Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN terhadap Total

b. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN terhadap Total

Kredit Salah satu kegiatan utama bank ialah menyalurkan dana kepada debitur dalam bentuk kredit, dimana dana dalam bentuk Dana Pihak Ketiga tersebut diperoleh dari kreditur. Jika debitur tidak dapat membayar tunggakan kreditnya maka bank akan mengambil alih jaminan atas kredit debitur tersebut. Jika jaminan atas kredit tersebut tidak dapat menutupi tunggakan kreditnya, maka bank harus melakukan sesuatu untuk mengatasi kerugian kreditnya. Oleh karena itu, untuk mengatasinya maka bank wajib membentuk atau menyisihkan dana untuk menutupi risiko atas kerugian kredit bank tersebut. Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31147KEPDIR tanggal 12 November 1998, pembentukan atau penyisihan dana itu disebut dengan istilah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP. Namun dengan adanya revisi PSAK 55 pada tahun 2006, maka istilah dari PPAP pun diganti menjadi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN. Dalam CKPN, pembentukan atau penyisihan dana dinilai dari hasil evaluasi kredit debitur yang dilakukan oleh bank. Jika menurut suatu bank terdapat bukti objektif bahwa kredit dari debitur itu mengalami impairment penurunan, maka bank itu harus membentuk dana atau cadangan atas kredit tersebut. Karena hasil evaluasi kredit debitur tersebut didasarkan kepada keputusan masing-masing bank, maka tiap-tiap bank memiliki kebijakan tersendiri dalam membentuk cadangan Universitas Sumatera Utara dana untuk kreditnya. Walaupun begitu, kebijakan bank itupun tidak boleh melenceng dari beberapa kriteria yang terdapat dalam PAPI Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia setelah adanya revisi PSAK 55. Adapun ketentuan pengukuran cadangan menurut CKPN berdasarkan PAPI Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia Revisi 2008 dibagi menjadi: 1. Individual Setiap bank dapat memilih perhitungan untuk mengukur nilai CKPN Individual dengan menggunakan metode seperti di bawah ini : a. Discounted Cash Flow : Estimasi arus kas masa akan datang pembayaran pokok + bunga yang didiskonto dengan suku bunga. b. Fair Value of Collateral : Dengan memperhitungkan nilai arus kas atas jaminan atau agunan di masa yang akan datang. c. Observable Market Price : Ditentukan dari harga pasar dari kredit tersebut. 2. Kolektif Setiap bank dapat memilih beberapa ketentuan dalam menentukan nilai CKPN pada kelompok kolektif ini sebagai berikut: a. Dilihat dari perhitungan arus kas kontraktual kreditur di masa akan datang. b. Dilihat dari perhitungan tingkat kerugian historis dari kredit debitur setelah dikurangi tingkat pengembalian kreditnya Dari beberapa metode pengukuran CKPN diatas, maka akan Universitas Sumatera Utara diperoleh besarnya cadangan atau penyisihan dana atas kredit debitur tersebut. Jika membandingkan cara pembentukan dana menurut PPAP dan CKPN, maka dapat dilihat bahwa perhitungan PPAP lebih sederhana dibandingkan dengan perhitungan CKPN, karena hanya memperhitungkan penyisihan dananya berdasarkan tingkat kolektibilitas kredit dari debitur tersebut. Sedangkan untuk perhitungan CKPN, perlu dicek satu per satu apakah kredit debitur tersebut mengalami impairment atau tidak. Setelah itu baru akan membentuk cadangan dana setelah terdapat bukti bahwa kredit debitur tersebut mengalami impairment. Walaupun perhitungan CKPN lebih rumit, tetapi dengan adanya pengecekan kredit tersebut secara satu per satu, maka pengontrolan kredit tersebut pun menjadi lebih terarah, karena apabila terjadi impairment, maka bank akan segera mencari jalan keluar agar kredit debitur tersebut tidak menimbulkan kerugian pada bank tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya perhitungan pembentukan atau penyisihan dana kredit berdasarkan perhitungan CKPN ini, maka setidaknya bank dapat mengurangi terjadinya risiko kredit yang akan dialaminya. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis menggunakan rasio CKPN atas Kredit terhadap Total Kredit sebagai salah satu rasio untuk mengukur tingkat kesehatan bank terutama dari risiko kredit. Total kredit yang digunakan dalam rasio ini adalah total kredit kepada pihak ketiga bukan bank. Universitas Sumatera Utara

c. Posisi Devisa Neto PDN terhadap Total Modal

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014

0 44 113

ANALISIS KESEHATAN BANK BERBASIS METODE RISK BASED BANK RATING (RBBR) PADA PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2012

0 18 30

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RISK BASED BANK RATING ( RBBR ) (STUDI PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DALAM IHSG SUB SEKTOR PERBANKAN TAHUN 2012 - 2014).

0 2 20

ANALISIS PENGARUH RISK BASED BANK RATING (RBBR) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN (STUDI PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-1014).

0 3 18

PENGARUH INDIKATOR DALAM RISK-BASED BANK RATING TERHADAP KEMAMPULABAAN PADA INDUSTRI PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI PENGARUH INDIKATOR DALAM RISK-BASED BANK RATING TERHADAP KEMAMPULABAAN PADA INDUSTRI PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 15

Analisis tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode Risk-Based Bank Rating (RBBR) (studi empiris pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 dan 2013).

0 5 107

Akurasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Ditinjau dari Kinerja Keuangan berdasarkan CAMEL Rating System dan Penilaian Berbasis Risk-Based Bank Rating.

0 0 2

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SWASTA NASIONAL DAN BANK PEMERINTAH YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 62

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RISK-BASED BANK RATING (RBBR).

0 2 166

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Pendekatan Risiko (Risk-Based Bank Rating)

0 0 18