4.2.1.3.2 Implementasi Hari Kedua
Penelitian hari kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 Januari 2017. Kegiatan dimulai pada pukul 07.30 setelah apel pagi. Seperti di hari pertama
penelitian, kegiatan awal adalah berdoa dan menata siswa sesuai dengan kelompok. Selain itu, peneliti juga menata ruangan sebelum kegiatan inti dilakukan. Tidak lupa
peneliti juga melakukan presensi kehadiran siswa. Penelitian kedua yang dilakukan diikuti sekitar 23 siswa dari 24 siswa kelas V A. Hal tersebut karena siswa yang
tidak mengikuti penelitian di hari pertama masih izin sakit. Penelitian diawali dengan bertanya jawab dengan siswa tentang kegiatan
yang telah dilakukan di hari sebelumnya. Peneliti juga bertanya tentang bagian tumbuhan yang dijadikan sebagai sumber makanan bagi manusia. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan juga dijadikan peneliti untuk menggali konteks siswa terhadap tumbuhan sebagai sumber makanan bagi manusia, termasuk bagi siswa.
Kegiatan bernyanyi juga dilakukan untuk memberikan motivasi dan semangat kepada para siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan menjelaskan secara singkat tentang
materi yang akan dipelajari di hari kedua penelitian. Di hari sebelumnya, peneliti meminta siswa untuk membawa gambar
tentang teknik bertanam, seperti teknik hidroponik, aeroponik, dan vertikultur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti dan siswa kemudian melakukan tanya jawab tentang gambar teknik bertanam yang telah siswa bawa, serta bertanya tentang teknik bertanam yang siswa
ketahui. Setelah melakukan tanya jawab dengan siswa, peneliti membagikan panduan kebun konservasi “Teknik Menanam Vertikultur” kepada masing-masing
kelompok. Siswa kemudian membaca dan memahami isi dari panduan yang diberikan. Setelah siswa selesai membaca dan memahami isi panduan, peneliti
dibantu beberapa siswa kemudian mendemonstrasikan cara membuat tempat tanaman pot dan cara menanam menggunakan teknik vertikultur.
Kegiatan selanjutnya adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat pot dan melakukan kegiatan menanam secara vertikultur. Kegiatan yang
dilakukan diharapkan dapat memberikan siswa pengalaman secara langsung tentang proses menanam tumbuhan. Sekitar 20 menit siswa dibantu dengan buku
panduan kebun konservasi yang telah dibagikan, siswa membuat pot untuk tempat tanaman yang akan mereka tanam. Pot-pot yang telah dibuat oleh siswa, kemudian
dihias dengan menggunakan cat sesuai dengan kreativitas masing-masing kelompok. Peneliti sangat terkejut ketika masing-masing siswa membawa cat yang
digunakan untuk menghias pot. Peneliti sebelumnya hanya meminta satu kelompok untuk membawa satu cat. Akan tetapi, masing-masing siswa di dalam kelompok
membawa cat, bahkan ada salah satu kelompok yang siswanya membawa satu kaleng cat besar.
Setiap kelompok yang sudah siap dengan pot yang telah dihias, kemudian melakukan kebun konservasi cara menanam secara vertikultur sesuai dengan waktu
yang telah disepakati bersama. Tumbuhan yang digunakan untuk kegiatan kebun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konservasi telah disiapkan oleh peneliti. Tumbuhan tersebut diantaranya bibit tomat, bibit sawi, dan tumbuhan daun bawang. Setiap kelompok memilih sendiri
tumbuhan, sekitar 6 bibit untuk mereka tanam secara vertikultur. Ketika siswa memilih bibit tumbuhan untuk ditanam ada kejadian lucu dimana beberapa siswa
mengira bibit sawi sebagai bibit kangkung. Siswa yang mengetahui temannya menyebut bibit sawi sebagai bibit kangkung langsung membenarkannya. Siswa
yang merasa bahwa bibit sawi merupakan bibit kangkung langsung bertanya kepada siswa lain untuk mengetahui jenis bibit tumbuhan tersebut. Melihat kejadian
tersebut peneliti kemudian melakukan tanya jawab kepada beberapa siswa yang menganggap bibit sawi adalah bibit kangkung. “Sudah pernah lihat sawi dan
kangkungkan?”, ”Coba perhatikan daun bibit tersebut?, pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan salah satu dari pertanyaan yang diutarakan oleh peneliti untuk
menggali pengetahuan siswa, sehingga siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan mereka. Siswa terlihat sangat antusias dan bersemangat ketika
melakukan kegiatan bertanam. Kerjasama juga terlihat ketika siswa di dalam kelompok membagi tugas secara mandiri untuk menyelesaikan kegiatan bertanam
mereka. Ketika siswa melakukan kegiatan bertanam, peneliti melakukan observasi
untuk melihat pekerjaan siswa. Peneliti juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai penggunaan panduan untuk kegiatan eksperimen. Selain pertanyaan
tentang penggunaan panduan, peneliti juga mengajukan pertanyaan mengenai bagian-bagian tumbuhan yang mereka tanaman yang dapat dijadikan sebagai
sumber bahan makanan. Setelah siswa selesai melakukan kegiatan bertanam, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peneliti meminta siswa untuk menggantungkan pot-pot mereka yang telah tersusun ke tempat yang sudah disediakan oleh peneliti.
Siswa kemudian kembali ke dalam kelas untuk mengerjakan lembar LKS dan membuat peraturan secara individu tentang cara merawat tumbuhan yang telah
mereka tanam sesuai dengan karakteristik tumbuhan dan kreativitas siswa. Tidak lupa siswa menyampaikan peraturan yang telah mereka buat kepada siswa lain
secara bergantian. Kegiatan membuat peraturan juga merupakan bagian dari kegiatan
peer tutoring.
Untuk lebih memberi pemahaman bagi siswa dengan kegiatan yang telah dilakukan, peneliti memberikan penjelasan singkat kepada
siswa sebelum melakukan kegiatan penutup. Kegiatan penutup di dalam penelitian di hari kedua ini adalah melakukan
refleksi. Refleksi dilakukan oleh siswa menggunakan lembar refleksi berbentuk daun. Refleksi berbentuk daun yang telah dibagikan, kemudian diisi dengan
pengalaman atau pengetahuan baru yang didapatkan oleh siswa. Selain itu, refleksi juga diisi dengan kesulitan yang dialami serta cara menghadapi kesulitan yang
didapat oleh siswa. Refleksi berbentuk daun tersebut, kemudian ditancapkan di tempat yang sudah disediakan oleh peneliti. Kegiatan evaluasi juga dilaksanakan
setelah siswa menyelesaikan refleksi yang diberikan. Tidak lupa peneliti mendorong siswa untuk melakukan aksi, seperti merawat tumbuhan yang mereka
tanam dan merawat tumbuhan yang terdapat di sekeliling mereka. Peneliti kemudian memberikan siswa tindak lanjut berupa PR dan mengakhiri kegiatan
dengan berdoa serta mengucapkan salam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.23 Proses Implementasi Hari Kedua
Pendidikan emansipatoris memiliki model untuk mengajarkan pembelajar mengasah kemampuan berpikir kritis mereka. Model tersebut merupakan
Paradigma Pedagogi Reflektif. Di dalam Paradigma Pedagogi Reflektif PPR, terdapat lima siklus yang saling berkaitan satu sama lain. Siklus tersebut adalah
konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi Peterson dan Nielsen dalam Winarti dan Anggadewi, 2015: 55. Kelima siklus tersebut sudah dijalankan di
dalam implementasi hari pertama dan hari kedua. Melalui lagu dan tanya jawab siswa diajak untuk mencermati konteks mereka mengenai pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa. Pengetahuan yang digali melalui konteks, kemudian digali kembali melalui pengalaman kegiatan eksperimen dan kebun konservasi di dalam
implementasi hari pertama dan hari kedua. Refleksi juga dilakukan di dalam implementasi hari pertama dan kedua
untuk semakin menggali pengalaman mereka seluas-luasnya. Selain itu, kegiatan refleksi yang dilakukan juga digunakan untuk memulai melatih kesadaran berpikir
kritis mereka. Kegiatan refleksi yang kritis dan dilakukan secara terus menerus akan membantu pembelajar untuk menemukan cara pandang baru Mezirow dalam
Winarti dan Anggadewi, 2015: 55. Perefleksian yang dilakukan tidak hanya dilakukan sekali, melainkan di setiap implementasi. Refleksi yang dilakukan dalam
implementasi hari pertama dan kedua dilakukan dengan memberikan lembar refleksi dan menggunakan kertas origami berbentuk daun.
Diharapkan dari kegiatan refleksi tersebut, siswa kelas V A dapat memiliki pandangan baru untuk menimbulkan aksi yang berkaitan dengan kesadaran dan
kepedulian lingkungan. Siklus terakhir di dalam PPR yang dilakukan saat implementasi penelitian adalah memberikan evaluasi. Evaluasi diberikan dengan
menggunakan lembar evaluasi untuk implementasi hari pertama dan kegiatan tebak kata untuk implementasi hari kedua.
Selain menerapkan pendidikan emansipatoris, di dalam implementasi yang dilakukan juga menerapkan pendidikan lingkungan. Pendidikan lingkungan
diterapkan dengan menggunakan model
Conservation Scout.
Model
Conservation Socut
merupakan model pembelajaran inovatif berbasis lingkungan yang berupa konservasi sederhana Suseno, 2016:3 Ritmawati, 2014: 6.
Metode
Conservation Scout
yang diterapkan dalam implementasi penelitian kali ini adalah eksperimen sederhana dan kebun konservasi. Eksperimen sederhana yang dilakukan adalah
dengan uji amilum bagian tubuh tumbuhan yang digunakan sebagai sumber makanan bagi manusia. Uji amilum yang dilakukan diharapkan dapat menggali
pemikiran kritis siswa bahwa makanan yang mereka makan, seperti nasi, ubi, dan pisang mengandung amilum yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Pada kegiatan
uji amilum,
betadine
yang dikenal oleh siswa sebagai obat luka digunakan sebagai pengganti lugol untuk menguji amilum dalam bahan makanan tersebut.
Metode kedua yang diterapkan adalah dengan kebun konservasi. Dalam implementasi hari kedua, peneliti mengajak siswa untuk melakukan teknik
menanam vertikultur. Metode ini diharapkan dapat melatih siswa untuk belajar merawat tumbuhan yang mereka tanam. Selain itu, untuk lebih meningkatkan
tentang pendidikan lingkungan, kegiatan
peer tutoring
yang merupakan teknik model
Conservation Scout
juga diterapkan di dalam implementasi. Kegiatan
peer tutoring
pada implementasi hari pertama adalah dengan menuliskan kata-kata mutiara yang berhubungan dengan tumbuhan. Sedangkan kegiatan
peer tutoring
pada implementasi hari kedua adalah dengan membuat peraturan tentang cara merawat tumbuhan yang telah siswa tanam.
Implementasi yang dilakukan juga tidak lepas dari ke 10 prinsip pengembangan menurut Brian Tomlinson dalam Harsono, 2007. Berikut
merupakan penerapan dari ke 10 prinsip dalam kegiatan implementasi:
Tabel 4.11 Penerapan Prinsip Pengembangan Materi dalam Implementasi NO
Prinsip Penerapan
1 Materi harus memiliki pengaruh
nyata atau
terlihat pada
pembelajaran. Terlihat
ketika siswa
melakukan kegiatan
eksperimen dan kebun konservasi. Pada kegiatan eksperimen sederhana, siswa merasa penasaran
dengan perubahan warna yang timbul pada bahan makanan yang ditetesi oleh betadine. Sedangkan
pada kegiatan kebun konservasi siswa sangat antusias dan bersemangat ketika melakukan
kegiatan bertanam.
2 Materi
harus membantu
pembelajar merasakan
kenyamanan dan kesenangan. Materi dilengkapi dengan gambar yang membantu
siswa untuk memahami langkah-langkah kegiatan. Terlihat dari siswa yang antusias dalam melakukan
kegiatan implementasi hari pertama dan kedua, sehingga implementasi dapat berjalan sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
3 Materi
dapat membantu
pembelajar untuk
Terlihat dari siswa yang mampu menyelesaikan tugas yang diberikan kelompok masing-masing
maupun tugas yang diberikan secara individu ketika
mengembangkan kepercayaan
diri. melakukan
kegiatan eksperimen
dan kebun
konservasi. Mereka tidak ragu mengerjakan maupun membawa barang yang telah dibagi di dalam
kelompok mereka. 4
Materi yang dipelajari harus relevan
dan berguna
bagi pembelajar
Melalui kegiatan uji amilum siswa dapat mengamati hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut. Selain
itu, kegiatan menanam secara vertikultur dengan menggunakan
tanaman pangan
menunjukkan kepada siswa bahwa tanaman yang mereka tanam
nantinya akan berguna bagi mereka sebagai sumber makanan jika mereka benar-benar merawat tanaman
yang mereka tanam.
5 Materi harus memiliki daya tarik
Daya tarik
materi yang
digunakan dalam
implementasi terlihat dari bahan-bahan yang diminta untuk dibawa oleh peneliti dibawa oleh para siswa.
Seperti contoh ketika peneliti di hari sebelumnya meminta satu kelompok membawa cat. Akan tetapi,
setiap siswa di masing-masing kelompok membawa cat.
6 Materi
harus memberikan
pencerahan Panduan eksperimen dilengkapi dengan petunjuk
yang didesain dengan menggunakan bahasa sederhana dan menggunakan gambar. Terlihat siswa
dapat melakukan kegiatan eksperimen dengan bantuan buku panduan yang dibagikan oleh peneliti.
7 Materi harus mempertimbangkan
gaya belajar yang berbeda-beda. Pada saat implementasi, siswa diberikan kebebasan
untuk mengatur kelompok mereka dalam melakukan kegiatan eksperimen dan kebun konservasi.
Pemilihan kelompok secara mandiri dikarenakan siswa lebih nyaman dalam belajar dengan teman
yang dipilihinya.
8 Materi harus mempertimbangkan
sikap afektif pembelajar. Model Conservation Scout yang terdapat di dalam
materi digunakan untuk mengarahkan siswa mengembangkan sikap sadar dan peduli terhadap
lingkungan.
9 Materi
harus memaksimalkan
pembelajaran yang
potensial dengan
meningkatkan kemampuan intelektual, estetis,
dan emosional
yang dapat
meningkatkan kegiatan otak kanan dan otak kiri.
Materi menggunakan kegiatan model Conservation Scout
yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga dalam kegiatan
eksperimen maupun kebun konservasi siswa dilibatkan dalam kegiatan tersebut, dimulai dari
pembagian buku panduan, kegiatan eksperimen dan kegiatan menanam.
10 Materi
harus memberikan
kesempatan untuk mewujudkan feedback
setelah pembelajaran di lakukan.
Feedback yang diterapkan di dalam materi yang di
implementasikan adalah dengan kegiatan peer tutoring.
Siswa pada saat kegiatan peer tutoring mengalami interaksi antara siswa lain. Selain itu,
interaksi siswa dan guru juga terjalin di dalam kegiatan peer tutoring.
4.2.1.4 Evaluasi