Analisis Kinerja Keuangan dan Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) pada Bank Pemerintah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN TINGKAT KESEHATAN BANK MENGGUNAKAN PENDEKATAN BERDASARKAN RISIKO

(RISK-BASED BANK RATING) PADA BANK PEMERINTAH YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

RENATA SYAHPUTRI BR. PURBA

110522031

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan dan Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) pada Bank Pemerintah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia “ adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Februari 2014

Renata Syahputri Purba NIM 110522031


(3)

ABSTRAK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN TINGKAT KESEHATAN BANK MENGGUNAKAN PENDEKATAN BERDASARKAN RISIKO

(RISK-BASED BANK RATING) PADA BANK PEMERINTAH YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Kinerja bank merupakan gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan dalam suatu periode tertentu melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan tercermin dalam laporan keuangannya. Oleh karena itu sangat penting bagi sebuah bank untuk mempertahankan tingkat kinerja yang baik. Tingkat kinerja bank yang baik meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa keuangan dari bank tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012 dan seberapa besar pengaruh masing-masing faktor tersebut terhadap tingkat kesehatan bank. Objek penelitian ini adalah bank pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012. Dari seluruh populasi diambil sembilan bank dengan periode pengamatan 2011-2012. Sampel ditentukan menggunakan non-probability sampling dengan metode purposivesampling. Karena data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia, maka untuk menentukan ketepatan model penelitian dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik, uji regresi linier berganda dan uji hipotesis dengan menggunakan alat bantu SPSS Statistic 21.

Hasil penelitian menunjukkan secara parsial variabel CKPN terhadap Total Kredit, Posisi Devisa Neto, NPL Bruto, ROA dan CAR berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Sedangkan variabel LDR dan NIM berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Keseluruhan variabel tersebut berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Seluruh bank pemerintah yang terdaftar di BEI periode 2011-2012 memiliki peringkat komposit paling rendah 3 (Cukup Sehat). Bahkan di tahun 2012 kebanyakan dari bank pemerintah memiliki peringkat komposit 2 (Sehat) dan tiga bank yaitu BNI, Mandiri dan Bank Sumut memiliki peringkat komposit 1 (Sangat Sehat) yang berarti bank tersebut telah memiliki penanganan risiko yang semakin baik, tata kelola (GCG) yang lebih baik ataupun rentabilitas dan permodalan yang lebih baik.

Kata kunci : tingkat kesehatan bank, CKPN terhadap Total Kredit, Posisi Devisa Neto, ROA, CAR.


(4)

ABSTRACT

ANALYSIS FINANCIAL PERFORMANCE AND BANKS RATING USING RISK-BASED APPROACH OF GOVERNMENT BANK

LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

Bank performance is a picture of every economic results that can be achieved by the banking company in a given period through the company activities to generate profits and reflected in the financial statements . It is very important for a bank to maintain a good level of performance . Good level of bank performance enhancing public confidence to use the financial services of the bank.

The purpose of this study was to determine the financial performance and the factors that affect banks rating of government bank listed on the Indonesia Stock Exchange during the years 2011-2012 and how much each of these factors influence on banks rating. Object of this study is government banks listed in Indonesia Stock Exchange during the years 2011-2012. From the entire population, nine banks were taken with the observation period 2011-2012. Samples was determined using a non-probability sampling with purposive sampling method. Because the data used are secondary data obtained from the official website of the Indonesia Stock Exchange, it is necessary to determine the accuracy of the research model on several classical assumptions , multiple linear regression and hypothesis testing using tools SPSS Statistics 21.

The results showed that partially Allowance for Impairment to Total Loans, Net Open Position, Gross NPL, ROA and CAR have significant effect on banks rating. While the LDR and NIM have no significant effect on banks rating. These variables have a significant effect simultaneously on banks rating. The entire government banks listed on Indonesia Stock Exchange on period 2011-2012 has the lowest rank 3 (Fit). Even in 2012, most of the government banks has a composite rank 2 (Healthy) and three banks namely BNI , Mandiri and Bank of North Sumatra have composite rank 1 (Very Healthy) which means that banks have had the better risk management, good corporate governance (GCG) and better earnings and capital.

Keywords : banks rating, Allowance for Impairment to Total Loans, Net Open Position, ROA, CAR.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya serta memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi sehingga tersusunlah skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan dan Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) pada Bank Pemerintah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia “. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Segala upaya yang telah dilakukan tentunya tidak terlepas dari dukungan berupa doa, motivasi, bimbingan, kerjasama dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini khususnya kepada suamiku tercinta (Darmansyah Saragih) dan anak-anakku tersayang (Winona Diandra Saragih dan Wirya Narendra Saragih) serta kedua orang tua yang telah mendidik dan membesarkan penulis (Aminsyah Purba dan Tarita Damanik). Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan skripsi berikut ini:

1. Bapak Prof. Dr. H. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak. dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

3. Bapak Drs. Firman Syarif M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1-Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Iskandar Muda, S.E.,M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing. 5. Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak. selaku Dosen Pembaca Penilai. 6. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Ekonomi USU yang turut memberi

dukungan kepada penulis yaitu Darwin, Edwin dan Qivi serta seluruh rekan yang tak bisa penulis ucapkan satu per satu yang turut berjuang menyelesaikan skripsi bersama.

Penulis tahu bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan sebagai masukan yang berharga. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.

Medan, Februari 2014 Penulis

Renata Syahputri Br. Purba NIM 110522031


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Manfaat Penelitian ... 8

1.5.Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis ... 10

2.1.1.Bank ... 10

2.1.2.Tingkat Kesehatan Bank ... 13

2.1.3.Analisis Rasio Keuangan ... 27

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 38

2.3. Kerangka Konseptual ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 41

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42

3.5. Metode Analisis Data ... 44

3.5.1.Statistik Deskriptif ... 44

3.5.2.Uji Asumsi Klasik ... 45

3.5.3.Uji Hipotesis ... 45

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 49

4.2. Analisis Hasil Penelitian ... 51

4.2.1. Statistik Deskriptif ... 51

4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 54

4.2.3. Uji Hipotesis ... 63

4.3.4.Hasil Uji Normalitas ... 47


(8)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 79

5.3. Saran ... 80


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Matriks Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank ... 15

Tabel 2.2. Matriks Penetapan Tingkat Risiko ... 18

Tabel 2.3. Matriks Peringkat Profil Risiko ... 19

Tabel 2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 38

Tabel 3.1. Daftar Populasi dan Sampel ... 40

Tabel 3.2. Pengukuran Variabel ... 43

Tabel 4.1. Rasio Keuangan 2011-2012 ... 50

Tabel 4.2. Statistik Deskripsi ... 51

Tabel 4.3. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 57

Tabel 4.4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 58

Tabel 4.5. Matriks Korelasi ... 58

Tabel 4.6. Koefisien ... 59

Tabel 4.7. Diagnosa Kolinearitas ... 59

Tabel 4.8. Hasil Uji Durbin Watson ... 60

Tabel 4.9. Hasil Uji Glejser ... 62

Tabel 4.10. Hasil Estimasi Regresi ... 64

Tabel 4.11. Koefisien Determinasi... 66

Tabel 4.12. Hasil Uji Simultan dengan F-test ... 67

Tabel 4.13. Hasil Uji Parsial T-test ... 68

Tabel 4.14. Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah yang Terdaftar di BEI periode 2011-2012 ... 76


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 39

Gambar 4.1. Grafik Histogram ... 55

Gambar 4.2. Grafik Normal Plot ... 56


(11)

DAFTAR LAMPIRAN


(12)

ABSTRAK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN TINGKAT KESEHATAN BANK MENGGUNAKAN PENDEKATAN BERDASARKAN RISIKO

(RISK-BASED BANK RATING) PADA BANK PEMERINTAH YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Kinerja bank merupakan gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan dalam suatu periode tertentu melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan tercermin dalam laporan keuangannya. Oleh karena itu sangat penting bagi sebuah bank untuk mempertahankan tingkat kinerja yang baik. Tingkat kinerja bank yang baik meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa keuangan dari bank tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012 dan seberapa besar pengaruh masing-masing faktor tersebut terhadap tingkat kesehatan bank. Objek penelitian ini adalah bank pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012. Dari seluruh populasi diambil sembilan bank dengan periode pengamatan 2011-2012. Sampel ditentukan menggunakan non-probability sampling dengan metode purposivesampling. Karena data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia, maka untuk menentukan ketepatan model penelitian dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik, uji regresi linier berganda dan uji hipotesis dengan menggunakan alat bantu SPSS Statistic 21.

Hasil penelitian menunjukkan secara parsial variabel CKPN terhadap Total Kredit, Posisi Devisa Neto, NPL Bruto, ROA dan CAR berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Sedangkan variabel LDR dan NIM berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Keseluruhan variabel tersebut berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Seluruh bank pemerintah yang terdaftar di BEI periode 2011-2012 memiliki peringkat komposit paling rendah 3 (Cukup Sehat). Bahkan di tahun 2012 kebanyakan dari bank pemerintah memiliki peringkat komposit 2 (Sehat) dan tiga bank yaitu BNI, Mandiri dan Bank Sumut memiliki peringkat komposit 1 (Sangat Sehat) yang berarti bank tersebut telah memiliki penanganan risiko yang semakin baik, tata kelola (GCG) yang lebih baik ataupun rentabilitas dan permodalan yang lebih baik.

Kata kunci : tingkat kesehatan bank, CKPN terhadap Total Kredit, Posisi Devisa Neto, ROA, CAR.


(13)

ABSTRACT

ANALYSIS FINANCIAL PERFORMANCE AND BANKS RATING USING RISK-BASED APPROACH OF GOVERNMENT BANK

LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

Bank performance is a picture of every economic results that can be achieved by the banking company in a given period through the company activities to generate profits and reflected in the financial statements . It is very important for a bank to maintain a good level of performance . Good level of bank performance enhancing public confidence to use the financial services of the bank.

The purpose of this study was to determine the financial performance and the factors that affect banks rating of government bank listed on the Indonesia Stock Exchange during the years 2011-2012 and how much each of these factors influence on banks rating. Object of this study is government banks listed in Indonesia Stock Exchange during the years 2011-2012. From the entire population, nine banks were taken with the observation period 2011-2012. Samples was determined using a non-probability sampling with purposive sampling method. Because the data used are secondary data obtained from the official website of the Indonesia Stock Exchange, it is necessary to determine the accuracy of the research model on several classical assumptions , multiple linear regression and hypothesis testing using tools SPSS Statistics 21.

The results showed that partially Allowance for Impairment to Total Loans, Net Open Position, Gross NPL, ROA and CAR have significant effect on banks rating. While the LDR and NIM have no significant effect on banks rating. These variables have a significant effect simultaneously on banks rating. The entire government banks listed on Indonesia Stock Exchange on period 2011-2012 has the lowest rank 3 (Fit). Even in 2012, most of the government banks has a composite rank 2 (Healthy) and three banks namely BNI , Mandiri and Bank of North Sumatra have composite rank 1 (Very Healthy) which means that banks have had the better risk management, good corporate governance (GCG) and better earnings and capital.

Keywords : banks rating, Allowance for Impairment to Total Loans, Net Open Position, ROA, CAR.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kinerja bank merupakan gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan dalam suatu periode tertentu melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efektif dan efisien, yang perkembangannya dapat diukur menggunakan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan. Oleh karena itu sangat penting bagi sebuah bank untuk mempertahankan tingkat kinerja yang baik. Tingkat kinerja bank yang baik meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa keuangan dari bank tersebut.

Pengertian bank dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 31 tentang Akuntansi Perbankan salah satunya yaitu bank merupakan salah satu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank perlu dipelihara. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu. Kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat ini, menjadi semakin penting artinya mengingat peranan bank sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Di samping faktor likuiditas, keberhasilan usaha bank ditentukan oleh kesanggupan para pengelola dalam


(15)

menjaga rahasia keuangan nasabah yang dipercayakan kepadanya serta keamanan atas uang atau aset lainnya yang dititipkan pada bank.

Selain itu pentingnya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank karena kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Oleh karenanya Bank Indonesia menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Dengan adanya aturan tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan.

Sebelumnya sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum menggunakan sistem penilaian yang dikenal dengan nama CAMELS (Capital, Asset quality, Management, Earnings, Liquidity & Sensitivity to market risk) berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum yang ditetapkan oleh Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 12 April 2004 dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Sekarang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) yang terdiri dari komponen RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance (GCG), Earnings, & Capital) berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian


(16)

Tingkat Kesehatan Bank Umum yang ditetapkan oleh Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 5 Januari 2011 dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Perubahan sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dari CAMELS menjadi RGEC disebabkan krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir memberi pelajaran berharga bahwa inovasi dalam produk, jasa, dan aktivitas perbankan yang tidak diimbangi dengan penerapan Manajemen Risiko yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan mendasar pada Bank maupun terhadap sistem keuangan secara keseluruhan. Pengalaman dari krisis keuangan global tersebut mendorong perlunya peningkatan efektivitas penerapan Manajemen Risiko dan GCG. Tujuannya adalah agar Bank mampu mengidentifikasi permasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta menerapkan GCG dan Manajemen Risiko yang lebih baik sehingga Bank lebih tahan dalam menghadapi krisis. Sejalan dengan perkembangan tersebut di atas, Bank Indonesia menyempurnakan metode penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan menambahkan komponen Risk Profile dan Good Corporate Governance (GCG) dalam sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum.

Pada prinsipnya tingkat kesehatan, pengelolaan Bank, dan kelangsungan usaha Bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari manajemen Bank. Oleh karena itu, Bank wajib memelihara dan memperbaiki tingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan Manajemen Risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya termasuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala terhadap tingkat kesehatannya dan mengambil langkah-langkah perbaikan


(17)

secara efektif. Di lain pihak, Bank Indonesia mengevaluasi, menilai Tingkat Kesehatan Bank, dan melakukan tindakan pengawasan yang diperlukan dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan.

Analisis kinerja keuangan dan tingkat kesehatan bank tentunya bukan hal yang mudah tetapi dapat dilakukan analisis kinerja keuangan dan tingkat kesehatan bank secara sederhana melalui laporan keuangan tahunan yang dipublikasi secara umum oleh bank yang bersangkutan. Salah satu tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan modal yang dimiliki dan dikelola perusahaan untuk membantu para pengguna informasi akuntansi dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Berdasarkan pasal 2 dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank yang ditetapkan oleh Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 13 Desember 2001 dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan, Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan sebagaimana terdiri dari Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan, Laporan Keuangan Publikasi Bulanan dan Laporan Keuangan Konsolidasi yang dapat diperoleh melalui

Laporan keuangan yang diterbitkan diharapkan dapat memberikan gambaran kinerja bank yang sebenarnya. Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat diketahui apakah bank tersebut telah mencapai tingkat efisiensi yang baik atau dengan kata lain telah mengelola dan menggunakan sumber-sumber dana yang ada padanya secara optimal. Bank yang


(18)

memiliki tingkat kesehatan yang baik kebanyakan juga memiliki kinerja keuangan yang baik pula.

Komponen penilaian tingkat kesehatan bank yang digunakan dalam penelitian ini sedikit berbeda dengan penilaian tingkat kesehatan yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum yang ditentukan Bank Indonesia menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) yang terdiri dari komponen RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance (GCG), Earnings, & Capital) sedangkan penelitian ini menggunakan rasio-rasio keuangan yang dapat diperoleh dari laporan keuangan

publikasi bank yang diperoleh melalui

pada dasarnya tidak jauh berbeda karena dari rasio-rasio tersebut merupakan dasar untuk memperoleh nilai setiap komponen RGEC kecuali komponen GCG yang merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Penelitian ini tidak menggunakan komponen GCG karena GCG tidak tercermin melalui angka-angka dalam laporan keuangan yang dipublikasikan tetapi lebih mengenai kemampuan manajemen dalam mengelola bank secara baik.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kesehatan bank, yaitu penetapan peringkat komposit yaitu PK-1 sampai dengan PK-5 berdasarkan Lampiran II.1 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 Perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Urutan peringkat komposit yang lebih kecil mencerminkan kondisi bank yang lebih sehat. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) terhadap total kredit, PDN (Posisi Devisa Neto)


(19)

terhadap total modal, NPL (Non-Performing Loan) bruto dan LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk komponen Profil Risiko (Risk Profile), ROA (Return on Assets) dan NIM (Net Interest Margin) untuk komponen Rentabilitas (Earnings) dan CAR (Capital Adequacy Ratio) untuk komponen Permodalan (Capital).

Menurut penelitian Welthi Sugiarti (2012) Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan bank adalah variabel KAP dan NIM. Sedangkan variabel CAR, ROA, BOPO dan LDR memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Sedangkan penelitian yang dilakukan Aprilia Dewi dan Warsito Kawedar (2010) menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kesehatan bank, LDR berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan bank, ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan bank, NIM berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan bank dan CAR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan bank.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu dalam hal sampel dan periode yang diamati, variabel yang digunakan serta mencoba membandingkan kinerja keuangan antar bank pemerintah berdasarkan rasio keuangan yang digunakan. Oleh karena itu judul penelitianini

adalah “Analisis Kinerja Keuangan dan Tingkat Kesehatan Bank

Menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) pada Bank Pemerintah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia “


(20)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu :

1. Apakah komponen Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) yang terdiri dari Risk Profile, Earnings dan Capital berpengaruh secara signifikan dalam memprediksi tingkat kesehatan bank pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Bagaimana kinerja keuangan bank pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012 dengan menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) yang mulai diterapkan tahun 2011 ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012 dan seberapa besar pengaruh masing-masing faktor tersebut terhadap tingkat kesehatan bank.

2. Untuk mengetahui kinerja keuangan bank pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012 dengan menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) yang mulai diterapkan tahun 2011.


(21)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dan manfaat dari penelitian diharapkan dapat memberi manfaat kepada beberapa pihak antara lain :

1. bagi peneliti, untuk menambah dan mengembangkan wawasan yang dimiliki dan mengimplementasikan teori yang diperoleh saat perkuliahan terutama mengenai analisis terhadap laporan keuangan.

2. bagi manajemen bank, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang dapat dijadikan pedoman dalam menilai tingkat kesehatan bank dan sebagai bahan evaluasi atas kinerja selama tahun 2011-2012 . 3. bagi para pengguna laporan keuangan khususnya pemegang saham dan

investor, dapat menjadi bahan masukan untuk membuat keputusan dan kebijakan yang berhubungan dengan investasi

4. bagi akademisi dan atau peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai pembanding hasil riset penelitian yang berkaitan dengan penilaian tingkat kesehatan bank dan pembanding untuk penelitian selanjutnya dengan perbedaan variabel, sampel, periode yang diamati dan sebagainya.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.


(22)

Bab ini menguraikan tentang landasan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu dan kerangka konseptual.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, dan metode analisis data.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang deskripsi objek penelitian, analisis dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V : PENUTUP


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis 2.1.1. Bank

a. Pengertian Bank

Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 “yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Sedangkan menurut PSAK 31 tentang Akuntansi Perbankan “bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan utama bank adalah menghimpun dana kemudian menyalurkannya kembali dan keberadaan bank di tengah masyarakat sangat membantu masyarakat untuk mengelola keuangannya dengan lebih baik. Karena itu dalam


(24)

kegiatan perbankan kepercayaan masyarakat sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bank.

b. Jenis Bank

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, menurut jenisnya bank terdiri dari:

1) Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2) Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Menurut Kasmir (2008 b:36-40) berdasarkan kepemilikannya bank dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Bank Milik Pemerintah

Bank Milik Pemerintah adalah bank yang seluruh atau sebagian modalnya dan akte pendiriannya didirikan oleh pemerintah.

2) Bank Milik Swasta

Bank Milik Swasta adalah bank yang seluruh atau sebagian modalnya dan akte pendiriannya didirikan oleh swasta.

Berdasarkan status juga dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Bank Devisa

Bank Devisa adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dapat memberikan pelayanan lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri dan sudah mendapat izin dari Bank Indonesia.

2) Bank Non Devisa

Bank Non Devisa adalah bank yang belum mendapatkan izin dari Bank Indonesia untuk memberikan pelayanan lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri seperti Bank Devisa.


(25)

Berdasarkan cara menentukan harga juga dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional

Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional menetapkan bunga sebagai harga dan mengenakan biaya dalam nominal atau persentase tertentu (fee base) dalam mendapatkan keuntungan dan menentukan harga produk bank.

2) Bank Berdasarkan Prinsip Syariah

Bank Berdasarkan Prinsip Syariah menggunakan aturan perjanjian menurut hukum Islam dalam pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) , pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina) .

c. Sumber Dana Bank

Menurut Lukman Dendawijaya (2003), sumber dana bank dibedakan menjadi tiga yaitu:

1) Dana Sendiri (Dana Pihak Pertama)

Dana Sendiri adalah dana yang berasal dari pemegang saham atau pemilik bank . Dana sendiri terdiri dari :

a) Modal yang Disetor

Modal yang disetor yaitu jumlah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham pada waktu bank berdiri. Bank mencari tambahan modal untuk mencapai ketentuan modal minimum (Capital Adequacy Ratio) dengan cara melakukan penjualan saham (go public).

b) Cadangan – Cadangan

Cadangan-cadangan adalah sebagian dari laba bank yang disihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang akan digunakan untuk menutup timbulnya risiko di kemudian hari nanti. c) Laba yang Ditahan

Laba yang ditahan adalah bagian laba yang menjadi milik pemegang saham, akan tetapi oleh rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagi dan dimasukkan kembali dalam modal bank.


(26)

Dana pinjaman adalah dana yang berasal dari pihak luar. Dana pinjaman terdiri dari :

a) Pinjaman dari bank lain (Interbank Call Money)

Pinjaman dari bank lain adalah pinjaman yang berasal dari bank lain di dalam negeri yang diminta bila ada kebutuhan dana mendesak yang diperlukan bank seperti menutup kewajiban kliring.

b) Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan di luar negeri

Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan di luar negeri adalah pinjaman dalam jangka menengah yang realisasinya harus melalui persetujuan Bank Indonesia yang bertindak sebagai pengawas kredit luar negeri (PKLN).

c) Pinjaman Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

Pinjaman LKBB biasanya berbentuk surat berharga yang dapat diperjualbelikan sebelum tanggal jatuh tempo.

d) Pinjaman Bank Indonesia

Pinjaman Bank Indonesia adalah pinjaman yang diberikan oleh Bank Indonesia sesuai syarat dan kewajiban yang berlaku,

3) Dana Masyarakat (Dana Pihak Ketiga)

Dana masyarakat adalah dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha yang diperoleh bank dengan menggunakan instrument produk simpanan yang dimiliki oleh bank . Dana masyarakat dihimpun dalam bentuk giro, deposito atau tabungan, a) Giro (Demand Deposits)

Giro adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. b) Deposito (Time Deposits)

Deposito adalah simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu tertentu yang telah dijanjikan sebelumnya.

c) Tabungan (Savings)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga yang dikeluarkan oleh bank yang penyetoran dan penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada masing-masing bank.

2.1.2. Tingkat Kesehatan Bank

a. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, “tingkat kesehatan bank adalah


(27)

hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank”. Lebih lanjut dinyatakan bahwa bank wajib melakukan penilaian sendiri (self assesment) atas tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating) baik secara individual maupun secara konsolidasi.

Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut :

a. Profil Risiko (Risk Profile)

b. Good Corporate Governance (GCG) c. Rentabilitas (earnings)

d. Permodalan (capital)

Setiap faktor tersebut ditetapkan peringkatnya berdasarkan kerangka analisis yang komprehensif dan terstruktur. Peringkat akhir hasil penilaian setiap faktor tersebut disebut Peringkat Komposit.

Peringkat komposit ditetapkan berdasarkan analisis yang komprehensif dan terstruktur terhadapa peringkat setiap faktor dengan memperhatikan materialitas dan signifikansi masing-masing faktor. Peringkat komposit dikategorikan sebagai berikut :

a. Peringkat Komposit 1 (PK-1)

PK-1 mencerminkan kondisi bank yang secara umum sangat sehat

sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. b. Peringkat Komposit 2 (PK-2)

PK-2 mencerminkan kondisi bank yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

c. Peringkat Komposit 3 (PK-3)

PK-3 mencerminkan kondisi bank yang secara umum cukup sehat

sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.


(28)

d. Peringkat Komposit 4 (PK-4)

PK-4 mencerminkan kondisi bank yang secara umum kurang sehat

sehingga dinilai kurangsangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

e. Peringkat Komposit 5 (PK-5)

PK-5 mencerminkan kondisi bank yang secara umum tidak sehat

sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 2.1 di bawah ini

Tabel 2.1

Matriks Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank


(29)

b. Profil Risiko (Risk Profile)

Penilaian terhadap profil risiko (risk profile) merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan penerapan manajemen risiko dalam operasional bank yang dilakukan terhadap 8 (delapan) risiko yaitu :

1. Risiko kredit

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Dalam menilai risiko kredit parameter/indikator yang digunakan adalah (i) komposisi portofolio asset dan tingkat konsentrasi (ii) kualitas penyediaan dana dan kecukupan pencadangan (iii) strategi penyediaan dana dan sumber timbulnya penyediaan dana dan (iv) faktor eksternal.

2. Risiko pasar

Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option. Risiko pasar meliputi risiko suku bunga (baik dari posisi trading book maupun posisi banking book yang mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum), risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas. Dalam menilai risiko pasar parameter/indikator yang digunakan adalah (i) volume dan komposisi portofolio (ii) kerugian potensial (potential loss) risiko suku bunga dalam banking book (Interest Rate Risk in Banking Book-IRRBB) dan (iii) strategi dan kebijakan bisnis.

3. Risiko likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank atau biasa disebut risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko likuiditas dapat juga disebabkan ketidakmampuan bank melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah atau biasa disebut risiko likuiditas pasar (market liquidity risk). Dalam menilai risiko likuiditas parameter/indikator yang digunakan adalah (i) komposisi dari aset, kewajiban, dan transaksi rekening administratif (ii) konsentrasi dari aset dan kewajiban (iii) kerentanan pada kebutuhan pendanaan dan (iv) akses pada sumber-sumber pendanaan. 4. Risiko operasional

Risiko operasional adalah akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi kegiatan operasional bank. Dalam menilai risiko operasional


(30)

parameter/indikator yang digunakan adalah (i) karakteristik dan kompleksitas bisnis (ii) sumber daya manusia (iii) teknologi informasi dan infrastruktur pendukung (iv) fraud, baik internal maupun eksternal dan (v) kejadian eksternal

5. Risiko hukum

Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau aspek kelemahan yuridis serta ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan. Dalam menilai risiko hukum parameter/indikator yang digunakan adalah (i) faktor litigasi (ii) faktor kelemahan perikatan dan (iii) faktor ketiadaan/perubahan peraturan perundang-undangan.

6. Risiko stratejik

Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan bank dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Dalam menilai risiko stratejik parameter/indikator yang digunakan adalah (i) kesesuain strategi bisnis bank dengan lingkungan bisnis (ii) strategi berisiko rendah dan berisiko tinggi (iii) posisi bisnis bank dan (iv) pencapaian rencana bisnis bank.

7. Risiko kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku dan kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum. Dalam menilai risiko kepatuhan parameter/indikator yang digunakan adalah (i) jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan (ii) frekuensi pelanggaran yang dilakukan atau track record ketidakpatuhan bank atau (iii) pelanggaran terhadap ketentuan atau standar bisnis yang berlaku umum untuk transaksi keuangan tertentu. 8. Risiko reputasi

Risiko reputasi adalah risiko yang timbul akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Dalam menilai risiko reputasi parameter/indikator yang digunakan adalah (i) pengaruh reputasi negatif dari pemilik bank dan perusahaan terkait (ii) pelanggaran etika bisnis (iii) kompleksitas produk dan kerjasama bisnis bank (iv) frekuensi, materialitas, dan eksposur pemberitaan negatif bank dan (v) frekuensi dan materialitas keluhan nasabah.

Penilaian terhadap risiko inheren dan penerapan manajemen risiko yang dilakukan oleh bank tetap memperhatian karakteristik dan kompleksitas usaha bank tersebut. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa walaupun terdapat risiko inheren tetapi bila dilakukan pengelolaan


(31)

manajemen risiko yang baik maka profil risikonya akan semakin kecil. Semakin kecil peringkat profil risiko maka semakin kuat bank tersebut dalam menangani risiko yang dihadapinya. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.2 di bawah ini

Tabel 2.2

Matriks Penetapan Tingkat Risiko

Sumber : Lampiran II Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011

Penilaian peringkat profil risiko terhadap 8 (delapan) risiko inheren dan penerapan manajemen risiko di atas dikategorikan ke dalam 5 (lima) peringkat yaitu Peringkat 1 (strong), Peringkat 2 (satisfactory), Peringkat 3 (fair), Peringkat 4 (marginal) dan Peringkat 5 (unsatisfactory). Peringkat tersebut secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini


(32)

Tabel 2.3

Matriks Peringkat Profil Risiko

Sumber : Lampiran II Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011

c. Good Corporate Governance (GCG)

Istilah Good Corporate Governance (GCG) bukanlah istilah asing bagi telinga kita pada masa kini. Karena awal mula penerapan GCG di Indonesia sendiri ditetapkan melalui edaran Surat Keputusan Menteri


(33)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No. Kep-117/M-MBU/2002 pada tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penetapan Praktek GCG pada setiap BUMN yang berisi sebagai berikut :

BUMN memiliki kewajiban untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sebagai landasan operasionlanya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturn perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

Dalam Surat Keputusan Menteri BUMN yang sama juga dijabarkan prinsip-prinsip dalam penerapan GCG yaitu :

1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.

2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa ada benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

4. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan prinsip-prinsip korporat.

5. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penilaian faktor GCG dalam sebagai salah satu bagian dari penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan proses penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Pelaksanaan GCG


(34)

bagi Bank Umum dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank.

Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan analisis terhadap (i) pelaksaan prinsip-prinsip GCG bank (ii) kecukupan tata kelola (governance) atas struktur, proses dan hasil penerapan GCG pada bank dan (iii) informasi lain yang terkait dengan GCG bank yang didasrkan pada data dan informasi yang relevan.

Penilaian faktor GCG dikategorikan ke dalam 5 peringkat yaitu Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3, Peringkat 4, dan Peringkat 5. Urutan peringkat faktor GCG yang lebih kecil mencerminkan penerapan GCG yang lebih baik. Berikut penjelasannya :

a. Peringkat 1 mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum sangat baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang sangat memadai atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance, maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan dan dapat segera dilakukan perbaikan oleh manajemen Bank.

b. Peringkat 2 mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang memadai atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance, maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan dan dapat diselesaikan dengan tindakan normal oleh manajemen Bank.

c. Peringkat 3 mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum cukup baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang cukup memadai atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance, maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan memerlukan perhatian yang cukup dari manajemen Bank.

d. Peringkat 4 mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum kurang baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang kurang memadai atas


(35)

prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance, maka secara umum kelemahan tersebut signifikan dan memerlukan perbaikan yang menyeluruh oleh manajemen Bank.

e. Peringkat 5 mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum tidak baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang tidak memadai atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance, maka secara umum kelemahan tersebut sangat signifikan dan sulit untuk diperbaiki oleh manajemen Bank.

d. Rentabilitas (Earnings)

Faktor lain untuk mengukur tingkat kesehatan adalah rentabilitas (earnings) atau lebih dikenal dengan kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila bank selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasionalnya maka tentu saja lama kelamaan kerugian tersebut akan memakan modal yang dimiliki oleh bank. Bank yang dalam kondisi demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat.

Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan (sustainability) rentabilitas, dan manajemn rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas rentabilitas bank, dan perbandingan kinerja bank dengan kinerja peer group , baik melalui analisis aspek kualitatif atau kuantitatif. Dalam menentukan peer group sebagai skala pembanding, bank perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha bank serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki.


(36)

Penilaian faktor rentabilitas dikategorikan ke dalam 5 peringkat yaitu Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3, Peringkat 4, dan Peringkat 5. Urutan peringkat faktor rentabilitas yang lebih kecil mencerminkan rentabilitas yang lebih baik. Berikut penjelasannya :

a. Peringkat 1 mencerminkan rentabilitas sangat memadai, laba melebihi target dan mendukung pertumbuhan modal bank. Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut :

• Kinerja bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas) sangat memadai.

• Sumber utama rentabilitas yang berasal dari core earnings sangat dominan.

• Komponen-komponen yang mendukung core earnings sangat stabil.

• Kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba di masa datang sangat tinggi.

b. Peringkat 2 mencerminkan rentabilitas memadai, laba melebihi target dan mendukung pertumbuhan modal bank. Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut :

• Kinerja bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas) memadai.

• Sumber utama rentabilitas yang berasal dari core earnings dominan.

• Komponen-komponen yang mendukung core earnings stabil.

• Kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba di masa datang tinggi.

c. Peringkat 3 mencerminkan rentabilitas cukup memadai, laba memenuhi target, namun terdapat tekanan terhadap kinerja laba yang dapat menyebabkan penurunan laba namun cukup dapat mendukung pertumbuhan permodalan bank. Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut :

• Kinerja bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas) cukup memadai.

• Sumber utama rentabilitas yang berasal dari core earnings cukup dominan namun terdapat pengaruh yang cukup besar dari non core earnings.

• Komponen-komponen yang mendukung core earnings stabil.

• Kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba di masa datang cukup baik.


(37)

d. Peringkat 4 mencerminkan rentabilitas kurang memadai, laba tidak memenuhi target, dan diperkirakan akan tetap pada kondisi tersebut di masa datang sehingga kurang dapat mendukung pertumbuhan permodalan bank dan kelangsungan usaha bank. Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut :

• Kinerja bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas) tidak memadai atau bank mengalami kerugian.

• Sumber utama rentabilitas berasal dari non core earnings.

• Komponen-komponen yang mendukung core earnings tidak stabil.

• Kerugian bank mempengaruhi permodalan secara signifikan.

e. Peringkat 5 mencerminkan rentabilitas tidak memadai, laba tidak memenuhi target, dan tidak dapat diandalkan serta memerlukan peningkatan kinerja laba segera untuk memastikan kelangsungan usaha bank. Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut :

• Bank mengalami kerugian yang signifikan.

• Sumber utama rentabilitas berasal dari non core earnings.

• Komponen-komponen yang mendukung core earnings tidak stabil.

• Kerugian bank mempengaruhi permodalan secara signifikan.

e. Permodalan (Capital)

Faktor permodalan digunakan untuk menilai sampai dimana bank memenuhi permodalan bank, kecukupan penyediaan modal harus memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Umum. Dengan modal sendiri yang cukup, bank dapat memanfaatkan sebagian dari modal untuk membiayai kebutuhan atas prasarana dan sarana yang memadai untuk melaksanakan kegiatan operasional bank. Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negara-negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal, yang pertama adalah karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah kualitas modalnya yang buruk. Dengan demikian, pengawas bank harus yakin


(38)

bahwa bank harus mempunyai modal yang cukup, baik jumlah maupun kualitasnya. Selain itu, para pemegang saham maupun pengurus bank harus benar-benar bertanggung jawab atas modal yang sudah ditanamkan.

Penilaian atas faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan permodalan, bank juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko Bank seperti risiko operasional, risiko pasar dan risiko kredit. Semakin tinggi risiko bank maka semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko tersebut.

Penilaian faktor permodalan dikategorikan ke dalam 5 peringkat yaitu Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3, Peringkat 4, dan Peringkat 5. Urutan peringkat faktor permodalan yang lebih kecil mencerminkan kondisi permodalan bank yang lebih baik. Berikut penjelasannya :

a. Peringkat 1 mencerminkan bank memilki kualitas dan kecukupan permodalan yang sangat memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha dan kompleksitas usaha bank. Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut :

• Bank memiliki tingkat permodalan yang sangat memadai, sangat mampu mengantisipasi seluruh risiko yang dihadapi, dan mendukung ekspansi usaha bank ke depan.

• Kualitas komponen permodalan pada umumnya sangat baik, permanen, dan dapat menyerap kerugian.

• Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi dengan sangat memadai.

• Bank memiliki manajemen permodalan yang sangat baik dan/atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang sangat baik sesuai dengan strategi dan tujuan bisnis serta kompleksitas usaha dan skala bank.


(39)

• Bank memilki akses sumber permodalan yang sangat baik dan/atau memilki dukungan permodalan dari kelompok usaha atau perusahaan induk.

b. Peringkat 2 mencerminkan bank memilki kualitas dan kecukupan permodalan yang memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha dan kompleksitas usaha bank. Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut :

• Bank memiliki tingkat permodalan yang memadai dan dapat mengantisipasi hampir seluruh risiko yang dihadapi.

• Kualitas komponen permodalan pada umumnya baik, permanen, dan dapat menyerap kerugian.

• Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi dengan memadai.

• Bank memiliki manajemen permodalan yang baik dan/atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang baik.

• Bank memilki akses sumber permodalan yang baik dan/atau memilki dukungan permodalan dari kelompok usaha atau perusahaan induk.

c. Peringkat 3 mencerminkan bank memilki kualitas dan kecukupan permodalan yang cukup memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang cukup kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha dan kompleksitas usaha bank. Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut :

• Bank memiliki tingkat permodalan yang cukup memadai dan cukup mampu mengantisipasi risiko yang dihadapi.

• Kualitas komponen permodalan pada umumnya cukup baik, cukup permanen, dan cukup dapat menyerap kerugian.

• Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi dengan cukup memadai.

• Bank memiliki manajemen permodalan yang cukup baik dan/atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang cukup baik.

• Bank memilki akses sumber permodalan yang cukup baik namun dukungan permodalan dari kelompok usaha atau perusahaan induk tidak secara eksplisit.

d. Peringkat 4 mencerminkan bank memilki kualitas dan kecukupan permodalan yang kurang memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang lemah dibandingkan dengan karakteristik, skala usaha dan kompleksitas usaha bank. Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut :

• Bank memiliki tingkat permodalan yang kurang memadai dan tidak dapat mengantisipasi seluruh risiko yang dihadapi.


(40)

• Kualitas komponen permodalan pada umumnya kurang baik, kurang permanen, dan kurang dapat menyerap kerugian.

• Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang kurang dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi.

• Bank memiliki manajemen permodalan yang kurang baik dan/atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang kurang baik.

• Bank kurang mampu melakukan akses pada sumber-sumber permodalan dan tidak terdapat dukungan permodalan dari kelompok usaha atau perusahaan induk.

e. Peringkat 5 mencerminkan bank memilki kualitas dan kecukupan permodalan yang tidak memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat lemah dibandingkan dengan karakteristik, skala usaha dan kompleksitas usaha bank. Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut :

• Bank memiliki tingkat permodalan yang tidak memadai sehingga harus menambah modal untuk mengantisipasi seluruh risiko yang dihadapi saat kondisi normal dan krisis.

• Kualitas komponen permodalan pada umumnya tidak baik, tidak permanen, dan tidak dapat menyerap kerugian.

• Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang tidak dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi.

• Bank memiliki manajemen permodalan yang tidak baik dan/atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang tidak baik.

• Bank tidak mampu melakukan akses pada sumber-sumber permodalan dan tidak terdapat dukungan permodalan dari kelompok usaha atau perusahaan induk.

2.1.3. Analisis Rasio Keuangan

a. Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran perkembangan finansial dan posisi finansial perusahaan. Analisis rasio keuangan berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil finansial yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditor dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit


(41)

dan penanaman modal suatu perusahaan (Bahtiar Usman, 2003). Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang banyak digunakan. Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterprestasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Analisa rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Seperti alat analisis lainnya, rasio paling bermanfaat bila berorientasi ke depan. Hal ini berarti kita sering menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di masa depan. Kita juga harus menilai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi rasio di masa depan. Karenanya, kegunaan rasio tergantung pada keahlian penerapan dan interprestasinya dan inilah bagian yang paling menantang dari analisis rasio (Wild, Subramanyam, Halsey, 2005).

Pada dasarnya macam atau jumlah rasio itu banyak sekali yaitu sesuai dengan kebutuhan penganalisis, namun angka-angka rasio yang ada pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan atau kelompok (Munawir, 2001:68), yakni : Pertama, berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur atau elemen dari angka rasio tersebut. Kedua, berdasarkan tujuan dari penganalisa.


(42)

b. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) terhadap Total Kredit

Salah satu kegiatan utama bank ialah menyalurkan dana kepada debitur dalam bentuk kredit, dimana dana dalam bentuk Dana Pihak Ketiga tersebut diperoleh dari kreditur. Jika debitur tidak dapat membayar tunggakan kreditnya maka bank akan mengambil alih jaminan atas kredit debitur tersebut. Jika jaminan atas kredit tersebut tidak dapat menutupi tunggakan kreditnya, maka bank harus melakukan sesuatu untuk mengatasi kerugian kreditnya. Oleh karena itu, untuk mengatasinya maka bank wajib membentuk atau menyisihkan dana untuk menutupi risiko atas kerugian kredit bank tersebut.

Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, pembentukan atau penyisihan dana itu disebut dengan istilah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Namun dengan adanya revisi PSAK 55 pada tahun 2006, maka istilah dari PPAP pun diganti menjadi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Dalam CKPN, pembentukan atau penyisihan dana dinilai dari hasil evaluasi kredit debitur yang dilakukan oleh bank. Jika menurut suatu bank terdapat bukti objektif bahwa kredit dari debitur itu mengalami impairment (penurunan), maka bank itu harus membentuk dana atau cadangan atas kredit tersebut. Karena hasil evaluasi kredit debitur tersebut didasarkan kepada keputusan masing-masing bank, maka tiap-tiap bank memiliki kebijakan tersendiri dalam membentuk cadangan


(43)

dana untuk kreditnya. Walaupun begitu, kebijakan bank itupun tidak boleh melenceng dari beberapa kriteria yang terdapat dalam PAPI (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia) setelah adanya revisi PSAK 55. Adapun ketentuan pengukuran cadangan menurut CKPN berdasarkan PAPI (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia) Revisi 2008 dibagi menjadi: 1. Individual

Setiap bank dapat memilih perhitungan untuk mengukur nilai CKPN Individual dengan menggunakan metode seperti di bawah ini :

a. Discounted Cash Flow : Estimasi arus kas masa akan datang (pembayaran pokok + bunga) yang didiskonto dengan suku bunga. b. Fair Value of Collateral : Dengan memperhitungkan nilai arus kas

atas jaminan atau agunan di masa yang akan datang.

c. Observable Market Price : Ditentukan dari harga pasar dari kredit tersebut.

2. Kolektif

Setiap bank dapat memilih beberapa ketentuan dalam menentukan nilai CKPN pada kelompok kolektif ini sebagai berikut:

a. Dilihat dari perhitungan arus kas kontraktual kreditur di masa akan datang.

b. Dilihat dari perhitungan tingkat kerugian historis dari kredit debitur setelah dikurangi tingkat pengembalian kreditnya Dari beberapa metode pengukuran CKPN diatas, maka akan


(44)

diperoleh besarnya cadangan atau penyisihan dana atas kredit debitur tersebut.

Jika membandingkan cara pembentukan dana menurut PPAP dan CKPN, maka dapat dilihat bahwa perhitungan PPAP lebih sederhana dibandingkan dengan perhitungan CKPN, karena hanya memperhitungkan penyisihan dananya berdasarkan tingkat kolektibilitas kredit dari debitur tersebut. Sedangkan untuk perhitungan CKPN, perlu dicek satu per satu apakah kredit debitur tersebut mengalami impairment atau tidak. Setelah itu baru akan membentuk cadangan dana setelah terdapat bukti bahwa kredit debitur tersebut mengalami impairment. Walaupun perhitungan CKPN lebih rumit, tetapi dengan adanya pengecekan kredit tersebut secara satu per satu, maka pengontrolan kredit tersebut pun menjadi lebih terarah, karena apabila terjadi impairment, maka bank akan segera mencari jalan keluar agar kredit debitur tersebut tidak menimbulkan kerugian pada bank tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya perhitungan pembentukan atau penyisihan dana kredit berdasarkan perhitungan CKPN ini, maka setidaknya bank dapat mengurangi terjadinya risiko kredit yang akan dialaminya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis menggunakan rasio CKPN atas Kredit terhadap Total Kredit sebagai salah satu rasio untuk mengukur tingkat kesehatan bank terutama dari risiko kredit. Total kredit yang digunakan dalam rasio ini adalah total kredit kepada pihak ketiga bukan bank.


(45)

c. Posisi Devisa Neto (PDN) terhadap Total Modal

Posisi Devisa Neto adalah angka yang merupakan penjumlahan dari nilai absolut dari selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta asing ditambah dengan selisih bersih tagihan dan kewajiban baik yang merupakan komitmen maupun kontinjensi dalam rekening administratif untuk setiap valuta asing (valas) yang semuanya dinyatakan dalam Rupiah. Aktiva valas terdiri dari kas, emas, giro (termasuk giro pada BI), deposit on call, deposito berjangka , sertifikat deposito, margin deposit, surat berharga, kredit yang diberikan, nilai bersih wesel ekspor yang telah diambil alih, rekening antarkantor aktiva dan tagihan lainnya, dalam valas baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Sementara pasiva valas meliputi giro, deposit on call, deposito berjangka, sertifikat deposito, margin deposit, pinjaman yang diterima, jaminan impor, rekening antarkantor pasiva, pendapatan komprehensif lainnya dari surat-surat berharga valas selain saham dan kewajiban lainnya dalam valas, baik terhadap penduduk maupun bukan penduduk.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/10/PBI/2010 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/13/PBI/2003 Tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum dinyatakan Bank Umum Devisa wajib mengelola dan memelihara PDN pada akhir hari kerja secara keseluruhan setinggi-tingginya 20% dari modal. Selain wajib mengelola dan memelihara PDN pada akhir hari kerja, Bank wajib


(46)

mengelola dan memelihara PDN paling tinggi 20% dari modal setiap 30 menit sejak sistem tresuri bank dibuka sampai dengan sistem tresuri bank ditutup.

PDN merupakan salah satu bentuk pengendalian terhadap risiko pasar yang memberi gambaran seberapa besar potensi kerugian bank apabila terjadi perubahan suku bunga yang berlawanan dengan posisi bank. Dengan PDN (20% dari modal), kerugian bank yang terjadi akibat perubahan kurs valas masih dapat dicover oleh modal dan tidak sampai menggangu kelangsungan bank. Bank yang melakukan pelanggaran PDN selama lebih dari satu hari kerja dan tidak menyampaikan laporan dalam waktu yang ditentukan, selain dikenakan sanksi berupa teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar denda sebesar Rp 250 juta setiap hari pelanggaran atau paling banyak Rp 5 miliar dalam satu tahun kalender. juga dikenakan sanksi berupa penurunan satu peringkat penilaian faktor manajemen dan peningkatan penilaian profil risiko untuk risiko kepatuhan pada penilaian tingkat kesehatan bank dalam dua periode penilaian setelah exit meeting.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis menggunakan rasio PDN terhadap Total Modal sebagai salah satu rasio untuk mengukur tingkat kesehatan bank terutama dari risiko pasar. Total modal yang digunakan dalam rasio ini adalah total modal sebagaimana diatur ketentuan Bank Indonesia mengenai PDN.


(47)

d. Non Performing Loan (NPL) Bruto

NPL atau kredit bermasalah merupakan salah satu risiko kredit yang harus dihadapi oleh bank. Non performing loan (NPL) adalah kredit yang bermasalah dimana debitur tidak dapat memenuhi pembayaran tunggakan peminjaman dan bunga dalam jangka waktu yang telah disepakati dalam perjanjian.

Yang termasuk ke dalam non performing loan adalah kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP Tanggal 14 Desember 2001, NPL dapat dihitung dengan rumus :

Peningkatan NPL dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan bank, oleh karena itu bank dituntut untuk selalu menjaga kredit tidak dalam posisi NPL yang tinggi. Agar dapat menentukan tingkat wajar atau sehat maka ditentukan ukuran standar yang tepat untuk NPL. Dalam hal ini Bank Indonesia menetapkan bahwa tingkat NPL yang wajar adalah ≤ 5% dari total portofolio kreditnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis berpendapat bahwa rasio ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator penentu tingkat kesehatan bank. NPL bruto maksudnya nilai kredit sebelum dikurangi cadangan penyisihan untuk kredit tidak tertagih/macet.


(48)

e. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang disalurkan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar bank) dengan jumlah dana pihak ketiga yang dikumpulkan bank yang mencakup giro, tabungan dan deposito. Menurut Lukman Dendawijaya (2003), “Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya”. Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait risiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena resiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan, batas minimum pinjaman yang diberikan bank adalah 80% dan maksimum 110%.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis berpendapat bahwa rasio ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator penentu tingkat kesehatan bank karena mengukur seberapa besar keinginan bank untuk memperoleh keuntungan melalui penyaluran kredit kepada pihak ketiga dengan tetap memperhatikan dan mempertahankan kecukupan dana yang dimiliki bank bila sewaktu-waktu terjadi penarikan oleh nasabah dalam jumlah yang cukup besar.


(49)

f. Return on Assets (ROA)

ROA merupakan salah satu indikator kinerja bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas). Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang.

ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dan rata-rata total assets. Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula ROA, hal itu berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan.

Informasi mengenai kinerja sangat bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Bagi kelompok investor, kreditor maupun masyarakat umum yang menanamkan investasi pada bank perlu untuk mengetahui kinerja bank tersebut. Pengembalian atas investasi modal berguna bagi evaluasi manajemen, analisis profitabilitas, peramalan laba, serta perencanaan dan pengendalian. Menggunakan angka pengembalian atas investasi modal untuk tujuan tersebut membutuhkan pemahaman mendalam mengenai ukuran pengembalian ini. Karena ukuran pengembalian mencakup komponen yang berpotensi memberikan kontribusi pada pemahaman kinerja perusahaan (Wild, Subramanyam, Halsey, 2005).


(50)

g. Net Interest Margin (NIM)

NIM dihitung berdasarkan pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata total aset produktif. Pendapatan bunga bersih adalah pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga (disetahunkan). Sedangkan Rata-rata total aset produktif adalah rata-rata bulanan aset yang menghasilkan bunga baik di neraca maupun Transaksi Rekening Administratif (TRA).

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang dimaksud dengan aktiva produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali, (reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Oleh karenanya bank wajib menjaga selalu kualitas aktiva produktifnya dan melaporkan perkembangannya ke Bank Indonesia secara berkala.

h. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio atau perbandingan antara modal bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). CAR menjadi pedoman bank dalam melakukan ekspansi di bidang perkreditan karena menyangkut kecukupan modal bank. Dalam prakteknya perhitungan CAR yang oleh Bank Indonesia disebut Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank


(51)

(KPMM) tidaklah sederhana. KPMM adalah perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Baik ATMR maupun Modal Bank memerlukan rincian dan kesamaan pengertian apa yang masuk sebagai komponen untuk menghitung ATMR dan bagaimana menghitungnya. Begitu juga modal, perlu dirinci apa yang dapat digolongkan dan diperhitungkan sebagai modal bank.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa tinjauan terdahulu terkait penelitian ini antara lain:

Tabel 2.4

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti

Dan Tahun Judul Variabel Hasil Penelitian

Luciana Spica Almilia dan Winny Herdiningtyas (2005) Analisis Rasio CAMEL Terhadap Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan CAR,ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap Aktiva Produktif, Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO dan LDR. Periode

penelitian 2000-2002.

Rasio yang memiliki perbedaan signifikan antara bank-bank

kategori bermasalah dan tidak bermasalah adalah CAR, APB, NPL, PPAP, ROA, NIM, BOPO. Hasil pengujian hipotesis II, rasio yang berpengaruh signifikan terhadap prediksi kondisi

bermasalah bank-bank swasta nasional di Indonesia adalah rasio CAR dan BOPO.

Titik Aryati dan Shirin Balafif (2007) Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesehatan Bank Dengan Regresi Logit NPL, CAR, ROA, ROE, LDR dan NIM. Periode

Hanya rasio NPL yang memiliki

pengaruh signifikan terhadap probabilitas sehat dan tidak sehat pada bank tersebut. Sedangkan rasio CAR, ROA, ROE, LDR dan NIM

menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak ada pengaruh probabilitas bank


(1)

Kesehatan Bank (Y) dimana bila variabel Posisi Devisa Neto naik maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/10/PBI/2010 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/13/PBI/2003 Tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum) yang mengatur secara ketat agar bank wajib mengelola dan memelihara PDN pada akhir hari kerja secara keseluruhan setinggi-tingginya 20% dari modal.

3. Pengaruh NPL Bruto (X3) terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y)

Hasil analisis uji t menyatakan secara parsial rasio NPL Bruto berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Penelitian ini selaras dengan penelitian sebelumnya yaitu Titik Aryati dan Shirin Balafif (2007) yang menunjukkan bahwa rasio NPL Bruto merupakan satu-satunya rasio yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Sedangkan hasil analisis regresi linier berganda menyatakan NPL Bruto (X3) memiliki pengaruh positif terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y) dimana bila variabel NPL Bruto naik maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami kenaikan. Hal ini bertentangan dengan kenyataan karena peningkatan NPL dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan bank, oleh karena itu bank dituntut untuk selalu menjaga kredit tidak dalam posisi NPL yang tinggi.

4. Pengaruh LDR (X4) terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y)

Hasil analisis uji t menyatakan secara parsial rasio LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu Titik Aryati dan Shirin Balafif (2007) dan Welthi Sugiarti (2012) yang menyatakan LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Sedangkan hasil analisis regresi linier berganda menyatakan LDR (X4) memiliki pengaruh positif terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y) dimana bila variabel LDR naik 1% maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami kenaikan sebesar 17% . Hal ini sesuai karena jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait risiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena resiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan, batas minimum pinjaman yang diberikan bank adalah 80% dan maksimum 110%.

5. Pengaruh ROA (X5) terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y)

Hasil analisis uji t menyatakan secara parsial rasio ROA berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Luciana Spica Almilia dan Winny Herdiningtyas (2005) dan Titik Aryati dan Shirin Balafif (2007) yang menyatakan ROA berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Sedangkan hasil analisis regresi linier berganda menyatakan ROA (X5) memiliki pengaruh positif terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y) dimana bila variabel ROA naik 1% maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami kenaikan sebesar 53.8%. Hal ini sangat sesuai karena semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula ROA, hal itu berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Yang berarti semakin tinggi ROA maka semakin sehat suatu bank.

6. Pengaruh NIM (X6) terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y)

Hasil analisis uji t menyatakan secara parsial menyatakan rasio NIM berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Luciana Spica Almilia dan Winny Herdiningtyas (2005) dan Titik Aryati dan Shirin Balafif (2007) yang menyatakan NIM berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Tetapi penelitian Welthi Sugiarti (2012) menyatakan NIM berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Sedangkan hasil analisis regresi linier


(2)

berganda menyatakan NIM memiliki pengaruh negatif terhadap Tingkat Kesehatan Bank dimana bila variabel NIM naik 1% maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami penurunan sebesar 11%.

7. Pengaruh CAR (X7) terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y)

Hasil analisis uji t menyatakan secara parsial menyatakan rasio CAR berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan Luciana Spica Almilia dan Winny Herdiningtyas (2005) yang menyatakan rasio CAR berpengaruh secara signifikan untuk menentukan tingkat kesehatan bank tetapi bertentangan dengan penelitian Titik Aryati dan Shirin Balafif (2007) dan Welthi Sugiarti (2012) yang menyatakan CAR berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Sedangkan hasil analisis regresi linier berganda menyatakan CAR memiliki pengaruh positif terhadap Tingkat Kesehatan Bank dimana bila variabel CAR naik 1% maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami peningkatan sebesar 19.5% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Hal ini sesuai karena CAR menjadi pedoman bank dalam melakukan ekspansi di bidang perkreditan karena menyangkut kecukupan modal bank. Berarti semakin tinggi CAR maka semakin sehat bank tersebut.

Analisis dilanjutkan pada penetapan kesimpulan peringkat komposit tingkat kesehatan bank yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 11

Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah yang terdaftar di BEI periode 2011-2012

No. BANK TAHUN PERINGKAT KOMPOSIT

1 BNI 2011 2 (sehat)

2012 1 (sangat sehat)

2 BRI 2011 2 (sehat)

2012 2 (sehat)

3 BTN 2011 3 (cukup sehat)

2012 2 (sehat)

4 MANDIRI 2011 1 (sangat sehat)

2012 1 (sangat sehat)

5 BJB 2011 2 (sehat)

2012 2 (sehat)

6 BDKI 2011 3 (cukup sehat)

2012 2 (sehat)

7 BSSB 2011 3 (cukup sehat)

2012 3 (cukup sehat)

8 BSMT 2011 2 (sehat)

2012 1 (sangat sehat)

9 BMLK 2011 2 (sehat)

2012 2 (sehat)

Tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh bank pemerintah yang terdaftar di BEI periode 2011-2012 memiliki peringkat komposit paling rendah 3 (Cukup Sehat). Bahkan di tahun 2012 kebanyakan dari bank pemerintah memiliki peringkat komposit 2 (Sehat) dan tiga bank yaitu BNI, Mandiri dan Bank Sumut memiliki peringkat komposit 1 (Sangat Sehat) yang berarti bank tersebut telah memiliki penanganan risiko yang semakin baik, tata kelola (GCG) yang lebih baik ataupun rentabilitas dan permodalan yang lebih baik.


(3)

PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan kepada sembilan bank pemerintah baik BUMN maupun BUMD yang terdaftar dan tidak keluar (delisting) di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011-2012 yang menjadi sampel, yang bertujuan untuk mengetahui Kinerja Keuangan dan Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) pada Bank Pemerintah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia , dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Secara simultan variabel CKPN terhadap Total Kredit, Posisi Devisa Neto, NPL Bruto, LDR, ROA, NIM dan CAR secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap Tingkat Kesehatan Bank.

2. Secara parsial variabel CKPN terhadap Total Kredit, Posisi Devisa Neto, NPL Bruto, ROA dan CAR berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Variabel LDR dan NIM berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Sejalan dengan penelitian Luciana Spica Almilia dan Winny Herdiningtyas (2005), Titik Aryati dan Shirin Balafif (2007) dan Welthi Sugiarti (2012) yang menyatakan LDR dan NIM berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank.

3. Uji hipotesis menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel Posisi Devisa Neto, NPL Bruto, LDR, ROA dan CAR memiliki pengaruh positif terhadap Tingkat Kesehatan Bank dimana bila variabel-variabel tersebut naik maka Tingkat Kesehatan Bank juga akan mengalami kenaikan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Sedangkan variabel CKPN terhadap Total Kredit dan NIM memiliki pengaruh negatif terhadap Tingkat Kesehatan Bank dimana bila variabel tersebut naik maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami penurunan.

4. Pada dasarnya sistem penilaian kesehatan bank antara CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity and Sensitivity to Market Risk) tidak berbeda jauh dengan Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) atau lebih dikenal dengan RGEC. Beberapa bagian tampak masih sama seperti masih digunakannya sistem penilaian Capital dan Earnings. Adapun sistem penilaian Management pun diganti menjadi Good Corporate Governance. Sedangkan untuk komponen Asset Quality, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk akhirnya dijadikan satu dalam komponen Risk Profile.

Keterbatasan Penelitian

Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Objek penelitian ini adalah Bank Pemerintah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 – 2012 dan yang mempublikasikan laporan keuangannya di

2. Periode penelitian yang diamati adalah tahun 2011 – 2012.

3. Penelitian dilakukan hanya melihat aspek Risk Profile, Earnings dan Capital. Karena keterbatasan data aspek Good Corporate Governance (GCG) tidak diteliti.

Saran

Hasil dari penelitian ini masih memiliki keterbatasan dan kelemahan. Oleh karena itu untuk lebih menyempurnakan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat disampaikan antara lain:


(4)

1. Penelitian hanya menggunakan sampel untuk dua tahun yaitu tahun 2011 – 2012 karena penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) baru mulai diterapkan mulai tahun 2011. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan sampel yang lebih banyak dan memperpanjang periode pengamatan untuk memperoleh hasil penelitian yang semakin mendekati kenyataan di lapangan.

2. Penelitian ini hanya berdasarkan pada data yang disajikan dalam laporan keuangan saja dan tidak memperhatikan faktor Good Corporate Governance (GCG). Sehingga untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya memperhatikan faktor tersebut.

3. Dengan berlakunya penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) maka bank dapat memfokuskan dirinya dalam menyiapkan strategi dan program penanganan yang lebih baik untuk menghadapi risiko dan pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis serta faktor eksternal lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas, 2005. Analisis Rasio CAMEL terhadap

Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002, Jurnal

Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2, November: hlm 131-147.

Aryati, Titik dan Shirin Balafif, 2007. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesehatan Bank dengan Regresi Logit, Journal The Winners, Vol.8, No. 2, September: hlm 111-125. Bank Indonesia, 2004. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April

2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Jakarta.

, 2011. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Jakarta.

, 2001. Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank, Jakarta.

, 2005. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tanggal tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, Jakarta.

, 2011. Surat EdaranBank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Jakarta.

, 1998. Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 2011 tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, Jakarta.

Dendawijaya, Lukman, 2003. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta. Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Kedua,

USU Press, Medan.

Janie, Dyah Nirmala Arum, 2012. Statistik Deskriptif dan Regresi Linier Berganda dengan SPSS, Semarang University Press, Semarang.

Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Munawir, S., 2001. Analisis Laporan Keuangan, Perc. Liberty, Yogyakarta

Rochaety, Ety dkk, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Sugiarti, Welthi, 2012. Analisis Kinerja Keuangan dan Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL pada Bank Umum yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

Usman, Bahtiar, 2003. Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Bank-bank di Indonesia, Media Riset Bisnis dan Manajemen, Vol. 3, No. 1, April: hlm 59-74.


(5)

Wild, John J., K.R. Subramayam dan Robert F. Halsey, 2005. Analisis Laporan Keuangan, Buku Dua, Alih Bahasa : Yanivi dan Nurwahyu, Salemba Empat, Jakarta.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014

0 44 113

ANALISIS KESEHATAN BANK BERBASIS METODE RISK BASED BANK RATING (RBBR) PADA PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2012

0 18 30

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RISK BASED BANK RATING ( RBBR ) (STUDI PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DALAM IHSG SUB SEKTOR PERBANKAN TAHUN 2012 - 2014).

0 2 20

ANALISIS PENGARUH RISK BASED BANK RATING (RBBR) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN (STUDI PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-1014).

0 3 18

PENGARUH INDIKATOR DALAM RISK-BASED BANK RATING TERHADAP KEMAMPULABAAN PADA INDUSTRI PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI PENGARUH INDIKATOR DALAM RISK-BASED BANK RATING TERHADAP KEMAMPULABAAN PADA INDUSTRI PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 15

Analisis tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode Risk-Based Bank Rating (RBBR) (studi empiris pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 dan 2013).

0 5 107

Akurasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Ditinjau dari Kinerja Keuangan berdasarkan CAMEL Rating System dan Penilaian Berbasis Risk-Based Bank Rating.

0 0 2

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SWASTA NASIONAL DAN BANK PEMERINTAH YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 62

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RISK-BASED BANK RATING (RBBR).

0 2 166

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Pendekatan Risiko (Risk-Based Bank Rating)

0 0 18