dilakukan dengan menbandingkan data-data sebelum dan setelah pelatihan. 36 36 Robert L. Manthis dan Jhon H. Jackson, Human Resource Management , Jakarta : Salemba Empat, 2006, h. 330-331

B. Konsep Sertifikasi Pembimbing Manasik

1. Pengertian Sertifikasi Pembimbing

Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji adalah proses pemerolehan sertifikat pembimbing oleh seseorang yang telah bertugas sebagai pembimbing ibadah haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji KBIH, Ikatan Persaudaraan Ibadah Haji Indonesia IPHI, atau Pegawai Kementerian Agama Penyuluh Agama Islam, Petugas KUA, dan Pegawai yang berkompeten pada bidang haji. Sertifikat pembimbing ibadah haji merupakan bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada pembimbing ibadah haji sebagai tenaga profesional. 37 Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pembimbing manasik melalui pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai penjamin mutu quality assurance. Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji adalah proses penilaian dan pengakuan pemerintah atas kemampuan dan keterampilan seseorang untuk melakukan bimbingan manasik haji secara professional. 37 Suroso, Kabag Tata Usaha Kanwil Kemenag Prov. Jateng Jurnal Haji Sertifikasi Pembimbing Ibadah Haji Menuju Petugas Haji Yang Berkualitas , diakses pada 15 September 2014

2. Pengertian Manasik Haji

Manasik berasal dari nuskan-nusukan-mansakan adalah bentuk jamak dari mansaku yang bertarti tata cara ibadah. Maka kata manasik haji artinya tata cara ibadah haji. 38 Sedangkan menurut Harahap sumuran menerangkan bahwa manasik adalah tata cara pelaksanaan haji, atau hal-hal peribadatan yang berkaitan dengan ibadah haji, yaitu : melaksanakan ihram dan miqat yang telah ditentukan, thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, mabit di Mudzalifah, melempar jumrah, dan lain sebagainya. 39 Ibadah Haji merupakan salah satu rukun islam yang lima, sebagaimana di riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah saw telah bersabda yang artinya : Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shal lallahu‟alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara: Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 97 : ي لاعلا ع ينغ ها إف رفك مو ايبس هيلإ عاطتسا م تيبلا جح سانلا ىلع هللو 38 Gus Arifin, Fiqih Haji dan Umroh, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014 h. 377 39 Harahap Sumuran, Kamus Istilah Haji dan Umroh Jakarta : Mitra Abadi Press, 2008, h. 362 “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam.” QS. Ali Imran: 97 Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkhutbah dan bersabda, yang artinya adalah : “Wahai sekalian manusia, sungguh telah diwajibkan atas kalian berhaji maka berhajilah kalian. Lalu ada seorang yang bertanya, “Apakah wajib setiap tahun wahai Rasulullah?” beliau lalu terdiam. Sampai ketika orang itu bertanya p ada kali yang ketiga beliau menjawab, “Seandainya saya katakan „ya‟ maka haji akan menjadi wajib setiap tahunnya dan kalian pasti tidak akan sanggup melakukannya.” HR. Muslim no. 1337. Keimanan seseorang tidak akan sempurna sebelum ia mengerjakan ibadah haji ke Baitullah. Meskipun begitu ibadah haji hanya ditekankan sekali seumur hidup. Adapun dari rangkaian pengertian manasik haji diatas, maka penulis menguraikan beberapa proses pelaksanaan manasik haji, diantaranya adalah : 1. Ihram Ihram adalah niat memulai mengerjakan ibadah hajiumroh. 2. Thawaf Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali, dimana ka’bah selalu berada disebelah kirinya dimulai dan diakhiri di sudut rukun Hajar Aswad.