F. Rangkuman Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor
1027MENKESSKIX2004 belum dilaksanakan secara menyeluruh oleh apoteker di apotek-apotek Kabupaten Gunungkidul karena masih terdapatnya
persentase pelaksanaan di bawah 50. Pelaksanaan pengelolaan sumber daya yang masih di bawah 50 yaitu pengisian medication record 34. Pelaksanaan
pelayanan yang masih di bawah 50 yaitu diseminasi informasi kesehatan 34, dan pelaksanaan tindak lanjut terapi 33. Semua aspek dalam pelaksanaan
evaluasi mutu pelayanan masih memiliki persentase di bawah 50, yaitu pelaksanaan survei tingkat kepuasan konsumen tidak dilaksanakan, penetapan
lama pelayanan tiap pasien 11, dan adanya prosedur tertulis dan tetap 34. Urutan persentase pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek
berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 dari persentase terbesar ke persentase terkecil yaitu pelaksanaan pengelolaan sumber daya,
pelaksanaan pelayanan, dan pelaksanaan evaluasi mutu pelayanan. Persentase terbesar dimiliki oleh pengelolaan sumber daya sedangkan persentase terkecil
dimiliki oleh evaluasi mutu pelayanan, sehingga evaluasi mutu pelayanan perlu diberi perhatian yang lebih agar dapat ditingkatkan lagi pelaksanaannya.
Selain itu juga dapat dilihat bahwa usia, pengalaman kerja, posisi, adanya pekerjaan lain, waktu kerja dalam sehari maupun dalam seminggu berpengaruh
dalam pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian. Dari parameter tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disimpulkan apoteker dengan usia muda atau apoteker-apoteker yang baru menyelesaikan program studi apoteker dengan pengalaman kerja yang minim
melaksanakan Standar Pelayanan Kefarmasain di Apotek lebih baik dibandingkan dengan apoteker yang memiliki usia dan pengalaman kerja yang lama.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan introspeksiperenungan diri bagi Apoteker baik Apoteker Pengelola Apotek maupun Apoteker Pendamping
dalam meningkatkan kinerja pelayanan kefarmasian, juga Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, ISFI sebagai organisasi sarjana farmasi serta BPOM
sebagai instansi pengawasan dan pembinaan mampu meningkatkan kinerjanya sehingga dapat melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah 1.
Parameter dari Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 yang telah terlaksana dengan baik, cukup dan kurang secara berurutan adalah
pengelolaan sumber daya manusia 85, pelayanan 77,83 dan evaluasi mutu pelayanan 14,67.
2. Apoteker di apotek-apotek di Kabupaten Gunungkidul belum melaksanakan
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 secara menyeluruh.
3. Karakteristik responden memberikan perbedaan dalam pelaksanaan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 di apotek-apotek Kabupaten Gunungkidul.
Perbedaan itu terletak pada pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia, pelayanan.serta belum dilaksanakannya evaluasi mutu pelayanan.
4. Standar Pelayanan Kefamasian yang telah dilaksanakan sepenuhnya adalah
papan petunjuk apotek, ruang tunggu, tempat display informasi, keranjang sampah, informasi pada wadah baru, pencatatan dan pengarsipan pembelian,
pencatatan penjualan, pencatatan narkotika dan psikotropika, persyaratan administrasi, konsultasi dengan dokter, etiket jelas dan mudah dibaca, serta
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI