Pengertian Manasik Haji Konsep Sertifikasi Pembimbing Manasik

3. Sa’i Sa’i adalah berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya sebanyak 7 kali yang dimulai dari bukit Safa dan berakhir di bukit Marwah. 4. Wukuf Wukuf adalah keberadaan diri seseorang di Arafah walaupun sejenak dalam waktu antara tergelincirnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah hari Arafah sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah hari Nahar. 5. Mabit Mabit adalah bermalamistirahat. Mabit dibagi dua yaitu mabit di Mudzalifah tanggal 9 Dzulhijjah dan mabit di Mina pada malam menjelang tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah. 6. Lontar Jumroh Lontar Jumroh adalah melontar atau melemparkan batu kerikil ke dinding marma jumrah Ula, Wustha, dan Aqobah pada hari Nahar dan hari Tasyrik 7. Tahalul Tahalul adalah keadaan seseorang yang telah dihalalkan dibeolehkan melakukan perbuatan yang sebelemnya dilarang selama berihrom. Tahalul ada 2 yaitu Tahalul Awal dan Tahalul Tsani. 40 40 Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umroh Jakarta : PT. Elex Media Komputindo 2010, h. 11 41

BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR WILAYAH

KEMENTERIAN AGAMA DKI JAKARTA

A. Sejarah terbentuknya Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religious, hal tersebut tercermin baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan bernegara. Secara historis, benang merah nafas keagamaan tersebut dapat ditelusuri sejak abad V masehi, dengan berdirinya kerajaan kutai yang bercorak hindu dii Kalimantan, melekat pada kerajaan-kerajaan di pulau Jawa, antara lain kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dan kerajaan Purnawarman di Jawa Tengah. Dan pada masa kerajaan Sriwijaya, candi Borobudur dibangun sebagai lambing kejayaan agama Budha, kerajaan Sriwijaya juga membangun sekolah tinggi Budha di Palembang yang menjadi pusat studi agama Budha se-Asia Tenggara pada masa itu. Bahkan bebrapa siswa dari Tiongkok yang ingin memperdalam agama Budha lebih dahulu, bebrapa tahun membekali pengetahuan awal di Palembang sebelum melanjutkan ke India. Dan pada abad ke 7, melalui para pedagang Arab yang telah lama berhubungan dagang dengan kepulauan Indonesia, tidak lama setelah islam berkembang di Jazirah Arab. Agama islam tersiar secara hampir merata di seluruh Kepulauan Nusantara seiring dengan berdirinya kerajaan-kerajaan islam, seperti Perlak dan Samudera Pasai di Aceh, kerajaan Demak, Pajang dan kerajaan Mataram di Jawa Tengah, kerajaan Cirebon, dan Banten di Jawa Barat, kerajaan Goa di Sulawesi Selatan, Tidore Banjar di Kalimantan, dan lain-lain. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia menentang Penjajah Belanda, banyak raja dan kalangan bangsawan yang bangkit menentang penjajah. Mereka tercatat sebagai pahlawan bangsa, seperti Sultan Iskandar Muda, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan lain-lain. Secara filosofis, sosio politis dan historis, agama bagi bangsa Indonesia sudah berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Itulah sebabnya para taokoh dan pemuka agama, selalu tampil sebagai pelopor pergerakan perjuangan kemerdekaan, baik melalui partai politik, maupun sarana lainya. Perjuangan kemerdekaan tersebut melalui jalan yang panjang sejak zaman colonial Belanda sampai kalahnya Jepang pada perang Dunia ke II. Mr. Muhammad Yamin adalah orang pertama yang mengusulkan dalam siding BPUPKI agar Pemerintah RI membentuk Kementerian Islamiyah. Para tokoh yang mengusulkan agar Kementerian yang mengurusi agama dimasukan ke dalam Kemneterian Dalam Negeri, bahkan ada yang mengusulkan ke Kementerian Pendidikan. Dari 27 anggota PPKI ternyata hanya 6 orang yang menyetuji adanya Kementerian yang menguurusi Agama. Namun pada siding Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat BP-KNPI pada tanggal 11 November 1945 mengemukakan kembali usul adanya Kementerian Agama sendiri, usul tersebut dilanjutkan kembali dalam berbagai rapat yang dipelopori oleh berbagai tokoh agama sehingga Presiden Soekarno memberikan isyarat kepada Wapres Moh. Hatta agar ada kementerian khusus mengurusi agama. Maka pada tanggal 3 Januari 1946 lahirlah Kementerian Agama RI dengan H. Rasjidi BA sebagai Meneteri Agama yang pertama. Dalam keputusan Menteri Agama, tentang tata organisasi dan tata kerja Kementerian Agama Provinsi dan KabKota, kedudukan Kantor Wilayah Kemneterian Agama Provinsi DKI Jakarta adalah Institusi vertical Kementerian Agama yang berada dibawah dan tanggung jawab langsung kepada Menterti Agama RI. Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, berdiri satu tahun setelah Kementerian Agama RI didirikan, dengan kepala Kanwil yang pertama adalah R.H.O Hudaya, selanjutnya H.M. Djamil Latief S.H, K.H. Muchtar Natsir, H. Salahudin El Chairi BA, Drs. H. Muhammad, H. Halimi AR, Drs. H. Mubarok, Drs. H. A. Bidawi Zubir, Drs. H. Rusli Wolman,MM, Drs. H. Abdul Chair, Drs. H. Muhaimin RD, H. Ahmad Fauzan Harun, S.H, Drs. Sutami, M.Pd.I, dan H. Muhaimin Luthfie. 1

B. Visi dan Misi Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta

Visi-Misi merupakan hal yang cukup penting dalam sebuah organisasi, Karena Visi-Misi merupakan gambaran dari sebuah organisasi, karena tanpa Visi-Misi, sebuah organisasi tidak akan memiliki dasar tujuan jangka panjang yang nantinya akan digunakan dalam menjalankan aktivitas keseharianya. 1 www.kemenagdki.go.id , diakses pada tanggal 10 Januari 2015