Rangking Kriteria 1. Komunikasi Pemasaran

Universitas Sumatera Utara Intensitas Pentingnya variabel Definisi Variabel Penjelasan Kebalikan Jika aktifitas i mendapat satu angka dibanding aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikkannya dibanding dengan i 4.5.2. Rangking Kriteria 4.5.2.1. Komunikasi Pemasaran Pairwise Comparison Perbandingan Berpasangan Tahap ini bertujuan menentukan tingkat kepentingan antar criteria dengan cara membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang di berikan. Untuk melakukan perbandingan berpasangan digunakan bentuk matriks Hasil perbandingan berpasangan antar kriteria diberikan pada tabel 4.4 berikut: Urutan Kriteria Karakteristik Komunikasi Pemasaran Terpenting : 1. Komunikasi Tertuju K1 2. Komunikasi Tidak Tertuju K2 Proses perbandingan berpasangan dimulai dari level paling atas hierarki untuk memilih kriteria, yaitu KriteriaK, kemudian dari level di bawahnya diambil elemen-elemen yang akan dibandingkan, yaitu K1 dan K2, maka susunan elemen-elemen matriksnya adalah seperti tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4.4 Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria K K1 K2 K1 1 3 K2 0,333 1 Suatu elemen dalam matrik dan dibandingkan dengan dirinya sendiri akan diberi nilai 1, seperti halnya K1 dengan K1 dan K2 dengan K2. Jika suatu elemen dibandingkan dengan elemen lain akan menghasilkan nilai tertentu, dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara saat kedua elemen berganti dibandingkan akan mendapat nilai kebalikannya. Maka dari itu K1 dan K2 yang dibandingkan mendapatkan nilai 3, dan 0,333 saat berganti diperbandingkan, yang artinya K2 mempunyai nilai kepentingan yang lebih rendah dari K1. Langkah berikutnya adalah menjumlahkan tiap kolom untuk memperoleh nilai yang nantinya akan dipakai untuk uji konsistensi. Dimana : K1 = 1 + 0,333 = 1,333 K2 = 3 + 1 = 4 Hasil perbandingan berpasangan antar kriteria dapat dinyatakan dalam matriks berikut: A 2x2 = 1 3 0,333 1 Di atas telah dilakukan perkalian matriks dan selanjutnya akan dihitung matriks AxA sebagai berikut: 2 6 = 8 0,667 2 = 2,667 10,667 Langkah berikutnya adalah normalisasi. Matriks yang telah dikalikan sebelumnya dijumlahkan tiap barisnya. Kemudian hasil penjumlahan tiap baris tersebut dijumlahkan kembali. Tiap baris kemudian dibagi dengan hasil jumlah seluruh baris sebelumnya. Normalisasi K1 = 8 10,667 = 0,75 K2 = 2,667 10,667 = 0,25 Tahap berikutnya adalah melakukan uji konsistensi. Langkah ini dilakukan untuk menguji apakah perbandingan yang telah dilakukan sebelumnya Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara telah konsisten atau tidakConsistency Index. Uji konsistensi akan dilakukan sebagai berikut: C.I = A maksimum –n n-1 A maksimum = 1,3330,75 + 40,25= 1+ 1 = 2 CI = 2 - 2 2-1 = 0 Keterangan : A maksimum = Hasil perkalian tiap kolom dengan hasil normalisasi tiap barisnya yang kemudian dijumlahkan. n = Jumlah elemen Nilai A maksimum dikurangi dengan jumlah elemen . Kemudian dibagi dengan jumlah elemen yang telah dikurang 1 sebelumnya. Sehingga diperoleh hasil indeks konsistensi 0. catatan: Random Indeks RI merupakan indeks konsistensi matrik random dengan skala penilaian 1 sampai 9 bersama entri-entri kebalikannya. Perlu diperhatikan bahwa matrik berorde 1 dan 2 adalah konsistensi sehingga rumus CI RI tidak berlaku. Tabel 4.5 Nilai Random Indeks RI n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 Sumber : Taylor, 2008 Karena n = 2 , berarti RI = 0 CR = CI RI CR = 0 2 CR = 0 Secara umum, jika CR ≤ 0,1 maka matriks perbandingan berpasangan konsisten, sehingga bobot yang diberikan dapat digunakan pada perankingan alternatif Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

4.5.2.2. Iklan Televisi

Pairwise Comparison Perbandingan Berpasangan Tahap ini bertujuan menentukan tingkat kepentingan antar criteria dengan cara membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang di berikan. Untuk melakukan perbandingan berpasangan digunakan bentuk matriks Hasil perbandingan berpasangan antar kriteria diberikan pada tabel 4.6 berikut: Urutan Kriteria Elemen Iklan Televisi Terpenting : 1. VideoK1, AudioK2 2. TalentK3 3. PropsK4 , SettingK5 4. Lighting K6, Pacing K7 Proses perbandingan berpasangan dimulai dari level paling atas hierarki untuk memilih kriteria, yaitu KriteriaK, kemudian dari level di bawahnya diambil elemen-elemen yang akan dibandingkan, yaitu: K1, K2, K3, K4, K5, K6, K7. Maka susunan elemen-elemen matriksnya adalah seperti tabel 4.6 di bawah ini. Tabel 4.6 Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria K K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K1 1,000 1,000 3,000 5,000 5,000 7,000 7,000 K2 1,000 1,000 3,000 5,000 5,000 7,000 7,000 K3 0,333 0,333 1,000 3,000 3,000 5,000 5,000 K4 0,200 0,200 0,333 1,000 1,000 3,000 3,000 K5 0,200 0,200 0,333 1,000 1,000 3,000 3,000 K6 0,143 0,143 0,200 0,333 0,333 1,000 1,000 K7 0,143 0,143 0,200 0,333 0,333 1,000 1,000 Suatu elemen dalam matrik dan dibandingkan dengan dirinya sendiri akan diberi nilai 1, seperti halnya K1 dengan K1 dan K2 dengan K2, dan seterusnya. Jika suatu elemen dibandingkan dengan elemen lain akan menghasilkan nilai tertentu, dan saat kedua elemen berganti dibandingkan akan mendapat nilai kebalikannya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Langkah berikutnya adalah menjumlahkan tiap kolom untuk memperoleh nilai yang nantinya akan dipakai untuk uji konsistensi. Dimana : K1 = 1+1+0,333+0,2+0,2+0,143+0,143= 3,019 K2 = 1+1+0,333+0,2+0,2+0,143+0,143= 3,019 K3 = 3+3+1+0,333+0,333+0,2+0,2= 8,067 K4 = 5+5+3+1+1+0,333+0,333= 15,667 K5 = 5+5+3+1+1+0,333+0,333= 15,667 K6 = 7+7+5+3+3+1+1= 27 K7 = 7+7+5+3+3+1+1= 27 Hasil perbandingan berpasangan antar kriteria dapat dinyatakan dalam matriks berikut: 1 1 3 5 5 7 7 1 1 3 5 5 7 7 13 13 1 3 3 5 5 A 7x7 = 15 15 13 1 1 3 3 15 15 13 1 1 3 3 17 17 15 13 13 1 1 17 17 15 13 13 1 1 Di atas telah dilakukan perkalian matriks dan selanjutnya akan dihitung matriks AxA sebagai berikut: 7,000 7,000 15,133 33,667 33,667 73,000 73,000 = 242,467 7,000 7,000 15,133 33,667 33,667 73,000 73,000 = 242,467 3,629 3,629 7,000 15,667 15,667 37,667 37,667 = 120,924 1,768 1,768 3,400 7,000 7,000 16,467 16,467 = 53,870 1,768 1,768 3,400 7,000 7,000 16,467 16,467 = 53,870 0,771 0,771 1,679 3,362 3,362 7,000 7,000 = 23,946 0,771 0,771 1,679 3,362 3,362 7,000 7,000 = 23,946 761,489 Langkah berikutnya adalah normalisasi. Matriks yang telah dikalikan sebelumnya dijumlahkan tiap barisnya. Kemudian hasil penjumlahan tiap baris Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara tersebut dijumlahkan kembali. Tiap baris kemudian dibagi dengan hasil jumlah seluruh baris sebelumnya. Normalisasi K1 = 242,467 761,489 = 0,318 K2 = 242,467 761,489 = 0,318 K3 = 120,924 761,489 = 0,159 K4 = 53,870 761,489 = 0,071 K5 = 53,870 761,489 = 0,071 K6 = 23,946 761,489 = 0,031 K7 = 23,946 761,489 = 0,031 Tahap berikutnya adalah melakukan uji konsistensi. Langkah ini dilakukan untuk menguji apakah perbandingan yang telah dilakukan sebelumnya telah konsisten atau tidakConsistency Index. Uji konsistensi akan dilakukan sebagai berikut: C.I = A maksimum –n n-1 A maksimum = 3,0190,318 + 3,0190,318 + 8,0670,159 + 15,6670,071 + 15,6670,071 + 270,031 + 270,031= 7,1184 CI = 7,1184 – 7 7-1=0,11846= 0,01973 Keterangan : A maksimum = Hasil perkalian tiap kolom dengan hasil normalisasi tiap barisnya yang kemudian dijumlahkan. n = Jumlah elemen Nilai A maksimum dikurangi dengan jumlah elemen . Kemudian dibagi dengan jumlah elemen yang telah dikurang 1 sebelumnya. Sehingga diperoleh hasil indeks konsistensi 0,01973. Tabel 4.7 Nilai Random Indeks RI N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 Sumber : Taylor, 2008 Karena n = 7 , brarti RI = 1,32 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara CR = CI RI CR = 0,01973 1,32 CR = 0,01494697 Secara umum, jika CR ≤ 0,1 maka matriks perbandingan berpasangan konsisten, sehingga bobot yang diberikan dapat digunakan pada perangkingan alternatif..

4.5.4. Rangking Alternatif