4. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang subjektivitas. Sebagian itu benar, tetapi sebagian sala. Benar, karena tanpa penafsiran
sejarawan, data tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur, akan mencantumkan data dan keterangan dari mana data itu diperoleh. Orang lain
dapat melihat kembali dan menafsirkan ulang. Itulah sebabnya subjektivitas penulis sejarah diakui, tetapi untuk dihindari. Interpretasi itu terdiri dari dua
macam, yaitu analisis dan sintesis. a. Analisis
Analisis atau sering disebut menguraikan merupakan tahapan mengumpulkan sumber yang mengandung beberapa kemungkinan. Misalnya,
kita temukan daftar pengurus suatu ormas di kota. Dari kelompok sosialnya, kita baca di situ ada petani bertanah, pedagang pegawai negeri, petani tak
bertanah, orang swasta, guru dan tukang mandor. Mungkin soal petani bertanah dan tak bertanah harus dicari dengan cara lain, sebab dalam daftar
pengurus tidak mungkin dicantumkan kekayaan, paling-paling pekerjaan. Setelah analisis itu ditemukan fakta bahwa pada tahun itu ormas tertentu
bersifat terbuka berdasarkan data yang diperoleh dan dicantumkan.
33
Demikian ketika penulis melakukan analisis terhadap tokoh Sneevliet, mencari fakta- fakta yang dapat membantu analisis penulis terkait tokoh
Sneevliet, terutama yang membuktikan bahwa Sneevliet memiliki peranan penting dalam penyebaran komunisme di Sarekat Islam Semarang.
33
Kuntowijoyo, op.cit, hlm.103.
b. Sintesis Sintesis berarti menyatukan. Setelah ada data tentang pertempuran,
rapat-rapat, mobilisasi massa, pergantian pejabat, pembunuhan, orang- orang mengungsi, penurunan dan pengibaran bendera, kita temukan fakta bahwa
telah terjadi revolusi. Jadi, revolusi adalah hasil interpretasi dari hasil data-data yang sudah
dikelompokan menjadi satu. Sehingga dapat dikatakan dari penyatuan data- data berupa fakta, di dalam sintesis menjadi sebuah bentuk kesimpulan
ataupun generalisasi yang menjadi pokok kajian dari tulisan yang akan ditulis.
5. Pendekatan