Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

44 mendeskripsikan pengalaman yang penuh perjuangan dan adanya dukungan dari pasangan dan kerabatnya. Konsekuensi yang didapat P tidak dilihat sebagai ancaman untuk menolong orang sebanyak-banyaknya, melainkan sebagai sebuah kesempatan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Pada konteks sosial, narasi dilihat melalui perspektif moral Noblitt dan Dempsey dalam Murray dalam Smith, 2008 sebagai suatu dongeng tentang benar dan salah, dari berbagai usaha untuk melakukan kesalehan selama masa cobaan Murray dalam Smith, 2008. Dalam menghadapi konsekuensi yang didapat dari masyarakat pronatal, B tidak berusaha melawan masyarakat, melainkan berusaha berdamai dengan keadaan yang ada. B akan memberikan penjelasan serta jawaban yang diharapkan oleh masyarakat apabila B mendapatkan pertanyaan seputar anak. Sedangkan P, apablia P mendapatkan komentar dan pertanyaan dari masyarakat pronatal, P juga akan memberikan jawaban yang diharapkan oleh masyarakat. Selain itu, P juga memiliki kehidupan iman yang kuat sehingga P melihat konsekuensi yang didapat dari menjalankan keputusannya sebagai sebuah sarana untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan.

E. Pembahasan

Kisah para subjek dilukiskan sebagai kisah yang bersifat progresif. Kehidupan dideskripsikan sebagai sebuah tantangan yang mengandung kesempatan untuk lebih maju. Kisah dimulai saat keduanya memutuskan 45 untuk menjalankan kehidupan tanpa anak di tengah masyarakat pronatal. Keputusan individu untuk menjadi voluntary childlessness memiliki beberapa konsekuensi, baik dalam bentuk yang positif maupun negatif Doyle, J.E., Pooley, J., Breen, L., 2012. Konsekuensi positif yang didapat berupa dukungan serta penerimaan dari lingkungan sekitar. Sedangkan konsekuensi negatif muncul dalam bentuk tekanan serta diskriminasi yang didapat dari keluarga, teman dan masyarakat. Masyarakat pronatal sering melontarkan komentar dan pertanyaan- pertanyaan yang dirasa cukup mengganggu. Meskipun demikian, kedua subjek juga mendapatkan dukungan dari pasangan dan beberapa kerabatnya. Kemugkinan mendapatkan tekanan yang lebih besar dari lingkungan sekitar akan terjadi pada subjek pertama dibandingkan subjek kedua. Hal ini dikarenakan subjek kedua memiliki istri yang rahimnya telah diangkat dan memungkinkan berkurangnya mendapatkan tekanan dari keluarga. Beragam usaha dilakukan oleh kedua subjek untuk menghadapi masyarakat pronatal. Dalam hal mengatasi komentar serta pertanyaan- pertanyaan yang dilontarkan tersebut, kedua subjek akan memberikan jawaban yang diharapkan oleh masyarakat pronatal, seperti “belum dikaruniai” agar tidak memperpanjang pembicaraan. Beberapa individu voluntary childlessness tidak akan mengizinkan tekanan memberikan dampak pada hidupnya dan beberapa akan mengungkapkan kepuasan dari menjalani pilihannya yang tidak dirasakan sebelumnya Park dan Kelly 46 dalam Doyle, Polley Breen, 2012. Sebagai contoh, subjek pertama mengatakan bahwa kehidupannya saat ini terasa memuaskan dan lebih adil dari kehidupan sebelumnya untuk membuktikan keputusan yang telah diambilnya tersebut benar. Sedangkan subjek kedua mengatakan bahwa ia merasa sangat bahagia setelah menjalani kehidupan tanpa anak sebab ia dapat melayani orang sebanyak-banyaknya. Pada subjek pertama, ada kemungkinan dilakukannya mekanisme pertahanan diri dalam menghadapi tekanan yang ia dapatkan dari luar. Sebab, subjek pertama tidak menikah secara sah dan memiliki ketakutan mendapatkan label negatif dari masyarakat. Para voluntary childlessness memiliki dorongan generativitas. Generativitas dapat diekspresikan melalui banyak cara. Mereka mengekspresikan generativitasnya melalui generativitas parental, kultural dan teknis. Munculnya generativitas dapat dipengaruhi oleh harapan sosial serta keterlibatannya dalam berbagai peran Staudinger Bluck dalam Papalia, 2008. Selain itu, berkurangnya tanggung jawab dalam keluarga dapat membebaskan seseorang untuk mengekspresikan generativitas pada skala yang lebih luas Papalia, 2008. Terdapat lima macam motif yang melatarbelakangi subjek untuk tidak memiliki anak, yaitu pengalaman hidup, adanya manfaat yang dirasakan, pengaruh gerakan zero population growth, karir dan alasan ekonomi. Munculnya motif-motif tersebut dipengaruhi oleh rangsangan 47 dari luar. Motif merupakan sebuah dorongan yang dapat berasal dari pengalaman-pengalaman masa lalu Hasibuan, 2005. Motif yang pertama adalah karir. Dengan mengambil keputusan untuk hidup tanpa anak, individu voluntary childlessness akan lebih bebas untuk menentukan pilihan hidupnya, terutama dalam hal karir. Kebebasan dilihat sebagai komponen yang diperlukan dalam karir Doyle, J.E., Pooley, J., Breen, L., 2012. Sebagai contoh keinginan B untuk tidak memiliki anak muncul karena B masih ingin membangun karir dan mengejar cita-citanya. B menyadari bahwa dirinya akan kehilangan kebebasan dalam memilih kegiatan dan dengan terpaksa diam di rumah apabila B memiliki anak. Oleh sebab itu, B lebih memilih untuk tidak memiliki anak agar tidak kehilangan kebebasannya. Motif lainnya adalah zero population growth. Tujuan dari gerakan ini adalah membuat masyarakat sadar akan ledakan populasi Samantha A. Kwon, 2005. Dalam hal ini, B menyadari bahwa salah satu permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia adalah masalah ledakan populasi. Kesadaran B akan hal tersebut mempengaruhi B untuk tetap menjalani kehidupan tanpa anak. Keinginan untuk tidak memiliki anak juga dipengaruhi oleh alasan ekonomi. P menyatakan bahwa biaya kebutuhan anak saat ini tergolong mahal. Mereka percaya bahwa kehadiran seorang anak dapat menghambat mereka untuk memenuhi kebutuhannya, sebab mereka perlu untuk mengeluarkan biaya dalam mengurus anak Samantha A. Kwon, 2005. 48 Sebagai contoh, P menyadari bahwa apabila P memiliki anak, uang yang P dapatkan tidak dapat digunakan untuk melayani orang lain melainkan untuk memenuhi kebutuhan sang anak. Pengalaman masa kanak-kanak kedua subjek juga mempengaruhi keputusan mereka untuk tidak memiliki anak. Ketika P masih anak-anak, ayah P sering menasihati untuk selalu menolong sesama. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi P dalam mengambil keputusan untuk tidak memiliki anak. P ingin melayani orang sebanyak-banyaknya tanpa terikat oleh anak. Oleh sebab itu, P memilih untuk tidak memiliki anak. Selain itu, pengalaman buruk pada masa kanak-kanak dapat memicu seseorang untuk memilih tidak memiliki anak Park dalam Giles, Shaw Morgan, 2009 sebab pengalaman tersebut membuat mereka menjadi takut dan cemas untuk mengulangi gaya pengasuhan yang kurang baik Hird Abshoff dalam Kwon, 2005. Misalnya, Ketika B masih kecil, B tidak diasuh oleh kedua orang tuanya, melainkan diasuh oleh kakek neneknya. B merasa hal tersebut tidak adil sebab orang tua yang seharusnya mengasuh anak, lebih memilih untuk bersenang-senang dengan teman-temannya. Dengan demikian, B sadar bahwa dirinya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, yaitu berlaku tidak adil kepada anaknya hanya karena dirinya disibukkan oleh pekerjaan dan ambisinya untuk mengejar cita-citanya. Setelah menjalani kehidupannya tanpa anak, kedua subjek sama- sama merasakan adanya manfaat dari menjalani keputusannya tersebut. 49 Adanya manfaat yang dirasakan oleh kedua subjek dari menjalankan keputusannya, membuat kedua subjek hingga saat ini tetap memilih untuk tidak memiliki anak. Manfaat yang kedua subjek rasakan, yaitu berupa fleksibilitas dalam menggunakan waktu sehingga mereka dapat bekerja semaksimal mungkin dan terus dapat mengejar cita-citanya. Kebebasan dilihat sebagai hal penting untuk karir mereka karena mereka tidak terkekang untuk dapat mencurahkan waktu dan perhatian mereka dimana hal tersebut dianggap penting ketika mereka kembali pada komunitas mereka Doyle, Pooley Breen, 2005. Dengan demikian, B merasa kehidupan yang ia jalani saat ini sangat memuaskan, lebih adil, serta keinginannya untuk tidak bersikap tidak adil pun terpenuhi. Selain itu, P saat ini merasa sangat bahagia karena P dapat menolong orang lain tanpa terikat oleh waktu. Generativitas muncul ketika individu memiliki kebutuhan untuk dibutuhkan yang dikombinasikan dengan tuntuan eksternal dalam bentuk peningkatan harapan dan tanggung jawab yang dapat menghasilkan kesadaran akan generasi selanjutnya McAdams dalam Papalia, 2001. Pengalaman masa kecil kedua subjek membentuk mereka sebagai individu yang generatif. Sebagai contoh, subjek pertama memilih untuk tidak memiliki anak karena ia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dan mengambil pekerjaan yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat. Pengalaman masa kecil subjek membuat subjek ingin menghentikan serta tidak ingin mengulang kembali kekerasan tersebut 50 Charmichael Whittakr, 2007. Selain itu, keinginan untuk menjadi voluntary childlessness juga dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi dalam masyarakat pronatal itu sendiri. Orang dewasa yang generatif biasanya menuturkan kisah komitmen dan telah menikmati hidup yang lebih baik serta memiliki keinginan untuk meringankan penderitaan orang lain McAdams dalam Papalia, 2008. Adanya masyarakat pronatal ini menyebabkan terjadinya ledakan populasi. Hal tersebut memunculkan keprihatinan dalam diri individu voluntary childlessness. Oleh sebab itu, mereka menyadari bahwa dengan mengambil keputusan untuk tidak memiliki anak dapat berkontribusi dalam memperbaiki keadaan tersebut. Mereka tidak ingin berkontribusi dalam ledakan populasi. 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menemukan bahwa hidup sebagai voluntary childlessness di tengah masyarakat pronatal bukan hal yang mudah. Kedua subjek melukiskan kisah hidupnya sebagai sebuah narasi progresif, yaitu kehidupan merupakan sebuah tantangan yang mengandung kesempatan untuk membuatnya maju. Ketika kedua subjek memutuskan untuk menjalani kehidupan sebagai voluntary childlessness, saat itu pulalah tantangan dalam hidup dimulai. Tak jarang mereka mendapatkan berbagaimacam pertanyaan serta komentar dari lingkungan sekitar mengenai menghasilkan keturunan. Meskipun demikian, kedua subjek tetap berpegang teguh pada keputusan awal dan terus menjalankan kehidupannya sebagai voluntary childlessness. Akhir cerita, usaha yang dilakukan oleh kedua subjek tersebut membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik. Motif yang melatarbelakangi subjek memilih untuk tidak memiliki anak adalah pengalaman hidup, adanya manfaat yang dirasakan, pengaruh gerakan zero population growth, karir dan alasan ekonomi. Disisi lain, individu voluntary childlessness juga memiliki dorongan generativitas. Dorongan generativitas ini terbentuk dari pengalaman masa kecil kedua subjek dan keadaan yang ditimbulkan oleh masyarakat pronatal.