Dengan input tersebut suatu sistem teknologi dapat bergerak untuk mendorong dan meningkatkan kesejahteraan manusia sebagai penggerak sekaligus manager
dalam siklus konsep sistem. Manajemen dalam input harus dikelola dengan baik sehingga apa yang menjadi masukan dapat mengeluarkan hasil yang optimal dan
maksimal. Ada dua pengelolaan input yang menandakan sistem pertanian tersebut:
1. High External Input Agriculture HEIA HEIA merupakan sistem pertanian modern yang menggunakan input
anorganik dengan jumlah atau sistem pertanian konvensional. Sistem ini mengkonsumsi sumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui, seperti minyak
bumi dan posfat dalam tingkat yang membahayakan. Sistem pertanian ini berorientasi pada pasar dan membutuhkan modal besar Rejntjes, et al, 2004
2. Low External Input Sustainable Agriculture LEISA Sistem pertanian LEISA adalah pertanian yang telah memperhatikan
lingkungan dalam penggunaan input. Meskipun demikian, sistem pertanian ini tetap memanfaatkan teknologi modern, termasuk menggunakan benih hibrida
berlabel, melaksanakan konservasi tanah dan air, serta pengolahan tanah yang berasaskan konservasi Sutanto, 2006. Sebagian besar input usahatani yang
dimanfaatkan berasal dari lahan, desa, wilayah atau negara sendiri dan diupayakan tindakan yang tepat untuk menjamin dan menjaga keberlanjutan. Penerapan
pertanian LEISA di beberapa daerah telah dilakukan pemerintah dengan cara mengurangi penggunaan input anorganik seperti urea, TSP dan KCL serta
menambahkan bahan organik ke areal usahatani. Hasil produksi yang diperoleh dapat melebihi produksi pertanian modern. Pertanian padi ramah lingkungan
metode budidaya padi sehat yang menjadi objek penelitian termasuk dalam konsep pertanian LEISA.
2.2. Pertanian Organik
Organic Agriculture
Pertanian organik di definisikan sebagai “sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas
agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan”. Lebih lanjut IFOAM International
Federation of Organik Agriculture Movements menjelaskan pertanian organik
adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversity, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sertifikasi produk organik
yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi. Dalam hal ini
penggunaan GMOs Genetically Modified Organisme tidak diperbolehkan dalam setiap tahapan pertanian organik mulai produksi hingga pasca panen
6
. Padi organik adalah padi yang disahkan oleh sebuah badan independen,
untuk ditanam dan diolah menurut standar ‘organik’ yang ditetapkan. Belum ada
satu definisi pun untuk organik, kebanyakan definisi memiliki elemen umum.
Misalnya, organik sebagaimana digunakan pada kebanyakan tanaman sawah yang umumnya berarti bahwa:
1. Tidak ada pestisida dan pupuk dari bahan kimia sintetis atau buatan yang telah
digunakan. 2.
Kesuburan tanah dipelihara melalui proses “alami” seperti penanaman tumbuhan penutup danatau penggunaan pupuk kandang yang dikompos dan
limbah tumbuhan. 3.
Tanaman dirotasikan di sawah untuk menghindari penanaman tanaman yang sama dari tahun ke tahun di sawah yang sama.
4. Pergantian bentuk-bentuk bukan-kimia dari pengendalian hama digunakan
untuk mengendalikan serangga, penyakit dan gulma, misalnya serangga yang bermanfaat untuk memangsa hama, jerami setengah busuk untuk menekan
gulma, dan lain-lain. Pertanian organik menurut FAO Food Association Organization 1999,
adalah suatu system manajemen yang holistic dalam mempromosikan dan meningkatkan pendekatan system pertanian ber-wawasan kesehatan lingkungan,
termasuk biodiversitas, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Dalam pengertian ini ditekankan pada preferensi penerapan input of farm dalam
manajemen dengan memperhatikan kondisi regional yang sesuai.
6
http:klipingut.wordpress.com20071216mungkinkah-pertanian-organik-di-indonesia [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]
2.2. Pertanian Konvensional