Pasal 3 Permenkes tersebut menyebutkan bahwa apotek tidak lagi sebagai badan usaha yang hanya dapat diusahakan oleh lembaga Pemerintahan atau
perusahaan milik negara saja, namun ijin apotek diberikan pada apoteker yang telah mengucapkan sumpah dan telah memperoleh ijin kerja dari Menteri
Kesehatan. Menurut Permenkes Nomor 922 tahun 1993 pasal 10 menyebutkan, yang
dimaksud dengan pengelolaan apotek adalah meliputi : a.
pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.
b. pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan
farmasi lainnya. c.
layanan informasi mengenai perbekalan farmasi. Lebih lanjut, yang dimaksud dengan pelayanan informasi pada butir c pasal
10 di atas adalah meliputi : a.
pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun
kepada masyarakat
b. pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan,
bahaya dan atau mutu obat, dan perbekalan farmasi lainnya. Anonim, 1993b
Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat Anonim, 2004a.
B. Tinjauan UmumTentang Apoteker
1. Menurut peraturan perundang-undangan
Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker
Anonim, 2004a. Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan
sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. Apoteker pengelola apotek adalah apoteker yang telah diberi surat izin apotek. Apabila
apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, apoteker pengelola apotek harus menunjuk apoteker pendamping.
Apabila apoteker pengelola apotek dan apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, apoteker pengelola apotek
menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker pengelola apotek selama apoteker pengelola apotek
tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus dan telah memiliki surat izin kerja serta tidak bertindak sebagai apoteker pengelola
apotek di apotek lain Anonim, 2002. Pasal 53 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
menyebutkan bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien
Anonim, 1992. Hal ini juga ditegaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 pasal 22 ayat 1 c yang menyebutkan bahwa bagi tenaga
kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk :
a. menghormati hak pasien
b. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan
yang akan dilakukan d.
meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan e.
membuat dan memelihara rekam medis. Anonim, 1996
Penjelasan pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 menyebutkan yang dimaksud dengan standar profesi tenaga kesehatan adalah
pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik.
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menyatakan bahwa hak konsumen dalm hal ini dapt diartikan
sebagai hak pasien adalah hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa Anonim, 1999.
Berdasarkan hal tersebut maka apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan
terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas
serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi Anonim, 2004a.
Permenkes Nomor 922 tahun 1993 pasal 15 menyebutkan bahwa apoteker wajib memberikan informasi :
a. yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada
pasien b.
penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat
Dalam Kode Etik Apoteker Indonesia pasal 7 juga menyatakan bahwa
seorang apoteker hendaknya menjadi sumber informasi sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
profesinya, selanjutnya pada lafal sumpahjanji apoteker nomor 4 menyebutkan apoteker akan menjalankan tugasnya dengna sebaik-baiknya
sesuai dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 pasal 35 menyatakan
berdasarkan ketentuan Pasal 86 Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan barang siapa dengan sengaja tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada pasal 22 ayat 1; dipidana denda paling banyak Rp.10.000.000,00 sepuluh juta rupiah.
2. Apoteker sebagai suatu profesi
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut suatu pengetahuan dan keterampilan yang sangat khusus yang diperoleh melalui pelajaran yang
bersifat teoritis dan praktek dan diuji oleh lembaga perguruan tinggi dan kepada yang bersangkutan diberi kewenangan guna pemberian layanan
konsumen atau kliennya Harding, 1993. Banyak kriteria untuk menentukan suatu pekerjaan adalah suatu profesi, menurut Sulasmono 1997 antara lain :
1. unusual learning
, yaitu di didik dan menerima pengetahuan yang khas dan merupakan lulusan dari perguruan tinggi, sehingga tidak diperoleh di
tempat lain atau bidang yang berbeda. 2.
pelayanannya bersifat motivasi altruistik tidak mementingkan diri sendiri dan mementingkan kepentingan orang lain.
3. telah mengucapkan sumpah.
4. memiliki kode etik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. memiliki standar profesi, yaitu pedoman yang harus digunakan sebagai
petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik Anonim, 1992. 6.
memiliki pengakuan hukum adanya undang-undang maupun ketentuan peraturan perundang-undangan lain.
7. memiliki perijinan Surat Ijin Praktek atau Surat Ijin Kerja.
8. memiliki wadah profesi yang menunjukkan jati diri profesional
9. bersifat otonomi dan independensi.
10. bertemu dan berinteraksi dengan klien atau penderita.
11. confidential relationship
dalam pelayanannya. Menurut ISFI 2004 profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. memiliki tubuh pengetahuan yang berbatas jelas.
2. pendidikan khusus berbasis “keahlian” pada jenjang pendidikan tinggi.
3. memberi pelayanan kepada masyarakat, praktek dalam bidang keprofesian.
4. memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian yang bersifat otonom.
5. memberlakukan kode etik keprofesian.
6. memiliki motivasi altruistik dalam memberikan pelayanan.
7. proses pembelajaran seumur hidup.
8. mendapat jasa profesi.
3. Peran apoteker Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 bahwa
sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional dan dalam pengelolaan apotek tersebut, apoteker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
harus senantiasa memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan
berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu
belajar sepanjang karier, membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan Anonim, 2004a.
Peran Apoteker yang digariskan oleh WHO yang dikenal dengan istilah “Seven Star of Pharmacist” meliputi :
1. Care Giver. Apoteker sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan klinis, analitis, teknis, sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam
memberikan pelayanan, apoteker harus berinteraksi dengan pasien secara individu maupun kelompok, apoteker harus mengintegrasikan
pelayanannya pada sistem pelayanan kesehatan secara berkesinambungan dan pelayanan apoteker yang dihasilkan harus bermutu tinggi.
2. Decision-maker. Apoteker mendasarkan pekerjaannya pada kecukupan, keefikasian dan biaya yang efektif dan efisien terhadap seluruh
penggunaan sumber daya misalnya sumber daya manusia, obat, bahan kimia, peralatan, prosedur, pelayanan dan lain-lain. Untuk mencapai
tujuan tersebut kemampuan dan keterampilan apoteker perlu diukur untuk kemudian hasilnya dijadikan dasar dalam penentuan pendidikan dan
pelatihan yang diperlukan. 3. Communicator. Apoteker mempunyai kedudukan penting dalam
berhubungan dengan pasien maupun profesi kesehatan yang lain, oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karena itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik. Komunikasi tersebut meliputi komunikasi verbal, non verbal, mendengar
dan kemampuan menulis, dengan menggunakan bahasa sesuai dengan kebutuhan.
4. Leader. Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian
mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.
5. Manager. Apoteker harus efektif dalam mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin
orang lain dalam tim kesehatan. Lebih jauh lagi apoteker mendatang harus tanggap terhadap kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi
informasi mengenai obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan obat. 6. Life-long learner. Apoteker harus senang belajar sejak dari kuliah dan
semangat belajar harus selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk menjamin bahwa keahlian dan keterampilannya selalu baru up-date
dalam melakukan praktek profesi. Apoteker juga harus mempelajari cara belajar yang efektif.
7. Teacher. Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan melatih apoteker generasi mendatang. Partisipasinya tidak hanya dalam
berbagai ilmu pengetahuan baru satu sama lain, tetapi juga kesempatan memperoleh pengalaman dan peningkatan keterampilan.
Anonim, 2004b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek