62 Representatum tanda: kemakmuran bagi anak dan cucu.
Interpretan: masyarakat Tionghoa dan para arwah yang dituju. Objek: nasi dan daging.
Gambar 16: Apel, Pear li, Nasi, Daging
Dokumentasi: Diah Soviana, 2014
5.2.2 Bakar Harta
Tradisi bakar harta ini baru dimulai pada zaman pemerintahan Kaisar Lie Sie Bien Lie She Min dari Kerajaan Tang di Tiongkok. Lie Sie Bien adalah
seorang kaisar yang adil dan bijaksana serta pemeluk Agama Buddha yang taat sehingga beliau dicintai oleh rakyatnya.
Api dianggap yang paling kuat , dan dianggap suci oleh Dewa. Sehingga, bila ada mala petaka dianggap Dewa tidak senang dan marah. Maka untuk
63 menyenangkan para Dewa harus memberi persembahan tumbuhan, binatang,
bahkan manusia kepada Dewa Api. Ritual persembahan kepada Dewa Api dilakukan dari zaman ke zaman , demikian pula persembahan kepada dewa-dewa
lain dilakukan dengan cara dibakar, dan dipercaya dapat diterima para Dewa. Manusia lalu berpikir, setelah memberi persembahan , maka mereka boleh
meminta sesuatu kepada para dewa. Seperti pada umumnya meminta dilancarkan rejeki Fu, kemakmuran Luk, dan panjang umur Sow, maka jadilah 3 Dewa
yaitu Dewa Fu, Luk, dan Sow. Untuk menolong arwah-arwah sanak keluarga, kerabat dan leluhur melalui
dewa-dewa yang dianggap dapat menolong, maka dibuatlah ritual bakar-bakar sesuai pengetahuan mereka. Demikian pula mereka percaya , bahwa apa yang
dibakar akan diterima pula oleh para leluhur. Adapun makna dari tradisi bakar harta adalah sebagai wujud kemakmuran
dan kesejahteraan bagi para arwah leluhur maupun sanak keluarga.
Gambar 17: Proses Pembakaran
Dokumentasi: Diah Soviana, 2014
64
5.2.3 Bakar Transportasi
Makna dari bakar transportasi ini adalah sebagai wujud penghormatan sanak keluarga kepada arwah leluhur dengan cara mengantarkan arwah leluhur ke
alam baka dengan membawa harta yang telah disediakan oleh keluarga dari dunia. Secara semiotik dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Representatum tanda: penghormatan kepada para arwah leluhur. Interpretan: masyarakat Tionghoa dan para arwah yang dituju.
Objek: transportasi.
5.2.4 Membagikan Sembako
Tradisi membagi-bagikan sembako merupakan tradisi dalam perayaan sembahyang arwah. Makna dari tradisi ini yaitu, diberikan umur panjang dan
kemakmuran sepanjang hidup bagi orang yang menyediakan dan membagikan sembako, sedangkan bagi yang menerima sembako senantiasa mendapat
keuntungan semasa hidupnya. Adapun sembako atau hasil bumi yang dibagikan adalah seperti beras, mihun, mainan anak-anak, dan bahan makanan lainnya.
Secara semiotik dapat dideskripsikan sebagai berikut. Representatum tanda: umur panjang dan kemakmuran.
Interpretan: masyarakat Tionghoa dan para arwah yang dituju. Objek: sembako.
65 Gambar 18:
Sembako Dokumentasi: Diah Soviana, 2014
66
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Setelah dikemukakan tentang Fungsi dan Makna Tradisi Perayaan Sembahyang Arwah pada Upacara Penghormatan Leluhur Masyarakat Tionghoa
di Pematangsiantar, bahwa pada masyarakat tersebut memegang teguh adat kebiasaan mereka yang telah diwariskan secara turun temurun.
Tradisi yang selalu dijalankan pada perayaan sembahyang arwah setiap tahunnya memiliki fungsi dan makna tersendiri. Berdasarkan tradisi-tradisi yang
telah dikemukakan dalam tulisan ini, maka penulis menemukan beberapa kesimpulan mengenai fungsi dan makna tradisi perayaan sembahyang arwah pada
upacara penghormatan leluhur masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar yaitu: 1. Tradisi yang dijalankan memiliki fungsi sebagai perwujudan rasa cinta
kasih dan bakti anak cucu kepada leluhurnya, sebagai penyampai doa dan harapan agar kehidupan senantiasa berjalan baik, dan untuk memberikan
kesempatan bagi anak cucu yang ditinggalkan untuk berbuat kebajikan di dunia demi arwah leluhur maupun keluarganya.
2. Setiap tradisi memiliki makna lambang ketakwaan Shun manusia kepada Tuhan Thian Min dan bakti anak terhadap arwah ayah bundanya yang
sudah meninggal dunia, termasuk pula terhadap arwah leluhurnya, arwah teman-teman, serta arwah umum yang sudah tidak ada sanak saudara yang
menyembahyanginya, memiliki makna kehidupan, makna rezeki, makna