Identifikasi Kualitatif Senyawa Ekstrak Polar Daun Binahong dengan

dengan memudarnya warna maserat yang diperoleh. Tujuan dari proses penyarian yang berulang ini untuk memperoleh hasil yang lebih baik daripada penyarian yang dilakukan sekali. Pada penelitian ini dilakukan sebanyak 3x24 jam karena setelah proses maserasi yang ketiga telah diperoleh maserat yang encer. Untuk menghindari terjadinya penjenuhan cairan penyari, pelarut etanol diganti setiap 24 jam sehingga cairan penyari selalu baru dan dapat menyari dengan efektif. Setelah itu hasil maserasi maserat dipekatkan menggunakan vacuum evaporator. Agar diperoleh ekstrak kental, maserat disimpan dalam oven dengan suhu tidak lebih dari 50˚C sampai cairan penyari menguap seluruhnya. Suhu berpengaruh pada kecepatan penguapan, makin tinggi suhu, makin cepat penguapan. Disamping mempengaruhi kecepatan penguapan, suhu juga berperanan terhadap kerusakan bahan yang diuapkan. Oleh karena itu pengaturan suhu sangat penting agar penguapan berjalan cepat dan kemungkinan terjadinya peruraian dapat ditekan sekecil mungkin. Karena kandungan kimia daun binahong belum diketahui dengan pasti maka dipilih suhu tidak lebih dari 50˚C agar kerusakan senyawa kimia daun binahong yang tidak tahan panas seperti flavonoid dapat dihindari. Dari hasil maserasi ini didapatkan ekstrak kental sebanyak 22,24 gram.

E. Identifikasi Kualitatif Senyawa Ekstrak Polar Daun Binahong dengan

Metode Kromatografi Lapis Tipis KLT a. Uji KLT alkaloid Pada pemeriksaan senyawa alkaloid digunakan fase diam silika gel GF 254 yang bersifat polar dan fase gerak etil asetat: metanol: air 70:20:10 yang bersifat non polar. Pembanding yang digunakan yaitu skopolamin dalam etanol 70. Deteksi di bawah sinar UV 254 nm menunjukkan adanya pemadaman bercak pada sampel maupun pembanding. Pada sinar UV 365 nm terjadi fluoresensi hijau kekuningan pada sampel, namun tidak terjadi fluoresensi pada pembanding. Setelah disemprot dengan pereaksi Dragendorff diperoleh warna bercak orange pada pembanding, namun pada sampel tidak terdapat warna. Alkaloida dapat dideteksi dengan sinar UV 254 nm, UV 365 nm, dan pereaksi Dragendorff. Sebagian besar alkaloida menunjukkan peredaman pada UV 254 nm dan beberapa alkaloida berfluoresensi biru atau kuning pada UV 365 nm. Alkaloida akan berwarna coklat atau orange setelah disemprot dengan Dragendorff, tetapi warna yang terjadi tidak stabil Wagner, 1984. Dari hasil uji KLT ekstrak polar daun binahong diperoleh 3 bercak sampel. Bercak pertama dan kedua Rf 0,68 meredam ungu kecoklatan pada UV 254 nm dan berfluoresensi ungu pada UV 365 nm. Setelah disemprot dengan Dragendorff tidak terdapat bercak. Bercak ketiga Rf 0,62 meredam ungu kecoklatan pada UV 254 nm dan berfluoresensi ungu pada UV 365 nm. Setelah disemprot dengan Dragendorff menghasilkan bercak kuning kecoklatan yang tidak stabil. Ketiga bercak sampel memiliki nilai Rf mendekati nilai Rf pembanding Rf 0,60 dan 0,69 sehingga diduga ekstrak polar daun binahong mengandung alkaloid. Hal ini diperkuat dengan hasil uji tabung yang juga memberikan hasil positif terhadap adanya alkaloid. Namun pada penyemprotan dengan pereaksi Dragendorff, tidak menghasilkan bercak yang sama dengan skopolamin sehingga diduga senyawa alkaloid yang terdapat dalam daun binahong bukan skopolamin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI namun golongan alkaloid yang lain. Tabel III. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong untuk pemeriksaan alkaloid secara KLT dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak etil asetat: metanol: air 70:20:10 Deteksi UV 254 UV 365 Dragendorff Bercak No Rf Warna bercak Rf Warna bercak Rf Warna bercak Sampel 1 0,68 Meredam ungu kecoklatan 0,68 Fluoresensi Ungu 0,68 - 2 0,68 Meredam ungu kecoklatan 0,68 Fluoresensi Ungu 0,68 - 3 0,62 Meredam ungu kecoklatan 0,62 Fluoresensi Ungu 0,62 Kuning kecoklatan Pembanding Skopolamin 1 0,58 Meredam ungu - - 0,58 Orange 2 0,60 Meredam ungu - - 0,60 Orange 3 0,69 Meredam ungu - - 0,69 Orange PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Uji KLT senyawa fenolik

Pemeriksaan fenolik ekstrak polar daun binahong secara KLT dilakukan dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak toluen: etil asetat: metanol 70:20:10. Deteksi dilakukan dengan UV 254 nm, 365 nm, dan pereaksi semprot besi III klorida. Dari hasil uji KLT diperoleh dua bercak sampel. Bercak pertama Rf 0,15 meredam kecoklatan pada UV 254 nm, berfluoresensi ungu pada UV 365 nm, namun tidak terjadi bercak dengan pereaksi semprot besi III klorida. Bercak kedua Rf 0,2 meredam kecoklatan pada UV 254 nm, berfluoresensi ungu pada UV 365 nm, dan tidak terjadi bercak pada penyemprotan besi III klorida. Dari kedua bercak sampel tidak ada yang sama dengan pembanding, baik Rf Rf 0,75 maupun warna bercaknya. Dari hasil ini, kemungkinan sampel tidak mengandung senyawa fenolik. Tabel IV. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong untuk pemeriksaan fenolik secara KLT dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak toluen: etil asetat: metanol 70:20:10 Deteksi UV 254 UV 365 FeCl 3 Bercak No Rf Warna bercak Rf Warna bercak Rf Warna bercak Sampel 1 0,15 Kecoklatan 0,15 Fluoresensi ungu - - 2 0,2 Kecoklatan 0,2 Fluoresensi ungu - - Pembanding Eugenol 1 0,75 Meredam Ungu - - 0,75 Ungu 2 - - - - 0,75 Ungu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Uji KLT flavonoid

Pemeriksaan flavonoid ekstrak polar daun binahong secara KLT dilakukan dengan menggunakan fase diam selulosa dan fase gerak butanol: asam asetat glasial: air 4:1:5. Deteksi bercak dilakukan dengan sinar UV 254 nm, 365 nm, dan uap amonia. Deteksi senyawa flavonoid pada UV 254 nm ditandai dengan terjadinya peredaman yang tampak sebagai zona biru gelap dengan latar belakang kuning pada lempeng KLT, sedangkan pada UV 365 nm tergantung dari masing-masing struktur flavonoid dapat berfluoresensi kuning, biru, atau hijau. Setelah diuap amonia, flavonoid akan berwarna kuning pada sinar tampak, UV 254 nm dan 365 nm Wagner, 1984. Dengan penguapan amonia, akan terjadi deprotonisasi H, akibatnya terjadi auksokrom pada 3 pasang elektron bebas yang menghasilkan warna: O OH O HO O gula OH OH NH 3 HO O O O gula OH OH NH 4 + O Gambar 3. Reaksi antara flavonoid dengan NH 3 Dari hasil uji KLT diperoleh tiga bercak sampel. Pada bercak pertama diperoleh bercak dengan Rf 0,6 meredam kuning pada UV 254 nm, berfluoresensi ungu pada UV 365 nm, dan berwarna kuning setelah diuapi amonia. Pada bercak kedua diperoleh Rf 0,65 yang meredam kuning pada UV 254 nm, berfluoresensi ungu pada UV 365 nm, dan berwarna kuning setelah diuapi amonia. Pada bercak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ketiga diperoleh Rf 0,7 yang meredam kuning kehijauan pada UV 254 nm, berfluoresensi ungu pada UV 365 nm, dan berwarna kuning setelah diuapi amonia. Tabel V. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong untuk pemeriksaan flavonoid secara KLT dengan fase diam selulosa dan fase gerak butanol: asam Asetat: air 4:1:5 Deteksi UV 254 UV 365 Uap Amonia Bercak No Rf Warna Bercak Rf Warna bercak Rf Warna bercak Sampel 1 0,6 Meredam kuning 0,6 Fuoresensi ungu 0,6 Kuning 2 0,65 Meredam kuning 0,65 Fluoresensi ungu 0,65 Kuning 3 0,7 Meredam kuning 0,65 Fluoresensi ungu 0,7 Kuning Pembanding Rutin 1 0,75 Meredam hijau kekuningan 0,75 Fluoresensi ungu 0,75 Kuning 2 - - 0,6 Fluoresensi ungu 0,6 Kuning 3 0,6 Meredam kuning 0,6 Fluoresensi ungu 0,6 Kuning Dari ketiga sampel tersebut yang mempunyai warna dan nilai Rf yang sama dengan pembanding standar rutin adalah bercak pertama, yaitu meredam kuning pada UV 254 nm, berfluoresensi ungu pada UV 365 nm, dan berwarna kuning setelah diuapi amonia, dengan nilai Rf 0,6. Sedangkan bercak kedua dan ketiga memiliki Rf berbeda dengan rutin namun memiliki warna yang sama. Dari hasil tersebut diduga ekstrak polar daun binahong mengandung rutin dan golongan flavonoid lain.

d. Uji tanin

Senyawa tanin dapat dideteksi dengan pereaksi besi III klorida FeCl 3 . Setelah disemprot, senyawa tanin akan memberikan warna biru tua yang menunjukkan adanya tanin galat Anonim, 1987. Pemeriksaan tanin dari ekstrak polar daun binahong dilakukan dengan fase diam silika gel GF 254 dengan fase gerak etil asetat: metanol: air 100:13,5:10. Pembanding yang digunakan yaitu larutan asam tanat 1 dalam etanol 70. Tabel VI. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong untuk pemeriksaan tanin secara KLT dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak etil asetat: metanol: air 100:13,5:10 Deteksi Bercak No UV 254 nm UV 365 nm FeCl 3. Rf Warna Bercak Rf Warna Rf Warna Sampel 1 0,48 Meredam ungu 0,48 Fluoresensi ungu 0,48 Kecoklatan Pembanding Asam Tanat 1 0,50 - 0,50 Ungu gelap 0,50 Ungu Dari sampel tersebut diperoleh bercak dengan harga Rf 0,48 meredam ungu pada UV 254 nm dan berfluoresensi ungu gelap pada UV 365 nm. Setelah disemprot dengan FeCl 3. , warnanya menjadi kecoklatan. Pada pembanding diperoleh bercak meredam ungu pada UV 254 nm dan berfluoresensi ungu pada UV 365 nm. Dari sampel tersebut ternyata Rf-nya mendekati Rf pembanding yaitu 0,50 dan menunjukkan warna bercak yang sama. Namun pada penyemprotan dengan FeCl 3 , warna yang dihasilkan berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel mengandung senyawa tanin namun berbeda jenis dengan pembanding asam tanat.

F. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Polar Daun Binahong terhadap

Dokumen yang terkait

Pembuatan Dan Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

9 76 70

Uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (crinum asiaticum L) terhadap bekteri penyebab jerawat

2 51 103

Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol 96% kulit batang kayu Jawa (lannea coromandelica) terhadap bakteri staphylococcus aureus, escherichia coli, helicobacter pylori, pseudomonas aeruginosa.

32 209 72

Uji antioksidan dan antibakteri ekstrak air daun kecombrang (etlingera elatior) (Jack) R.M.Smith) sebagai pengawet alami terhadap escherichia coli dan staphylococus aureus

1 23 84

Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923

1 34 73

Pengaruh salep ekstrak daun binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) terhadap re-epitelisasi epidermis pada luka bakar tikus sprague dawley: studi pendahuluan lama paparan 10 detik dengan plat besi

1 14 63

Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun garcinia benthami pierre terhadap beberapa bakteri patogen dengan metode bioautografi

1 10 92

PENINGKATAN KESTABILAN ENZIM LIPASE DARI Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 DENGAN AMOBILISASI MENGGUNAKAN BENTONIT

3 96 80

Aktivitas antibakteri salep ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betleL.) Terhadap infeksi bakteri Staphylococcus aureus

0 0 6

Keywords : antibacterial, Andrographis paniculata (green chiretta), ethyl acetate fraction, Bacillus subtilis ATCC

0 0 5