Pencatatan Kelahiran di Indonesia Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Pendaftaran Kelahiran Yang Melampaui Batas Waktu

Posisi seorang anak sebagai Warga Negara Indonesia diatur dalam Konstitusi UUD 1945, terdapat dalam pasal 28 B ayat 2 yaitu bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Selain itu dalam Undang- Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Republik Indonesia tepatnya dalam pasal 5 dikatakan bahwa setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. Hak-hak Anak di berbagai Undang-Undang, antara lain UU No. 391999 tentang Hak Asasi Manusia maupun UU No. 232002 tentang Perlindungan Anak, jelas menyatakan akta kelahiran menjadi hak anak dan tanggung jawab pemerintah untuk memenuhinya.

D. Pencatatan Kelahiran di Indonesia

Dalam Undang – Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan tepatnya pasal 27 dikatakan bahwa : 1. Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada instansi pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 enam puluh hari sejak kelahiran. 2. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pejabat pencatatan sipil mencatatkan pada register akta kelahiran dan menerbitkan kutipan akta kelahiran. Universitas Sumatera Utara

E. Syarat Pencatatan Kelahiran 1. Pencatatan Kelahiran yang terjadi di Indonesia

Dalam pasal 51 Undang- Undang Nomor 25 tahun 2008 tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan Sipil dikatakan bahwa setiap pencatatan kelahiran yang terjadi di Indonesia dicatatkan kepada instansi pelaksana dimana tempat terjadinya kelahiran, pencatatan kelahiran yang dimaksud dengan memperhatikan: a. Tempat domisili ibunya bagi penduduk Warga Negara Indonesia; b. Diluar tempat domisili ibunya bagi penduduk Warga Negara Indonesia c. Tempat domisili ibunya bagi Penduduk Orang Asing; d. Diluar tempat domisili ibunya bagi Penduduk Orang Asing; e. Orang Asing pemegang Izin Kunjungan; f. Anak yang tidak diketahui asal- usulnya atau keberadaan orangtuanya.

2. Pencatatan Kelahiran di Luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Dalam pasal 59 Undang- Undang Nomor 25 tahun 2008 dikatakan bahwa kelahiran warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia dicatatkan pada instansi yang berwenang di Negara setempat. Kelahiran Warga Negara Indonesia yang telah dicatatkan, dilaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia dengan memenuhi syarat: a. Bukti pencatatan kelahiran di Negara setempat ; Universitas Sumatera Utara b. Fotokopi Paspor Republik Indonesia orangtua; dan c. Kutipan Akta Perkawinan Buku Nikah atau bukti tertulis Perkawinan Orangtua. Pencatatan kelahiran dilakukan dengan cara: a. Warga Negara Indonesia mengisi formulir pelaporan Kelahiran dengan menyerahkan dan atau menunjukkan persyaratan kepada Pejabat Konsuler; b. Pejabat konsuler mencatat laporan kelahiran Warga Negara Indonesia dalam daftar Kelahiran Warga Negara Indonesia dan memberikan surat bukti Pencatatan Kelahiran dari Negara setempat. Dalam hal Negara setempat tidak menyelenggarakan Pencatatan Kelahiran bagi orang asing, Pencatatan Kelahiran Warga Negara Indonesia dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia. Pencatatan Kelahiran dilakukan dengan memenuhi syarat berupa : a. Surat Keterangan Lahir dari penolong kelahiran; b. Fotokopi Paspor Republik Indonesia orangtua; c. Kutipan Akta Perkawinan buku nikah atau bukti tertulis perkawinan orangtua. Pencatatan kelahiran dilakukan dengan cara: Universitas Sumatera Utara a. Warga Negara Indonesia mengisi formulir Pencatatan Kelahiran dengan menyerahkan dan atau menunjukkan persyaratan- persyaratan yang tertera kepada Pejabat Konsuler; b. Pejabat Konsuler mencatat dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran. Perwakilan Republik Indonesia berkewajiban menyampaikan data kelahiran kepada Instansi Pelaksana melalui departemen yang bidang tugasnya meliputi urusan Pemerintahan dalam Negeri. Instansi pelaksana yang menerima data kelahiran mencatat dan merekam ke dalam Database Kependudukan. Warga Negara Indonesia setelah kembali ke Indonesia melapor kepada Instansi Pelaksana atau UTPD Instansi Pelaksana di tempat domisili dengan membawa alat bukti pelaporan pencatatan kelahiran dari Luar Negeri.

3. Pencatatan Kelahiran di atas Kapal Laut atau Pesawat Terbang

Dalam pasal 63 paragraf 3 Undang- Undang Nomor 25 tahun 2008 dikatakan bahwa kelahiran anak warga Negara Indonesia diatas kapal laut atau pesawat terbang di dalam atau di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diberikan Surat Keterangan Kelahiran oleh Nahkoda Kapal Laut atau Kapten Pesawat terbang. Universitas Sumatera Utara

4. Pencatatan Kelahiran yang melampaui Batas Waktu

Untuk masyarakat Eropa masa tenggang waktu pencatatan kelahiran diatur dalam pasal 37 dan pasal 38 Reglemen Pencatatan Sipil dikatakan bahwa tenggang waktu pencatatan kelahiran apabila pencatatan sipilnya terpisah oleh laut atau jaraknya lebih dari sepuluh pal dan dalam pasal 38a Reglemen dikatakan bahwa apabila pencatatan kelahiran lewat dari tenggang waktu yang sudah ditetapkan maka hanya dapat dilakukan setelah adanya putusan Pengadilan Negeri dari tempat pemohon. Untuk masyarakat Tionghoa tetapi dalam waktu Pencatatan Kelahiran yang jaraknya lebih dari sepuluh pal sama dengan peraturan yang ditetapkan untuk golongan Eropa, namun pada peraturan untuk golongan Tionghoa diatur dalam pasal 50 Reglemen. 40 Mengenai Pencatatan Kelahiran yang melampaui batas waktu diatur juga dalam Undang- Undang Nomor 25 tahun 2008 tepatnya pasal 64 dan pasal 65. 41 40 Rahmadi Usman, op.cit hlm. 207 41 Undang- Undang Nomor 25 tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Dalam pasal 64 dikatakan bahwa Pencatatan Pelaporan Kelahiran yang melampaui batas waktu 60 enam puluh hari sampai dengan 1 Satu tahun sejak tanggal kelahiran, dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai persyaratan pencatatan kelahiran setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana. Universitas Sumatera Utara Hal ini maksudnya adalah bahwa pencatatan kelahiran yang terlambat untuk Peristiwa Kelahiran yang terjadi tidak dapat dilakukan secara langsung tetapi harus melaporkan dulu ke Instansi Pelaksana yang dalam hal ini adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil bahwa telah terjadi peristiwa kelahiran beberapa tahun yang lalu. Pelapor harus menyertakan alasan - alasan yang menyebabkan kelahiran tersebut tidak didaftarkan dan apabila alasan tersebut dapat diterima oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil barulah dapat dilaksanakan pendaftaran Peristiwa Kependudukan dan Akta dapat dikeluarkan. Dalam pasal 65 dikatakan bahwa pencatatan pelaporan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 satu tahun sejak tanggal kelahiran, dilakukan dengan ketentuan mengenai Persyaratan Pencatatan Kelahiran setelah mendapatkan penetapan Pengadilan Negeri. Dalam pasal ini jelas dikatakan bahwa pencatatan kelahiran yang terjadi lewat batas waktu yang telah ditetapkan maka penduduk tersebut harus melapor ke Pengadilan untuk mendapatkan keputusan apakah pendaftaran peristiwa kelahiran tersebut masih dapat dilakukan atau tidak, namun sejalan dengan dikeluarkannya Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 18PUU-XI2013 tentang Akta Kelahiran, maka Pasal 65 tidak lagi digunakan dan pendaftaran kependudukan bagi yang melampaui batas waktu dapat dilakukan hanya dengan keputusan Kepala Instansi Pelaksana setempat yang dalam hal ini adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Universitas Sumatera Utara

F. Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Pendaftaran Kelahiran Yang Melampaui Batas Waktu

Awalnya pendaftaran kelahiran harus dilakukan 60 hari sejak terjadinya proses Kelahiran, namun dengan berbagai pertimbangan maka Mahkamah Konstitusi mengeluarkan peraturan bahwa pengurusan akta kelahiran tidak lagi harus melalui pengadilan. Masyarakat tidak perlu lagi mengurus akta kelahiran ke pengadilan walaupun mengalami keterlambatan. Pasalnya, Mahkamah Konstitusi MK mengabulkan permohonan gugatan UU Administrasi Kependudukan terkait pengurusan akta kelahiran apabila mengalami keterlambatan lebih dari 60 hari. 42 1. Pelaporan Kelahiran sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat 1 yang melampaui batas waktu 60 enam puluh hari sampai dengan 1 satu tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana setempat. Pasal 32 ayat 2 Undang- Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang berisikan: 2. Pencatatan Kelahiran yang melampaui batas waktu 1 satu tahun sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri. 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Persyaratan dan Tata Cara Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur dalam Peraturan Presiden. 42 Putusan sidang Mahkamah Konstitusi Nomor 18 PUU-XI2013 tentang Akta Kelahiran Universitas Sumatera Utara Dalam Amar Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 18PUU-XI2013 secara singkat dijelaskan mengenai pertentangan antara Pasal 32 Undang- Undang Tahun 2006 dengan Undang- Undang Republik Indonesia 1946 yang diantaranya adalah sebagai berikut: 43 1. Pasal 32 ayat 2 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependuduk an bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Kata persetujuan dalam pasal tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai sebagai keputusan.” 2. Frasa “sampai dengan satu tahun” bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. 3. Pasal 32 ayat 2 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. 4. Frasa “ dan ayat 2” dalam pasal 32 ayat 3 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Hal itu terjadi karena ketidaksiapan untuk menghadapi terjadinya transformasi nilai yang berdimensi luas serta menimbulkan dampak terjadinya berbagai masalah pembangunan yang kompleks. Dengan menimbang Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 yang menyatakan bahwa pembuatan akta kelahiran didasarkan pada surat keterangan dari orang yang 43 http:www.tribunnews.com20130430mk-hapus-peran-pengadilan-dalam-pembuatan-akte-kelahiran , diakses tanggal 6 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara menyaksikan dan atau membantu proses kelahiran dan pasal 27 ayat 4 Undang-Undang nomor 23 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa dalam hal anak yang proses kelahirannya tidak diketahui dan orangtuanya tidak diketahui keberadaannya, pembuatan akta kelahiran anak tersebut dibuat berdasarkan keterangan orang yang menemukannya.” 44 44 Undang- Undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 28 ayat 1 Undang- Undang nomor 23 Tahun 2002 menyatakan bahwa pembuatan akta kelahiran menjadi tanggung jawab pemerintah yang dalam pelaksanaannya diselenggarakan serendah-rendahnya pada tingkat kelurahan atau desa. Berdasarkan ketentuan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan akta kelahiran merupakan kewajiban pemerintah di bidang Administrasi kependudukan yang diselenggarakan dengan sederhana dan terjangkau. Pada sisi lain, setiap penduduk wajib melaporkan setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa yang dialaminya termasuk kelahirannya Menurut Mahkamah Konstitusi, keterlambatan melaporkan kelahiran yang lebih dari satu tahun harus dengan penetapan pengadilan akan memberatkan masyarakat. Keberatan tersebut bukan saja bagi mereka yang tinggal jauh didaerah pelosok tetapi juga bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Lagipula, sebagaimana telah dipertimbangkan diatas, proses di pengadilan bukanlah proses yang mudah bagi masyarakat awam sehingga dapat mengakibatkan terhambatnya hak-hak Konstitusional Warga Negara terhadap kepastian hukum. Universitas Sumatera Utara Dalam pasal 32 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan berbunyi pencatatan kelahiran yang melampaui batas Atas berbagai pertimbangan matang, Mahkamah Konstitusi MK menghapus pasal itu, kini pengurusan akta sepenuhnya ditangan pemerintah lewat petugas catatan sipil. Ketua Mahkamah Agung MA menindaklanjuti kebijakan dari MK tersebut dengan mencabut Surat Edaran Mahkamah Agung SEMA Nomor 6 tahun 2012 terkait pedoman pencatatan akta kelahiran. Maka itu, bagi masyarakat ataupun orangtua yang terlambat mengurus akta kelahiran usia diatas 1 tahun, mulai tanggal 1 Mei 2013 tidak perlu lagi mengurus hingga ke Pengadilan Negeri, tetapi cukup langsung urus saja di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. waktu 1 tahun dilaksanakan berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri. 45 45 Putusan sidang Mahkamah Konstitusi Nomor 18 PUU-XI2013 tentang Akta Kelahiran. Universitas Sumatera Utara

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI KEADAAN PENCATATAN KELAHIRAN DI

KABUPATEN DAIRI DAN PERATURAN SERTA MEKANISME PENCATATAN KELAHIRAN YANG TERDAPAT DI KABUPATEN DAIRI

A. Pengertian Umum

Maksud dari keadaan pencatatan kelahiran di Kabupaten Dairi adalah bahwa semua kelahiran bayi di Kabupaten Dairi wajib dilaporkan agar dicatatkan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mendapatkan akta kelahiran. Adapun maksud dari peraturan serta mekanisme pencatatan kelahiran yang terdapat di Kabupaten Dairi adalah bahwa untuk mendapatkan akta kelahiran diatas berlaku peraturan dan mekanisme pencatatan kelahiran yang tertuang dalam Peraturan Bupati Dairi Nomor 3 tahun 2010 tentang Pedoman dan Tata Cara Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk yang merupakan penjelasan lebih lanjut dari Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 8 tahun 2009. B. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. 59 Menurut Nihin, Otonomi Daerah adalah kewenangan dari daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan pengaturan Perundang – Undangan. 60 59 Pasal 1 ayat 5 Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004, Lembaran Negara Nomor 125 tentang Otonomi Daerah. 43 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan

0 54 86

UNDANG UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

0 0 43

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

0 0 44

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan

0 2 7

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 17

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 2

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

0 0 7

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

0 0 44

BAB II PENGATURAN PENCATATAN KELAHIRAN BAGI ANAK DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN A. Pencatatan Kelahiran Menurut KUHPerdata - Analisis Yuridis Tentang Akta Kelahiran Bagi Anak Yang Belum Terdaftar Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 200

0 0 27

Pencatatan Kelahiran Di Kabupaten Dairi Dalam Rangka Pelaksanaan Administrasi Kependudukan Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 9