Perspektif Hukum Islam Pengertian Anak dan Batas Usia 1.

44

BAB IV PEMIDANAAN BAGI PELAKU PERKAWINAN DI BAWAH UMUR

A. Kebijakan Hukum Pada Saat ini Dalam Rangka Menanggulangi Perkawinan

di Bawah Umur Secara prinsip pada saat ini belum ada kebijakan hukum sacara khusus dan spesifik yang melarang adanya perkawinan di bawah umur. Berdasar undang-undang R.I yang berlaku pada saat ini hal yang mengatur tentang perkawinan adalah undang-undang no. 1 Tahun 1974. Dalam penjelasannya, dalam undang-undang ini tidak terdapat ketentuan pidana yang melarang perkawinan di bawah umur, hal ini dikarenakan pada dasarnya permasalahan perkawinan masuk dalam ranah hukum perdata. Sedangkan peraturan atau undang-undang yang dianggap sebagai upaya penanggulangan pada saat ini adalah:

1. Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974

Dalam undang-undang perkawinan ini memang sudah ada semangat pendewasaan umur bagi orang yang hendak melaksanakan perkawinan namun dalam undang-undang ini tidak menyebutkan adanya sangsi pidana bagi orang yang melanggarnya, disitu hanya menyebutkan perihal yang berkaitan dengan batasan umur bagi orang yang hendak melaksanakan perkawinan, diantaranya: a. Izin orang tua bagi orang yang akan melangsungkan perkawinan yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun 50 . b. Perkawinan hanya diizinkan jika pria sudah mencapai umur 19 sembilan belas tahun dan pihak wanita 16 enam belas tahun 51 . Dan ayat 2 yang menyebutkan dalam hal penyimpangan ayat 1 pasal ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh ke dua orang tua baik pihak pria maupun wanita. c. Anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tua 52 . d. Anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada dalam kekuasaan wali 53 . Dari ketentuan undang-undang di atas, disebutkan bahwasanya ada suatu kebijakan dan semangat pendewasaan umur yang dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 bagi orang yang hendak melaksanakan pernikahan kawin guna menekan terjadinya kasus perkawinan di bawah umur meski dibarengi dengan adanya 50 Undang-Undang perkawinan no. 1 tahun 1974 Pasal 6 Ayat 2 51 Undang-Undang perkawinan no. 1 tahun 1974 pasal 7 ayat 1 52 Undang-Undang perkawinan no. 1 tahun 1974 pasal 47 ayat 1 53 Undang-Undang perkawinan no. 1 tahun 1974 pasal 50 ayat 1 dispensasi bagi orang yang hendak melakukan perkawinan yang pelakunya masih di bawah umur.

2. Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002

Berangkat dari kasus perkawinan di bawah umur antara puji Pujiono Cahyo Widianto dengan seorang anak yang bernama Lutfiana Ulfa yang masih berumur 12 dua belas tahun, dengan adanya pernikahan tersebut Puji dipidana oleh pengadilan negeri semarang dengan vonis 4 empat tahun penjara dan denda Rp 60 juta enam puluh juta rupiah, karena telah dinilai terbukti terdapat unsur penipuan, melakukan serangkaian kebohongan, atau bujuk rayu untuk melakukan persetubuhan sebagaimana tercantum dalam pasal 81 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Dari kasus itu jelas bahwasanya undang-undang ini berisikan esensi dari pertanggungjawaban pidana bagi pelaku perkawinan di bawah umur. Namun pertanggungjawaban pidana yang telah diterima oleh puji pada prinsipnya disebabkan bukan karena perbuatannya melakukan perkawinan dengan seorang anak yang masih di bawah umur tapi hal yang menjadi sebuah entri poin kenapa dia kemudian bisa di hukum dengan tindakannya tersebut, adalah disebabkan karena dia telah dinilai terbukti pada sebuah tindakan eksploitasi seksual terhadap anak yang terbukti masih di bawah umur, dan tidak menutup kemungkinan dari adanya pernikahan di bawah umur sang pelaku memang mempunyai kelainan seks yaitu