Identitas Bangsa Myanmar Politik Domestik Myanmar dan Bencana

22 Meski memiliki keragaman etnis, dominasi suku dan agama di Myanmar sangat terlihat jelas. Suku Burman adalah suku yang mendominasi berbagai bidang kehidupan Myanmar dengan 23 persen penduduk dari total popolasi Myanmar. Steinberg 2010 h.59 menjelaskan dominasi suku di Myanmar juga menyebabkan Myanmar memutuskan untuk menjadi negara beragama Budha. Suku Burman merupakan suku mayoritas di Myanmar dan beragama Budha. Pada masa pemerintahan Perdana Menteri U Nu tahun 1961, Myanmar resmi menjadi negara beragama Budha. Keputusan ini meski diterima namun pada dasarnya menyinggung perasaan suku minoritas lain seperti Kachin dan Karen yang tidak menganut agama Budha. Dominasi suku mayoritas ini juga menyebabkan banyak pemberontakan yang kemudian menimbulkan masalah baru bagi Myanmar seperti pemberontak yang kabur ke negara tetangga Myanmar menyebabkan konflik di perbatasan yang juga mengancam integritas dari Myanmar itu sendiri. Menurut Irewati 2007 h.7 dengan keadaan geografis yang cukup strategis, yaitu berbatasan dengan 5 negara serta keragaman etnis ikut mempengaruhi dan membentuk kehidupan politik domestik Myanmar. Dari kelima negara yang berbatasan langsung dengan Myanmar hampir semua memiliki hubungan politik yang kurang baik dengan Myanmar. Seperti dengan Thailand, Bangladesh dan India. Ketiga negara ini memiliki masalah terkait perbatasan dan pengungsi serta kelompok pemberontak. Masalah pengungsi ini terkait dengan kelompok etnis Myanmar yaitu suku Mon, Karenni dan Karen yang menghindar dari pengejaran Junta Militer yang kemudian melarikan diri guna mencari perlindungan di wilayah negara tetangga seperti Thailand Selatan. Hubungan Myanmar dengan Bangladesh ditandai dengan 23 adanya masalah pengungsi, setelah suku Rohingya yang merupakan etnis muslim Myanmar masuk ke wilayah Bangladesh untuk mencari perlindungan, karena etnis muslim merasa terdiskrimasi di Myanmar. Sementara dengan pemerintah India, Myanmar memiliki masalah perbatasan yang disebabkan oleh adanya kelompok separatis India yang di berbasis di daerah Sagaing Sagaing Division di Myanmar yang telah bertahun-tahun menempati wilayah di Myanmar tersebut dan melakukan pemberontakan terhadap pemerintah India. Masalah perbatasan inilah yang membuat hubungan Myanmar dengan ketiga negara di atas menjadi kurang harmonis. Hubungan politik luar negeri Myanmar dengan ketiga negara yang telah disebutkan di atas menjadi bertambah tidak baik. Diantaranya disebabkan juga oleh faktor internal Myanmar yang tidak mampu mengelola keragaman suku dan etnis secara baik dan adil. Hal yang sama terjadi dalam hubungan Myanmar dengan Cina. Menurut Steinberg 2010 h. 20-22 Myanmar memiliki hubungan yang mengalami pasang surut. Myanmar berbatasan langsung dengan Cina, penduduk Myanmar sebagian besar datang dari dataran Cina, oleh karena itu etnis dan agama yang dianut mayoritas penduduk Myanmar sama dengan Cina. Di masa lampau atau sekitar tahun 1200- 1700an saat negara belum terbentuk dan masih berupa kerajaan, bangsa Cina banyak yang melarikan diri ke wilayah Myanmar. Tepatnya dimasa Dinasti Ming pada 1644. Pada saat itu banyak warga Cina yang melarikan diri ke wilayah Myanmar akibat kekalahan Dinasti Ming dari Dinasti Manchu Qing. Tidak hanya warga Cina yang melarikan diri ke wilayah Myanmar, di tahun 1765-1769 pemerintah Dinasti Cina juga melakukan invasi ke Myanmar. Namun, invasi tersebut terhenti sampai di 24 provinsi Yunan karena di wilayah Myanmar saat itu sedang terjangkit wabah malaria. Dengan latar belakang yang demikianlah, Myanmar memiliki banyak kemiripan dengan Cina, tidak hanya dalam segi agama dan etnis tetapi juga pada sistem perpolitikan. Myanmar dan Cina sama-sama menganut paham sosialis komunis, walaupun sebenarnya Myanmar mendeklarasikan diri sebagai negara Republik Demokrasi. Namun, praktek-praktek paham sosialis dan komunis masih diterapkan di Myanmar. Steinberg 2010 h.45-47 menjelaskan bahwa paham sosialis-komunis ini mempengaruhi Myanmar sejak periode 1948-1949, yaitu saat terjadi Revolusi Cina. Pada masa ini, sistem internasional berada pada situasi perang dingin antara blok Barat Amerika Serikat dan sekutu yang berideologi liberal-kapitalis dengan blok Timur Uni Soviet dan sekutunya yang berideologi sosialis-komunis. Seperti diketahui, pada masa perang dingin ini kedua blok tersebut berusaha menyebarkan pengaruh mereka masing-masing ke seluruh dunia. Cina merupakan salah satu negara sekutu Uni Soviet yang menganut paham sosialis-komunis. Oleh karena itu, Cina juga turut menyebarkan paham ini dan Myanmar sebagai negara tetangga yang memiliki kesamaan etnis menjadi tujuan utama penyebaran paham ini. Pada 1950 saat Cina mendeklarasikan negaranya sebagai Republik Rakyat Cina, Myanmar langsung memberi dukungan dan pengakuan terhadap Republik tersebut. Namun, hubungan Myanmar dengan Cina sempat mengalami ketengangan saat pasukan Kuomintang 1 1 Kuomintang merupakan sebuah partai politik di Cina yang terbentuk diakhir tahun 1800an. Partai ini memiliki 3 prinsip, yaitu anti komunisme, liberal conservatism dan cenderung kepada nasionalis Cina. nasionalis Cina yang melarikan 25 diri dari Cina ke wilayah Shan di Myanmar akibat mengalami kekalahan dari pasukan komunis Cina tahun 1949. Pada 1961 pemerintah Cina mengirimkan pasukannya kurang lebih 20.000 orang ke Myanmar, pemerintah Cina juga dibantu militer Myanmar dengan 5.000 orang pasukannya mencoba melakukan perlawanan terhadap pasukan Kuomintang. Pasukan Kuomintang ini adalah pasukan anti komunis Cina yang mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat khususnya lewat badan intelegennya yaitu Central Intelligence Agency CIA. Namun, lemahnya pasukan Cina dan militer Myanmar menyebabkan pasukan Kuomintang menguasai Rangoon. Hal ini menimbulkan ketegangan, sehingga militer Myanmar yang memiliki pengaruh kuat di Myanmar melakukan aksi protes terhadap PBB dan menolak bantuan yang diberikan Amerika Serikat. Hal inilah yang juga mendorong Myanmar untuk menerapkan prinsip isolasionisme dalam politik luar negerinya sejak Junta Militer berkuasa tahun 1962. Prinsip isolasionisme ini berlaku terutama kepada negara- negara Barat seperti Amerika Serikat dan sekutunya. Untuk selanjutnya pembahasan mengenai politik di Myanmar akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya ini.

B. Pembangunan Politik Myanmar

B.1 Politik Domestik Myanmar Paska Kemerdekaan Pergolakan dan perang terjadi di Cina antara tahun 1928-1949 yang kemudian dimenangi oleh Partai Komunis Cina yang memaksa pasukan Kuomintang keluar dari Cina. Pasukan ini kemudian membangun basis di negara-negara sekitar termasuk di Myanmar. Pemerintah Myanmar yang cenderung menganut prinsip atau paham sosialis merasa terancam dengan adanya pasukan anti komunis, Kuomintang, di salah satu wilayahnya. Dan pemerintah berusaha mengeluarkan pasukan Kuomintang dari Myanmar. Butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan masalah ini dan Myanmar menggunakan kekuatan militernya untuk mengusir pasukan Kuomintang dari Myanmar. Steinberg 2010, h.45 26 Sejak resmi merdeka dari penjajahan Inggris pada 4 Januari 1948, banyak harapan yang muncul dari negara baru yang saat itu telah menyebut diri sebagai The Union of Burma Union of Myanmar saat ini, seperti pembangunan dan modernisasi di bidang ekonomi, politik, dan sosial Maung 1990, h. 602. Sistem pemerintahan Republik Demokrasi Parlementer menjadi dasar bagi kehidupan di Myanmar pada awal kemerdekaan untuk menunjang pembangunan dan modernisasi yang dicita- citakan. Sistem pemerintahan Republik Demokrasi Parlementer ini diadopsi dari Konstitusi 1947 2 yang dibuat sebelum kemerdekaan Myanmar dan Aung San 3 2 Konstitusi 1947 adalah konstitusi yang dibuat sebelum kemerdekaan untuk mendorong kemerdekaan serta merupakan sebuah usaha untuk membawa Myanmar menggunakan sistem Demokrasi Parlementer setelah memperoleh kemerdekaan. Sistem Demokrasi Parlementer ini dianggap sistem yang paling tepat bagi Myanmar yang memang memiliki keragaman etnis dan suku bangsa. Konstitusi ini dibuat oleh 15 Burmans orang BurmaMyanmar yang sebagian dari mereka telah memperoleh pelatihan resmi pembuatan konstitusi dari pemerintah kolonial Inggris. 15 Burmans ini merupakan perwakilan dari suku mayoritas dan minoritas di Myanmar Steinberg 2010, h. 52-53. adalah penggagas konstitusi tersebut Steinberg 2010, h.53. Dengan sistem pemerintahan Republik Demokrasi Parlementer ini Myanmar diperintah oleh seorang Perdana Menteri dan U Nu menjadi Perdana Menteri pertama di Myanmar. Sebagaimana halnya negara yang baru merdeka, pemerintahan Perdana Menteri U Nu dihadapkan pada kondisi sosio politik yang rumit Firnas 2003, h.129. Perdana Menteri U Nu menerapkan strategi pembangunan Pydawtha negara yang makmur untuk 3 Aung san adalah salah satu tokoh pemimpin Myanmar yang dikenal sebagai bapak dari kesatuan Myanmar the Union of Burma. Aung San juga merupakan penggagas dari konstitusi 1947 yang dianut Myanmar pada masa awal kemerdekaan 1948. Dia adalah tokoh yang disegani warga Myanmar karena mampu mengadakan negosiasi dengan pemerintah Inggris untuk kemerdekaan Myanmar. Aung San pulalah yang menyatukan suku minoritas dan memberi tempat bagi perwakilan minoritas di parlemen meski hal ini terjadi sebelum kemerdekaan, karena Aung San wafat pada 1947. Aung San bukan merupakan tokoh demokratis, dia dianggap lebih cenderung berpaham sosialis. Meski demikian dialah yang menggagas persatuan Myanmar, keadilan bagi suku minoritas disegala bidang termasuk pemerataan sumber daya alam serta menggagas pemerintahan dengan sistem partai yang tunggal. Dan Aung San merupakan pemimpin dari The Anti-Fascist People’s Freedom League AFPFL yaitu partai koalisi Myanmar Steinberg 2010, h.42-43. 27 menyelesaikan berbagai persoalan dalam negerinya. Namun, akhirnya strategi ini gagal mengatasi persoalan kompleks yang dihadapi Myanmar Firnas 2003, h.129. Persoalan kompleks yang dihadapi Myanmar antara lain masalah demokrasi. Meski menganut sistem pemerintahan demokrasi, kondisi politik di Myanmar belum sepenuhnya mencerminkan nilai yang demokratis. Nilai-nilai demokratis seperti persamaan hak di mata hukum, kebebasan bertanggung jawab di segala bidang, adanya pemilihan umum yang adil, adanya perwakilan dari setiap suku atau golongan di dalam pemerintahan serta sistem pemerintahan yang berpihak pada rakyat bukan militer belum terwujud dalam kehidupan negara Myanmar. Situasi yang demikian mengakibatkan terjadinya beberapa pemberontakan atau konflik yang melibatkan suku mayoritas Burman dan minoritas Karen pada tahun 1949 Brown 1997, h.23- 24. Selain itu, muncul beberapa ancaman dari luar negara Myanmar akibat masalah perbatasan wilayah, khususnya konflik perbatasan dengan negara Cina dan masalah tentara Cina Koumintang yang diusir dari Cina yang kemudian masuk dan menduduki salah satu wilayah di Myanmar yaitu Shan Seekins 2006, h. xxvi. Meski menganut demokrasi, namun pada kenyataannya sejak masa kemerdekaan 1948 Myanmar sangat dipengaruhi oleh paham sosialis atau komunis Steinberg 2010, h.50. Hal ini terbukti dengan adanya dua partai besar dan memiliki peran yang cukup besar di Myanmar yaitu The Red Flag Communist Party Communist Party of Burma dan The White Flag Communist Party Burma Communist Party . Kedua partai ini memiliki basis militer yang kuat yang nantinya memberontak terhadap pemerintah Myanmar Seekins 2006, h.xxvi. Paham sosialis 28 atau komunis masuk ke Myanmar akibat pengaruh yang datang dari Cina yang memang memiliki kedekatan wilayah dan kemiripan etnis dengan Myanmar seperti yang sudah penulis jelaskan pada bagian sebelumnya. Pemberontakan militer yang dilakukan oleh dua partai komunis tersebut ditujukan kepada pemerintahan Myanmar Perdana Menteri U Nu. Militer Myanmar memiliki tempat yang terhormat dalam status sosial masyarakat Myanmar dan anggota militer Myanmar juga merupakan anggota dari dua partai komunis The Red dan The White Flag Communist Party Steinberg 2010, h. 54. Pemberontakan terhadap pemerintahan Perdana Menteri U Nu ini terjadi karena partai yang mengusung U Nu yaitu The Anti-Fascist People’s Freedom League AFPFL dianggap hanya mementingkan kekuasaan bukan melakukan perbaikan di Myanmar. Menurut militer, hal tersebut dapat mengancam keutuhan negara kesatuan Myanmar. Sebelum pemberontakan terjadi, pemerintah U Nu telah berencana untuk melaksanakan pemilu pada 1958. Kemudian, militer memilih mengambil langkah pemberontakan atau kudeta terhadap pemerintah untuk mencegah terjadinya perang sipil dan pertumpahan darah saat pemilu. Dengan adanya pemberontakan atau kudeta militer ini, Perdana Menteri U Nu mengambil langkah untuk mundur sementara dari jabatannya pada 1958 dan mengajak militer yang saat itu dipimpin oleh Jenderal Ne Win untuk mengambil alih pemerintahan yang dipimpinnya. Sejak Oktober 1958, Union of Burma atau Myanmar resmi diperintah oleh militer atau yang lebih dikenal dengan istilah “Caretaker Government” pemerintahan sementara. Jenderal Ne Win memerintah