Ekstrak Etanol Kromatografi Lapis Tipis KLT

4. Penyarian Berkesinambungan Prinsip kerjanya yaitu, cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia diisikan pada tabung dari kertas saring atau tabung yang berlubang- lubang dari gelas baja tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap penyari akan naik ke atas melalui serbuk simplisia. Uap penyari mengembun karena didinginkan oleh pendingin balik. Embun turun melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat aktifnya dan kembali ke labu. Cairan akan menguap kembali berulang proses seperti di atas Anonim, 1986.

C. Ekstrak Etanol

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk Anonim, 1993. Etanol meskipun harganya mahal, tetap dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif; kapang, khamir dan kuman lebih sulit tumbuh dalam etanol 20 keatas; dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan; pengeringan diperlukan waktu sebentar. Etanol dapat melarutkan alkaloid, glikosida, flavonoid, damar, klorofil, lemak, tanin dan saponin Anonim, 1986.

D. Kromatografi Lapis Tipis KLT

Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir fase diam, ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita awal. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok fase gerak, pemisahan terjadi selama perambatan kapiler pengembangan Stahl, 1985. Macam-macam fase diam antara lain: Sastrohamidjojo, 1991 1. Silika, untuk memisahkan asam-asam amino, alkaloid, gula, asam lemak, minyak atsiri, terpenoid, anion dan kation organik. 2. Alumina, untuk memisahkan alkaloid, zat warna, steroid, vitamin, asam amino. 3. Kieselguhr, untuk memisahkan gula, asam-asam dibasa, asam lemak, asam amino, steroid. 4. Selulosa, untuk memisahkan asam amino, alkaloid. 5. Sephadex, untuk memisahkan asam amino. Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel. Fase diam terikat dan melekat pada pelat kaca karena adanya pengikat, misalnya kalsium sulfat hidrat CaSO . n H 2 O, pati atau silikat berbobot molekul rendah. Untuk membentuk penampakan bercak, sering ditambahkan indikator fluoresensi, yaitu senyawa yang memancarkan sinar tampak jika disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain, contoh: sulfida anorganik memancarkan cahaya jika disinari pada 254 nm. Jika senyawa pada bercak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi atau cincin aromatik jenis apa saja, sinar UV juga mengeksitasi tidak dapat mencapai indikator fluoresensi Gritter, 1991. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri dari satu atau beberapa pelarut. Fase gerak bergerak dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena adanya gaya kapiler. Yang digunakan adalah pelarut yang bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan sistem pelarut multi komponen maka harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen Stahl, 1985. Deteksi senyawa yang dipisah dapat dilakukan dengan lampu UV untuk eksitasi fluoresensi, pereaksi semprot yang dilanjutkan dengan pemanasan agar memperoleh warna yang optimum, dan deteksi biologi Stahl, 1985. Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf atau hRf. Harga Rf dinyatakan sebagai perbandingan antara jarak titik pusat bercak dari titik awal dengan jarak garis depan dari titik awal. Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 h, menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100 Stahl, 1985.

E. Uraian tentang Kandungan Kimia Tumbuhan 1. Alkaloid

Dokumen yang terkait

Pembuatan Dan Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

9 76 70

Uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (crinum asiaticum L) terhadap bekteri penyebab jerawat

2 51 103

Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol 96% kulit batang kayu Jawa (lannea coromandelica) terhadap bakteri staphylococcus aureus, escherichia coli, helicobacter pylori, pseudomonas aeruginosa.

32 209 72

Uji antioksidan dan antibakteri ekstrak air daun kecombrang (etlingera elatior) (Jack) R.M.Smith) sebagai pengawet alami terhadap escherichia coli dan staphylococus aureus

1 23 84

Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923

1 34 73

Pengaruh salep ekstrak daun binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) terhadap re-epitelisasi epidermis pada luka bakar tikus sprague dawley: studi pendahuluan lama paparan 10 detik dengan plat besi

1 14 63

Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun garcinia benthami pierre terhadap beberapa bakteri patogen dengan metode bioautografi

1 10 92

PENINGKATAN KESTABILAN ENZIM LIPASE DARI Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 DENGAN AMOBILISASI MENGGUNAKAN BENTONIT

3 96 80

Aktivitas antibakteri salep ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betleL.) Terhadap infeksi bakteri Staphylococcus aureus

0 0 6

Keywords : antibacterial, Andrographis paniculata (green chiretta), ethyl acetate fraction, Bacillus subtilis ATCC

0 0 5