Struktur Nilai Tambah Bruto

perjalanan wisata berada di peringkat terakhir dengan nilai sebesar Rp 698,33 milyar 0,41 persen.

5.1.6. Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Jumlah Nilai Tambah Bruto berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 adalah sebesar Rp 542,75 triliun. Nilai tambah bruto dalam Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta terdiri dari lima komponen, yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, pajak tak langsung, dan subsidi. Tabel 5.6 menunjukkan bahwa di antara kelima komponen pembentuk nilai tambah bruto, surplus usaha memberikan kontribusi terbesar dengan nilai sebesar Rp 292,16 triliun atau sekitar 53,83 persen dari total nilai tambah bruto. Kontribusi terbesar kedua dalam pembentuk nilai tambah bruto diberikan oleh upah dan gaji, dengan nilai sebesar Rp 181,41 triliun atau sekitar 33,43 persen dari total nilai tambah bruto. Penyusutan menempati peringkat ketiga dengan kontribusi sebesar Rp 55,54 triliun atau sekitar 10,23 persen dari total nilai tambah bruto. Tabel 5.6. Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Sektor Upah dan Gaji juta Rupiah Surplus Usaha juta Rupiah Rasio Upah Gaji dan Surplus Usaha juta rupiah Penyusutan juta Rupiah Pajak Tak Langsung juta Rupiah Subsidi juta Rupiah Nilai Tambah Bruto Jumlah juta Rupiah Persen 1. 238.671 831.894 0,29 26.422 12.816 -4 1.109.799 0,20 2. 464.888 2.365.106 0,19 184.734 124.860 3.139.588 0,58 3. 25.453.136 48.831.371 0,52 9.150.684 2.638.973 -139.824 85.934.340 15,83 4. 1.536.706 2.226.446 0,69 1.265.237 463.870 -785.242 4.707.017 0,87 5. 17.087.301 36.776.367 0,46 3.886.532 1.822.264 59.572.464 10,97 6. 22.957.109 43.727.955 0,52 5.593.872 3.052.024 75.330.960 13,88 Pari- wisata 28.243.902 35.367.682 0,80 16.996.852 2.046.639 -164.610 82.490.465 15,20 7. 8.191.180 9.602.785 0,85 2.776.936 789.597 21.360.498 3,93 8. 1.732.122 3.147.722 0,55 372.203 330.049 5.582.096 1,03 9. 15.507.057 19.649.201 0,79 12.582.920 736.281 -81.343 48.394.116 8,92 10. 409.991 376.944 1,09 246.405 22.478 1.055.818 0,19 11. 2.403.552 2.591.030 0,93 1.018.388 168.234 -83.267 6.097.937 1,12 12. 38.290.798 98.163.027 0,39 9.609.453 2.715.523 148.778.801 27,41 13. 47.144.036 23.875.461 1,97 8.828.013 1.845.189 81.692.699 15,05 TOTAL 181.416.547 292.165.309 0,62 55.541.799 14.722.158 -1.089.680 542.756.133 100,00 Persen terhadap Nilai Tambah Bruto 33,43 53,83 10,23 2,71 -0,20 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 Sektor diolah Tabel 5.6 juga memperlihatkan bahwa sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan nilai tambah bruto Provinsi DKI Jakarta adalah sektor keuangan, perbankan dan jasa perusahaan dengan nilai sebesar Rp 148,77 triliun atau sekitar 27,41 persen dari total nilai tambah bruto. Sektor industri pengolahan berada di peringkat kedua, dengan kontribusi sebesar Rp 85,93 triliun atau sekitar 15,83 persen dari total nilai tambah bruto. Sektor pariwisata sendiri menempati peringkat ketiga dengan kontribusi sebesar Rp 82,49 triliun atau sekitar 15,20 persen dari total nilai tambah bruto. Di antara kelima subsektor pembentuk sektor pariwisata, subsektor transportasi dan komunikasi merupakan subsektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap nilai tambah bruto sektor pariwisata dengan nilai sebesar Rp 48,39 triliun atau sekitar 8,92 persen dari total nilai tambah bruto Provinsi DKI Jakarta. Di urutan kedua, subsektor restoran memberikan nilai kontribusinya sebesar Rp 21,36 triliun atau sekitar 3,93 persen dari total nilai tambah bruto Provinsi DKI Jakarta. Sementara subsektor hotel, subsektor jasa biro perjalanan wisata serta subsektor jasa hiburan dan rekreasi memiliki nilai kontribusi yang kurang dari dua persen. 5.2. Analisis Keterkaitan 5.2.1. Keterkaitan ke Depan forward linkage Keterkaitan ke depan dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Nilai keterkaitan langsung ke depan menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka output suatu sektor yang dialokasikan secara langsung ke sektor tersebut dan juga sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keterkaitan baik langsung maupun tidak langsung ke depan terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri. Keterkaitan ke depan merupakan keterkaitan sektor produksi hulu terhadap sektor produksi hilirnya. Nilai keterkaitan langsung ke depan diperoleh dari nilai