Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Konsep dan Definisi Operasional Data

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Provinsi DKI Jakarta terhitung dari bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Maret 2011. Pemilihan Provinsi DKI Jakarta sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan beberapa hal. Pertimbangan tersebut yaitu 1 Provinsi DKI Jakarta dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata karena letaknya yang strategis dan mudah dijangkau serta daya tariknya sebagai ibukota Negara Republik Indonesia, 2 ketersediaan data- data pendukung penelitian, yaitu Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta dan data-data lainnya 3 belum ada penelitian mengenai peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 klasifikasi 87 sektor yang kemudian diagregasikan menjadi tiga belas dan sembilan sektor. Selain Tabel Input-Output digunakan juga data pendukung lainnya yang juga merupakan data sekunder. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber dan instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Pusat, Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, dan dari berbagai sumber pendukung lainnya seperti media cetak maupun media elektronik. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah IOAP 1.0.1 Input Output Analysis for Practitioners dan Microsoft Excel. 3.3. Metode Analisis 3.3.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. Keterkaitan ke depan digunakan untuk melihat derajat keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output yang digunakan sebagai input di sektor lain. Keterkaitan ke belakang digunakan untuk melihat derajat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor lain yang memasok input padanya. 1. Keterkaitan Langsung Ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : ∑ 1 Dimana : F d i = keterkaitan langsung ke depan sektor i = unsur matriks koefisien teknis n = jumlah sektor 2. Keterkaitan Langsung Ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : ∑ 2 Dimana : B d j = keterkaitan langsung ke belakang sektor i = unsur matriks koefisien teknis n = jumlah sektor 3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : ∑ 3 Dimana : F d + i i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i α ij = unsur matriks kebalikan Leontief terbuka n = jumlah sektor 4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : ∑ 4 Dimana : B d + i j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i α ij = unsur matriks kebalikan Leontief terbuka n = jumlah sektor

3.3.2. Analisis Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang belum memadai jika dipakai sebagai landasan pemilihan sektor-sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu, kedua indeks tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan analisis dampak penyebaran yang dibagi menjadi dua, yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. 1. Koefisien Penyebaran Daya Penyebaran Ke BelakangDaya Menarik Konsep koefisien penyebaran daya penyebaran ke belakangdaya menarik bermanfaat untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai koefisien penyebaran yang tinggi apabila Pd j mempunyai nilai lebih besar dari satu, dan sebaliknya jika nilai Pd j lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah : Dimana : = koefisien penyebaran sektor j = unsur matriks kebalikan Leontief n = jumlah sektor 2. Kepekaan Penyebaran Daya Penyebaran Ke DepanDaya Mendorong Konsep kepekaan penyebaran daya penyebaran ke depandaya mendorong berguna untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sd i lebih besar dari satu, dan sebaliknya jika nilai Sd i lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah : Dimana : = kepekaan penyebaran sektor i = unsur matriks kebalikan Leontief n = jumlah sektor

3.3.3. Analisis Pengganda Multiplier

Berdasarkan matriks kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka α ij maupun untuk model tertutup α ij dapat ditentukan nilai-nilai dari pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1. Rumus Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Nilai Pengganda Output Pendapatan Tenaga Kerja Efek Awal 1 h i e i Efek Putaran Pertama ∑ i a ij ∑ i a ij h i ∑ i a ij e i Efek Dukungan Industri ∑ i α ij -1- ∑ i a ij ∑ i α ij h i - h i - ∑ i a ij h i ∑ i α ij e i - e i - ∑ i a ij e i Efek Induksi Konsumsi ∑ i α ij - ∑ i α ij ∑ i α ij h i - ∑ i α ij h i ∑ i α ij e i - ∑ i α ij e i Efek Total ∑ i α ij ∑ i α ij h i ∑ i α ij e i Efek Lanjutan ∑ i α ij - 1 ∑ i α ij h i - h i ∑ i α ij e i - e j Sumber: Daryanto, 2010 dimana: a ij = koefisien output h i = koefisien pendapatan rumah tangga e i = koefisien tenaga kerja α ij = matriks kebalikan Leontief terbuka α ij = matriks kebalikan Leontief tertutup Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja, maka dihitung dengan menggunakan rumus pengganda tipe I dan tipe II sebagai berikut: Tipe I = efek awal + efek putaran pertama + efek dukungan industri efek awal Tipe II = efek awal + efek putaran pertama + efek dukungan industri + efek konsumsi efek awal Koefisien Pendapatan Koefisien pendapatan rumah tangga merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan dirumuskan sebagai berikut: dimana: h i = koefisien pendapatan sektor i S i = jumlah upah dan gaji sektor i X i = jumlah output total sektor i Koefisien Tenaga Kerja e i Koefisien tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut: e i = T i X i dimana: e i = koefisien tenaga kerja sektor i T i = jumlah tenaga kerja sektor i X i = jumlah output total sektor i

3.4 Analisis Simulasi Investasi Publik

Walaupun dengan menggunakan analisis Input-Output dapat dihitung dan dianalisis peranan dan dampak sektor pariwisata terhadap perkonomian Provinsi DKI Jakarta tahun 2006, tetapi akan lebih lengkap bila dapat disimulasikan dengan analisis investasi publik. Dengan merangkum dampak dari analisis simulasi investasi publik tersebut kemudian dapat diperbandingkan dampak dari masing-masing analisis simulasi terhadap pengembangan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta. Terdapat beberapa analisis dalam simulasi investasi publik, antara lain analisis peningkatan anggaran sektor pariwisata dalam APBD dan peningkatan investasi publik.

3.4.1. Peningkatan Anggaran Sektor Pariwisata dalam APBD

Pengeluaran belanja pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta APBD untuk sektor pariwisata tahun 2006 adalah Rp 30,88 milyar, dengan alokasi Rp 30,49 milyar untuk kegiatan promosi pariwisata dan Rp 393,62 juta untuk investasi. Dengan asumsi terjadi kenaikan anggaran pariwisata ekspansi fiskal sebesar 15 persen, maka jumlah anggaran pariwisata menjadi Rp 35,51 milyar. Dengan proporsi yang sama antara kebutuhan promosi dan investasi maka dampak kenaikan anggaran tersebut pada perekonomian keseluruhan dapat diperkirakan melalui instrumen pengganda multiplier Input-Output yang hasilnya telah diperoleh pada penelitian ini.

3.4.2. Peningkatan Investasi Publik

Investasi publik digunakan untuk pengambilan keputusan untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan, dan fungsi yang menjadi prioritas kebijakan. Investasi publik berkaitan erat dengan penganggaran modalinvestasi. Penganggaran investasi merupakan proses untuk menganalisis proyek-proyek dan memutuskan apakah proyek tersebut dapat diakomodasi oleh anggaran investasi. Penentuan kebutuhan investasi publik berkaitan dengan jumlah anggaran yang akan ditetapkan bagi masing-masing sektor Mardiasmo, 2002. Jumlah investasi publik dalam pengembangan pariwisata tahun 2006 mencapai Rp 142,49 milyar. Semua jumlah investasi ini dialokasikan untuk pengembangan subsektor jasa hiburan dan rekreasi. Pada simulasi ini, dilakukan skenario untuk meningkatkan investasi publik sebesar 10 persen. Dengan peningkatan sebesar 10 persen, jumlah investasi publik pada pariwisata akan menjadi Rp 156,74 milyar. Peningkatan pengeluaran investasi pariwisata yang diwujudkan dalam bentuk pengeluaran belanja barang modal pada konstruksi, mesin dan peralatan di subsektor jasa hiburan dan rekreasi kemudian dapat dihitung dampaknya pada output, PDRB, dan kesempatan kerja di sektor pariwisata.

3.5. Konsep dan Definisi Operasional Data

Konsep dan definisi menjelaskan konsep serta definisi dari pariwisata, output, transaksi antara, permintaan akhir pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor dan input primer upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto yang sesuai dengan Tabel Input-Output Daryanto, A. dan Hafizrianda, Y., 2010. 1. Pariwisata Pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, yang diantaranya termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dalam penelitian ini mencakup hotel, restoran, transportasi dan komunikasi, jasa biro perjalanan wisata, serta jasa hiburan dan rekreasi. 2. Output Output adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor- sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah negara, provinsi, dan sebagainya dalam periode tertentu tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksi maupun usahanya. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan pada wilayah yang bersangkutan maka produksinya dihitung sebagai bagian dari output wilayah tertentu. Oleh karena itu, output sering dikatakan sebagai produk domestik. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. 3. Input Antara Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai upah dan gaji dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut. 4. Input Primer Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan input antara. a. Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar. b. Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto. c. Penyusutan Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d. Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negara. 5. Permintaan Antara Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi. 6. Permintaan Akhir Permintaan akhir merupakan permintaan akan barang dan jasa selain permintaan untuk sektor produksi juga terdapat permintaan untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor-impor. i Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dan badan-badan yang tidak mencari untung, dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan tetapi, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukkan modal tetap sektor usaha persewaan tanah dan bangunan real estate. Barang dan jasa juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. ii Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran barang dan jasa pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, untuk konsumsi kecuali yang sifatnya pembentukkan modal, termasuk pengeluaran untuk kepentingan angkatan bersenjata pertahanan. iii Pembentukkan Modal Tetap Bruto PMTB Pembentukkan modal tetap bruto mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor. Barang modal dapat terdiri dari bangunankonstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan, serta barang modal lainnya. iv Perubahan Stok Perubahan stok juga merupakan pembentukkan modal tidak tetap yang diperoleh dari selisih antara stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Stok biasanya dipegang oleh produsen yang merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual oleh konsumen sebagai bahan-bahan inventory yang belum sempat digunakan. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: 1 perubahan stok barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, 2 perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, 3 perubahan stok di sektor perdagangan yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. v Ekspor dan Impor Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk di suatu daerah, dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik penduduk kota lain maupun luar negeri. Ada dua aspek penting dalam ekspor dan impor yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi, jasa asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ini melibatkan seluruh penduduk yang meliputi badan pemerintahan pusat dan daerah, perorangan, perusahaan, dan lembaga lainnya. Termasuk pula dalam transaksi ekspor adalah pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk daerah lain. Sebaliknya pembelian langsung di pasar luar daerah oleh penduduk domestik dikategorikan sebagai transaksi impor. 7. Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi Margin perdagangan dan biaya transportasi adalah selisih antara transaksi pada tingkat harga konsumen atau pembeli dengan tingkat harga produsen. oleh karena itu, selisih nilai transaksi mencakup: 1 Keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang eceran, 2 Biaya transportasi yang timbul dalam menyalurkan barang produsen sampai ke tangan pembeli akhir. 8. Sektor Pertanian Kegiatan yang dilakukan di sektor ini meliputi pengolahan lahan untuk bercocok tanam dan kegiatan pengolahan hasil-hasil pertanian. Subsektor yang termasuk ke dalam sektor ini antara lain subsektor peternakan, kehutanan dan perikanan yang kegiatannya meliputi pemeliharaan dan penangkapan ikan, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang dilakukan secara sederhana yang masih menggunakan peralatan tradisional. 9. Sektor Pertambangan dan Penggalian Pertambangan dan penggalian mencakup seluruh usaha kegiatan penambangan, penggalian dan penggaraman oleh rakyat. Pada dasarnya usaha kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam barang tambang, mineral dan barang galian berbentuk padat, cair dan gas, baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan pengusahaan benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut, dijual kepada pihak lain, ataupun diekspor ke luar negeri. 10. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan, dan perusahaan lainnya. 11. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkit dan distribusi tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara PLN maupun non PLN. Cakupannya termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industri dan sektor lain kecuali dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Produksi listrik merupakan jumlah kWh tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik terjual, digunakan sendiri dalam transmisi dan distribusi. Sektor gas mencakup kegiatan produksi dan penyediaan gas kota untuk dijual kepada sektor lain maupun ke rumah tangga. Gas kota diperoleh dari pembakaran batu bara dan residu kilang minyak serta proses penyaluran gas alam. Produksi utama berupa gas dan produknya berupa kokas dan ter. Sektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya melalui pipa baik ke rumah tangga, ataupun ke sektor lain sebagai pemakai. 12. Sektor Bangunan Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha dan individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan. 13. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan, impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung. Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan jangka waktu relatif singkat. 14. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Kegiatan pengangkutan umumnya mengangkut barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain atas dasar suatu pembayaran. Komunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro, komunikasi telepon, faksimili, telepon seluler, kegiatan pengiriman surat, wesel, dan lain-lain. 15. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan lainnya lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan bukan bank, sewa bangunan dan jasa perusahaan. Subsektor bank mencakup kegiatan bank sentral dan bank komersil baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain. Subsektor lembaga keuangan lainnya mencakup kegiatan asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan. Selain itu, kegiatan pasar modal, valuta asing, dan jasa penunjang misalnya pialang dan penjamin emisi juga merupakan kegiatan dari subsektor ini. Subsektor sewa bangunan mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen, serta usaha persewaan tanah persil. Subsektor jasa perusahaan mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa akuntansi, jasa arsitek dan teknik, jasa periklanan, jasa riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan. 16. Sektor Jasa-jasa Jasa-jasa yang dimaksud meliputi kegiatan-kegiatan: 1 jasa pemerintahan umum dan pertahanan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, 2 jasa sosial kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, rumah ibadah, dan sebagainya, 3 jasa hiburan dan rekreasi yang meliputi kegiatan produksi dan distribusi film, jasa bioskop, studio radio, museum, gedung olahraga, taman hiburan, dan sebagainya, 4 jasa perbengkelan yang meliputi bengkel kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, 5 jasa perorangan dan rumah tangga, yaitu jasa yang berkaitan erat dengan kepentingan perorangan dan rumah tangga seperti tukang cukur, binatu, salon kecantikan, pembantu rumah tangga, pengasuh bayi, dan lain sebagainya.

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA

Provinsi DKI Jakarta adalah ibukota negara Republik Indonesia yang terletak di pantai utara bagian barat Pulau Jawa. Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata kurang lebih 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 o 12’ Lintang Selatan dan 106 o 48’ Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta berdasarkan SK Gubernur Nomor 171 Tahun 2007 adalah adalah berupa daratan seluas 662,33 km 2 dan berupa lautan seluas 6.977,5 km 2 . Gambar 4.1. Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta Wilayah administratif Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima wilayah kota administrasi dan satu kabupaten administratif, yaitu kota administratif Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara,