Peningkatan minat dan prestasi belajar IPA menggunakan pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IV SD N Selomulyo.

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCL MODEL PBL PADA SISWA

KELAS IV SD N SELOMULYO Ida Dwi Kusumawati Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar IPA menggunakan Pendekatan SCL Model PBL pada Siswa Kelas IV SD N Selomulyo. Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD N Selomulyo tahun ajaran 2013/2014. Objek penelitian ini adalah minat dan prestasi belajar siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur minat pada penelitian ini adalah kuesiner sedangkan Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah soal pilihan ganda dan lembar pengamatan.Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan tindakan berupa penggunaan pendekatan SCL model PBL, terjadi peningkatan persentase jumlah siswa yang berminat dari kondisi awal 56.67% meningkat menjadi 95%. Peningkatan juga didukuang oeh peningkatan pada masing-masing indikator minat. Peningkatan rata-rata skor minat pada indikator rasa senang dari kondisi awal 3.19 meningkat menjadi 4.34. Peningkatan rata-rata skor minat pada indikator memperhatikan meningkat dari kondisi awal 3.21 meningkat menjadi 4.31. Peningkatan rata-rata skor pada indikator keterlibatan mencapai 4.36. Peningkatan rata-rata skor minat pada indikator inisiatif mencari informasi baru meningkat dari kondisi awal 3.04 menjadi 4.21. Peningkatan minat siswa karena penggunakan pendekaan SCL model PBL dalam pembelajaran menyebabkan prestasi belajar siswa juga meningkat. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal adalah 60.71% meningkat menjadi 93.33%. Rata-rata kelas juga meningkat dari kondisi awal sebesar 7.12 meningkat menjadi 7,86. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan SCL model PBL meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD N Selomulyo.

Kata Kunci: Minat, Prestasi Belajar, SCL, PBL, IPA


(2)

ABSTRACT

IMPROVING STUDENTS INTEREST AND LEARNING ACHIEVEMENT IN NATURAL SCIENCE USING SCL APPROACH ESPECIALLY PBL

MODEL FOR IV GRADE STUDENTS OF SD N SELOMULYO

Ida Dwi Kusumawati Sanata Dharma University

2014

This research aimed to know the increase of interest and learning achievement natural science using SCL (Students Centered Learning) approach especially PBL (Problem Based Learning) model for 4th grade students of Selomulyo elementary school. This type of research is the research action class. The subject of the research was grade IV students of Selomulyo elementary school in the academic year 2013/2014. The object of this research was students interest and students learning achievement. The research instrument used to measure the students interest was questionnaires. The research instruments used to measure the students learning achievement were multiple choice tests and observation’s rubric. This research was conducted in two cycles.

The results showed that after give action using SCL approach PBL models, the number of average percentage of interest from 56.67% to 95%. This increased also supported by an increase on each interest indicator. The increased average interest score in students who were fell happy increased from 3.19 to 4.34. The number of the student who attend in learning activity increased from 3.21 to 4.31. The number students who involved in learning activity increased from 3.81 to 4.36. The number students who initiative search other information from 3.04 to 4.21. Increase student interest because the learning using SCL approach PBL models and it is also increased the learning achievement. The number of the student who could pass the benchmark (KKM) increased from 60,71% to 93.33%. The grade average of the class also increased from 7,12 to 7.86.

Keyword: Interest, Learning Achievement, SCL, PBL, Natural Science


(3)

i

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCL MODEL PBL PADA

SISWA KELAS IV SD N SELOMULYO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh : Ida Dwi Kusumawati

101134203

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(4)

ii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Bapak Budiyono di Surga

3. Ibu Sumiyatun dan Kakak Ikarina Damayanti 4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum.

5. Teman-teman penelitian kolaboratif PBL dan SCL

6. Paradhe, DolanDeso Family, Kresna Family, dan teman-teman fasilitator yang telah memberikan pengalaman yang luar biasa.


(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melindungiku 2. Alm. Bapak Budiyono penyemangat dalam hidupku 3. Ibu Sumiyatun dan Kakak Ikarina Damayanti

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum, yang selalu mendorongku menyelesaikan skripsi ini

5. Teman-teman penelitian kolaboratif PBL dan SCL

6. Paradhe, DolanDeso Family, Kresna Family, dan teman-teman fasilitator yang telah memberikan pengalaman yang luar biasa


(7)

v MOTTO


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Mei 2014 Peneiti

(Ida Dwi Kusumawati) NIM: 101134203


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

Nama : Ida Dwi Kusumawati

Nomor Induk Mahasiswa : 101134203

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya yang berjudul :

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCL MODEL PBL SISWA KELAS IV SD N SELOMULYO” berserta perangkat yang diperlukan, (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 22 Mei 2014 Yang menyatakan,


(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCL MODEL PBL PADA SISWA

KELAS IV SD N SELOMULYO Ida Dwi Kusumawati Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar IPA menggunakan Pendekatan SCL Model PBL pada Siswa Kelas IV SD N Selomulyo. Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD N Selomulyo tahun ajaran 2013/2014. Objek penelitian ini adalah minat dan prestasi belajar siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur minat pada penelitian ini adalah kuesiner sedangkan Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah soal pilihan ganda dan lembar pengamatan.Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan tindakan berupa penggunaan pendekatan SCL model PBL, terjadi peningkatan persentase jumlah siswa yang berminat dari kondisi awal 56.67% meningkat menjadi 95%. Peningkatan juga didukuang oeh peningkatan pada masing-masing indikator minat. Peningkatan rata-rata skor minat pada indikator rasa senang dari kondisi awal 3.19 meningkat menjadi 4.34. Peningkatan rata-rata skor minat pada indikator memperhatikan meningkat dari kondisi awal 3.21 meningkat menjadi 4.31. Peningkatan rata-rata skor pada indikator keterlibatan mencapai 4.36. Peningkatan rata-rata skor minat pada indikator inisiatif mencari informasi baru meningkat dari kondisi awal 3.04 menjadi 4.21. Peningkatan minat siswa karena penggunakan pendekaan SCL model PBL dalam pembelajaran menyebabkan prestasi belajar siswa juga meningkat. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal adalah 60.71% meningkat menjadi 93.33%. Rata-rata kelas juga meningkat dari kondisi awal sebesar 7.12 meningkat menjadi 7,86. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan SCL model PBL meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD N Selomulyo.


(11)

ix ABSTRACT

IMPROVING STUDENTS INTEREST AND LEARNING ACHIEVEMENT IN NATURAL SCIENCE USING SCL APPROACH ESPECIALLY PBL

MODEL FOR IV GRADE STUDENTS OF SD N SELOMULYO

Ida Dwi Kusumawati Sanata Dharma University

2014

This research aimed to know the increase of interest and learning achievement natural science using SCL (Students Centered Learning) approach especially PBL (Problem Based Learning) model for 4th grade students of Selomulyo elementary school. This type of research is the research action class. The subject of the research was grade IV students of Selomulyo elementary school in the academic year 2013/2014. The object of this research was students interest and students learning achievement. The research instrument used to measure the students interest was questionnaires. The research instruments used to measure the students learning achievement were multiple choice tests and observation’s rubric. This research was conducted in two cycles.

The results showed that after give action using SCL approach PBL models, the number of average percentage of interest from 56.67% to 95%. This increased also supported by an increase on each interest indicator. The increased average interest score in students who were fell happy increased from 3.19 to 4.34. The number of the student who attend in learning activity increased from 3.21 to 4.31. The number students who involved in learning activity increased from 3.81 to 4.36. The number students who initiative search other information from 3.04 to 4.21. Increase student interest because the learning using SCL approach PBL models and it is also increased the learning achievement. The number of the student who could pass the benchmark (KKM) increased from 60,71% to 93.33%. The grade average of the class also increased from 7,12 to 7.86.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih-Nya yang begitu melimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Menggunakan Pendekatan SCL Model PBL siswa kelas IV SD N Selomulyo”.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini lahir dengan adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Dra. Ignatia Esti Sumarah M.Hum., Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pesan, dan motivasi sehingga tersusun skripsi ini. 4. Catur Rismiati, S.Pd., MA., Ed.D., Dosen pembimbing penelitian kolaboratif

SCL yang telah membimbing dan arahan selama penyusunan skripsi ini. 5. Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech., Dosen pembimbing penelitian

kolaboratif SCL yang telah membimbing dan memberikan saran dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M.T., M.Sc., dosen penguji II yang dengan teliti memberikan masukan untuk perbaikan skripsi.

7. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., dosen penguji III yang memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.

8. Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

9. Supriyati Basuki Rahayu, S.Pd, Kepala Sekolah SD N Selomulyo yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

10.Nur Suriah, A.Ma., Guru kelas IV SD N Selomulyo yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk melakukan penelitian di kelas IV SD N Selomulyo.


(13)

xi

11.Siswa kelas IV SD N Selomulyo yang bersedia bekerjasama sengan peneliti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

12.Keluarga yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, nasehat, serta doa untuk penyelesaikan skripsi

13.Sahabat-sahabat baik PGSD dan luar PGSD yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan penulisan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-satu.

Peneliti menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam skripsi yang dibuat ini. Namun peneliti berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Peneliti

(Ida Dwi Kusumawati) NIM: 101134203


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Pemecahan Masalah ... 5

F. Batasan Istilah ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kajian Teori ... 8

1. Teori Pembelajaran yang Relevan ... 8


(15)

xiii

3. Prestasi Belajar ... 13

4. Student Centered Learning (SCL) ... 15

5. Problem Based Learning (PBL) ... 18

6. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 22

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 29

D. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Setting Penelitian ... 35

C. Jadwal Penelitian ... 36

D. Rencana Tindakan ... 36

E. Indikator dan Pengukurannya ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

G. Instrumen Penelitian ... 46

H. Validitas, Reliabilitas, dan Indeks Kesukaran ... 59

I. Teknik Analisis Data ... 77

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 82

A. Gambaran Umum Penelitian ... 80

1. Siklus I ... 81

2. Siklus II ... 88

B. Hasil Penelitian ... 93

1. Kualitas Proses ... 94

2. Kualitas Hasil ... 112

C. Pembahasan ... 122

1. Peningkatan Minat Siswa ... 125

2. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 146

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 155


(16)

xiv

B. Keterbatasan ... 157

C. Saran ... 157

DAFTAR REFERENSI ... 159


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 36

Tabel 3.2 Indikator dan Pengukurannya ... 43

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 48

Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Minat ... 49

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 50

Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 52

Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 53

Tabel 3.8 Rubrik Penilaian Psikomotorik Siklus I Pertemuan 1 ... 54

Tabel 3.9 Rubrik Penilaian Psikomotorik Siklus I Pertemuan 2 ... 55

Tabel 3.10 Rubrik Penilaian Psikomotorik Siklus I Pertemuan 3 ... 56

Tabel 3.11 Rubrik Penilaian Psikomotorik Siklus II Pertemuan 1 ... 57

Tabel 3.12 Rubrik Penilaian Psikomotorik Siklus II Pertemuan 2 ... 58

Tabel 3.13 Rubrik Penilaian Afektif ... 59

Tabel 3.14 Hasil Content Validity pada Silabus Siklus I ... 61

Tabel 3.15 Hasil Content Validitypada RPP Siklus I ... 61

Tabel 3.16 Hasil Content Validitypada Soal Evaluasi Siklus I ... 62

Tabel 3.17 Hasil Content Validitypada Silabus Siklus II ... 63

Tabel 3.18 Hasil Content Validitypada RPP Siklus II ... 64

Tabel 3.19 Hasil Content Validity pada soal Evaluasi Siklus II ... 65

Tabel 3.20 Hasil Construct ValidityItem Kuesioner ... 67

Tabel 3.21 Hasil Perbandingan Item Kuesioner ... 68

Tabel 3.22 Hasil Construct ValiditySoal Evaluasi Siklus I ... 70

Tabel 3.23 Hasil Construct ValiditySoal Evaluasi Siklus II ... 71

Tabel 3.24 Kriteria Koefisien Korelasi ... 72

Tabel 3.25 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ... 73

Tabel 3.26 Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 73

Tabel 3.27 Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 73


(18)

xvi

Tabel 3.29 Indeks Kesukaran Soal Evaluasi Siklus I ... 75

Tabel 3.30 Indeks Kesukaran Soal Evaluasi Siklus II ... 76

Tabel 3.31 Kriteria Tingkat Minat Belajar ... 78

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Tindakan ... 81

Tabel 4.2 Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 86

Tabel 4.3 Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 92

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Siklus I Pertemuan 1 ... 95

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Siklus I Pertemuan 2 ... 97

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Siklus I Pertemuan 3 ... 99

Tabel 4.7 Hasil Capaian Minat Siswa Siklus I ... 101

Tabel 4.8 Perbandingan Kondisi Awal dengan Peningkatan Minat Siklus I ... 102

Tabel 4.9 Target Capaian Minat Siklus II ... 103

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Siklus II Pertemuan 1 ... 107

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Siklus II Pertemuan 2 ... 109

Tabel 4.12 Hasil Pencapaian Minat Siswa Siklus II ... 110

Tabel 4.13 Peningkatan Minat Siklus I dan Siklus II ... 111

Tabel 4.14 Hasil Penilaian Kognitif Siklus I dan Siklus II ... 113

Tabel 4.15 Hasil Penilaian Afektif Siklus I dan Siklus II ... 115

Tabel 4.16 Hasil Penilaian Psikomotorik Siklus I dan Siklus II ... 117

Tabel 4.17 Hasil Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD N Selomulyo Siklus I .... 118

Tabel 4.18 Hasil Pencapaian Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 119

Tabel 4.19 Target Capaian Prestasi Belajar Siklus II ... 120

Tabel 4.20 Hasil Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD N Selomulyo Siklus II .. 121

Tabel 4.21 Hasil Pencapaian Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 122

Tabel 4.22 Data Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD N Selomulyo Tahun Ajaran 2013/2013 ... 124


(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Indikator Minat ... 12

Gambar 2.2 Diagram Penelitian yang Relevan ... 28

Gambar 3.1 Model Penelitian Kurt Lewin ... 33

Gambar 4.1 Grafik Pencapaian Rata-rata Minat Secara Keseluruhan ... 130

Gambar 4.2 Siswa Menunjukkan Perasaan Senang Mengikuti Pembelajaran .... 132

Gambar 4.3 Siswa Mengisi Nama pada Callcard ... 133

Gambar 4.4 Grafik Hasil Peningkatan Minat Indikator Rasa Senang ... 136

Gambar 4.5 Memperhatikan Penjelasan Guru ... 137

Gambar 4.6 Grafik Hasil Peningkatan Minat Indikator Memperhatikan ... 138

Gambar 4.7 Keterlibatan dalam Pembelajaran ... 139

Gambar 4.8 Grafik Hasil Peningkatan Minat Indikator Keterlibatan ... 140

Gambar 4.9 Grafik Hasil Peningkatan Minat Indikator Berinisiatif ... 141

Gambar 4.10 Siswa membagi bahan yang telah dibawa dari rumah ... 143

Gambar 4.11 Grafik Peningkatan Rata-rata Skor Minat Sikus I dan Siklus II . 144 Gambar 4.12 Kuesioner yang Telah Diisi oleh Siswa ... 145

Gambar 4.13 Grafik Peningkatan Rata-rata Kelas ... 148

Gambar 4.14 Grafik Peningkatan Siswa yang Mencapai Nilai KKM ... 148

Gambar 4.15 Identifikasi Masalah ... 151

Gambar 4.16 Merancang Kegiatan Pemecahan Masalah ... 151

Gambar 4.17 Melaksanakan Kegiatan Pemecahan Masalah ... 152

Gambar 4.18 Kegiatan Tutorial ... 152

Gambar 4.19 Melanjutkan Kegiatan Pemecahan Masalah ... 153

Gambar 4.20 Melaporkan Hasil Penyelesaian Masalah ... 153


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dari FKIP USD ... 165

Lampiran 2 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 167

Lampiran 3 Silabus ... 169

Lampiran 4 RPP dan Perangkatnya... 183

Lampiran 5 Validasi RPP dan Silabus oleh Ahli ... 246

Lampiran 6 Soal Evaluasi Siklus I ... 253

Lampiran 7 Soal Evaluasi Siklus II ... 262

Lampiran 8 Kuesioner ... 270

Lampiran 9 Data Awal Siswa ... 274

Lampiran 10 Hasil Siklus I ... 278

Lampiran 11 Hasil Siklus II ... 284


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pemecahan masalah, batasan istilah, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Iskandar (2001: 2) merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi sangat penting. Pendidikan IPA bertujuan untuk mengenalkan siswa kepada lingkungan serta membantu memecahkan suatu permasalahan yang dihadapinya. Pentingnya pendidikan IPA bagi siswa, menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah. Penguasaan materi pembelajaran IPA tersebut ditunjukkan melalui pencapaian nilai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah.

Tujuan mata pelajaran IPA tersebut dapat tercapai apabila siswa memiliki ketertarikan atau minat pada kegiatan pembelajaran IPA. Minat menurut Slameto (2010: 180) merupakan suatu rasa senang atau ketertarikan pada suatu aktifitas tanpa adanya paksaan dari orang lain. Minat belajar seorang siswa dapat ditunjukkan melalui beberapa indikator, yaitu: (1) siswa memiliki rasa senang saat pembelajaran IPA; (2) siswa memperhatikan saat proses pembelajaran IPA; (3) siswa terlibat dalam proses pembelajaran IPA; dan (4) siswa berinisiatif mencari informasi baru. Minat belajar berpengaruh pada prestasi belajar yang


(22)

didapatkan oleh siswa. Apabila minat belajar siswa tinggi, maka prestasi belajar siswa juga akan tinggi; begitu juga sebaliknya (Hurlock, 1995: 8).

Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas 4 yaitu Ibu Nur Suriah, A.Ma pada tanggal 28 September 2013 pukul 09.00-10.00 WIB di SD N Selomulyo untuk mengetahui minat belajar siswa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa kelas IV kurang berminat terhadap pembelajaran IPA. Hal tersebut didukung dari informasi yang diberikan oleh Ibu Nur Suriah, A.Ma yang menjelaskan bahwa beberapa siswa di dalam kelas belum memiliki rasa senang; ditunjukkan dengan kurang semangatnya siswa mengikuti pembelajaran. Selain itu, beliau menjelaskan bahwa ketika pembelajaran IPA berlangsung, beberapa orang siswa kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru, kurang terlibat di dalam kegiatan pembelajaran, serta tidak membuat ringkasan dari materi pembelajaran yang telah diajarkan.

Peneliti melakukan observasi pada saat kegiatan pembelajaran IPA yang bertujuan memperkuat hasil wawancara. Observasi dilakukan pada kegiatan pembelajaran dengan materi bunga dan fungsinya pada tanggal 1 Oktober 2013 pukul 07.00 – 08.10 WIB. Observasi ini menggunakan lembar observasi siswa yang di dalamnya memuat indikator-indikator minat, yaitu: 1) Perasaan senang mengikuti pembelajaran; 2) Perhatian saat proses pembelajaran; 3) Keterlibatan dalam pembelajaran; dan 4) Inisiatif mencari informasi baru tentang materi pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa belum siap di dalam kelas sebelum pelajaran dimulai, siswa belum menyiapkan alat tulis, dan kurang bersemangat mengikuti pembelajaran. Beberapa orang siswa juga kurang


(23)

memperhatikan penjelasan guru serta tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Memasuki akhir pembelajaran, siswa tidak membuat ringkasan dan tidak mempelajari kembali materi yang telah diajarkan oleh guru.

Hasil wawancara diperkuat juga oleh pengisian kuisioner yang diisi oleh siswa kelas IV pada tanggal 2 Oktober 2013. Hasil perhitungan kuesioner minat menunjukkan bahwa rata-rata skor minat siswa pada indikator rasa senang adalah 3.19 dari skala 5, rata-rata skor minat siswa pada indikator memperhatikan adalah 3.21 dari skala 5, rata-rata skor minat siswa pada indikator keterlibatan adalah 3.22 dari skala 5, dan rata-rata skor minat siswa pada indikator inisiatif mencari informasi baru adalah 3.04 dari skala 5. Persentase jumlah siswa yang masuk ke dalam minimal kriteria cukup berminat adalah 56.67%.

Minat belajar yang kurang optimal juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan studi dokumen terhadap nilai ulangan siswa selama 2 tahun terakhir yaitu pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013. KKM pada mata pelajaran IPA adalah 6.8. Hasil studi dokumen pada nilai siswa kelas IV tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas siswa adalah 7.12. Siswa yang dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan sebesar 60.71%.

Berdasarkan hasil wawancara, yang diperkuat dengan hasil observasi dan kuisioner kepada siswa; peneliti tertarik untuk meningkatkan minat dan presatasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Pendekatan yang peneliti gunakan adalah

Student Centered Learning (SCL). Model-model pembelajaran yang merupakan bagian dari pendekatan SCL meliputi Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Model


(24)

Pembelajaran Kooperatif, Contectual Teaching And Learning (CTL) dan Problem Based Learning (PBL).

Peneliti memilih model PBL dari model-model SCL yang ada. Peneliti memilih PBL karena peneliti meyakini PBL dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Zhang (2011:343) menjelaskan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat, karena aktifitas yang ada di dalam PBL di desain agar siswa dapat berkolaborasi dan memecahkan masalah yang dihadapi. Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Menggunakan Pendekatan SCL model PBL pada siswa Kelas IV SD N Selomulyo”. Penelitian tersebut dilakukan di SD N Selomulyo dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada peningkatan minat dan prestasi belajar siswa. Materi pembelajaran dibatasi dengan “Standar Kompetensi 6. Memahami beragam sifat dan perubahan benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya, Kompetensi Dasar 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair  padat  cair; cair  gas  cair; padat gas dan 6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan kegunaannya”. Pendekatan yang digunakan adalah Student Centered Learning (SCL) model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD N Selomulyo semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.


(25)

C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan minat belajar IPA menggunakan pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IV SD N Selomulyo tahun pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimana meningkatkan prestasi belajar IPA menggunakan pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IV SD N Selomulyo tahun pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan minat belajar IPA menggunakan pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IV SD N Selomulyo tahun pelajaran 2012/2013.

2. Meningkatkan prestasi belajar IPA menggunakan pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IV SD N Selomulyo tahun pelajaran 2012/2013. E. Pemecahan Masalah

Kurang optimalnya minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Selomulyo tahun ajaran 2013/2014 pada mata pelajaran IPA dengan “Standar Kompetensi 6. Memahami beragam sifat dan perubahan benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya, Kompetensi Dasar 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair  padat  cair; cair  gas  cair; padat gas


(26)

dan 6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan kegunaannya” ditingkatkan menggunakan pendekatan SCL model PBL.

F. Batasan Istilah

Agar tidak menimbulkan pertanyaan dan multi tafsir tentang suatu istilah yang akan dipakai dalam penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut akan dijelaskan seperti di bawah ini:

1. Minat merupakan suatu rasa ketertarikan yang menetap pada suatu aktifitas dan berkeinginan terlibat di dalamnya tanpa ada paksaan.

2. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar, hasil tersebut dapat berupa perubahan tingkah laku dan peningkatan kemampuan siswa ke arah yang lebih baik.

3. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam berdasarkan metode ilmiah.

4. Pendekatan Student Centered Learning (SCL) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual, kemampuan memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

5. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan sebuah model pembelajaran dengan menggunakan masalah nyata sebagai fokus utama pembelajaran yang harus dipecahkan oleh siswa secara berkelompok melalui kegiatan investigasi dan penelitian.


(27)

6. Siswa SD kelas IV adalah sekelompok anak dengan rentang usia 9 sampai dengan 10 tahun yang berada pada tahap operasional kongkrit.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SCL model PBL dapat meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa SD N Selomulyo pada mata pelajaran IPA, khususnya pada penguasaan materi perubahan wujud benda. 2. Bagi Guru

Hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan SCL dengan model PBL ini diharapkan memberikan motivasi kepada guru untuk menggunakan pendekatan SCL model PBL dalam kegiatan pembelajaran IPA.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan inspirasi mengenai model pembelajaran inovatif dengan menerapkan pendekatan SCL dan model PBL. 4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan tentang pendekatan SCL dengan menggunakan model PBL dalam meningkatkan minat serta prestasi belajar siswa.

5. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini memberikan wawasan mengenai pendekatan SCL dengan menggunakan model PBL dalam pembelajaran IPA, serta fungsi minat belajar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.


(28)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Kajian teori berisi teori pembelajaran yang relevan, minat, prestasi belajar, SCL, PBL, dan IPA. Penelitian yang relevan berkaitan dengan penelitian-penelitian tentang minat dan prestasi, serta penelitian yang menggunakan pendekatan SCL dan model PBL.

A. Kajian Teori

Pada sub bab ini membahas mengenai teori pembelajaran yang relevan, minat, prestasi belajar, SCL, PBL dan IPA.

1. Teori Pembelajaran yang Relevan

Teori belajar bermakna dari David Ausubel menjelaskan mengenai konsep belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki seseorang yang sedang belajar (Rusman 2012: 244). Teori belajar Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan intelektual seseorang terjadi pada saat seseorang berhadapan dengan pengalaman baru dan berusaha memecahkan masalah tersebut (Rusman 2012: 244). Menurut Ibrahim dan Nur (2000: 19) Vygotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

Teori Belajar Jerome S. Bruner menggunakan konsep Scaffolding dan interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas. Scaffolding adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas


(29)

perkembangannya melalui bantuan guru, teman dan orang lain yang memiliki kemampuan lebih (Rusman: 2012, 245). Teori belajar Piaget terkenal dengan teori kognitif yang berpengaruh penting terhadap perkembangan intelektual. Teori perkembangan kognitif Piaget dibagi dalam 4 periode utama (Suyono dan Hariyanto: 2011, 83-84). Tahap pertama adalah tahap sensori motor yang berlangsung sejak lahir hingga usia 2 tahun. Tahap kedua adalah tahap pra operasional yang berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ketiga adalah tahap operasional konkrit yang terjadi pada usia 7 sampai dengan 11 tahun. Pada tahap ini pikiran logis anak mulai berkembang. Anak mulai dapat menggunakan logika yang memadai untuk memahami alam yang berada di sekelilingnya, namun anak belum menyadari kalau mereka membuat kesalahan. Pada tahapan ini anak sudah dapat membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret. Dahar (2011: 138) menjelaskan bahwa pada tahapan operasional konkret anak sudah dapat menggunakan logikanya namun dengan menggunakan bantuan benda konkret. Tahap yang terakhir adalah tahap operasional yang berlangsung pada anak yang berusia 11 tahun ke atas.

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan model PBL. Pemberian masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa sesuai dengan teori belajar yang disampaikan David Ausubel mengenai belajar bermakna. Siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya melalui interakasi sosial sesuai dengan teori belajar Vygotsky. Guru selama proses pembelajaran juga selalu


(30)

memberikan masukan dan siap membantu siswa apabila terdapat masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh siswa seperti konsep Scaffolding dari Bruner. Siswa kelas IV Sekolah Dasar kurang lebih berumur 10 tahun, umur tersebut menurut teori belajar Piaget ini masuk ke dalam tahap operasional konkret.

2. Minat

a. Pengertian Minat

Syah (2002: 136) menjelaskan bahwa minat (interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar akan sesuatu. Memperkuat pendapat Syah, Slameto (2010: 180) menjelaskan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat tersebut pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri, semakin kuat hubungan tersebut maka minat juga semakin besar. Pendapat Slameto di atas dilengkapi oleh Surya (2003: 67) yang mengartikan minat sebagai sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya adalah bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.

Djamarah (2008: 166) minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktifitas. Siswa yang memiliki minat dalam pembelajaran akan memberikan perhatian secara konsisten selama proses pembelajaran. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan kecenderungan atau ketertarikan pada suatu aktifitas dengan memberikan perhatian yang di dalamnya terdapat unsur rasa senang.


(31)

b. Indikator Pengukur Minat

Djamarah (2008: 132) menyatakan bahwa minat dapat diekspresikan melalui: 1) pernyataan lebih suka akan sesuatu dari pada lainnya; 2) partisipasi aktif; 3) adanya perhatian yang lebih besar/ fokus pada sesuatu yang disukainya; 4) perasaan senang dalam pembelajaran. Pendapat Djamarah diperkuat oleh Mardapi (2008: 112) yang menyebutkan indikator minat sebagai berikut: 1) usaha dalam memahami; 2) membaca buku yang berkaitan dengan bidang studi; 3) bertanya di kelas; 4) bertanya kepada teman; 5) bertanya kepada orang lain; dan 6) mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh.

Pendapat Djamarah dan Mardapi di atas dilengkapi oleh pendapat Slameto (2010: 58) yang menjelaskan mengenai ciri-ciri siswa yang mempunyai minat adalah sebagai berikut: 1) mempunyai kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus; 2) ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati; 3) memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati; 4) ada rasa ketertarikan pada sesuatu aktifitas-aktifitas yang diminati; 5) lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang lainnya; 6) dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktifitas dan kegiatan. Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas maka peneliti menurunkannya ke dalam gambar 2.1.


(32)

Gambar 2.1 Indikator Minat

Peneliti menyimpulkan indikator-indikator minat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Siswa memiliki rasa rasa senang saat pembelajaran IPA. Rasa senang itu diketahui ketika siswa menyiapkan alat tulis sebelum pelajaran dimulai, menunjukkan sikap yang ceria saat pembelajaran, siswa sudah siap di dalam kelas sebelum pembelajaran dimulai, siswa tidak mengeluh pada saat mengikui pembelajaran, siswa bersemangat mengikuti pembelajaran, siswa ingin mendapatkan nilai yang baik, dan siswa menyukai pelajaran IPA. 2) Indikator yang kedua adalah siswa memperhatikan saat proses pembelajaran

IPA. Perhatian tersebut dapat diketahui ketika dalam pembelajaran siswa memperhatikan seluruh proses pembelajaran, siswa menyimak penjelasan guru, siswa tidak melamun saat pelajaran IPA, siswa berkonsentrasi saat pelajaran IPA, dan siswa mencatat penjelasan guru saat pelajaran IPA.

Djamarah (2008:132) 1. Keterlibatan 2. Perasaan

Senang

Mardapi (2008: 112): 1. Inisiatif 2. Keterlibatan

Slameto (2010:58): 1. Perhatian 2. Perasaan senang 3. Keterlibatan

Indikator Minat 1. Rasa Senang 2. Perhatian 3. Keterlibatan 4. Inisiatif


(33)

3) Indikator yang ketiga adalah siswa terlibat dalam proses pembelajaran IPA. Keterlibatan siswa dapat diketahui ketika siswa menjawab pertanyaan guru, siswa ikut melakukan percobaan dalam kelompok, siswa bekerjasama dengan kelompok, siswa mengerjakan tugas saat pembelajaran, dan siswa menanggapi penjelasan dari guru.

4) Indikator yang terakhir adalah siswa berinisiatif mencari informasi baru. Inisiatif siswa mencari informasi baru dapat diketahui pada saat siswa belajar tanpa paksaan dari orang lain, membaca dan mencari materi dari sumber lain, mempelajari kembali materi yang sudah diajarkan, siswa bertanya hal-hal lain yang berkaitan dengan materi, siswa tertarik melakukan percobaan pada saat pembelajaran, dan siswa membuat ringkasan tanpa diminta guru mengenai materi yang telah dipelajari.

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Belajar menurut Winkel dalam Gora (2010: 16) adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap-sikap. Suyono dan Haryanto (2011: 9) juga menguatkan pendapat Winkel yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks ini, belajar dari tidak tahu menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan.


(34)

Prestasi sendiri menurut Hamalik (2000: 203) adalah usaha untuk mengetahui berapa banyak hal telah dimiliki oleh siswa setelah mempelajari keseluruhan materi yang telah disampaikan padanya. Arifin (2009: 12) menyatakan bahwa prestasi belajar berhubungan dengan aspek pengetahuan. Pendapat Arifin ini juga diperkuat oleh Kusuma dan Dwitagama (2009: 153) yang menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat dirumuskan bahwa prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan yang ditunjukkan dengan nilai atau angka sebagai hasil dari proses pembelajaran. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai hal. Menurut Syah (2002: 132) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain adalah bakat, kecerdasan, minat, dan motivasi. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa.

Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain adalah kualiatas guru menguasai materi, metode pembelajaran, fasilitas mengajar, serta lingkungan yang mendukung. Faktor yang terakhir adalah faktor pendekatan belajar. Faktor pendekatan belajar ini merupakan suatu upaya belajar siswa yang menggunakan strategi dan metode belajar yang digunakan oleh siswa.


(35)

4. Student Centered Learning (SCL) a. Pengertian SCL

Student Centered Learning menurut Dello Lacovo (dalam Dan Wang 2011: 157) adalah“Student Centered Learning methods, such us small group work,

discovery methods, and project-based inquiries”. Pernyataan Dello Lacovo tersebut berarti SCL merupakan sebuah pendekatan pembelajaran dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil untuk menemukan sendiri pengetahuannya serta akan menghasilkan produk tertentu. Silberman (dalam Widharyanto, 2002: 63) menjelaskan bahwa Student Centered Learning

merupakan suatu pembelajaran yang menekankan siswa agar aktif melakukan aktifitas untuk menggali ide-ide, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang telah dipelajari. Chickering dan Gamson (dalam Widharyanto, 2002: 63) menyatakan bahwa SCL memberikan kesempatan kepada siswa untuk tidak hanya duduk di kelas, melainkan mendiskusikan apa yang siswa pelajari, menuliskannya, menghubungkannya dengan pengalaman yang dimiliki, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengertian SCL dari para tokoh di atas, dijelaskan bahwa para tokoh menyetujui pembelajaran yang berpusat pada siswa. Aktifitas siswa didasarkan pada pengalaman belajarnya yang diperoleh dari berbagai keterlibatannya baik di kelas maupun di dalam kegiatan kelompok. Menurut pandangan tokoh-tokoh di atas, dapat ditarik kesimpulan yaitu SCL merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya


(36)

kepada siswa untuk aktif menggali informasi-informasi yang digunakan untuk memecahkan berbagai permasalahan.

b. Karakteristik SCL

Karakteristik pendekatan SCL menurut Jacobsen (2009: 228) adalah sebagai berikut: 1) siswa merupakan subjek utama atau pusat pembelajaran karena semua aktifitas pembelajaran dilakukan oleh siswa itu sendiri; 2) guru berperan sebagai pendamping yang bertugas untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh siswa itu sendiri; 3) guru memberikan penekanan pada proses pembelajaran yang dilakukan agar siswa memperoleh pemahaman yang mendalam. Pendapat dari Jacobsen tersebut diperkuat oleh pendapat pendapat Priyatmojo (2010: 7) yang menjelaskan bahwa SCL memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa, mengekplorasi bidang ilmu yang diminati oleh siswa secara bertanggung jawab, dan membangun pengetahuan siswa melalui proses pembelajaran aktif, interaktif, kolaboratif, kooperatif, kontekstual dan mandiri. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik SCL yang paling utama adalah siswa sebagai pusat pembelajaran yang melakukan aktifitasnya sendiri untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

c. Model-model Pendekatan SCL

Menurut Severinus (2013: 8) menjelaskan bahwa model-model pembelajaran yang termasuk kedalam pendekatan SCL antara lain model pembelajaran berbasis inkuiri, model pembelajaran kooperatif, Problem Based


(37)

Learning (PBL), model pembelajaran Experiential Learning, dan model pembelajaran CTL.

Model pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (2010: 191) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses kegiatan berpikir untuk mencari informasi dan menemukan jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan secara kritis dan analitis. Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). PBL menurut Siregar dan Nara (2007: 119) merupakan sebuah model pembelajaran yang berfokus pada penyajian suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa melalui serangkaian kegiatan penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu. Nurhadi (dalam Muslich, 2007: 41) menjelaskan bahwa model pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran terakhir yang termasuk ke dalam model pembelajaran SCL adalah Experiential Learning, Experiential Learning menurut Lawler dan King (dalam Rahayu dan Rohayati, 2013: 98) adalah sebuah proses pembelajaran yang meliputi prinsip-prinsip iklim pembelajaran yang penuh respek, mendorong partisipasi aktif para peserta, dibangun dari pengalaman, menggunakan kolaborasi yang dibutuhkan, belajar dengan bertindak, dan melibatkan para siswa. Peneliti memilih model


(38)

pembelajaran PBL dalam penelitian ini untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

5. Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian PBL

Siregar dan Nara (2007: 119) menyatakan bahwa PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang berfokus pada penyajian suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa melalui serangkaian kegiatan penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu.

PBL menurut Trianto (2012: 90) merupakan sebuah model pembelajaran yang berdasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Eggen dan Don Kauchak (2012: 307) menyatakan bahwa PBL adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus utama mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri.

Dutch (dalam Amir, 2009: 12) menjelaskan bahwa PBL merupakan metode

instruksional yang menantang siswa agar “belajar untuk belajar” bekerja sama

dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah yang digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan siswa untuk berfikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai. Rhem dalam Suparno Paul (2011: 73) menjelaskan PBL adalah model pembelajaran dimana siswa ditatapkan pada persoalan yang real, kontekstual,


(39)

yang tidak terstruktur ketat dan mereka berusaha untuk menemukan pemecahannya yang berarti. Zhang (2011:343) menjelaskan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang dapat meningkat minat, karena aktifitas yang ada di dalam PBL di desain agar siswa dapat berkolaborasi dan memecahkan masalah yang dihadapi.

Berdasarkan pemaparan pengertian PBL menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik tolak kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. PBL menuntut siswa untuk aktif dalam memecahkan permasalahan secara berkelompok. PBL bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah bagi siswa dan mampu meningkatkan minat belajar siswa.

b. Ciri-ciri PBL

Arends (dalam Trianto, 2009: 93) menjelaskan mengenai karakteristik PBL sebagai berikut:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah yang bersifat sosial dan bermakna untuk siswa. Masalah yang diajukan sesuai dengan situasi kehidupan nyata (autentik), menghindari jawaban yang sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan suatu mata pelajaran, namun masalah yang dipilih harus dapat dipecahkan oleh siswa dengan meninjau dari berbagai mata pelajaran.


(40)

3) Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang diberikan. Siswa harus menganalisis atau mengidentifikasi masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpul dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

4) Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan penyelesaian masalah yang telah mereka temukan

5) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, dapat bekerja secara berpasangan maupun secara kelompok.

Ciri-ciri PBL yang diungkapkan oleh Arends diperkuat oleh Zhang (2011: 344-345) yang menyatakan bahwa ciri-ciri PBL adalah: (1) Pembelajaran dimulai dari sebuah permasalahan nyata yang memberikan kesempatan siswa untuk berfikir; (2) PBL mengkolaborasikan pemecahan masalah dengan cara bekerja dalam kelompok kecil; (3) PBL dapat melatih siswa untuk berfikir secara terstuktur; (4) PBL dapat melatih siswa untuk melakukan penyelidikan mengenai permasalahan yang harus dipecahkan; (5) PBL melatih siswa untuk berfikir di atas kemampuan yang dimilikinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri PBL yang utama adalah mengenai permasalahan nyata yang diberikan diawal pembelajaran.


(41)

Masalah tersebut menjadi dasar siswa melakukan kegiatan. PBL sendiri membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara bersama-sama.

c. Langkah-langkah PBL

Langkah-langkah pembelajaran yang ada di dalam model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) menurut Domi Severinus (2013: 10) adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi masalah. Masalah yang dipilih adalah masalah dunia nyata yang agak komplek. Trianto (2009: 99) menjelaskan bahwa cara yang baik dalam menyajikan masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga membangkitkan minat dan keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk memahami masalah, mendaftar fakta dan konsep-konsep pokok yang terlibat dalam masalah itu, mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut, mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang sudah dan yang belum dikuasai.

2) Merancang kegiatan penyelesaian masalah. Siswa dalam kelompok membuat rancangan yang berkaitan langkah penyelesaian masalah, sarana yang diperlukan, narasumber, pembagian tugas, jadwal, dan biaya.

3) Melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah. Kegiatan penyelesaian masalah dilakukan secara bertahap. Setiap tahap penyelesaian disertai evaluasi, refleksi, dan rencana tindak lanjut.


(42)

4) Kegiatan tutorial. Secara periodik kelompok-kelompok siswa melaporkan perkembangan penyelesaian masalah kepada tim guru sebagai tutor. Dalam kegiatan ini tutor mengevaluasi dan memberikan masukan kepada kelompok untuk kegiatan selanjutnya.

5) Melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah. Kelompok melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan masukan dari tutor.

6) Menyusun laporan. Kelompok menyusun laporan mengenai proses penyelesaian masalah dan mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dalam proses tersebut.

7) Penilaian. Penilaian dilakukan melalui observasi kinerja ketika diskusi tutorial, observasi produk berupa laporan, dapat juga disertai tes tertulis dan lisan.

Dari langkah-langkah PBL yang telah dijelaskan di atas, PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang konstruktivisme, yang dapat mengaktifkan siswa dalam melakukan kegiatan pemecahan masalah melalui kerja kelompok. 6. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

a. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Arisworo, 2006: 3). Pendapat Arisworo tersebut diperkuat oleh Iskandar (2001: 2) yang menyatakan bahwa


(43)

hakikat IPA meliputi pengetahuan tentang alam yang diperoleh lewat proses ilmiah yang dilandasi oleh sikap ilmiah sehingga dihasilkan produk ilmiah. Iskandar (2001: 1) juga menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan dalam alam. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dirumuskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan tentang alam yang didapatkan melalui proses penemuan yang terorganisir atau dilandasi oleh sikap ilmiah.

b. Tujuan Pembelajaran IPA

Iskandar (2001: 2) menjelaskan bahwa pengajaran IPA mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan-tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1) memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya; 2) memiliki ketrampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA yang berupa ketrampilan proses; 3) memiliki sikap ilmiah dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran penciptanya; 4) memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Secara umum, di Sekolah Dasar diselenggarakan pelajaran IPA bertujuan untuk mengenalkan siswa kepada lingkungan serta membantu memecahkan suatu permasalahan yang dihadapinya serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan siswa untuk hidup bermasyarakat serta mempersiapkan siswa mengikuti pendidikan yang selanjutnya.


(44)

c. Materi Perubahan Wujud Benda

Standar Kompetensi dalam penelitian ini adalah “6. Memahami beragam sifat dan perubahan benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya”. Kompetensi Dasar: “Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair  padat  cair; cair  gas  cair; padat  gas”. Materi yang dipelajari dalam penelitian ini adalah perubahan wujud benda. Benda dapat berwujud padat, cair, dan gas (Rositawaty, 2008: 99). Benda juga dapat berubah dari wujud satu kewujud lainnya. Rositawaty (2008: 99) menjelaskan bahwa, perubahan wujud benda dari cair ke padat disebut pembekuan, perubahan wujud benda padat ke cair disebut pencairan, perubahan wujud benda cair ke gas disebut penguapan, dan perubahan wujud benda dari gas ke cair disebut pengembunan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh Daratri (2013) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Terhadap Minat dan Kesadaran Siswa akan Nilai Globalisasi pada Siswa Kelas

IV SD Negeri Kledokan”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui 1) pengaruh penggunaan model PBM terhadap minat siswa; 2) pengaruh penggunaan model PBM terhadap kesadaran siswa akan nilai globalisasi; 3) kelompok eksperimen yang menggunakan model PBM memiliki minat lebih tinggi dibandingkan siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori di kelompok kontrol; 4) kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBM memiliki kesadaran akan nilai globalisasi lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori di kelompok kontrol.


(45)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model PBM berpengaruh terhadap minat dan kesadaran siswa akan nilai globalisasi pada siswa kelas IV SD Negeri Kledokan pada tahun ajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan harga sig. 2-tailed) pada aspek minat <0,05 yaitu 0,011. Sehingga Hi diterima maka H0 ditolak. Dapat dikatakan bahwa model PBM berpengaruh secara signifikan terhadap minat. Pada aspek kesadaran siswa akan nilai globalisasi hasil analisis statistik menunjukkan harga sig. (2-tailed)<0,05 yaitu 0,000. Sehingga Hi diterima H0 ditolak. Dapat dikatakan bahwa model PBM berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran siswa akan nilai globalisasi.

Dewi (2013) melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Perhatian dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VB SD Negeri Denggung pada Mata Pelajaram IPS Menggunakan Media Bagan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) penggunaan media bagan dalam upaya meningkatkam perhatian IPS; 2) penggunaan media bagan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPS siswa.

Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan perhatian siswa melalui keterlibatan siswa dalam pembuatannya. Kondisi awal siswa yang tertarik pada suatu objek sebesar 67,57%, kemudian meningkat menjadi 83, 78% dari 37 siswa setelah diterapkan media bagan. Kenaikan jumlah siswa yang mengarahkan pada reseptor sensori yang sesuai kearah objek (dari 55,56% siswa menjadi 70,91% dari 37 total siswa). Kemudian kenaikan siswa yang memusatkan pikiran pada objek dari 56,76% menjadi 83,78% dari 37 total siswa. Prestasi belajar siswa meningkat terlihat dari


(46)

nilai rata-rata kelas yang sebelumnya 67.52 meningkat menjadi 78.33. Selain itu jumlah siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal berjumlah 52.71% meningkat menjadi 70.27%.

Asni (2011) yang melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 175 Pekanbaru”. Hasil penelitian pada akhir siklus I menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari skor sebelum diterapkan model PBL yaitu sebesar 11,26. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan model yang diterapkan sehingga masih banyak kekurangan pada saat proses kegiatan mengajar. Sehingga perlu dilaksanakan silkus II. Hasil belajar siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari hasil belajar siklus I , yaitu sebesar 11,79. Siswa mulai sangat antusias karena proses pembelajaran yang berbeda. Jadi total peningkatan hasil belajar ujian akhir siklus I dan siklus II adalah 23,05. Kesimpulan penelitian yang telah dilakukan adalah PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 175 Pekanbaru

Selain dari karya ilmiah di atas, terdapat artikel penelitian yang disusun oleh Paul Suparjo (2011).dengan judul “Penggunaan Problem Based Learning (PBL)

untuk Meningkatkan Pengertian, Kerjasama, dan Minat Mahasiswa dalam Mempelajari Termofisika Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika,

Universitas Sanata Dharma, Semester Pertama, Tahun Akademik 2010/ 2011”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pengertian mahasiswa tentang hukum gas sebesar 3, 32. Kerjasama mahasiswa dalam PBL termasuk dalam


(47)

kategori yang positif, terlihat dari frekuensi jawaban mahasiswa (A+B) untuk kerjasama mahasiswa, keaktifan mahasiswa, dan suasana kerja kelompok, semuanya lebih dari 70%. Minat dan kesenangan mahasiswa belajar dengan PBL juga termasuk ke dalam kategori positif. Frekuensi mahasiswa yang memilih jawaban (A+B) untuk persoalan senang belajar termofisika dengan PBL, keinginan menggunakan model PBL pada pelajaran fisika yang lain, dan merasa lebih berminat belajar fisika dengan PBL semuanya lebih tinggi dari 70 %. Kesimpulan penelitian yang telah dilakukan adalah PBL dapat membantu mahasiswa meningkatkan pengertian, kerjasama, dan minat belajar mahasiswa dalam mempelajari termofisika, Universitas Sanata Dharma, semester pertama, tahun akademik 2010/ 2011.

Wang (2011) juga menuliskan sebuah artikel penelitian yang berjudul ”The dilemma of time: Student Centered teaching in the rural classroom in China”.

Penelitian ini menganalisa seorang guru yang berada di negara Cina lebih tepatnya berada di daerah pedesaan. Para guru di daerah pedesaan keberatan untuk mengubah kegiatan pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Guru di pedesaan bekerja di bawah kurikulum nasional dan jadwal yang disusun terlalu tinggi dan terlalu cepat bagi siswa di pedesaan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui alasan guru di daerah pedesaan yang masih bekerja di bawah kurikulum nasional dan keberatan untuk mengubah kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Chao Yang di Barat Daya China. Sekolah ini merupakan sekolah yang mempunyai jenjang sekolah berikutnya yaitu SMP. Sekolah memiliki 69 guru dan 1700 siswa. Satu kelas terdiri dari 60 sampai


(48)

dengan 80 siswa. Peneliti memperoleh data dari observasi, obervasi partisipan, dan wawancara yang tidak terstuktur dari guru dan wakil kepala sekolah

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa guru di pedesaan enggan untuk menggunakan pembelajaran yang berpusat kepada siswa dengan berbagai alasan. Alasan utama adalah pembelajaran berpusat pada siswa membutuhkan banyak waktu dan pembelajaran terkadang di luar rencana yang sudah ada. Penelitian ini juga menemukan fakta bahwa siswa merupakan salah satu faktor bagi guru untuk menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.

Gambar 2.2: Bagan Litterature Map

Litterature map di atas menjelaskan mengenai keterkaitan antara penelitian yang sudah dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Penelitian yang pertama adalah penelitian mengenai pengaruh penggunaan SCL, penelitian kedua dan ketiga adalah penelitian menggunakan model PBL, Penelitian keempat mengenai minat, dan penelitian terakhir adalah penelitian mengenai prestasi

SCL PBL Minat Prestasi

Wang (2011) Daratri (2013)

Paul Suparjo

(2013) Dewi (2013)

Asni (2011)

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPA menggunakan pendekatan SCL model pembelajaran PBL siswa kelas IV SD N Selomulyo


(49)

belajar. Peneliti merumuskan penelitian untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar dengan menggunakan pendekatan SCL model PBL

C. Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada di Sekolah Dasar (SD) yang sangat penting untuk siswa. Siswa SD dituntut untuk memahami setiap materi IPA yang diajarkan di sekolahnya karena materi IPA mempelajari tentang lingkungan dan alam di sekitarnya yang akan berguna bagi kehidupannya. Berdasarkan hasil wawancara yang didukung oleh hasil observasi dan kuesioner yang dilakukan pada siswa kelas IV SD N Selomulyo diperoleh data bahwa minat siswa terhadap pembelajaran IPA kurang optimal. Hasil perhitungan kuesioner minat siswa didapatkan rata-rata skor minat siswa yaitu: indikator rasa senang sebesar 3.19 dari skala 5; indikator memperhatikan sebesar 3.21 dari skala 5; indikator keterlibatan sebesar 3.22 dari skala 5; dan indikator inisiatif mencari informasi lain sebesar 3.04 dari skala 5. Persentase jumlah siswa yang mencapai minimal cukup berminat adalah 56.67%. Selain itu, berdasarkan hasil studi dokumen diperoleh data bahwa rata-rata nilai ulangan siswa selama 2 tahun terakhir adalah 7.12 dan siswa yang mampu mencapai KKM sebesar 60.71% dari KKM 68.

Minat belajar siswa akan tumbuh apabila siswa memiliki ketertarikan pada pembelajaran. Minat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Apabila minat tinggi maka prestasi belajar juga akan tinggi begitu pula sebaliknya. Pembelajaran aktif yang banyak melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan ketertarikan dan kompetensi siswa. SCL merupakan sebuah pendekatan


(50)

pembelajaran yang menekankan siswa sebagai pusat pembelajaran. PBL merupakan salah satu contoh model SCL yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk memecahkan sebuah permasalahan melalui berbagai kegiatan penelitian atau investigasi. Langkah-langkah dalam model PBL adalah Domi Severinus (2013: 10) adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi masalah; 2) Merancang kegiatan penyelesaian masalah; 3) melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah 4) kegiatan tutorial; 5) melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah; 6) menyusun laporan; dan 7) penilaian.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan SCL model PBL dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SD N Selomulyo. Materi pembelajaran adalah perubahan wujud benda serta sifat dan bahan penyusun benda. Peneliti berharap penggunaan model pendekatan SCL model PBL dapat meningkatkan minat belajar siswa . Peneliti juga berharap dengan meningkatnya minat siswa dalam pembelajaran IPA, prestasi belajar siswa juga akan meningkat.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan 2 hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Penggunaan pendekatan SCL model PBL pada mata pelajaran IPA di kelas IV SD N Selomulyo sebagai upaya meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan cara menerapkan 7 langkah PBL yang menuntut siswa memiliki rasa senang saat pembelajaran, memperhatikan saat pembelajaran, terlibat dalam pembelajaran, dan berinisiatif mencari informasi


(51)

lain. Tujuh langkah tersebut adalah: 1) identifikasi masalah; 2) merancang kegiatan pemecahan masalah; 3) melaksanakan kegiatan pemecahan masalah; 4) kegiatan tutorial; 5) melanjutkan kegiatan pemecahan masalah; 6) pelaporan; dan 7) penilaian. Peningkatan minat tersebut didukung dengan pemberian masalah yang nyata dan menarik kepada siswa serta pemecahannya dilakukan secara berkelompok.

2. Penggunaan pendekatan SCL model PBL pada mata pelajaran IPA di kelas IV SD N Selomulyo juga meningkatkan prestasi belajar siswa dengan 7 langkah yang ada di dalam PBL. Langkah-langkah PBL tersebut menyebabkan siswa menjadi aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri secara berkelompok. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PBL model PBL ini dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini menyebabkan prestasi belajar meningkat.


(52)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini membahas mengenai jenis penelitian yang dilakukan, setting penelitian, jadwal penelitian, rencana tindakan, indikator dan pengukurannya, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, validitas reliabilitas dan indeks kesukaran, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 3) Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar dengan memberikan sebuah tindakan yang diarahkan guru untuk dilakukan oleh siswa. PTK bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. Selain itu, PTK juga bertujuan untuk meningkatkan relevansi pendidikan dan sasaran akhirnya untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan. Trianto (2012: 21) PTK bersifat siklus atau berulang-ulang apabila tujuan belum tercapai. Pengulangan bersifat mencari jalan keluar yang lebih baik dari masalah yang muncul untuk mencapai tujuan.

Penelitian ini menggunakan model penelitian Kurt Lewin. Model Kurt Lewin ini merupakan model yang menjadi acuan dari berbagai model action research, terutama classroom action research atau PTK. Menurut Trianto (2012: 29) Model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen yaitu planning (perencanaan), action (pelaksanaan), observation (observasi), dan reflection (refleksi) yang di gambarkan dalam berikut ini:


(53)

Gambar 3.1 Model Penelitian Kurt Lewin Trianto (2012: 30)

Langkah-langkah penting dalam penelitian tindakan kelas akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan (planning) merupakan tahapan awal untuk melakukan

penelitian tindakan kelas. Tahap perencanaan ini menjelaskan mengenai apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Selain itu, dalam tahap perencanaan ini akan mencakup semua langkah tindakan secara rinci seperti segala keperluan pelaksanaan PTK (materi/bahan ajar,

Perencanaan

Pelaksanaan

Observasi

Refleksi Siklus 1

Pelaksanaan

Observasi

Refleksi

Perencanaan Siklus 2


(54)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, lembar penilaian, lembar evaluasi, serta hal-hal lain yang dibutuhkan di dalam penelitian).

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap pengimplementasian dari semua rencana yang telah dibuat. Pada tahapan ini guru harus menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, namun juga harus bersikap wajar atau tidak dibuat-buat. Pada tahapan perencanaan dan tahapan pelaksanaan harus terkait satu dengan yang lainnya sehingga dapat tercipta hubungan yang harmonis.

3. Pengamatan

Pengamatan merupakan kegiatan melihat dan mengamati apa yang telah direncanakan dan dilakukan dalam penelitian. Kegiatan pengamatan ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini bertujuan untuk memperoleh data, baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Data tersebut berisi mengenai pelaksanaan tindakan dan rencana yang telah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil instruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang telah dikembangkan oleh peneliti.

4. Refleksi

Refleksi merupakan tahapan untuk memproses data yang didapatkan melalui kegiatan pengamatan atau observasi. Dalam refleksi, peneliti dan guru disertai kepala sekolah bersama-sama membicarakan hasil pengamatan pembelajaran. Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui apakah penelitian ini sudah memperbaiki kegiatan pembelajaran di dalam kelas atau belum. Selain itu, refleksi berfungsi


(55)

untuk memberikan masukan kepada peneliti, guru, maupun kepala sekolah terhadap pelaksanaan penelitian.

Paragraf-paragraf di atas menjelaskan terdapat 4 tahapan dalam PTK yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Jika penelitian dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan.

B. Setting Penelitian

Setting penelitian ini membahas mengenai subjek penelitian, objek penelitian, waktu penelitian, dan tempat penelitian.

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Selomulyo tahun ajaran 2013/ 2014 kelas IV yang berjumlah 30 siswa. Terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Selomulyo terhadap mata pelajaran IPA tentang perubahan wujud

benda dengan pendekatakan Student Centered Learning (SCL) menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 11 bulan dimulai pada September 2013 sampai dengan Juli 2014.


(56)

4. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD N Selomulyo yang terletak di Jalan Besi Jangkang, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

C. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 11 bulan yaitu pada bulan oktober 2013 – Juni 2014.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Tabel 3.1 menunjukkan jadwal penelitian ini dimulai dari bulan September 2013 sampai dengan bulan Juli 2014. Persiapan penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013, Penelitian dilakukan pada bulan November, penyusunan laporan dilakukan pada bulan Desember 2013 sampai dengan Mei 2014, ujian skripsi dilakukan pada bulan Juni 2014, dan penyusunan jurnal pada bulan Juli 2014.

D. Rencana Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Peneliti menetapkan 2 siklus dikarenakan apabila hasil penelitian pada siklus I belum dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar maka penelitian ini akan berlanjut ke siklus II. Siklus I

No. Kegiatan 2013 2014

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

1. Persiapan

2. Penelitian

3. Penyusunan

Laporan

4. Ujian Skripsi

5. Revisi

6. Penyusunan


(57)

terdiri dari 3 pertemuan. Siklus 2 terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap pertemuannya dilakukan selama 2 x 35 menit. Materi pembelajaran pada siklus I adalah perubahan wujud benda dan materi pembelajaran pada siklus II adalah sifat dan bahan penyusun benda. Peneiti menggunakan pendekatan SCL dan model PBL dengan menerapkan 7 langkah model PBL dalam setiap pertemuannya. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian:

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melakukan penelitian ini dimulai dengan memilih sekolah yang digunakan untuk penelitian yaitu SD N Selomulyo. Selanjutnya, peneliti memohon ijin kepada kepala sekolah SD N Selomulyo untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan ijin dari pihak sekolah, selanjutnya peneliti melakukan kegiatan wawancara, observasi, penyebaran kuesioner, dan dokumentasi data kelas. Peneliti selanjutnya mengidentifikasi masalah yang dialami oleh siswa serta merumuskan masalah yang ada di kelas IV SD N Selomulyo tahun ajaran 2013/2014.

2. Rencana Tindakan Setiap Siklus

Kegiatan observasi yang dilakukan pada tahap persiapan memberikan gambaran mengenai situasi kelas ketika kegiatan pembelajaran IPA, langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Siklus I

Siklus I ini dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, di mana setiap pertemuannya dialokasikan 2 jam pelajaran. Kegiatan pembelajaran pada siklus I


(58)

menggunakan pendekatan SCL dan menerapkan 7 langkah model pembelajaran PBL dengan melakukan percobaan yang dilakukan secara berkelompok.

1) Rencana Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini peneliti terlebih dahulu mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mengenai perubahan wujud benda. Peneliti kemudian menyusun instrumen pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS, dan materi ajar. Penyusunan instrumen pembelajaran dengan menggunakan 7 langkah model pembelajaran PBL. Peneliti selanjutnya menyusun instrumen pengumpul data yaitu rubrik pengamatan minat, kuesioner, pedoman wawancara, dan soal evaluasi. Peneliti kemudian mengujikan instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpul data tersebut.

2) Pelaksanaan

Siklus ini dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, setiap pertemuannya dialokasikan 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Kurikulum yang digunakan adalah KTSP sehingga pada setiap pertemuannya memuat kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi (EEK). Setiap kegiatan dalam EEK tersebut memuat 7 langkah model pembelajaran PBL. Pada pertemuan pertama siswa mendapatkan penjelasan mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari yaitu mengenai perubahan wujud benda. Selanjutnya siswa diberikan sebuah permasalahan mengenai peristiwa perubahan wujud benda cair menjadi padat dan sebaliknya. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 6 orang siswa. Setelah itu, siswa bekerja secara berkelompok untuk mengerjakan LKS. LKS tersebut berisi petunjuk bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan


(59)

pembelajaran berupa percobaan mencairkan coklat dan membekukan coklat. Pertemuan kedua juga dilakukan dengan memberikan permasalahan mengenai peristiwa perubahan wujud benda cair menjadi gas dan sebaliknya. Siswa selanjutnya juga diminta untuk mengerjakan LKS yang berisi petunjuk untuk melakukan percobaan memasukkan es ke dalam gelas dan peristiwa perebusan air.

Pada pertemuan ketiga siswa juga diminta mengerjakan LKS yang berisi petunjuk siswa untuk melaksanakan percobaan perubahan wujud benda padat menjadi gas dengan memanaskan kapur barus. Selanjutnya siswa mengerjakan soal evaluasi yang telah dipersiapkan oleh guru sebelumnya. Pada akhir kegiatan dari setiap pertemuan siswa mengisi lembar kuesioner dan lembar refleksi. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa. Guru memberikan wewenang kepada mahasiswa dengan alasan bahwa mahasiswa lebih memahami tentang Pendekatan SCL, Model Pembelajaran PBL, percobaan, dan RPP yang telah disusun.

3) Observasi

Peneliti dibantu dengan rekan peneliti melakukan observasi untuk mengetahui minat belajar siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran yang menggunakan model PBL dengan mengisi lembar pengamatan minat. Kegiatan observasi ini dilakukan pada pertemuan 1, pertemuan 2, dan pertemuan 3. Selain itu, peneliti juga mendapatkan data minat yang diperoleh dari kuesioner yang telah dibagikan kepada siswa setiap akhir pertemuan. Hasil observasi digunakan peneliti sebagai pelengkap perhitungan kuesioner dan digunakan pada pembahasan pada bab IV. Pada pertemuan terakhir peneliti memberikan evaluasi


(60)

kepada siswa dengan meminta siswa untuk mengerjakan soal pilihan ganda. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

4) Refleksi

Kegiatan refleksi ini dilakukan oleh peneliti bersama guru dengan mengkaji proses pembelajaran yang telah berlangsung selama siklus I dengan menggunakan pendekatan SCL dan 7 langkah model pembelajaran PBL. Peneliti menghitung hasil kuesioner pada pertemuan 1, pertemuan 2, dan pertemuan 3 untuk mengetahui peningkatan minat siswa dalam pembelajaran IPA. Hasil perhitungan kuesioner tersebut juga didukung oleh hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus I. Peneliti juga menghitung hasil evaluasi belajar siswa untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar. Peneliti kemudian membandingkan hasil perhitungan minat dan prestasi belajar siswa dengan kondisi awal sebelum diberikan tindakan. Hasil perbandingan tersebut dijadikan pertimbangan bagi peneliti untuk melanjutkan ke siklus II apabila target capaian yang telah ditentukan belum tercapai. Apabila target capaian sudah tercapai maka siklus II akan dilanjutkan untuk kegiatan pemantapan. Peneliti juga membuat target capaian yang akan digunakan untuk siklus II. Selain itu, peneliti juga mengidentifikasi kesulitan, hambatan, dan kejadian-kejadian penting yang ada di dalam kegiatan pembelajaran.

b. Siklus II

Siklus II dilakukan dalam 2 kali pertemuan yang setiap pertemuannya terdiri dari 2 jam pelajaran dengan menggunakan pendekatan SCL dengan 7 langkah model pembelajaran PBL. Berikut rencana tindakan pada siklus II.


(61)

1) Rencana Tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus II ini dimulai dengan menyusun silabus, RPP, LKS, materi ajar, instrumen penilaian, dan instrumen pengumpulan data. Penyusunan perangkat pembelajaran berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus I. Penyusunan perangkat pembelajaran menggunakan 7 langkah model pembelajaran PBL.

2) Pelaksanaan

Siklus II ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yang masing-masing terdiri dari 2 jam pelajaran. Materi yang dipelajari pada siklus II adalah sifat dan bahan penyusun benda. Materi yang dipelajari lebih sedikit dibandingkan dengan materi yang dipelajari pada siklus I. Kurikulum yang digunakan sama dengan siklus I yaitu KTSP yang memuat kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi, yang memuat langkah-langkah PBL. Pada pertemuan pertama siswa mendapatkan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari mengenai bahan-bahan penyusun benda. Selanjutnya siswa mendapatkan LKS yang berisi sebuah permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa secara berkelompok. Setiap kelompoknya terdiri dari 5 orang siswa. Untuk menyelesaikan LKS tersebut, siswa diminta untuk melakukan pengamatan benda-benda yang ada di lingkungan sekolah. Pada pertemuan kedua, siswa melakukan percobaan mengenai sifat dan manfaat penyusun benda. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan mengerjakan soal evaluasi. Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini juga dilakukan oleh mahasiswa dengan alasan yang sama dengan siklus I.


(62)

3) Observasi

Peneliti dibantu dengan rekan peneliti melakukan observasi untuk mengetahui minat belajar siswa yang belum tercapai pada siklus I dengan mengisi lembar pengamatan yang telah dibuat peneliti sebelumnya. Kegiatan observasi ini dilakukan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Selain itu, peneliti juga mendapatkan data minat siklus II yang diperoleh dari kuesioner yang telah dibagikan kepada siswa setiap akhir pertemuan. Hasil observasi digunakan peneliti untuk melengkapi hasil perhitungan kuesioner. Pada pertemuan kedua, siswa juga mengerjakan soal evaluasi dan hasil evaluasi digunakan peneliti untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

4) Refleksi

Kegiatan refleksi ini dilakukan oleh peneliti dengan guru dengan mengkaji proses pembelajaran yang telah berlangsung selama siklus II dengan menggunakan pendekatan SCL dan model pembelajaran PBL. Peneliti menghitung hasil kuesioner yang telah diisi oleh siswa yang didukung oleh hasil observasi pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Hasil perhitungan ini digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan minat dari siklus I ke siklus II. Peneliti selanjutnya menghitung hasil evaluasi yang telah dikerjakan siswa. Hasil ini digunakan untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa pada siklus II. Peneliti selanjutnya membandingkan hasil peningkatan minat dan prestasi belajar siswa pada siklus II dengan target capaian yang dibuat pada siklus I. Peneliti berharap target capaian yang dibuat pada siklus I dapat tercapai. Apabila target belum tercapai, maka penelitian akan dilanjutkan ke siklus III.


(1)

284

Lampiran 11

Hasil Siklus II


(2)

285


(3)

286


(4)

287


(5)

288

Lampiran 12

Foto Penelitian


(6)

289