dibandingkan dengan usahatani padi konvensional terutama pada total biaya diperhitungkan. Namun dapat diketahui bahwa pendapatan tunai pada usahatani
padi sehat nilainya lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi konvensional. Petani padi sehat memperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp
7.584.961,85 per hektar. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh oleh petani padi konvensional hanya sebesar Rp 7.711.680,75 per hektar. Hal
tersebut dikarenakan rata - rata biaya tunai dan total petani padi sehat lebih besar dari petani padi konvensional, sehingga dapat diketahui selisih antara pendapatan
atas biaya tunai padi sehat dan konvensional rata - rata sebesar Rp 126.718,90 per hektar, dan nilai tersebut lebih menguntungkan bagi petani padi konvensional jika
dibandingkan dengan petani padi sehat. Sama halnya dengan pendapatan atas biaya total pada masing–masing
usahatani, diketahui bahwa pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani padi sehat lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan atas biaya total usahatani padi
konvensional. Jika dilihat pada Tabel 16 bahwa petani padi sehat menerima pendapatan atas biaya totalnya sebesar Rp 6.032.222,22 per hektar, hal tersebut
disebabkan oleh besarnya total biaya tunai, sehingga pendapatan atas biaya totalnya menjadi lebih kecil. Sementara pendapatan atas biaya total petani padi
konvensional sebesar Rp 5.048.342,53 per hektar, hal ini menunjukan bahwa petani padi konvensional masih mendapatkan keuntungan apabila biaya yang
diperhitungkan tetap dibayarkan.
7.4. Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani
Beberapa analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi pendapatan usahatani adalah dengan melihat nilai pendapatan atas penggunaan
tenaga kerja dalam keluarga return to family labour, pendapatan atas penggunaan lahan return to land dan menggunakan analisis imbangan
penerimaan terhadap biaya RC Rasio. Adapun hasil perhitungan nilai return to family labour
dan return to land dapat dilihat pada Tabel 17 dan perhitungan analisis imbangan penerimaan terhadap biaya dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 17. Perbandingan Nilai Return to Family Labour dan Return to Land pada Usahatani Padi Sehat dan Padi Konvensional
No Jenis Usahatani Return to Family Labour Rp
Return to Land Rp
1 Padi Sehat
62.608,99 11.058.796,29
2 Padi Konvensional
48.373,37 9.463.788,11
Penilaian return to family labour pada kegiatan usahatani padi sehat dan konvensional pada Tabel 17 menunjukkan bahwa usahatani padi sehat, nilai
return to family labour lebih besar yaitu Rp 62.608,99 dibandingkan dengan
usahatani padi konvensional. Dengan demikian kegiatan usahatani padi sehat yang dikerjakan oleh petaninya sendiri atau keluarganya Tenaga Kerja Dalam
Keluarga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi konvensional. Sama halnya dengan perhitungan nilai return to
land, usahatani yang diterapkan pada lahan padi padi sehat memperoleh
pendapatan atas lahannya lebih besar yaitu Rp 11.058.796,29 dibandingkan dengan pendapatan atas penggunaan lahan padi konvensional. Nilai tersebut
merupakan ukuran produktivitas tanah usahatani. Dengan demikian usahatani padi sehat jika dilihat dari hasil penerimaannya berdasarkan penggunaan lahan lebih
menguntungkan. Sebaran penggunaan input pada usahatani skala luas dan sempit
merupakan paparan yang penting untuk analisis lebih lanjut dalam efisiensi penggunaan input pada usahatani skala yang berbeda. Salah satu analisis yang
dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi pendapatan usahatani adalah dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan terhadap biaya RC Rasio. Adapun
perhitungan analisis penerimaan terhadap biaya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani dengan Menggunakan Analisis
Imbangan Penerimaan dan Biaya RC Rasio
No Uraian Usahatani
Padi Sehat Padi Konvensional
1 Pendapatan Atas Biaya Tunai
7.584.961,85 7.717.680,75
2 Pendapatan Atas Biaya Total
6.032.222,22 5.048.342,53
3 Total Biaya Tunai
6.276.178,89 3.595.911,84
4 Total Biaya
7.828.918,52 6.259.250,06
5 RC Rasio atas Biaya Tunai
2,21 3,15
6 RC Rasio atas Biaya Total
1,77 1,80
Berdasarkan Tabel 18 memperlihatkan efisiensi usahatani dari dua jenis usaha yang diusahakan petani di Desa Ciburuy yang ditunjukkan oleh nilai
imbangan penerimaan atas biaya tunai dan imbangan penerimaan atas biaya total. Nilai imbangan penerimaan atas penggunaan biaya tunai usahatani padi sehat
sebesar 2,21 jauh lebih kecil dari imbangan penerimaan atas biaya tunai usahatani padi konvensional yaitu sebesar 3,15. Hal ini menjelaskan bahwa petani padi sehat
menerima 2,21 rupiah dari setiap satu rupiah input yang dikeluarkan, sementara petani padi konvensional penyewa menerima 3,15 rupiah dari setiap satu rupiah
input yang dikeluarkannya. Sedangkan jika dilihat dari imbangan penerimaan atas biaya total
usahatani, menyatakan bahwa, petani padi sehat akan memperoleh 1,77 rupiah dari setiap satuan inputnya sementara petani padi konvensional hanya menerima
sebesar 1,80 rupiah dari setiap satu rupiah input yang digunakan dalam usahataninya.
Meskipun demikian, usahatani padi sehat dan konvensional masih menguntungkan secara ekonomi karena nilai imbangan penerimaan atas biaya
tunai masing – masing usahatani tersebut lebih dari satu RC Rasio 1, selisih yang berbeda ini sama halnya dengan imbangan penerimaan atas biaya total pada
usahatani padi konvensional yang nilainya hampir sama antara usahatani yang dijalankan dengan metode budidaya padi sehat dan padi konvensional.
Penggunaan biaya total pada kedua usahatani, baik pada usahatani padi sehat dan usahatani padi konvensional tidak terlalu jauh berbeda dengan selisih
biaya total sebesar Rp 1.569.668,46. Sama halnya dengan perbedaan biaya tunainya dengan selisih sebesar Rp 2.686.267,05. Namun biaya tunai yang paling
besar dikeluarkan oleh petani padi konvensional, dalam komponen biaya tunai usahatani padi konvensional proporsi paling besar untuk biaya tenaga kerja,
pestisida dan pupuk. Dikarenakan penerimaan dari harga gabah pada padi konvensional cenderung lebih kecil yaitu rata – rata sebesar Rp 2.020,00 per kg,
jika dibandingkan dengan harga gabah padi sehat yang lebih besar yaitu rata – rata sebesar Rp 2.420,00 per kg.
Penentuan harga upah per HOK ini telah ditentukan berdasarkan upah yang biasa dikeluarkan petani di Desa Ciburuy yaitu rata – rata upah petani padi
sehat ialah Rp 27.733,33 sedangkan rata – rata upah petani padi konvensional ialah Rp 25.600,00. Hal tersebut yang menyebabkan biaya tunai pada usahatani
padi sehat sangat tinggi untuk alokasi tenaga kerja. Dilihat dari biaya tunai yang dikeluarkan petani padi sehat sebesar Rp 6.276.178,89, nilai RC rasio usahatani
lebih kecil dari nilai RC rasio padi konvensional, namun jika biaya tunai dapat ditekan dengan melakukan menabung bahan – bahan organik untuk pembuatan
pupuk kompos, pestisida nabati, penghematan alokasi tenaga kerja untuk padi sehat secara rasional maka usahatani padi sehat akan lebih menguntungkan, akan
tetapi jika kenaikan biaya tunai yang diiringi oleh kenaikan harga input baik tenaga kerja, pestisida dan pupuk maka usahatani padi sehat akan merugikan.
7.5. Analisis Risiko Penggunaan Tenaga Kerja